BAB I
PENDAHULUAN
1
yang memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit.
Sehingga, dalam keadaan-keadaan tertentu kerja enzim akan mengalami
perubahan. Dalam keadaan tubuh yang kurang seimbang, atau tubuh yang
kurang sehat, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh menjadi tidak
seimbang. Hal ini disebabkan kerja enzim tidak terkoordinasi dengan
cermat. Sementara dalam keadaan sehat , semua proses fisiologis akan
berlangsung dengan baik serta teratur.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah dapat memahami
pengertian serta macam – macam mekanisme reaksi yang terjadi pada
enzim. Penulisan makalah ini juga bertujuan mengetahui mengetahui cara
inhibitor menghambat kerja enzim dalam mempercepat suatu reaksi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini bagi penulis dan
masyarakat luas adalah sebagai sumber pengetahuan tambahan untuk
mempelajari enzim serta sebagai penunjang dalam proses adaptasi serta
rekayasa bidang Teknik salah satunya dalam bidang pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Mekanisme Reaksi
Pada mekanisme kerja enzim, sering dijelaskan bahwa enzim bekerja
pada satu substrat yang spesifik. Pada faktanya, reaksi yang seperti itu
merupakan reaksi yang sedikit jumlahnya. Kebanyakan reaksi enzimatik
melibatkan lebih dari satu substrat yang juga dapat menghasilkan produk
yang lebih dari satu. Proteolisis merupakan salah satunya, yaitu dua
substrat, polipeptida dan air, yang akan menghasilkan dua produk, 2 bagian
rantai polipeptida yang terpisah. Reaksi dengan dua substrat dapat
berlangsung secara berurutan (sequential), acak (random), dan mekanisme
ping-pong.
3
2. Reaksi Bisubstrat Acak
Reaksi ini juga merupakan reaksi bisubstrat yang dapat
menghasilkan produk jika dua atau lebih substrat sudah menyatu dengan
enzim. Jika reaksi bisubstrat beraturan memiliki aturan agar substrat
pertama harus menyatu terlebih dahulu sebelum substrat kedua, maka
untuk reaksi bisubstrat acak merupakan kebalikannya. Pada reaksi ini tidak
ada ketentuan untuk substrat tertentu menyatu dengan enzim.
3. Reaksi Ping-Pong
Pola ini terjadi pada sistem enzim multireaktan. Reaksi ini berbeda
dengan reaksi bisubstrat teratur dan acak. Pada reaksi ini satu substrat
terikat, kemudian produk dihasilkan, substrat kedua terikat pada enzim yang
sama, dan produk kedua dihasilkan.
4
2.2 Inhibitor
Inhibitor yang mempunyai kata dasar inhibit yang artinya menghalangi
merupakan senyawa yang dapat menghambat kerja enzim. Inhibitor akan
mencegah sisi aktif enzim untuk tidak bekerja. Beberapa senyawa baik
organik maupun anorganik dapat menjadi penghambat (inhibitor). Inhibitor
secara alami dapat berupa bisa (racun) yang dikeluarkan oleh hewan
seperti ular atau laba-laba. Beberapa obat-obatan juga berfungsi sebagai
inhibitor, seperti penisilin yang berguna menghambat kerja enzim pada
mikroorganisme. Inhibitor terbagi menjadi 2, yaitu inhibitor irreversible dan
inhibitor reversible.
1. Irreversible
Inhibitor membentuk suatu kompleks dinamik yang dapat
terlepas dengan enzim. Oleh karena itu, enzim yang aktif penuh
dapat pulih hanya dengan menghilangkan inhibitor dari medium
sekitar. Namun, berbagai inhibitor lain bekerja secara irreversibel.
Inhibitor irreversibel merupakan golongan yang bereaksi dengan,
atau merusakkan gugus fungsional pada molekul enzim yang
penting bagi aktivitas katalitiknya. Pada hambatan tipe ini, bahan
atau molekul penghambat akan membentuk ikatan kovalen atau
ikatan yang sangat erat dengan gugus fungsional di situs aktif enzim.
Ikatan kovalen ini sangat lambat untuk dapat dilepaskan sehingga
pada dasarnya hambatan ini tidak dapat dipulihkan. Aktivitas enzim
hanya dapat pulih dengan menyintesis enzim baru.
Contoh dari hambatan yang tidak dapat dipulihkan yaitu
inhibitor bunuh diri (suicide inhibitor), salah satunya yaitu Alopurinol
yang banyak digunakan dalam dunia medis untuk untuk
menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga pembentukan
asam urat tidak terjadi.
5
Reaksi Senyawa Alopurinol yang Merupakan Contoh Inhibitor Irreversibel
2. Reversible
a. Inhibitor Kompetitif
Pada hambatan kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk
berikatan dengan enzim. Inhibitor kompetitif menghambat kerja enzim
dengan cara berikatan dengan enzim pada sisi aktifnya. Oleh karena itu,
inhibitor ini bersaing dengan substrat menempati sisi aktif enzim. Hal ini
terjadi karena inhibitor memiliki struktur yang mirip dengan substrat. Enzim
yang telah berikatan dengan inhibitor tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai biokatalisator. Zat yang melakukan hambatan kompetitif biasanya
memiliki struktur kimia substrat. Jika enzim menjumpai zat inhibitor ini,
enzim akan dapat bereaksi atau dapat berikatan dengan zat inhibitor
tersebut. Akibatnya enzim yang sudah terikat tidak dapat berikatan dengan
substrat sesungguhnya sehingga produk pada reaksi enzim-substrat tidak
akan terbentuk. Sebagai contoh malonat (CO2, CH2, CO2). Bahan ini
merupakan inhibitor kompetitif untuk reaksi enzimatik yang dikatalisis oleh
enzim suksinat dehidrogenase.
6
Pada reaksi enzimatik di atas, tampak bahwa dengan bantuan enzim
suksinat dehidrogenase, suksinat akan diubah menjadi bentuk lain yaitu
fumarat. Malonat adalah suatu zat yang memiliki dua gugus karboksil yang
menyerupai suksinat dan dapat berikatan pada situs pengikatan suksinat
yang ada di enzim suksinat dehydrogenase. Pada suksinat, setelah substrat
berikatan dengan enzim suksinat dehydrogenase akan terjadi
pembentukan ikatan rangkap antara dua karbon yang menjembatani dua
gugus karboksil. Sementara itu pada malonat, zat ini hanya mempunyai
satu atom karbon yang berada di antara dua gugus karboksil sehungga
reaksi pembentukan produk tidak akan terjadi.
7
tersedia untuk mengikat inhibitor, seberapa besar konsentrasi
substrat perlu ditingkatkan untuk mengatasi inhibisi secara total
bergantung pada konsentrasi inhibitor yang ada.
8
reaksi pada hambatan kompetitif sangat bergantung pada konsentrasi
ES dan pembentukan EI akan mengurangi kecapatan reaksi.
b. Inhibitor Unkompetitif
9
Diasumsikan pada aquilibrium. pengikatan inhibitor secara
uncompetitive, tidak perlu menyerupai substrat, diperkirakan dapat
menyebabkan distorsi struktural dari sisi aktif yang membuat enzim
secara katalitik tidak aktif. (Jika inhibitor berikatan dengan enzim saja,
ia melakukannya tanpa mempengaruhi afinitasnya untuk substrat)
c. Inhibitor Nonkompetitif
Hambatan pada reaksi enzimatik dapat pula disebabkan oleh
senyawa senyawa yang berkaitan dengan enzim sedemikian sehingga
tak akan digeser oleh substrat, namun mencegah kelangsungan reaksi
enzimatik. Adapun pengaruh dari inhibitor nonkompetitif pada dasarnya
adalah berupa pengurangan jumlah enzim yang aktif. Vmax akan
menurun tetapi inhibitor tidak berpengaruh terhadap Km karena enzime
yang tersedia masih tetap aktif, sehingga seolah-olah larutan enzime
menjadi lebih encer.
10
bebas maupun kompleks enzime-substrat (ES). Dengan demikian
dapat dihasilkan dua bentuk kompleks yang tidak aktif, yaitu EI dan ESI.
E + I ↔ EI
ES + I ↔ ESI
d. Kegunaan inhibitor
Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa
kimiawi tertentu. Dari penelitian mengenai senyawa penghambat
enzim, telah diperoleh informasi yang berguna mengenai spesifisitas
substrat enzim, sifat-sifat alamiah gugus fungsional pada sisi aktif, dan
mekanisme aktivitas katalitik. Senyawa penghambat enzim juga amat
berguna dalam menjelaskan lintas metabolic di dalam sel. Lebih lanjut,
beberapa obat yang bermanfaat di dalam dunia kedokteran nampaknya
11
berfungsi karena senyawa ini dapat menghambat enzim-enzim tertentu
yang mengganggu kerja sel.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, Fictor dan Moekti Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi untuk
Kelas XII SMA/MA Program IPA. Jakarta : Visindo Media Persada.
Mathews, Christopher K. 1996. Biochemistry. San Fransisco: Cummings
Publishing Company.
McGilvery, Robert W. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional.
Surabaya : Airlangga University Press
Murray, Robert K, dkk. 1995. Biokimia Harper. Jakarta : CV.EGC Penerbit
Buku Kedokteran
Puspitaningrum, dkk. 2016. Enzim dan Pemanfaatannya. Bogor : Penerbit
Ghalia Indonesia.
Rachman, Raeiza Olyvia. 2014. Gambaran Aktivitas Enzim Laktat
Dehidrogenase (LDH) Pada Jaringan Keloid. Pada Jurnal Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Santoso, Begot. 2007. BIOLOGI Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta : Interplus.
Santoso. 2010. Biokimia Kedokteran I. EGC: Jakarta
14