Enzim merupakan biokatalisator berupa protein yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia. Enzim
mengkatalisis reaksi dengan cara memantapkan keadaan transisi, yaitu bentuk substrat dengan tingkat
energi yang tertinggi.
Saat ini, enzim sudah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang aplikasi khususnya industri untuk
membantu proses produksinya. Hal ini dikarenakan kinerja enzim terhadap susbtrat maupun jenis
reaksi yang dikatalisisnya sangat selektif dibanding katalis anorganik.
Kerja enzim juga dapat dikendalikan oleh beberapa efektor untuk mengontrol proses metabolisme sel.
Hal ini memungkinkan reaksi dalam sel dapat berlangsung sangat efisien.
Kestabilan molekul enzim sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti pH, suhu, dan tekanan.
Faktor-faktor tersebut juga dapat mengubah kestabilan dan struktur tiga dimensi molekul enzim.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami konsep dasar enzim. Pada artikel ini, akan dibahas
beberapa konsep dasar enzim yang meliputi: struktur, fungsi, keunggulan, interaksi enzim substrat dan
tipe-tipe penghambatan enzim.
Struktur Enzim
Pada dasarnya, molekul enzim berupa protein (satu atau beberapa sub unit), kecuali ribozim (enzim
RNA).
Jika suatu enzim hanya tersusun atas molekul protein saja, maka disebut enzim sederhana. Namun
apabila tersusun atas protein dan molekul organik non protein maka disebut enzim kompleks
(holoenzim).
Mari kita kupas satu per satu komponen-komponen penyusun enzim ini:
Apoenzim adalah bagian protein dari sebuah enzim yang bersifat tidak tahan panas dan berfungsi
untuk menentukan sifat/spesifitas suatu enzim.
Kofaktor adalah bagian non protein yang membantu aktivitas enzim. Di bawah ini adalah beberapa
jenis kofaktor, diantaranya:
1. Ion-ion logam (Mineral) adalah bagian non protein berupa ion logam anorganik yang berperan
sebagai aktivator.
Contoh: Zn2+, Mg2+, Fe2+, Ni2+, dll
2. Koenzim adalah molekul organik bagian non protein yang terikat secara non kovalen pada enzim.
Koenzim identik dengan vitamin karena banyak koenzim berasal dari vitamin dan turunannya.
Contoh: NADH/NAD (Nikotinamida Adenin Dinukleotida), Koenzim A, ATP (Adenosin Trifosfat),
dll
3. Gugus prostetik adalah bagian non protein yang tersusun atas molekul organik (koenzim) atau ion-
ion logam yang terikat kuat secara kovalen pada enzim.
Contoh: FAD (Flavin Adenin Dinukleotida), dll
Fungsi Enzim
Sebagai biokatalis dalam sistem biologi dan menentukan bentuk perubahan kimia dalam sel.
Meningkatkan kecepatan reaksi dengan cara menurunkan energi bebas aktivasi pada keadaan
transisi.
Enzim tidak merubah kesetimbangan suatu reaksi.
Sisi aktif enzim adalah tempat terikatnya substrat dan gugus prostetik, mengandung residu-residu
yang langsung berperan dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia. Residu-residu ini bernama
gugus katalitik. Adapun gambaran umum dari sisi aktif enzim adalah sebagai berikut:
Sisi aktif merupakan bagian kecil molekul enzim, serta menyatu dengan struktur tiga dimensi
enzim.
Sisi aktif enzim letaknya tersembunyi dalam celah atau pocket.
Substrat terikat pada enzim melalui berbagai interaksi lemah dalam kompleks enzim (ES).
Jenis reaksi yang terlibat diantaranya: ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen, ikatan van der waals, dan
ikatan hidrofobik.
Spesifitas pengikatan substrat pada enzim ditentukan oleh penataan atom-atom dalam sisi
aktif.
Contoh: DFP (Diisopropil fluorofosfat) yang mengikat gugus OH-serin dari enzim asetilkolinesterase
(enzim penting dalam proses transfer impuls saraf).
Kamu telah membaca artikel berjudul Konsep Dasar Enzim. Share ke teman kamu dengan cara klik
tombol sosial media dibawah ini apabila artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
Sumber referensi:
Hadi, Sofyan., Purkan., Afaf Baktir., Sri Sumarsih., dan Ni Nyoman Tripuspaningsih. 2005. Bahan
ajar: Biokimia I. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga: Surabaya
Interaksi mikroba dalam tanah memegang peranan kunci dalam mengendalikan penyakit
tanaman secara biologis, pembusukan bahan-bahan organik, dan daur bahan-bahan
makanan pokok untuk tanaman. Jika kita memahami mekanisme ini dengan baik, maka kita
dapat menemukan suatu metode yang lebih efisien untuk menanam tanaman, baik tanaman
pangan maupun tanaman kebun.
Tetapi, sebelum kita membahas interaksi ini, pentinglah kita tegaskan kedudukan khas dari
tanaman dalam ekosistem mana pun. Tanaman adalah satu-satu organisme hidup yang
mampu secara langsung menggunakan tenaga matahari dan dalam proses ini tanaman
mengubah tenaga matahari itu menjadi bentuk-bentuk (tenaga) lain yang bermanfaat untuk
makhluk-makhluk hidup. Pigmen hijau atau klorofil yang terdapat pada daun tanaman
menangkap tenaga cahaya matahari dan kemudian terjadi suatu interaksi di dalam daun
dengan bantuan gas karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer yang menghasilkan
senyawa-senyawa karbon yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk-makhluk hidup yang lain,
termasuk manusia, binatang, serangga dan jutaan mikro-organisme ketika makhluk-makhluk
itu memakan tanaman atau sisa-sisa tanaman.
Penelitian mutaakhir menunjukkan bahwa selama suatu tanaman hidup dan berkembang
sebanyak 25 persen tenaga kimia yang dihasilkan dari daun-daun dalam bentuk senyawa-
senyawa karbon ternyata hilang masuk ke dalam tanah di sekitar perakaran. Materi ini
hilang entah dalam bentuk cairan akar atau sel-sel tanaman yang layu lalu mati. Tanaman
telah bersusah payah menangkap tenaga matahari dan mengubahnya menjadi tenaga
kimiawi, tetapi kemudian seperempat tenaga itu hilang ke dalam tanah! Apakah bukan suatu
kesia-siaan? Bagaimana memahami hal semacam ini? Salah satu pandangan menyatakan
bahwa tak ada di dalam alam ini suatu ciptaan yang sepenuhnya sempurna, karenanya
dapat dikatakan bahwa akar-akar tanaman itu bocor dan kebocoran itu tak terelakkan. Saya
tak setuju dengan pemahaman ini. Sebab, jika suatu sistem makhluk hidup itu ternyata
bocor sampai memboroskan seperempat tenaga yang dihasilkan, maka masalahnya tentu
terletak pada tingkat bagaimana tenaga itu dihasilkan atau diproduksikan. Tentunya ada
suatu hal yang salah pada tingkat produksi. Padahal yang sesungguhnya terjadi tidaklah
demikian. Konsekuensinya, tak dapat dikatakan lain bahwa tenaga (yang hilang) itu
mestinya (telah) dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk-makhluk lain yang ada di
sekitar perakaran, yaitu mikroorganisme. Jika tidak, mestinya evolusi sudah akan
menghasilkan suatu seleksi tanaman menuju ke jenis-jenis tanaman yang lebih mampu
bertahan dalam keadaan kekurangan tenaga.
INharr_MaRine
ingin berbagi semoga blog ini bermanfaat..
Inharrr
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita
kenal sekarang. Sebagai determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzim memainkan
peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia
pembangunan tubuh (building blocks); perakitan building blocks tersebut menjadi protein, membran sel, serta DNA yang mengkodekan
informasi genetik; dan akhirnya penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini dimungkinkan dengan adanya kerja
enzim-enzim yang terkoordinasi secara cermat. Sementara dalam keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dalam cara
yang tersusun rapi serta teratur dan homeostatis tetap dipertahankan, homeostatis dapat mengalami gangguan berat pada keadaan
patologis. Sebagai contoh, cedera jaringan hebat yang mencirikan penyakit sirosis hepatis dapat menimbulkan gangguan berat pada
kemampuan sel membentuk enzim-enzim yang mengatalisis berbagai proses metabolisme penting seperti sintesis ureum.
Ketidakmampuan mengubah ammonia yang toksik menjadi ureum yang nontoksik sebagai akibat dari penyakit tersebut akan diikuti
dengan intoksikasi ammonia, dan akhirnya koma hepatikum. Suatu spektrum penyakit genetik langka tetapi yang sering sangat
menurunkan keadaan umum penderitanya dan kerap fatal, memberi contoh-contoh tambahan dramatis tentang konsekuensi fisiologis
drastis yang dapat menyertai gangguan terhadap aktivitas bahkan hanya satu enzim.
Menyusul suatu cedera jaringan berat (misal, infark jantung atau paru, cedera remuk pada anggota gerak) atau pertumbuhan sel yang
tidak terkendali (misal, karsinoma prostat), enzim yang mungkin khas bagi jaringan tertentu akan dilepas ke dalam darah. Dengan
demikian, pengukuran terhadap enzim intrasel ini didalam serum dapat memberikan informasi diagnostik dan prognostic yang tidak
ternilai bagi dokter.
BABII
PEMBAHASAN
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebanyakan di antaranya mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen.
Semua enzim ini diidentifikasi dengan penambahan akhiran ase pada nama substansi atau substrat yang dihidrolisisnya. Jadi, lipase
menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Meskipun
banyak sisa peristilahan ini masih tetap bertahan sampai sekarang, pemakaiannya sudah terbukti tidak memadai ketika ditemukan
berbagai enzim yang mengatalisis reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama, misal, oksidasi atau reduksi terhadap fungsi
alcohol suatu gula. Sementara akhiran -ase tetap digunakan, nama enzim yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi
yang dikatalisisnya. Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis pengeluaran hidrogen, sementara enzim transferase
mengatalisis reaksi pemindahan gugus. Dengan semakin banyaknya enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak
terelakkan, dan kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh seorang penyelidik. Untuk mngatasi permasalahan
ini, International Union of Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan
enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi. Meskipun kejelasan dan pengurangan keraguan tersebut membuat sistem
nomenklatur IUB dipakai untuk ujian riset, nama yang lebih pendek tetapi kurang begitu jelas tetap digunakan dalam buku ajar dan
laboratorium klinik. Karena alasan tersebut, sistem IUB hanya disampaikan secara sepintas.
1) Reksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enem kelas, masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran ase,
menyatakan tipe reaksi yang dikatalisis.
3) Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam tanda kurung pada bagian akhir; misal, enzim
yang mengatalisis reaksi L-malat + NAD+ piruvat + CO2 + NADH + H + diberi nama 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase
(dekarboksilasi).
4) Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang mencirikan tipe reaksi ke dalam kelas (digit pertama), subkelas (digit kedua), dan
subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan kelas 2 (transferase), subkelas 7
(transfer fosfat), subsubkelas 1 (alcohol merupakan aseptor fosfat). Digit terakhir menyatakan heksokinase atau ATP: D-heksosa 6-
fosfotrasferase, sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil pada atom karbon keenam molekul
glukosa.
Enzim yang lengkap disebut holoenzim atau enzim konjugasi. Secara kimia, holoenzim tersusun atas 2 bagian yaitu:
Bagian protein disebut Apoenzim yang bersifat labil (mudah berubah) yang dipengaruhi oleh suhu dan keasaman.
Bagian yang bukan protein yang disebut dengan gugus prostetik (gugusan aktif). Gugus prostetik dibedakan
menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2,
NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide), NADP, FMN dan FAD, Cytokrom (cytokrom a, a3, b, b6, c dan f), plastoquinon, plastosianin
dan feredoksin. Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa jenis
vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Koenzim dan kofaktor tahan terhadap panas dan mudah terdisosiasi dari
protein serta dapat dihilangkan Anabolisme merupakan proses pembentukan makromolekul dari molekul yang lebih sederhana.
Katabolisme merupakan proses pemecahan makromolekul yang lebih sederhana.
a. Suhu
Enzim pada suhu 0o tidak aktif juga tidak rusak. Jika suhu dinaikkan hingga batas optimum (manusia / hewan berdarah panas kurang
lebih 37oC dan hewan berdara dingin 25oC), dapat menyebabkan denaturasi protein yang berarti enzim rusak.
b. pH
Perubahan pH dapat mempengaruhi efektifitas sisi aktif enzim dalam membentuk enzim-substrat. Perubahan pH juga dapat
menyebabkan proses denaturasi sehingga menurunkan aktivitas enzim. Sebagian besar enzim manusia 6-8.
c. Konsentrasi Enzim
kecepatan konstan.
Beberapa zat kimia dapat menghambat aktivitas enzim contohnya garam yang
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologi. Karena
merupakan katalisator, maka enzim sering disebut biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia tetapi
tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi
1. Komponen enzim
Enzim adalah senyawa protein sederhana maupun protein kompleks yang bertindak sebagai katalisator spesifik. Enzim yang tersusun
dari protein sederhana jika diuraikan hanya tersusun atas asam amino saja, misalnya pepsin, tripsin, dan kemotripsin. Sementara itu
enzim yang berupa protein kompleks bila diuraikan tersusun atas asam amino dan komponen lain.
Enzim lengkap disebut holoenzim terdiri atas komponen protein dan nonprotein. Komponen protein yang menyusun enzim disebut
apoenzim. Penyusun enzim yang berupa komponen nonprotein dapat berupa komponen organik dan nonorganik. Komponen organik
yang terikat kuat disebut gugus prostetik. Sedangkan yang terikat lemah disebut koenzim.
Komponen anorganik yang terikat lemah pada protein enzim disebut kofaktor atau aktivator.
2. Cara kerja enzim
Salah satu ciri khas enzim yaitu bekerja secara spesifik artinya enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu. Bagaimana cara
kerja enzim? beberapa teori berikut menjelaskan tentang cara kerja enzim.
Teori ini dikemukakan oleh fischer. Enzim ini diumpakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil dan dapat mengikat substrat.
Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Substrat diumpakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif
enzim. Selain sisi aktif pada enzim juga ditemukan adanya sisi alosterik. Sisi alosterik diibaratkan sebagai saklar. Apabila sisi alosterik
berikatan dengan penghambat konfigurasi enzim akan berubah sehingga aktivitasnya berkurang. Namun jika sisi alosterik berikatan
dengan aktivator maka enzim akan berikatan kembali.
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat.
Reaksi kimia yang dikatalisir enzim dapat mengalami gangguan atau hambatan.
Molekul atau ion yang menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor terbagi
dalam 3, yaitu:
1. Inhibitor Reversibel
a. Inhibitor kompetitif
Zat zat penghambat mempunyai struktur mirip dengan struktur substrat. Demikian zat penghambat dengan substrat saling berebut
untuk bergabung dengan sisi aktif enzim.
Penghambatan ini dipicu oleh terikatnya zat penghambat pada sisi alosterik sehingga sisi aktif enzim berubah. Akibatnya substrat tidak
dapat berikat dengan enzim.
Hasil akhirnnya dapat menghambat kerja enzim sehingga reaksi kimia dapat berjalan dengan lambat.
Hambatan ini terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim sehingga bentuk enzim berubah.
Perubahan bentuk enzim ini mengakibatkan berkurangnya aktifitas katalitik enzim. Hambatan ini juga disebabkan proses destruksi atau
modifikasai gugus enzim
3. Inhibitor Alosterik
Molekul zat penghambat tidak berikatan pada sisi aktif enzim melainkan pada sisi alosterik sehingga sisi aktif enzim tidak aktif lagi
Sifat-sifat enzim
A. Mekanisme kerja
Kenapa enzim spesifik kerjanya (1 enzim untuk 1 langkah reaksi saja)? Faktanya karena model kerja enzim seperti kunci-anak kunci (lock
and key, oleh Emil Fischer).. INi berkaitan dengan tempat pengikatan substrat pada enzim yang berbentuik tiga dimensi, dengan interaksi si
enzim sama substrat melalui interaksi elektrostatik, ikatan hidrogen. Akibat bentuk 3D yang khas ini, ga sembarang molekul ibsa nempel di
enzim itu.. Jadi model ini menjelaskan bahwa enzim bener-bener kaku, khususnya tempat pengikatan dengan substrat. Tapi ada juga
model selain kunci-anak kunci, yaitu modelInduced Fit oleh Daniel Koshland- , yang biloang kalau selama mengikat substrat, enzim
mengalami perubahan konformasi. Jadi strukturnya berubah sedikit, menyesuaikan gitu lah.. Walaupun masih spesifik, model ini ga
sekaku model kunci-anak kunci, dan katanya- lebih dianggaptepat daripada modelnya si Emil Fischer.
Metabolisme berasal dari kata metabole yang artinya perubahan. Berubah di sini memiliki 2 pengertian pertama berubah menjadi lebih
kompleks disebut anabolisme asimilasi atau sintesis. Berubah menjadi lebih sederhana disebut katabolisme/disimilasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Enzim merupakan katalisator yang mengatur kecepata berlangusngnaya berbagai proses fisiologik
2. Enzim yang mengatalisis reaksi yang melibatkan pemindahan gugus isomerisasi, oksido-reduksi, atau sintesis ikatan kovalen
memerlukan substrat yang dikenal dengan koenzim
3. Sebagian besar enzim bersifat sangat spesifik terhadap substratnya, koenzim serta tipe reaksi yang dikatalisisnya. Meskipun
demikian, beberapa enzim protease juga memecah ester. Bagi enzim yang bekerja pada substrat dapat pula ikut bereaksi, tetapi
umumnya dengan kecepatan yang lebih rendah.
4. Untuk menyelidiki struktur mekanisme kerja, dan pengaturan aktivitasnya, enzim harus dimurnikan hingga mencapai homogeneitas
sekitar 95%.
5. Penentuan lokasi enzim intrasel yang tepat disimpulkan lewat teknik histokimia dan fraksionasi sel, yang dirangkaiakn dengan
analisis enzimatik, terhadap sayatan jaringan atau fraksi homogenat sel, isozim, bentuk yang secara fisik berbeda pada enzim
nonfungsional di dalam serum menunjukan kerusakan pada jaringan tertentu manusia, dan memberikan informasi diagnostik seta
prognostic yang berharga.
B. SARAN
Peranan enzim dalam kesehatan sangat penting, untuk itu manusia hendaknya lebih menjaga kesehatan. Serta dalam ilmu mikrobiologi
laut. Dan kami penyusun mengharapkan masukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Beberapa jamur juga dapat digunakan menghasilkan zat warna, misalnya jamur
Neurospora sitophila sebagai penghasil warna merah dan orange, digunakan untuk
membuat oncom.
Bahan pewarna yang alami untuk makanan lebih aman dibandingkan pewarna
sintetik karena pada umumnya pewarna sintetik dapat menyebabkan keracunan.
a. Kelebihan PST
PST sangat menguntungkan karena dapat digunakan sebagai sumber protein. Hal ini
disebabkan karena:
3) Dapat hidup di tempat limbah buangan, seperti selulosa, limbah minyak bumi,
atau limbah organik yang lain.
b. Kekurangan PST
1) PST mempunyai dinding sel yang terdiri atas selulosa, khususnya ganggang,
sedangkan manusia tidak dapat mencerna selulosa.
Untuk menghasilkan etanol (alkohol) dibutuhkan sel-sel ragi dengan bahan baku
karbohidrat, seperti singkong dan beras.
4. Penghasil Obat
Berbagai macam mikroorganisme bermanfaat sebagai penghasil obat-obatan,
contohnya Penicillium menghasilkan zat antibiotik yang mematikan mikroorganisme
lain, disebut penisilin.
Energi tersebut digunakan untuk sintesis karbon dioksida dan air menjadi zat-zat
organik. Proses sintesis ini dikenal dengan sebutan kemosintesis.
Salah satu contoh bakteri pemisah logam ini adalah bakteri Thiobacillus ferooxidans
yang digunakan untuk mengekstraksi tembaga dari bijih tembaga. Bakteri ini
tumbuh subur dalam suasana asam dan tanpa zat organik.
1) Bijih logam tembaga berkualitas rendah yang dikenal sebagai larutan peluluh,
ditimbun. Disinilah banyak ditemukan bakteri.
2) Kemudian, ke dalam larutan itu ditambahkan larutan asam sulfat sehingga terjadi
reaksi antara tembaga dan asam sulfat membentuk tembaga sulfat (CuSO4).
3) Setelah itu, logam besi ditambahkan ke dalam larutan tersebut sehingga besi
akan bereaksi dengan tembaga sulfat untuk melepaskan tembaga tersebut.
4) Melalui proses tersebut diperoleh tembaga murni yang telah terpisah dari
bijihnya. Seluruh proses itu dibantu oleh bakteri Thiobacillus ferrooxidans.
6. Penghasil Energi
Saat ini, persediaan bahan bakar makin menipis. Oleh karena itu, para ahli berusaha
mencari solusi untuk menyelesaikan masalah energi melalui bioteknologi sehingga
dapat diperoleh energi yang aman dan tersedia secara lestari.
Salah satu energi yang dikembangkan melalui bioteknologi saat ini adalah biogas.
Biogas merupakan gas metana yang diproduksi oleh mikroorganisme di dalam
medium kotoran ternak.
Kotoran ternak dicerna oleh mikroorganisme menjadi gas metana yang kemudian
dialirkan ke rumah-rumah sebagai penghasil energi. Sedangkan, limbahnya dapat
digunakan sebagai pupuk.
Cara pembuatannya adalah campuran kotoran ternak dan air dimasukkan pada
tangki pengumpul, kemudian diaduk. Setelah rata, tangki pengumpul dimasukkan
ke dalam tangki pencerna.
7. Pengurai Limbah
Pengolahan limbah secara biologis merupakan pengolahan limbah dengan
menggunakan bakteri untuk mencerna limbah tersebut. Pengolahan limbah dengan
cara ini tidak membutuhkan biaya yang besar dan lebih ramah lingkungan.
Limbah industri harus diolah terlebih dahulu melalui Unit Pengolahan Limbah (UPL)
sebelum dikeluarkan ke lingkungan agar tidak terjadi pencemaran.
Dalam UPL biologis, bakteri pencerna dimasukkan ke dalam bak berisi limbah yang
diberi aerator (alat pemasok udara) untuk memasukkan oksigen yang berguna
untuk pernapasan bakteri secara aerobik.
Limbah akan terurai dan dapat dibuang ke lingkungan setelah air dipisahkan dari
endapan limbah yang tidak berbahaya.