Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup di bumi pasti tersusun atas sel-sel yang berperan aktif dalam
proses metabolisme. Dalam proses metabolisme ini tentunya membutuhkan zat-zat
seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan bahan lainnya untuk membantu proses
metabolisme itu sendiri. Suatu organisme hidup adalah rakitan menakjubkan yang tekah
Alloh Tabaroka Wata’ala ciptakan melalui perantara suatu reaksi kimia. Masing-masing
reaksi seolah berjalan sendiri tapi memberi sumbangan, akan tetapi aktual yang ada sel-
sel tersebut pada dasarnya bermanfaat untuk kehidupan organisme sebagai suatu
kesatuan. Sebagai contoh, sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan-lintasan
metabolik yang dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan reaksi
tersebut dengan cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang sesuai dan tepat
pada saat dibutuhkan. Katalisator inilah yang secara umum disebut dengan enzim.
Sebagai contoh proses metabolisme saat pembentukan urea yang nyatanya
membutuhkan suhu tinggi yang tidak mungkin manusia miliki. Namun, karena adanya
enzim yang bertindak sebagai katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut
berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan
energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian
panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak
mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan
demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 yang berhubungan dengan
hukum kekekalan energi. Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada
kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Reaksi-reaksi yang
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi laboratorium normal
dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di dalam tubuh.
Peran enzim sebagai biokatalisator sangat berpengaruh terhadap peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada makhluk hidup. Hal ini karena enzim sebagai determinan yang
menentukan kecepatan berlangsungnya suatu peristiwa fisiologik, yang memainkan
peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Sehingga, dalam keadaan-
keadaan tertentu kerja enzim akan mengalami perubahan. Dalam keadaan tubuh yang
kurang seimbang, atau tubuh yang kurang sehat, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh
menjadi tidak seimbang. Hal ini disebabkan kerja enzim tidak terkoordinasi dengan
1|Proses Enzimatik
cermat. Sementara dalam keadaan sehat, semua proses fisiologis akan berlangsung
dengan baik serta teratur.
Enzim sendiri merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. sifat-sifat
enzim pun sangat khas, salah satunya yaitu satu enzim hanya memiliki satu
substrat. Selain sifat, enzim juga memiliki klasifikasi, tata nama serta spesifikasi
tersendiri. Perananan enzim dalam tubuh manusia sangatlah besar. Untuk itu, pemahaman
selengkapnya tentang enzim akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian enzim?
2. Bagaimana tatanama dan kekhasan enzim?
3. Bagaimana fungsi dan cara kerja enzim?
4. Bagaimana cara penggolongan enzim?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian enzim.
2. Untuk mengetahui bagaimana tatanama dan kekhasan enzim.
3. Untuk mengetahui fungsi dan cara kerja enzim.
4. Untuk mengetahui cara penggolongan enzim..

2|Proses Enzimatik
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Enzim
Enzim merupakan biopolimer yang berperan sebagai katalis hayati dalam reaksi-
reaksi biokimia yang terjadi dalam sel mahkluk hidup. Penggunaan enzim di bidang
industri, baik industri pangan maupun bukan pangan sudah banyak berkembang. Enzim
sebagai biokatalis bekerja secara spesifik dan sangat efisien, umumnya kerja enzim juga
tidak membutuhkan pemanasan atau perlakuan tekanan seperti katalis non biologis.
Enzim secara umum dapat dihasilkan dari hewan, tanaman, dan mikroorganisme. Pada
penelitian ini dilakukan proses produksi enzim ekso lipase dari jenis mikroorganisme
yang terdapat pada Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM). Hal ini dikarenakan di dalam
tanah terkontaminasi minyak (TTM) mengandung jutaan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan enzim yang kemudian dilanjutkan dengan mengekskresikan enzim ke
media sehingga mempermudahkan proses produksi dan isolasi enzim.
Enzim merupakan protein yang memiliki sifat-sifat yang sangat khas seperti berat
molekul, kondisi reaksi pada aktivitas optimum dan stabilitas enzim. Aktivitas dan
stabilitas enzim sangat dipengaruhi oleh modifikasi kondisi fisik dan kimia yang dapat
menyebabkan perubahan struktur sekunder, tersier dan kuartener dari molekul enzim.
Pokok utama mekanisme kerja enzim adalah konsepsi aktivasi pemecahan substrat yang
didahului pembentukan kompleks enzim substrat. Bentuk kompleks enzim substrat
terbentuk karena perbedaan afinitas kimia antara substrat dan enzim pada daerah tertentu
yang disebut pusat aktif. Penambahan larutan seperti pelarut organik dan juga larutan
logam akan mempengaruhi mekanisme kerja enzim karena terjadi interaksi molekuler.
Interaksi antara enzim dengan substrat dapat terjadi menurut dua hipotesis yaitu
hipotesis Lock and Key dan hipotesis Induced-Fit. Menurut hipotesis Lock and Key,
spesifitas enzim termasuk adanya struktur komplementer antara enzim dengan substrat
terjadi karena substrat mempunyai kesesuaian bentuk ruang dengan enzim pada struktur
sisi aktif enzim. Sedangkan menurut hipotesis Induced-Fit, substrat mempunyai
kesesuaian ruang dengan sisi aktif pada kompleks enzim-substrat, tetapi dalam proses
pengikatan substrat enzim mengalami perubahan konformasi sehingga strukturnya sesuai
dengan substrat. Proses ini disebut sebagai proses induksi. Enzim mengikat molekul
substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai
membentuk enzim bebas dan produknya.

3|Proses Enzimatik
Gambar 1. Mekanisme kerja enzim

Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme


dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Pada reaksi
yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim
mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk.
Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang
disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung
dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan
oleh hormon sebagai promoter.
Stabilitas enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah waktu
penyimpanan, suhu, pH dan senyawa-senyawa yang dapat menginaktifkan enzim,
misalnya protease, dan penyebab denaturasi lainnya. Reaksi katalisis enzim, seperti
halnya reaksi kimia yang lain dipengaruhi oleh suhu. Jika suhu meningkat, maka laju
reaksi juga akan meningkat. Akan tetapi karena enzim adalah protein, maka semakin
tinggi suhu akan mengakibatkan proses inaktivasi enzim juga semakin meningkat. Pada
kondisi normal, struktur aktif enzim dijaga oleh keseimbangan kekuatan non-kovalen
yg berlainan, yaitu ikatan hidrogen, hidrofobik, ionik, dan Van der Walls. Dengan
naiknya suhu, semua kekuatan tersebut menurun dan molekul protein enzim akan
terbuka. Karena pada pusat aktif enzim selalu terdiri dari beberapa residu asam amino
yang terdapat dalam struktur tiga dimensi protein enzim, maka pembukaan rantai
molekul protein menyebabkan kerusakan pusat yang aktif sehingga enzim menjadi
inaktif. Pada suhu tinggi, substrat juga dapat mengalami perubahan konformasi
sehingga sisi reaktifnya tidak dapat lagi atau mengalami hambatan dalam memasuki
lokasi aktif enzim. Enzim yang stabil dan optimum pada suhu tinggi diatas suhu 55 oC
dapat dikatakan sebagai enzim termostabil.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata banyak enzim mempunyai gugus
bukan protein (kofaktor), jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini
(holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan
protein (kofaktor). Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein, dan

4|Proses Enzimatik
merupakan bagian yang paling utama dari enzim. Kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein (protestik), ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya (koenzim). Sebagai
contoh enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang
terdiri dari protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah protein yang
mengikat tembaga.

1.2 Kekhasan Enzim


Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap
berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap berbagai macam reaksi.
Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim yang
bekerja terhadap lebih dari suatu substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai
kekhasan tertentu, misalnya enzim esterase dapat menghidrolisir beberapa ester asam
lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang bukan ester.
Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu
sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim. Jadi, walaupun
reaksi tersebut berjalan namun tiap enzim hanya bekerja pada satu reaksi. Jadi, kekhasan
reaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi oleh apoenzim.
Daya katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal
sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem biologi
sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur.
Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun
terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Satu enzim biasanya mengkatalisis satu
jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik
sangat jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampingan
yang tak berguna.

1.3 Fungsi dan Cara Kerja Enzim


a. Fungsi enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 1011 kali
lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat
berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai derajat kekhasan

5|Proses Enzimatik
yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai peranan yang sangat penting dalam
reaksi metabolisme. Peranan enzim dalam reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:
1) Biokatalisator yaitu meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan menurunkan
energi aktivasinya tetapi tidak ikut bereaksi.
2) Modulator yaitu mengatur reaksi yang bersifat acak menjadi berpola. Misalnya
glukosa yang terbentuk selama proses fotosintesis. Jika konsentrasi glukosa telah
melebihi keseimbangan, maka akan terurai menjadi CO 2 dan H2O. Dengan adanya
enzim, glukosa dapat diubah menjadi sukrosa atau amilum. Dalam bentuk sukrosa
dapat diedarkan ke seluruh jaringan melalui floem dan disimpan dalam bentuk
amilum. Dengan mengubah glukosa menjadi molekul lain, maka proses fotosintesis
dapat terus berlangsung tidak terhambat oleh akumulasi hasilnya.
b.Cara kerja enzim
a) Kompleks enzim substrat
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada
satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada
hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Oleh karena itu tidak seluruh
bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan
enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim
yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active
site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang
tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi
lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim
itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap enzim
mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya
kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang
bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
1) Lock and key (gembok dan kunci)
Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena
adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari
enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci
masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi
kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk
hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda
6|Proses Enzimatik
dengan teori kunci gembok. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas,
maka bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
2) Teori Kecocokan Induksi (Daniel Koshland)
Menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung
karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga
keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori
ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.
3) Persamaaan Michaelis – Menten
Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis bahwa
dalam reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian
menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis
dan Menten itu dapat dituliskan sebagai berikut :

Enzim (E) + Substrat (S) kompleks enzim-substrat (ES)


Enzim (E) + Hasil reaksi (P)
Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substrat [ES], sebab apabila tergantung pada konsentrasi
substrat [S], maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.

1.4 Penggolongan Enzim


Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim
diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase, dan lain-lain. Disamping itu
ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama, misalnya pepsin, tripsin,
dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry,
enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia
dimana enzim memegang peran. Enam golongan enzim tersebut adalah:
1. Oksidoreduktase
2. Enzim yang melaksanakan katalis dengan melibatkan reaksi oksidasi suatu
senyawa ataupun reduksi dengan senyawa lain.
3. Transferase
4. Enzim melaksanakan katalis reaksi yang mengalihkan suatu gugus yang
mengandung C, P, N, S suatu senyawa ke senyawa lain
5. Hidrolase

7|Proses Enzimatik
6. Enzim yang melaksanakan katalis pemecah hidroik atau sebaliknya
7. Liase
8. Enzim yang melaksanakan katalis pemusatan ikatan C-C, C-O, C-N dsb, tanpa
melibatkan hidrolisis atau oksidasi reduksi
9. Isomerase
10. Enzim yang melaksanakan katalis reaksi isomerisasi yang merupakan penataan
kembali atom yang membentuk suatu molekul
11. Ligase
12. Enzim yang melaksanakan katalis reaksi-reaksi pembentukan ikatan antara dua
moekul substrat yang terkait dengan pemusatan ikatan pirofosfat dalam ATP atau
senyawa energi tinggi lainnya

1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Enzim


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu:
1) Konsentrasi enzim
Ppada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim.
2) Konsentrasi Substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan
tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi
walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Dengan demikian konsentrasi kompleks
enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan
reaksi. Pada suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah
dipenuhi oleh substrat atau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini,
bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya
kosentrasi kompleks substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah
besar.
3) Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah
suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi,
sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi
efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Kenaikan
8|Proses Enzimatik
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan
reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu
titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu proses reaksi yang
menggunakan enzim tersebut.
4) pH, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan
Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negative atau ion bermuatan ganda
(zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh
terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat.
Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat menurunkan
aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat menyebabkan
kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi.
5) Produk/hasil reaksi (dapat menghambat enzim)
6) Zat penggiat (aktivator), misalnya logam alkali, logam alkali tanah, Mn, Mg, dan
Cl.
7) Zat penghambat (Inhibitor)
Yaitu molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi pembentukan kompleks
enzim-substrat. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
revesibel atau hambatan revesibel.
a) Hambatan Revesibel
Hambatan revesibel dapat berupa hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing.
- Hambatan bersaing.
Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul mirip dengan substrat, yang
dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim inhibitor (EI)
pembentukan kompleks ES, yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim
pada bagian aktif enzim. Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor
dengan substrat terhadap bagian aktif enzim melalui reaksi sebagai berikut :
E + S -------------- ES
E + I --------------- EI
Inhibitor yang menyebabkan hambatan bersaing disebut inhibitor bersaing.
Inhibitor ini menghalangi terbentuknya kompleks ES dengan cara membentuk
kompleks EI dan tidak dapat membentuk hasil reaksi ( P).
E + S -------------- ES ------------ E + P (membentuk hasil reaksi)
E + I -------------- EI ------------ ( tidak terbentuk hasil reaksi)
9|Proses Enzimatik
Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi
terbentuknya kompleks ES dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan
reaksi.
- Hambatan tak bersaing
Hambatan tidak bersaing ( non competitive inhibition ) tidak di pengaruhi oleh
besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya (inhibitor tidak
bersaing). Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim di luar bagian
aktif. Penggabungan antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas,
atau pada enzim yang telah mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat.
E + I ----------- EI
ES + I ------------ ESI
b) Hambatan tidak reversibel
Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak
reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya
bentuk enzim. Dengan demikian mengurangi aktivitas katalik enzim tersebut.
Reaksi ini berlangsung tidak reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi
dengan sempurna.
8) Hambatan Alosterik
Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik,
sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor alosterik. Bentuk
molekul inhibitor alosterik berkaitan dengan enzim pada tempat diluar bagian aktif
enzim. Dengan demikian, hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan
penambahan sejumlah besar substrat. Terbentuknya ikatan antara enzim dengan
inhibitor mempengaruhi konformasi enzim, sehingga bagian aktif mengalami
perubahan bentuk. Akibatnya ialah penggabungan substrat pada bagian aktif enzim
terhambat.
- Inhibitor/penghambat kompetitif, produk (sebagai zat inhibitor)
berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Dapat diatasi
dengan menambahkan konsentrasi substrat.
- Inhibitor/penghambat alosterik (non-kompetitif), produk (sebagai zat
inhibitor) berikatan pada bagian enzim selain sisi aktif enzim yang disebut sisi
alosterik dan menyebabkan sisi aktif berubah sehingga substrat tidak dapat
berikatan dengan enzim.

10 | P r o s e s E n z i m a t i k
1.6 Koenzim
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus
kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim
mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa
mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang
dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam
folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim
seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin. Oleh karena koenzim secara
kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat
yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui
menggunakan koenzim NADH.
Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya,
NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui
metionina adenosiltransferase.
Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi
bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tampak
pada contoh berikut :
1) Niasin
Merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat.
Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD +,
NADP+. Kekurangan niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.
2) Molekul riboflavin atau vitamin B2
Terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang tersubstitusi.
Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul riboflavin
merupakanbagian dari molekul FAD.
3) Asam lipoat
Merupakan suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat
dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi,
berfungsi sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat
dehidrogenase, berperan dalam reaksi pemisahan gugus akil.
4) Biotin
Merupakan vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein.
Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
11 | P r o s e s E n z i m a t i k
5) Tiamin atau vitamin B1
Umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan
vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari
vitamin B1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan
enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo
ketolase.
6) Vitamin B6
Terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin.
Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B 6 ialah piridoksalfosfat
dan piridoksaminofosfat.
7) Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alat
Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang
berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah
sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna dalam biosintesis
purin, serin dan glisin.
8) Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati
Adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B 12 adalah bekerja pada beberapa reaksi
anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan C-O, dan ikatan C-N dengan
enzim mutase dan dehidrase.
9) Asam pantotenat
Terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A. Vitamin ini
diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan penting
sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak
Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada
pula koenzim yang tidak berhubungan dengan vitamin, yaitu adenosine trifosfat
atau ATP. Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi.

12 | P r o s e s E n z i m a t i k
BAB III
PENUTUP
1.1 Saran
Dalam pembuatan makalah, membutuhkan bahan yang cukup banyak sehingga cukup
sulit untuk memahami materi sebagai bahan makalah. Dan dengan mempelajari makalah
yang singkat ini diharapkan kita dapat mengetahui apa itu enzim.

1.2 Simpulan
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein,
berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam
suatu reaksi kimia.
Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki peranan penting dalam
reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan modulator. Untuk dapat bekerja pada
suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan
substrat (kompleks enzim-substrat).
Enzim digolongkan menurut tipe reaksi yang diikutinya dan mekanisme reaksi,
sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu
konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH, produk/hasil reaksi, aktivator, dan
inhibitor.
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus
kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Penggolongan enzim berdasarkan
atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan, yaitu: oksidoreduktase, tranferase,
hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.

13 | P r o s e s E n z i m a t i k

Anda mungkin juga menyukai