Anda di halaman 1dari 4

Nama : Titis Sukma Yunika

NIM : 20120015
Prodi : D4 Teknologi Laboratorium Medis/1 Semester 2

ENZIM

A. Pengertian
Kata ‘enzim’ berasal dari bahasa Yunani en dan zyme. En berarti dalam dan zyme
berarti ragi. Dengan demikian, enzim dapat diartikan sebagai zat dalam ragi. Yang
dimaksud dengan enzim di sini adalah sekelompok protein yang mempunyai fungsi khusus
yaitu sebagai biokatalis yang berfungsi untuk membantu proses metabolisme tubuh seperti
pembentukan senyawa penyusun sel, pembakaran glukosa, penguraian protein, dan
penguraian polisakarida.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
Ada 2 fungsi pokok enzim, yakni mempercepat atau memperlambat reaksi kimia; dan
mengatur sejumlah reaksi yang beda-beda dalam waktu yang sama.
Sementara di ilmu biologi, enzim didefinisikan sebagai biokatalisator yang berfungsi
mempercepat reaksi biologis di dalam tubuh. Dengan adanya enzim, proses reaksi biologis
di dalam tubuh bisa terjadi tanpa ikut bereaksi dengan subtrat (komponen yang akan
dipecah oleh enzim).
Enzim juga termasuk bagian penting di tubuh manusia. Dikutip dari livescience,
enzim merupakan katalis yang sangat selektif. Artinya setiap enzim hanya mempercepat
reaksi tertentu. Beberapa enzim membantu memecah molekul besar menjadi potongan-
potongan kecil yang lebih mudah diserap tubuh. Namun ada juga enzim yang membantu
mengikat dua molekul menjadi satu untuk menghasilkan molekul baru.
Contoh enzim sebagai berikut :
• Lipase: sekelompok enzim yang membantu mencerna lemak di usus.
• Amilase: membantu mengubah pati menjadi gula, ditemukan dalam air liur.
• Maltase: juga ditemukan dalam air liur, memecah gula maltosa menjadi glukosa.
• Maltosa ditemukan dalam makanan seperti kentang, pasta, dan bir.
• Tripsin: ditemukan di usus kecil, memecah protein menjadi asam amino.
• Laktase: juga ditemukan di usus kecil, memecah laktosa, gula dalam susu, menjadi
glukosa dan galaktosa.
• Asetilkolinesterase: memecah neurotransmitter asetilkolin di saraf dan otot.
• Helikase: mengungkap DNA. DNA polimerase: mensintesis DNA dari
deoksiribonukleotida.
• Enzim hati: memecah racun dalam tubuh.

B. Komponen Enzim
Komponen Enzim Sebagian besar enzim, terdiri atas dua komponen penyusun, yakni
protein (apoenzim) dan non-protein (gugus prostetik). Apoenzim adalah komponen paling
dominan dalam struktur enzim. Selain itu, apoenzim ini bersifat labil karena mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu dan pH, serta tidak tahan panas.
Adapun gugus prostetik terdiri dari ion anorganik dan ion organik kompleks. Ion
anorganik dalam gugus prostetik disebut sebagai kofaktor. Fungsi kofaktor ialah katalis
yang mampu meningkatkan kerja enzim. Sedangkan ion organik dalam gugus prostetik
disebut koenzim, yang berfungsi untuk memindahkan zat kimia dari satu enzim ke enzim
lain. Gugus prostetik adalah ion atau molekul yang diperlukan oleh beberapa enzim untuk
melakukan proses katalis. Gugus prostetik dapat berupa molekul anorganik (kofaktor)
seperti ion Fe2+, Mn2+, atau Zn2+; atau berupa molekul organik kompleks (koenzim),
seperti vitamin (B1, B2, B6, niasin, dan biotin). Koenzim tidak terpengaruh oleh
pemanasan atau bersifat termostabil.

C. Sifat Enzim
1. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi. Jadi, enzim tidak mengubah produk akhir
yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju
suatu reaksi.
2. Enzim bekerja secara spesifik. Maka itu, enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu.
3. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein, antara
lain bekerja pada suhu optimum, umumnya suhu kamar. Enzim akan kehilangan
aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Panas
yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
4. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit, sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator.
5. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik. Ini berarti enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat
laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa
menjadi senyawa-senyawa lain, dan juga sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa
menjadi senyawa tertentu.
6. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat), serta
konsentrasi substrat.

D. Fungsi dan Cara Kerja Enzim


Enzim bertindak sebagai katalis dalam organisme hidup. Enzim mengatur laju reaksi
kimia tanpa dirinya sendiri berubah dalam proses tersebut. Molekul yang bekerja dengan
enzim disebut dengan istilah substrat. Substrat berikatan dengan suatu daerah pada enzim
yang disebut tapak aktif.
Ada dua model cara kerja enzim.
1. Lock and Key Theory (Model Gembok dan Kunci)
Dikemukakan oleh Ficher (1898). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang
mempunyai bagian kecil yang dapat mengikat substrat (ibaratnya lubang pada gembok
tempat memasukkan kunci). Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat
disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif
enzim.
2. Induced Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi)
Sisi aktif enzim bersifat dleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan
bentuk substrat. Situs aktif dan media tidak cocok satu sama lain, tetapi keduanya
mengubah bentuknya agar terhubung.
Dikutip dari Britannica, enzim mengkatalisasi banyak aspek dari metabolisme sel yang
mempunyai fungsi berikut:
• Pencernaan makanan di mana molekul nutrisi yang besar (seperti protein, karbohidrat,
dan lemak) dipecah menjadi molekul yang lebih kecil.
• Konservasi dan transformasi energi kimia.
• Konstruksi makromolekul seluler dari prekursor yang lebih kecil.
• Setiap sel di tubuh mengandung DNA. Setiap sel membelah, DNA perlu disalin.
Enzim membantu dalam proses ini dengan melepaskan gulungan DNA dan menyalin
informasi.
Enzim juga dibutuhkan di industri makanan dan medis. Fermentasi anggur, ragi roti,
pengentalan keju, dan pembuatan bir telah dipraktekkan sejak awal, tetapi baru pada abad
ke-19 reaksi ini dipahami sebagai hasil dari aktivitas katalitik enzim. Sejak itu, enzim
menjadi semakin penting dalam proses industri yang melibatkan reaksi kimia organik. Di
dunia medis, penggunaan enzim untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit,
mempercepat penyembuhan luka, hingga mendiagnosis penyakit tertentu.

E. Penamaan Enzim
Enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran –ase terhadap nama substrat yang
diubah oleh enzim tersebut. Misalnya, enzim yang mengubah protein dinamakan protease
atau enzim yang berperan dalam reduksi oksidasi dinamakan oksidase. Dapat juga
berdasarkan penggabungan dari nama substrat dan jenis reaksi ditambah akhiran –ase,
misalnya enzim laktat dehidrogenase.

F. Persyaratan agar Enzim dapat Bekerja Efektif


Aktivitas enzim sangat terpengaruh oleh keadaan suhu dan pH. masing-masing enzim
dapat bekerja dengan efektif pada suhu dan pH tertentu dan aktivitasnya berkurang dalam
keadaan di bawah atau di atas titik tersebut. Enzim pepsin pencerna protein bekerja paling
efektif pada pH 1-2, sedangkan enzim proteolitik lainnya, tripsin, pada pH tersebut
menjadi tidak aktif, tetapi sangat efektif pada pH 8.
Terdapat dua peranan penting dalam kerja enzim, yaitu :
1. Peranan penting dari struktur tersier, yaitu bentuk, di dalam fungsi enzim.
2. Peranan dari daya yang lemah seperti ikatan hydrogen dan ikatan ion dalam
pembentukan struktur tersier, dapat menjelaskan mengapa enzim begitu peka
terhadap suhu dan pH. Ikatan hydrogen mudah rusak dengan menaikkan suhu. Hal
ini selanjutnya akan merusak bagian-bagian dari struktur tersier enzim yang
esensial untuk menggikat substrat. Perubahan pH, mengubah keadaan ionisasi dari
asam amino yang bermuatan (yaitu asam aspartat, Lisina) yang dapat mempunyai
peranan penting dalam pengikatan substrat dan proses katalitik. Tanpa gugus –
COOH dari Glu-35 yang tidak terion dan gugus COO– dari ASP-52 yang terion,
proses katalitik dari lisozim akan terhenti.

G. Dampak Bila Kekurangan Enzim


Berikut adalah beberapa jenis penyakit metabolik yang bersifat keturunan yang
disebabkan oleh kekurangan enzim:
1. Penyakit Fabry
Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya enzim ceramide trihexosidase atau alpha-
galactosidase-A. Penyakit Fabry bisa menyebabkan gangguan jantung dan ginjal.
2. Fenilketonuria
Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan enzim PAH, yang menyebabkan kadar
fenilalanin meningkat di dalam darah. Akibatnya, pengidap fenilketonuria bisa
mengalami keterbelakangan mental.
3. Maple Syrup Urine Disease
Dinamakan maple syrup urine disease karena kekurangan enzim jenis ini bisa memicu
terjadinya penumpukan asam amino, sehingga menyebabkan saraf menjadi rusak dan
air urine mengeluarkan bau yang menyerupai aroma sirup.
4. Penyakit Niemann-Pick
Penyebab penyakit ini adalah adanya gangguan penyimpanan lisosom, yaitu sebuah
ruangan di dalam sel yang berfungsi membuang sistem metabolisme. Dampak yang
bisa terjadi adalah kerusakan saraf, susah makan, dan pembesaran organ hati pada bayi.
5. Penyakit Tay-Sachs
Sama seperti penyakit Niemann-Pick, penyakit Tay-Sachs juga disebabkan oleh
kekurangan enzim di dalam lisosom. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan saraf
pada bayi, dan biasanya mereka hanya dapat bertahan hidup hingga usia 4–5 tahun.
6. Sindrom Hurler
Sindrom Hurler juga disebabkan oleh kekurangan enzim di dalam lisosom. Kondisi ini
bisa menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan dan struktur tulang yang tidak
normal.

H. Cara Mengatasi Penyakit Akibat Kekurangan Enzim


Sayangnya, penyakit akibat kekurangan enzim yang bersifat keturunan tidak bisa
disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengatasi gangguan
metabolisme saja. Berikut cara mengatasi kekurangan enzim:
• Mengurangi konsumsi makanan dan obat-obatan yang tidak bisa dicerna dengan baik.
• Mengganti enzim yang sudah tidak aktif atau hilang, sehingga metabolisme bisa
kembali normal.
• Melakukan detoksifikasi darah untuk menghilangkan penumpukan bahan beracun
akibat gangguan metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai