Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Beberapa reaksi kimia dalam tubuh mahluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini
terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada
maka proses – proses tersebut akan terjadi lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Zat
tersebut dikenal dengan nama fermen atau enzim.
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Enzim adalah
biokatalisator yang dihasilkan oleh sel" berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia.
Setelah reaksi berlangsung" enzim tidak mengalami perubahan jumlah" sehingga jumlah
enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap.
Enzim merupakan polimer biologis yang mengkatalis reaksi kimia yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Keberadaan dan
pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal yang esensial
untuk (1) Menguraikan nutrien menjadi energi dan chemical building block (bahan dasar
kimiawi, (2) Menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi protein, DNA, membrane sel
dan jaringan serta, (3) Memanfaatkan energi untuk melakukan motilitas sel, fungsi saraf
dan kontraksi otot.
Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul
tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua paroses
biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.
Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada. Sebagai
biokatalisator yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim memegang
peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. Meskipun dalam keadaan sehat semua
proses fisiologis akan berlangsung dengan cara tersusun serta teratur sementara
homeostasis akan dipertahankan, namun keadaan homeostasis dapat mengalami
gangguan yang berat dalam keadaan patologis.

1
Enzim mempunyai selektivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang
direaksikan dan jenis reaksi yang dikatalisasi. Semua reaksi metabolism (anabolisme dan
katabolisme) biokimia makanan mutlak memerlukan enzim sehingga menghasilkan
produk yang diinginkan seperti pada reaksi glikolisis, lipolysis, pentosa fosfat, siklus –
rebs, oksidasi fosforilasi, gkukoneogenesis, sintesiskolesterol, ketogenesis dll
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor" terutama oleh (1) Substrat, (2)
Suhu, (3) Tingkat keasaman (pH), Inhibitor, Kofaktor , dan Induktor. Inhibitor adalah
molekul yang menurunkan akti:itas enzim, sedangkan aktivator atau kofaktor adalah
suatu zat yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan kinerja enzim yang semula belum
aktif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari enzim dan koenzim?
2. Bagamana pembagian kelas enzim?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi enzim?
4. Apakah yang dimaksud dengan bioenergika?
5. Bagaimana hukum termodinamika ?
6. Apa pengertian rantai respirasi itu?
7. Apa saja komponen respirasi itu?
8. Bagaimana regulasi dari rantai respirasi itu?
9. Apa saja inhibitor dalam rantai respirasi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari enzim dan koenzim.
2. Untuk mengetahui pembagian kelas enzim.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi enzim.
4. Untuk mengetahui bioenergika.
5. Untuk mengetahui hukum termodinamika.
6. Untuk mengetahui pengertian rantai respirasi itu.
7. Untuk mengetahui komponen respirasi itu.
8. Untuk mengetahui regulasi dari rantai respirasi itu.
9. Untuk mengetahui inhibitor dalam rantai respirasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ENZIM DAN KOENZIM


Kata enzim berasal bahasa Yunani “enzyme” yang berarti “di dalam sel”. Tahun
1978, Wilhem Kuhne yang merupakan psikolog asal Jerman mendeskripsikan enzim
sebagai “proses”. Kemudian, istilah enzim digunakan menjadi biokatalisator yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi biologis tanpa ikut bereaksi. Sederhananya, enzim
adalah katalis yang membantu percepatan reaksi biologis. Enzim adalah biomolekul yang
berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)
dalam suatu reaksi kimia. Bila zat ini tidak ada maka proses-proses tersebut akan teljadi
lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Hampir semua enzim merupakan protein.
Enzim adalah biokatalisator, yang artinya dapat mempercepat reaksi- reaksi biologi tanpa
mengalami perubahan struktur kimia. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul
awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cepat. Pada enzim terdapat bagian
protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang
bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa
logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan senyawa organik yang mengandung
logam. Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut
holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak
menyatu. Bagian gugus prostetik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya
gugus prostetik. Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya: vitamin
B1, B2, B6, niasin dan biotin).
Koenzim merupakan senyawa organik non-protein dengan berat molekulyang
kecil dan dapat membantu enzim dalam kerja. Koenzim kadang-kadangdisebut sebagai
kosubstrat. Molekul ini merupakan substrat untuk enzim dan tidak membentuk begian
permanen dari substrat enzim. Sebagai kosubstratmengandung makna bahwa
1. Yang terjadi pada koenzim merupakan kebalikan dari substrat. Jikasubstrat
mengalami oksidasi maka, koenzim mengalami reduksi dansebaliknya. Jika

3
substrat melepaskan gugus metal, maka koenzim akanmengalami metilasi dan
lain-lain.
2. Hal yang terjadi pada koenzim pada hakikatnya merupakan tujuan
prosesreaksi,bukan produk yang dihasilkan. Misalnya dalam proses glikolisi,asam
pruvat atau asam laktat bukanlah aspek yang penting, tetapiketersediaan NAD
sebagai koenzimnya dapat terus tersedia apa tidak.Jika NAD tidak dapat di
pertahankan ketersediannya, maka reaksi cepat berhebti.
3. Koenzim berperan sangant penting dalam suatu reaksi dan tidak dapatdigantikan
oleh koenzim lain yang identik. Contohnya, NAD tidak dapat digantikan oleh
NADP dalam reaksi oksidasi
Koenzim berasal dari gugus prostetik, yang merupakan komponen non protein
dan terikat kuat pada enzim, seperti gugus besi sulfut, falvin atau haem, Contoh enzim
yang mempunyai gugus prostetik adalah hemoprotein (hema),flavoprotein (FAD atau
FMN). Koenzim dan gugus prostetik merupakan jenis kofaktor secara luas yang
merupakan molekul non-protein (biasanya molekulorganik atau ion logam) yang
diperlukan oleh enzim untuk aktifitasnya.

B. PEMBAGIAN KELAS ENZIM


1. Oksidoreduktase, mengatalsis reaksi oksidasi-reduksi. Sebagian besar enzim ini
disebut dehidrogenase, tetapi sebagian disebut oksidase peroksidase, oksigenase,
atau reduktase .

Reaksi ini memerlukan koenzim nikotinamid adenin dinukleotida (NAD).


2. Transferase, mengatalisis reaksi transfer gugus fungsi dan banyak potensi
koenzim. Dalam reaksi transfer gugus, bagian molekul substrat biasanya mengikat
kovalen pada enzim atau koenzimnya. Kelompok ini termasuk kinase, enzim yang
mengkatalisis transfer gugus fosforil dari ATP.

4
3. Hidrolase, mengatalisis reaksi hidrolisis. Mereka adalah termasuk kelas
transferase, dengan udara yang bekerja sebagai akseptor gugus yang ditransfer.
4. Liase, mengatalisis substrat, pembentukan ikatan rangkap, ini adalah merupakan
nonhidrolitik, reaksi eliminasi nonoksidatif. Dalam arah kebalikan, liase
mengatalisis adisi satu substrat ke ikatan rangkap substrat kedua. Liase yang
mengkatalis suatu reaksi adisi dalam sel, yang seringkali disebut sintase.

5. Isomerase, mengatalisis perubahan struktur didalam satu molekul tunggal


(isomerisasi reaksi). Hal ini dilakukan oleh karena reaksi ini hanya satu substrat
dan satu produk, mereka ada antara reaksi enzimatis yang paling sederhana.

6. Ligase, mengatalisis ligasi atau penggabungan dua substrat. Reaksi ini perlu
masukan energi potensial kimia untuk nukleosida trifosfat seperti ATP. Ligase
biasanya disebut sebagai sintetase.

5
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM
1. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim
dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu
tertentu. Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di
bawah suhu optimum maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC
atau di bawahnya brsifat nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak
rusak.
Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas enzim. Namun, jika suhu
melebihi batas optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal
ini, akan mengakibatkan enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh,
enzim manusia memiliki suhu optimum 35oC – 40oC, enzim pada bakteri yang
hidup di air panas memiliki suhu optimum 70oC atau lebih.
2. Derajat Keasaman (pH)
Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan
fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Enzim
memiliki pH optimum yang dapat bersifat basa maupun asam. Sebagian besar
enzim memiliki pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif
enzim berubah keefektifannya dalam membentuk kompleks enzim – substrat,
sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim.
Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi
(kerusakan) pada enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim biasanya bersifat
bolak-balik, tetapi tidak bolak-balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu
panas. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju tumbukan antara enzim dan

6
molekul substrat, sehingga akan meningkatkan laju pembentukan kompleks
enzim-substrat dan meningkatkan keceptan reaksinya.
Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim pada suhu
optimum karena reaksi itu teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang –
kadang hanya pada temperatur lebih dari 100oC. Contoh enzim ptialin di mulut
hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di lambung bekerja pada pH
asam, sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
3. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan
konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi jika jumlah enzim dalam reaksi tersebut tetap. Namun, ketika
semua sisi aktif enzim sedang bekerja, penambahan konsentrasi substrat tidak
dapat meningkatkan kecepatan reaksi. Keadan demikian menunjukkan bahwa
kecepatan reaksi telah mencapai titik maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi
akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua enzim
mengikat substrat.
Pada setiap saat, proporsi molekul – molekul enzim yang terikat pada
substrat akan tergantung pada konsentrasi substratnya. Karena konsentrasi
meningkat, kecepatan awal dari reaksi (Vo) pada saat penambahan enzim akan
meningkat sampai suatu nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim
tersebut dikatakan jenuh (seluruh sisi aktif maksimum), dan penambahan jumlah
substrat tidak akan menaikkan Vo. Nilai konsentrasi substrat pada saat Vo = ½
Vmax dikenal dengan tetapan MICHAELS (Km) untuk reaksi substrat-enzim.
Rendahnya nilai Km menunjukkan afinitas tinggi dari enzim untuk substratnya.
Beberapa enzim (misalnya aspartase) hanya mengikat satu molekul
substrat yang sangat khusus; enzim yang lain dapat mengikat berbagai substrat
lain yang khusus untuk enzim tersebut (misalnya semua ikatan peptida terminal
dalam kasus eksopeptidase). Perbedaan itu timbul dari derajat stereospesifitas

7
enzimnya. Banyak yang memerlukan gugus prostetik yang menempel atau
koenzim yang dapat melebur untuk menjalankan aktivitasnya. Pada enzim –
enzim itu komponen proteinnya dinamakan apoenzim dan seluruh kompleks
enzim-kofaktor fungsional dinamakan holoenzim.
4. Zat – zat Penggiat (Aktivator)
Aktivator adalah suatu zat atau molekul, dimana berfungsi untuk memacu
maupun mempercepat reaksi enzim. Seperti contoh dari aktivator ialah garam-
garam dari logam alkali pada kondisi encer (2% – 5%), serta ion logam seperti
Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl. Hal ini juga ialah suatu Faktor yang Mempengaruhi
Kerja Enzim.
5. Zat – Zat Penghambat / Inhibitor
Inhibitor adalah suatu molekul yang bisa menghambat aktivitas enzim. Zat
ini dapat dibedakan menjadi dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor
kompetitif dengan inhibitor nonkompetitif.
a. Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) adalah suatu molekul
penghambat kerja enzim dimana bekerja dengan cara bersaing terhadap
sisi aktif enzim. Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) berkaitan
dengan secara kuat pada sisi aktif enzim, nah pengikatan ini berlangsung
secara bolak – balik sehingga persentase penghambatan untuk tingkat
inhibitor yang tetap menjadi berkurang saat substratnya ditambah.
Jadi, inhibitor kompetitif ini bisa dihilangkan dengan cara
menambah konsentrasi substrat. Seperti contoh yang begitu penting dari
pengikatan ini ialah : dengan melibatkan enzim yang berlimpah, ribulose
bifosfat karboksilase, enzim penambat CO2 terhadap C3 fotosintesis dan
terhadap proses ini molekul – molekul O2.
Dengan begitu akan bersaing dengan molekul – molekul CO2
dimana untuk sisi aktif serta contoh lainnya adalah sianida dimana terlarut
dalam darah bersaing dengan oksigen dimana demi berikatan terhadap sisi
aktif hemoglobin.
b. Inhibitor Nonkompetitif

8
Inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim (atau selain sisi
aktif enzim) disebut inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif
merupakan suatu molekul penghambat kerja enzim dimana bekerja dengan
cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim, yang bisa menyebabkan
sisi aktif enzim berubah serta tidak bisa berfungsi lagi.
Sehingga substrat tidak bisa berikatan dengan sisi aktif enzim.
Inhibitor ini tidak bisa dihilangkan meskipun dengan menambahkan
substrat. Contoh inhibitor nonkompetitif ialah Ag+, Hg2+, dan Pb2+.

D. BIOENERGIKA
Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai
perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan
energi selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem
non biologik dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat
diubah menjadi energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik
bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses
kehidupan.

Gambar 1. Sistem dan Lingkungan secara Umum

9
Sumber : Fathuddin, 2013

Secara umum, sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam
mempelajari perubahan energi dan berubah selama proses berlangsung. Lingkungan
adalah benda-benda yang berada di luar dari sistem tersebut. Diantara sistem dan
lingkungan, terdapat dinding pembatas yang lebih dikenal dengan batas sistem (sistem
boundary). Sistem sendiri terdiri atas berbagai macam, antara lain :

1. Sistem Terbuka
Sistem terbuka merupakan sistem yang mengakibatkan terjadinya
pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Contoh
dari sistem terbuka adalah saat kita merebus air.
2. Sistem Tertutup
Sistem tertutup adalah sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran
energi (panas dan kerja) akan tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan
lingkungan. Contoh dari sistem tertutup adalah air yang dibiarkan pada gelas
tertutup.
3. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak mengakibatkan terjadinya
pertukaran panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Contoh dari sistem
terisolasi adalah air yang disimpan dalam termos.

Pada energi, terjadinya perpindahan energi pada sistem dan lingkungan dapat
digambarkan seperti berikut:

Gambar 2.2. Perpindahan Energi pada Sistem dan Lingkungan. (a). Perpindahan energy
10
dari sistem ke lingkungan, dan (b). Perpindahan energi dari lingkungan ke sistem
Sumber: Lewis, 1986

Gambar (a), bahan bakar bereaksi dengan gas oksigen di udara dan menimbulkan
panas di sekelilingnya. Pada proses ini terjadi perpindahan energi dari sistem ke
lingkungan. Pada Gambar (b), daun yang berklorofil berfungsi sebagai sistem akan
menyerap sinar matahari dan CO2 dari lingkungan, karbon dioksida bereaksi dengan air
membentuk karbohidrat dan gas oksigen dalam proses fotosintesis. Pada proses ini terjadi
perpindahan energi dari lingkungan ke sistem. Berdasarkan ini maka sistem adalah segala
sesuatu yang dipelajari perubahan energinya, sedangkan lingkungan adalah segala yang
berada di sekeliling sistem. Dalam ilmu kimia, sistem adalah sejumlah zat yang bereaksi,
sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar zat-zat tersebut misalnya tabung
reaksi.
Berdasarkan arah berpindahnya kalor dalam sistem dan lingkungan, maka reaksi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Dikatakan
reaksi eksoterm (berasal dari kata eks (keluar) dan therm (panas)) apabila kalor berpindah
dari sistem ke lingkungan, artinya sistem melepas kalor. Adapun reaksi endoterm terjadi
apabila sistem menyerap kalor atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem.
1. Reaksi Eksoterm
Setiap kali selesai makan nasi, badan akan menjadi gerah karena nasi
yang dimakan akan bereaksi dengan oksigen yang dihirup dengan reaksi seperti
berikut:

Persamaan termokimianya:

Energi dalam bentuk panas yang dilepas tubuh inilah yang menyebabkan
gerah. Di dalam reaksi eksoterm, panas berpindah dari sistem ke lingkungan,
karenanya panas dalam sistem berkurang sehingga DH-nya bertanda negatif.
Secara matematis, DH dirumuskan sebagai berikut: DH = DH hasil reaksi – DH

11
pereaksi Karena hasilnya negatif, berarti DH hasil reaksi lebih rendah dari DH
pereaksi, dan digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.3. Diagram Reaksi Eksoterm. Arah panah ke bawah menunjukkan bahw
energi semakin berkurang karena sebagian terlepas
Sumber: Lewis, 1989

2. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm merupakan kebalikan dari reaksi eksoterm. Dalam reaksi
ini, sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga harga entalpi reaksinya
bertambah besar dan DH-nya berharga positif, atau DH hasil reaksi– DH pereaksi
> 0. Karena hasilnya positif, berarti DH hasil reaksi lebih tinggi dari DH reaksi,
dan digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.4. Diagram Reaksi Endoterm. Arah panah ke atas menunjukkan bahwa energi
semakin bertambah karena sistem menyerap panas dari lingkungan
Sumber: Lewis, 19

12
E. Hukum Termodinamika
Termodinamika merupakan studi yang mempelajari transformasi energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip pertama dari hukum termodinamika adalah hukum
kekekalan energi, yang mengambil bentuk hukum kesetaraan panas dan kerja. Sedangkan
prinsip yang kedua adalah panas tidak dapat berpindah dari benda yang lebih dingin ke
benda yang lebih panas tanpa adanya perubahan diantara kedua benda tersebut. Terkait
dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi dasar transformasi bentuk energi.
Berikut hukum termodinamika, antara lain:

1. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika berbunyi, “Although energy assumes many forms,
the total quantity of energy is constant, and when energy disappears in one form it
appears simultaneously in other forms”(Smith, 2001). Dengan kata lain, energi
tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi hanya akan dapat berubah
bentuk, namun jumlahnya di dalam alam ini adalah tetap. Biasanya kalimat
pernyataan hukum I termodinamika sering juga disebut sebagai hukum kekekalan
energi atau hukum konservasi energi. Energi pada aplikasi hukum I termodinamika
meliputi energi yang terdapat pada sistem dan energi yang terdapat pada
lingkungan.
Kedua aspek lingkup energi pada hukum I termodinamika ini kemudian
dapat terjabarkan dalam persamaan:
𝛥 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 +𝛥 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 =0 ... (1)
Tanda Δ pada persamaan (1) merupakan tanda yang mewakili selisih nilai
dari harga karakteristik yang dikhususkan pada masing-masing bentuk energi.
Misalnya, energi pada sistem, tanda Δ akan meliputi jumlah dari seluruh
perubahan energi kinetik yang terdapat pada sistem ketika sistem itu bergerak pada
perubahan kecepatan tertentu. Demikian pula, tanda Δ akan meliputi jumlah dari
seluruh perubahan energi potensial yang terdapat pada sistem ketika sistem itu
berada pada perbedaan ketinggian tertentu bahkan, hal yang sama pun akan terjadi
apabila kedua bentuk energi tersebut dapat ditemukan dalam sistem tersebut.

13
2. Hukum II Termodinamika
Pernyataan hukum II termodinamika merupakan observasi lebih lanjut
terhadap proses yang terjadi dalam hukum I termodinamika. Hukum II
termodinamika dapat diekspresikan dalam dua pernyataan berikut:
a. Statement I: tidak ada instrumentasi yang mampu bekerja sedemikian rupa
hanya untuk mengubah panas yang terserap oleh sistem seluruhnya menjadi
kerja yang dilakukan oleh sistem.

b. Statement II: tidak ada proses yang mungkin terjadi hanya terdiri dari
perpindahan panas dari level temperatur yang satu menuju level yang lebih
tinggi.
Pada Statement I, tidak disebutkan bahwa panas tidak dapat dirubah menjadi
kerja, namun proses yang terjadi tidak dapat meninggalkan sistem atau lingkungan
begitu saja, keduanya harus diperhatikan. Sebagai contoh, ketika sebuah gas
menyerap panas dari lingkungannya, akan menghasilkan kerja yang sama nilainya
dengan dikerjakannya pada lingkungan. Pada awalnya mungkin agak
berkontradiksi dengan Statement I, namun bahwa proses yang terjadi tidak hanya
meliputi sistem, tapi juga lingkungan. Dengan demikian, ketika gas akan kembali
ke kondisinya semula, ia akan memerlukan kerja yang digunakannya untuk
rekompresi kembali ke tekanan awalnya. Kerja ini memiliki nilai minimal yang
sama ketika gas mengalami ekspansi akibat panas yang diserapnya dari
lingkungan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada kerja yang
dihasilkan sehingga Statement I dapat dimodifikasi menjadi: Statement II: it is
impossible by cyclic process to convert the heat absorbed by a system completely
into work done by the system (Smith, 2001).
Kata siklik diperlukan karena sistem secara periodik akan kembali pada
kondisinya semula. Pada kasus gas tadi, proses ekspansi dan rekompresi menuju
kondisi awalnya merupakan satu kesatuan siklus. Jika proses ini berlanjut, maka
proses ini akan membentuk siklus. Secara garis besar, hukum II termodinamika
bukanlah menentang produksi dari kerja yang diperoleh dari panas. Namun,
memberikan batasan yang jelas akan berapa banyaknya panas yang diterima oleh

14
sistem yang kemudian dapat dikonversikan menjadi kerja yang dilakukan oleh
proses tersebut.

F. RANTAI PERNAPASAN
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transfer elektron hidrogen yang terjadi
pada bagian membran dalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah enzim. Hasil akhir
dari rangkaian proses transfer electron ialah sejumlah energi berbentuk ATP yang
diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan
juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energi yang disimpan dalam molekul-
molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan
CO2 merupakan hasil akhir dan energy terlepas. Reaksi umum respirasi:
C6H12O6+ 6 O2 +6 H2O —–> 6 CO2 +12 H2O + ATP

15
H → hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADH.
H dari NADH ditransfer ke → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b → sitokrom c →
sitokrom aa3 → terus direaksikan dengan O2 → H2O + E
Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai respirasi.
Rantai Respirasi terjadi didalam mitokondria → transfer atom H antar carrier memakai
enzim Dehidrogenase → sedangkan reaksi H + O2 memakai enzim Oksidase. Tidak
semua substrat masuk ke dalam rantai respirasi lewat enzim dehidrogenase-nad, sebagian
substrat karena potensial redoksnya lebih positif (misalnya fumarat/suksinat)
berhubungan langsung dengan enzim flavoprotein dehidrogenase yg selanjutnya akan
berhubungan dengan sitokrom pada rantai respirasi.
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup
berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk
menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian,
mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan
energi dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika
piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2 menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan
sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul
glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul
ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas
lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada
membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses
transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I
(NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q
– sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan
FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT) [Wallace, 1997].
Adenosin trifosfat (ATP) salah satu gugus berenergi tinggi yang terpenting. Bila
kedua gugus fosfatnya dihidrolisis masing-masing menghasilkan 12000 kal/fosfat, sedang

16
fosfat yang ketiga hanya menghasilkan 1500 kal. Energi yang dibebaskan ATP
tergantung pada keadaan hidrolisisnya, terutama pH dan kadar reaktan.
Meskipun ATP mengandung 2 fosfat berenergi tinggi, dalam reaksi umumnya
hanya satu fosfat berenergi tinggi digunakan untuk aktivasi. Oksidasi dalam sel
dikatalisis oleh ensim yang mempunyai kofaktor atau gugus prostetis penerima proton
atau elektron dari substrat dan memberikannya kepada aseptor lewat perantara yang
mempunyai potensial redoks (Eo’) lebih tinggi dari pada donornya. Pembawa elektron
yang terpenting adalah NAD, FMN, dan sitokrom.
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari
oksidasi respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan
intermediat berenergi tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi
oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat
respiratorik dalam proporsi jauh lebih besar daripada organisme anaerob.
Mitokondria merupakan power of the cell yang berisi sejumlah rangkaian
katalisator yg dikenal sebagai rantai respirasi yang berfungsi untuk menggumpulkan,
mengangkut ekuivalen pereduksi & mengarahkannya pada reaksi akhir dengan O2 untuk
membentuk H2O.
Sistem dalam mitokondria yang merangkaikan respirasi dengan produksi
senyawa antara berenergi tinggi (ATP) disebut fosforilasi oksidatif. Mitokondria
memiliki 2 membran, yaitu:
1. Membran Eksternal
c. Sifat permeable terhadap sebagian besar metabolit.
d. Dapat dihilangkan dengan digitonin.
e. Ditandai oleh adanya monoamina oksidase, asil-koa sintetase, gliserol
fosfat asil transferase, fosfolipase.
2. Membran Internal
a. Mempunyai permeabilitas selektif
b. Tersusun dalam bentuk lipatan atau Krista
c. Di bagian dalam terdapat matriks yg mengandung enzim untuk siklus
asam sitrat & reaksi oksidasi beta asam lemak

17
3. Ruang Antar Membran
a. Terdapat diantara membrane internal & eksternal.
b. Mengandung enzim adenilat kinase & kreatin kinase.

G. KOMPONEN RANTAI RESPIRASI


Hidrogen dan elektron mengalir lewat rantai respirasi mulai dari komponen yg
lebih bersifat elektronegatif hingga oksigen yg lebih elektropositif.
Rantai respirasi terdiri atas sejumlah carrier redoks yg berjalan dari system
dehidrogenase - NAD, lewat flavoprotein & sitokrom,menuju molekul O2. Tidak semua
substrat masuk ke dalam rantai respirasi lewat enzim dehidrogenase-NAD, sebagian
substrat karena potensial redoksnya lebih positif (misalnya fumarat/suksinat)
berhubungan langsung dengan enzim flavoprotein dehidrogenase yg selanjutnya akan
berhubungan dengan sitokrom pada rantai respirasi.
Komponen Tambahan Rantai Respirasi :
Protein besi sulfur(fes) berikatan dengan flavoprotein (metaloflavoprotein) &
dengan sitokrom b. Ubikuinon atau koenzym q yang terdapat dalam mitokondria dalam
bentuk kuinon teroksidasi(aerob) & kuinol terreduksi (anaerob). Unsur pembentuk lipid
mitokondria mirip rumus bangun vitamin k & vitamin e yang menyerupai plastokuinon
yang terdapat dalam kloroplas yang rantai sampingnya berupa poliisoprenoid.
Komponen rantai respirasi dalam membran internal mitokondria dibagi menjadi 4
buah kompleks protein-lipid. Yaitu :
1. Kompleks I
Pada tahap ini, masing-masing molekul NADH memindahkan 2 elektron
berenergi tinggi ke FMN, kemudian ke protein besi-sulfur dan terakhir ke
koenzim Q (ubiquinon)

18
2. Kompleks II
FADH2 dihasilkan oleh suksinat dehidrogenase dalam siklus asam sitrat,
memindahkan elektron ke CoQ melalui kompleks II. FADH2 dihasilkan oleh asil
KoA dehidrogenase dalam oksidasi beta asam lemak, memindahkan elektron ke
CoQ melalui kompleks yang sama.

3. Kompleks III
CoQ memindahkan elektron ke serangkaian sitokrom dan protein besi-sulfur.
Sitokrom terdiri atas kelompok heme seperti hemoglobin dan besi dengan heme
menerima elektron.

19
4. Kompleks IV
Penerima terakhir dari rantai transport elektron adalah kompleks besar terdiri atas
2 heme dan 2 atom tembaga.

5. Kompleks V
Pada tahap ini, protein kompleks yang mengkatalisis konversi ADP menjadi ATP,
diisikan oleh gradien kemiosmotik. Proton mengalir kembali ke matriks
mitokondria melalui kompleks ATP sintase dan energi berasal dari penurunan
gradien pH digunakan untuk membentuk ATP.

20
Pada fosforilasi oksidatif, pelibatan NADH menghasilkan pembentukan 3
molekul ATP, sedangkan pelibatan FADH2 menghasilkan pembentukan 2
molekul ATP.

H. REGULASI RANTAI RESPIRASI


Laju respirasi mitokondria dapat dikendalikan oleh konsentrasi ADP, karena
proses oksidasi tidak dapat berlangsung bila tidak terjadi fosforilasi ADP. Kadar fosfat
anorganik dapat mempengaruhi kecepatan respirasi mitokondria. Adenin nukleotida
carrier yang memudahkan masuknya ADP kedalam mitokondria juga berpengaruh pada
kecepatan respirasi mitokondria. Faktor regulasi respirasi mitokondria. Chance &
Williams menyebutkan ada 5 keadaan yg dapat mengendalikan laju respirasi
mitokondria. Yaitu:
1. Status 1: tersedianya ADP & substrat.
2. Status 2 : tersedianya substrat saja.
3. Status 3 : kapasitas rantai respirasi, bila substrat & komponen lain terdapat dalam
jumlah yang jenuh.
4. Status 4 : tersedia ADP saja.
5. Status 5 : tersedia O2 saja & proses yg memerlukan energi.

Sel istirahat berada dalam status 4, dimana respirasi dikendalikan dengan


tersedianya ADP. Pada saat dilakukan kerja, ATP diubah menjadi ADP sehingga proses
respirasi meningkat yang selanjutnya akan memperbarui simpanan ATP. Bila respirasi
semakin meningkat (exercise), sel akan mendekati status 3 atau 5 jika kapasitas rantai
respirasi jenuh atau jika po2 turun dibawah nilai km untuk sitokrom a3.

I. INHIBITOR RANTAI RESPIRASI


Barbiturat (amobarbital), pierisidinn a, insektisida, rotenon (racun ikan)
menghambat oksidasi substrat yang berhubungan langsung dengan rantai respirasi lewat
dehidrogenase-NAD (kompleks i). Dimerkapol (bal) & antimisin a menghambat rantai

21
respirasi diantara sitokrom b dan c1 (kompleks iii). H2s, karbonmonoksida, hcn
menghambat sitokrom oksidase sehingga dapat menghentikan respirasi secara total.
Karboksin & ttfa menghambat transfer elektron dari suksinat dehidrogenase ke koenzym
q (kompleks ii). Malonat merupakan inhibitor kompetitif enzim suksinat dehidrogenase
(kompleks ii).
1. Penyelenggaraan Rantai Respirasi Mitokondria
Elektron atau ekuivalen pereduksi, mengalir dari unsur yang lebih elektron
negatif ke oksigen yang lebih elektron positif melalui rantai secara selangkah
demi selangkah. Rantai pernafasan utama berjalan dari sistem DH yang terikat
pada NAD melalui flavoprotein dan sitokrom ke oksigen.
Tidak semua substrat dihubungkan dengan RR. Melalui NAD, Tergantung
potensial redoksnya.
2. Penyelenggaraan Rantai Respirasi dalam Mitokondria
ADP digambarkan sebagai molekul yang menangkap sebagaian energi
bebas hasil katabolisme menjadi ATP.
a. Pada fosforilasi tingkat substrat (glikolisis dan TCA Cycle), ATP yang
dihasilkan adalah kecil, karena oksidasinya tidak melalui dehidronase.
b. Oksidasi substrat melalui dehidrogenasi yang berikatan dengan:
 NAD menghasilkan 3 mol ATP
 FAD menghasilkan 2 mol ATP
c. Reaksi yang melalui NAD/FAD Dehidridrogenasi dikenal sebagai
fosforilasi oksidatif tingkat rantai respirasi.
3. Tempat Tempat Fosforilasi Pada Rantai Respirasi
a. Kecepatan respirasi mitokondria dapat diatur oleh konsentrasi ADP
karena:
 Oksidasi dan fosforilasi saling berikatan erat
 ADP merupakan komponen penting pada fosforilasi.
 Jika ADP kurang, substrat berlebih, dapat ditemukan 3 tempat
crossover / fosforilasi

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Koenzim
merupakan senyawa organik non-protein dengan berat molekulyang kecil dan dapat
membantu enzim dalam kerja. Pembagian kelas enzim, yaitu Oksidoreduktase,
Transferase, Hidrolase, Liase, Isomerase, Ligase. Faktor-faktor yang mempengaruhi
enzim,yaitu Suhu (Temperatur), Derajat Keasaman (pH), Konsentrasi Enzim dan
Substrat, Zat – zat Penggiat (Aktivator), Zat – Zat Penghambat / Inhibitor.
Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai
perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Secara umum, sistem adalah segala
sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi dan berubah
selama proses berlangsung. Sistem sendiri terdiri atas berbagai macam, antara lain :
Sistem Terbuka, Sistem Tertutup, Sistem Terisolasi. Berdasarkan arah berpindahnya
kalor dalam sistem dan lingkungan, maka reaksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Termodinamika merupakan studi yang mempelajari transformasi energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip pertama dari hukum termodinamika adalah hukum
kekekalan energi, yang mengambil bentuk hukum kesetaraan panas dan kerja. Sedangkan
prinsip yang kedua adalah panas tidak dapat berpindah dari benda yang lebih dingin ke
benda yang lebih panas tanpa adanya perubahan diantara kedua benda tersebut.
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari
oksidasi respiratorik berlangsung.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan
pada penulisan makalah dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

23
Semoga bermanfaat serta kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengetahui apa itu
enzim, koenzim, bioenergika, dan rantai pernapasan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim .(2011) Rantai Respirasi (online). Tersedia :http//www. Rantai Respirasi _chem –Istry.
Org _situs kimia indonesia _htm. (03. April .2013)
Anonim. 2014. Aliran Energi Dan Daur Biogeokimia Dalam Ilmu Biologi. Online,
(http://pelajaranbiologi.info/aliran-energi-dan-daur-biogeokimia-dalam-ilmu-biologi/)
diakses pada tanggal 22 januari 2016
Beny, D. 2001. Aliran Energi dan Daur Biogeokimia I. Jakarta: Gramedia
Fathuddin, Hilman. 2013. Bab 2: Termodinamika. Online,
(https://sfseiei1010.wordpress.com/2013/10/28/bab-2-termokimia/) diakses pada tanggal
22 Januari 2016
Lewis, M., Waller, G. 1986. Thinking Chemistry: GCSE Edition. Oxford: OUP Oxford

25

Anda mungkin juga menyukai