Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ASMA

Oleh:

I GUSTI NGURAH AGUNG ARI KEPAKISAN

NIM.P07120219059

3B/S.Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2022
1. Pengertian

Asma adalah penyakit pernafasan obstruksi yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkus. Menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilassi alveolus.
Jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana tekanan trakea dan bronchi berespon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Obstruksi jalan nafas yang bersifat
reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
(Padila, 2013) Asma adalah suatu kedaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma umumnya terjadi pada anak-anak usia dibawah
5 tahun, dan pada orang dewasa usia sekitar 30 tahun (Saheb, 2011). Asma adalah
penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran napas yang sangat peka terhadap
berbagai rangasangan, baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Akibat dari kepekaan
yang berlebihan ini, terjadi penyempitan pada saluran napas secara menyeluruh (Abidin,
2012). Global Initiative for Asthma (GINA) pada tahun 2006 mendefinisikan asma
sebagai gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinophil, dan limfosit T. Pada individu yang rentan inflamasi,
mengakibatkan mengi yang berulang, sesak napas, dada terasa tertekan, dan batuk
khususnya pada malam atau dini hari. gejala ini berhubungan degan obstruksi saluran
napas yang bersifat reversibel, dan hiperaktivitas jalan napas terhadap berbagai
rangsangan (Depkes RI, 2009) Menurut Depkes RI (2009) asma merupakan suatu keainan
berupa inflamasi atau peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
seperti mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini
hari yang umumnya bersifat reversibel.

2. Etiologi

Menurut berbagai penelitian, patologi dan etiologi asma belum dapat diketahui
dengan pasti penyebabnya, hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan
respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor, tumor, dolor, dan
function laesa (Sudoyo Aru, dkk, 2009). Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), sebagai
pemicu timbulnya asma dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : 1.
Infeksi, seperti infeksi virus RSV. 2. Iklim, seperti perubahan mendadak cuaca, suhu, dan
tekanan udara. 3. Inhalan, seperti debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu
hewan, bau asap. 4. Makanan, seperti putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-
bijian, tomat. 5. Obat-obatan. 6. Kegiatan fisik, seperti olahraga berat, tertawa terbahak-
bahak. 7. Emosi.
3. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu permafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma
yaitu :
a. Tingkat I: Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
b. Tingkat II : Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien
setelah sembuh serangan.
c. Ting kat III : Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
d. Tingkat IV Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
e. Tingkat V: Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma
pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang
berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan
kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
4. Patofisiologi
Menurut Herdinsibuae (2005), patofisiologi dari asma dapat digolongkan menurut
klasifikasinya yaitu sebagai berikut :

1. Asma Ekstrinsik
Pada asma ekstrinsik (alergen) menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa brobkus
yang mengakibatkan kontraksi otot polos, hyperemia serta sekresi lender putih yang
tebal. Mekanisme terjadinya reaksi ini yaitu penderita yang telah disensitisasi
terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen
tersebut. Antibodi ini merupakan imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada
permukaan sel mast pada mukosa bronkus. Jika satu molekul IgE yang terdapat pada
permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan
memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi
bronkus..
2. Asma Intrinsik
Pada asma intrinsik (non alergen) proses terjadinya asma sangatlah berbeda dengan
asma ekstrinsik. Akibat kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas) dari serabut-
serabut nervus vagus yang merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan
menimbulkan batuk dan sekresi lendir dalam satu refleks. Serabut-serabut vagus
sangat hipersensitif, sehingga secara langsung menimbulkan refleks kontriksi
bronkus. Lendir yang sangat lengket akan disekresikan, sehingga pada kasus-kasus
yang berat dapat menimbulkan sumbatan pada saluran napas yang hampir total yang
mengakibatkan timbulnya status asmatikus, kegagalan pernapasan, dan kematian.
Faktor pencetus dari refleks ini adalah infeksi saluran pernapasan oleh flu (common
cold), adenovirus, dan juga oleh bakteri. Polusi udara oleh gas iritatif yang bersasal
dari industri, asap, serta udara dingin juga berperan.
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial adalah sebagai berikut :

1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :


a. Saatnya serangan b.
Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
(Soemantri, 2009)
7. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada identitas pasien yang perlu di kaji yaitu nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, tanggal masuk RS, alasan masuk dan diagnose medis.
b. Primary Survey
1) Airway
Kaji ada tidaknya sumbatan pada jalan nafas pasien.
- Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau obstruksi
- Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/ bendungan pada vena jugularis
- Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
2) Breathing
Kaji ada tidaknya pernafasan, adekuatnya pernafasan, frekuensi pernafasan,
pergerakan dinding dada, dan suara pernafasan. Pada pasien cedera kepala berat,
bisa terjadi penurunan frekuensi pernafasan atau bahkan apneu.
3) Circulation
Kaji ada tidaknya denyut nadi, CRT, kemungkinan syok, adanya perdarahan
eksternal, kekuatan dan kecepatan nadi, warna dan kelembaban kulit, tanda-tanda
perdarahan eksternal, serta tanda-tanda jejas atau trauma. Pada pasien cedera
kepala berat dapat mengalami syok hipovolemik apabila terjadi perdarahan yang
hebat.
4) Disability
Kaji kondisi neuromuscular pasien, tingkat kesadaran (GCS), keadaan ekstermitas,
kemampuan motorik dan sensorik. Pada pasien cedera kepala berat akan
mengalami penurunan kesadaran maupun paresis.
5) Eksposure
Kaji suhu tubuh pasien serta kemungkinan adanya jejas atau perlukaan pada
anggota tubuh. Pada pasien cedera kepala berat, suhu tubuh dapat meningkat
apabila terjadi infeksi.
c. Secondary Survey
1) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan apakah pasien pernah mengalami cedera kepala sebelumnya
atau tidak, dan riwayat pengobatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Menayakan keluhan pasien saat ini, dan penyebab terjadinya cedera
- Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan
2) Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
Meliputi pemeriksaan inspeksi, auskultasi, dan perkusi
(a) Kulit kepala : seluruh kepala diperiksa, cukup sering terjadi bahwa penderita
yang tampaknya cidera ringan, tiba-tiba ada darah di lantai yang berasal dari
tetesan luka belakang kepala
(b) Wajah : apabila ada cedera di sekitar mata periksa untuk memeriksa mata,
karena pembengkakan dimata akan menyebabkan pemeriksaan mata
selanjutnya sulit
- Mata : pemeriksaan kornea ada cidera atau tidak, pupil mengenai isokor,
serta refleks cahaya, acies virus dan acies campus
- Hidung : apabila ada pembengkakan, lakukan palpasi akan kemungkinan
krepitasi dari suatu fraktur
- Zygoma : apabila ada pembengkakan jangan lupa mencari krepitasi akan
terjadinya fraktur zygoma
- Telinga : periksa dengan senter mengenai keutuhan membrane timpani
atau ketidakmampuan mendengar
- Rahang atas : periksa stabilitas rahang atas
- Rahang bawah ; periksa adanya fraktur, perhatikan adanya tanda fraktur
basis
- Crania: hasil hematoma tau raccoon eyes (mata panda) blody rinorhea
(peradangan hidung), bloodyotorhe (pendarahan telinga) dan battle sig
(lebam di belakang telinga)
(c) Leher
Pada pemeriksaan leher, kolar
(d) Thoraks
Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi-palpasi untuk menemukan deforitas,
contusion, abrasi, penetrasi, paradoksal
(e) Abdomen
(f) Pelvis
(g) Genetalia
(h) Ektermitas
(i) Bagian punggung
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memeringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan). Pada saat ini dapat dilakukan pemeriksaan
punggung dengan inspeksi-palpasi

8. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
9. Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
pendrita. Tahap ini disebut perencanaan keperawatan yang meliput penentuan prioritas,
Diagnosa Keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan (Taqiyyah Burarah & Mohammad
Jauhar, 2013).

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. SDKI : D.0003 SLKI : L. 01003 SIKI : I. 01014
Gangguan Pertukaran gas Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor frekuensi, 1. Memantau
dengan selama ..... X 24 jam irama, kedalaman dan frekuensi, irama,
perubahan diharapkan pertukaran upaya napas kedalaman dan
membran gas dapat meningkat 2. Monitor pola napas upaya napas
alveolus-kapiler dengan kriteria hasil : (mis.bradipnea, pasien.
1. Dispnea menurun takipnea, 2. Mengetahui pola
2. Bunyi napas hiperventilasi, napas pasien
tambahan kussmaul, cheyne sehingga tindakan
menurun stokes, biot, ataksik) yang diberikan
3. Pusing menurun 3. Monitor kemampuan tepat
4. Gelisah menurun batuk efektif 3. Memastikan
5. Napas cuping 4. Monitor adanya bahwa pasien
hidung menurun sputum dapat batuk efektif
6. PCO2 membaik 5. Monitor adanya 4. Memastikan
7. PO2 membaik sumbatan jalan napas sputum tidak
8. Takikardia 6. Auskultasi bunyi napas menghambat
membaik 7. Monitor saturasi jalan napas
9. pH arteri membaik oksigen 5. Pasien dapat
10. Pola napas 8. Monitor nilai AGD bernapas dengan
membaik 9. Monitor hasil X-ray rileks
thoraks. 6. Mengidentifikasi
Terapeutik bunyi napas pada
10. Atur interval paru pasien
pemantauan respirasi 7. Saturasi oksigen
sesuai kondisi pasien berpengaruh
11. Dokumentasikan hasil terhadap
pemantauan kedalaman napas
Edukasi pasien
12. Jelaskan tujuan dan 8. Untuk mengetahui
prosedur pemantauan analisa gas darah
13. Informasikan hasil pasien
pemantauan, jika perlu 9. Untuk melihat
kesan dari X-ray
thoraks pasien
10. Pasien dapat
mengatur napas
dengan rileks
sehingga lebih
nyaman
11. Sebagai bukti
legal untuk
petugas kesehatan
12. Membuat pasien
paham akan
tindakan yang
dilakukan
13. Agar pasien
mengetahui
hasilnya sehingga
memiliki
semangat untuk
memperbaiki dan
lekas pulih.
Intervensi
Intervensi Pendukung Pendukung
(Dukungan Ventilasi ) : (Dukungan
I.01002 Ventilasi ) : I.01002
Observasi :
1.Untuk mengetahui
1.Identifikasi adanya
upaya napas px
kelelahan otot bantu
2.Agar bisa
pernafasan
memberikan posisi
2.Identifikasi terbaik bagi kondisi
efek perubahan posisi px
terhadap status pernafasan 3.Agar px bisa
bernapas dengan
Terapeutik :
normal
3.Pertahankan kepatenan 4.Untuk membantu
jalan nafas px bernapas
5.Untuk mengurangi
4.Berikan posisi semi
sesak napas
fowler atau fowler
6.Agar mengetahui
Edukasi:
posisi nyaman dan
5.Ajarkan melakukan mencegah dekubitus
teknik relaksasi nafas 7.Supaya px bisa
dalam bernapas dengan
normal
6.Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri

Kolaborasi :

7.Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu

d. Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan dari rencana keperawatan yang sudah disusun.

e. Evaluasi Keperawatan

1. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervendi keperawatan)

2. Evaluasi sumatif (mereflesikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisi mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu (Poer, 2012)). Menggunakan metode SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M.A. 2012. Mengenal, Mencegah, dan Mengatasi Asma Pada Anak dan Panduan Senam
Asma. Bandung: CV Medika.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Bina Farmasi dan Klinik. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma. Jakarta:
Depkes RI.

Herdinsibuae. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
LEMBAR PENGESAHAN

Clinical Teacher/ CT Denpasar, 5 April2022


Nama Mahasiswa

Ns I Gusti Ayu Arirasdani, S.Kep.,M.Pd I Gusti Nguraj Agung Ari Kepakisan


NIP. 195910151986032000 NIM. P07120219059

Anda mungkin juga menyukai