Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

Dosen Pembimbing :

Tri Peni, S. Kep. Ns., M. Kes

Disusun oleh :

Yoga Wahyu Ramadhan

NIM. 202203098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2022/2023
A. Definisi

Menurut Kemenkes RI, asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik

saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus)

sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa

berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Asma merupakan suatu penyakit

inflamasi kronik pada saluran napas yang ditandai dengan adanya rasa sesak di dada

yang berulang, batuk, mengi yang merupakan akibat dari penyumbatan saluran

pernapasan. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam hidup penderita,

diantaranya kurang tidur, merasa lelah saat melakukan kegiatan yang nantinya berimbas

pada penurunan kualitas hidup penderita (American Academy of Allergy, 2014).

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma :

a. Faktor predisposisi Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,

meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena

penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu

hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya : debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 13.

2 Ingestan yang masuk melalui mulut. Contohnya : makanan dan obat-obatan.


3 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya : perhiasan,

logam dan jam tangan.

c. Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan

asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,

musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk

bunga dan debu.

d. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya

belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

e. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang

bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan

mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh 14 raga yang berat.

Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi

Patofisiologi asma adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin

terpapar pada penderita dan benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak

dikenali oleh sistem di dalam tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
yang masuk (antigen). Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme

otot bronkus ,sumbatan mucus, edema dan inflamasi dinding. Gangguan yang berupa

obstruksi saluran nafas yang berupa obstruksi saluran napas bisa dinilai dengan VEP1

(volume ekspirasi pakasa detik pertama) ,penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik

pada saluran nafas yang besar, maupun sedang. Gejala mengi menandakan adanya

penyempitan sauran nafas besar sedangkan pada saluan nafas kecil gejala batuk dan

sesak. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar masuk saat inspirasi

sehingga menurunkan oksigen yang dalam darah. Kondisi ini berakibat pada penurunan

oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa

bronkus juga akan meningkatkan sekresi 24 mukus dan meningkatkan pergerakan silia

pada mukosa. Sehingga menyebabkan gangguan pada pertukaran gas (Setiyohadi,

2010).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala asma yang biasa sering muncul adalah mengi, peningkatan

frekuensi pernafasan, hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2.

Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan merupakan gejala yang sering

ditemukan pada penderita asma, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi jalan nafas.

Hyperventilation merupakan suatu kondisi dimana CO2 dalam darah dan alveoli

berkurang sehingga kompensasi jalan nafas mengalami konstriksi bertujuan untuk

menghindari kehilangan CO secara berlebih. Selain itu penebalan dinding jalan nafas

karena remodelling jalan nafas meningkat dengan tajam dan berkontribusi terhadap

obstruksi aliran udara. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penyempian bronkus

sehingga terjadilah sesak napas.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Ngastiyah (2013) dalam (Pery Abenita, 2019), ada beberapa

pemeriksaan diagnostik bagi para penderita asma, antara lain :

a. Uji faal paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil

provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.

Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak

disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam

melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.

b. Foto toraks

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali di

poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma
yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan

atelektasis.

c. Pemeriksaan darah hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret

hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan

uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan allergen.

G. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan

asma jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.

a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol dan

pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat

serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan

dalam jangka panjang dan terus menerus.

b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa Tujuan tatalaksana serangan Asma

akut:

1) Mengatasi gejala serangan asma.

2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan.

3) Mencegah terjadinya kekambuhan.

4) Mencegah kematian karena serangan asma.


Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien dengan

asma yaitu :

1. Pengkajian

1) Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll

2) Informasi dan diagnosa medik penting

3) Data riwayat kesehatan Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita

kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.

4) Riwayat kesehatan sekarang

a) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak

ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.

b) Sesak setelah melakukan aktivitas

c) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu

d) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.

5) Riwayat kesehatan keluarga

a) Riwayat keluarga yang memiliki asma

b) Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis alergi,

sinustis, dermatitis, dan lain-lain.

6) Ativitas / istirahat

a) Keletihan, kelelahan, malaise

b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernafas.

c) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

d) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.


7) Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

8) Integritas ego terdiri dari peningkatan faktor resiko dan perubahan pola hidup

9) Makanan dan cairan : mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan

untuk makan

10) Pernafasan

a) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk bernafas

b) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan

c) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang

d) Penggunaan otot bantu pernafasan

e) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan

kemungkinanselama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya

bunyi nafas.

11) Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut SDKI (2017)

dan Donsu, Induniasih, dan Purwanti (2015) yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit

3. Rencanaan Keperawatan

Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan kepada

klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul.


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Tanggal Pengkajian :
Ruang :
I. PENGKAJIAN :
1. IDENTITAS PASIEN
Nama anak :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir/Umur :
Anak ke :
Nama Ayah/Ibu :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Sumber Informasi :
2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama :

b. Riwayat penyakit sekarang :

2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya


a. Penyakit yang pernah diderita :
b. Riwayat alergi :
c. Luka/operasi :
3) Tumbuh Kembang :
1) BB : TB : LK : LD : LLA :
4) Imunisasi :

5) Status Gizi :
3. PEMERIKSAAN FISIK (difokuskan pada bagian tertentu yang relevan)

N
ITEM YANG DIAMATI
O

1 KEADAAN UMUM
2 KESADARAN
3 TANDA-TANDA VITAL
4 INTEGUMENT/ KULIT Inspeksi
palpasi
5 KEPALA inspeksi
palpasi
6 WAJAH inspeksi
palpasi
7 MATA inspeksi
reflek kornea
reflek pupil terhadap cahaya
8 HIDUNG inspeksi
palpasi
9 MULUT inspeksi
10 TELINGA Inspeksi :
Palpasi :
11 LEHER inspeksi :
palpasi :
12 DADA / THORAK PARU-PARU
inspeksi :
palpasi :
perkusi :
auskultasi :
JANTUNG
inspeksi :
palpasi :
perkusi :
auskultasi :
PAYUDARA
inspeksi :
palpasi :
13 ABDOMEN inspeksi :
auskultasi :
perkusi
palpasi
14 EKSTRIMITAS atas
bawah
15 GENETALIA
16 ANUS
17 Reflek

Data Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang

b. Therapy
II. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

2.
VI. RENCANA KEPERAWATAN
VII.PELAKSANAAN
TGL/JAM IMPLEMEMTASI EVALUASI TTD

Anda mungkin juga menyukai