Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMA PADA An.

J DI
RUANG UGD
RUMAH SAKIT MITRA HUSADA PRINGSEWU

OLEH KELOMPOK :
PUTRI HANDAYANI
NUR SINTA DEVI
RAHMAD YUSRO RAMADHAN
RICO FERNANDO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan  merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia.
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat
bersifat menetap dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti
menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan
disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti serta
menurunkan kualiti hidup.

Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang
asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Dari
tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia,
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi
dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia
mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa
asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.

Angka  kejadian  penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan  dengan


perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat
yang  ada  di  dalam  makanan.  Salah satu  penyakit  alergi  yang  banyak  terjadi
di masyarakat adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penyakit asma?
2. Apakah klasifikasi dari penyakit asma?
3. Apakah etiologi dari penyakit asma?
4. Apakah manifestasi klinis dari penyakit asma?
5. Apakah pemeriksaan penunjang pada penyakit asma?
6. Apakah komplikasi dari penyakit asma?
7. Apakah penatalaksanaan kegawatdaruratan dari penyakit asma?
8. Apakah asuhan keperawatan keagwatdaruratan pada penyakit asma?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyakit asma.
2. Mengetahui klasifikasi dari penyakit asma.
3. Mengetahui etiologi dari penyakit asma.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit asma.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit asma.
6. Mengetahui komplikasi dari penyakit asma.
7. Mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan dari penyakit asma.
8. Mengetahui asuhan keperawatan keagwatdaruratan pada penyakit asma.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea
dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Asma
adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan
ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan
kekambuhan. (Lewis, 2000, hal. 660).
 
B. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan
dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
 
C. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial. 
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan  ex: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obata
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan,
logam dan jam tangan 

b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. 

c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang  timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati. 

d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti. 

e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
 
D. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah
sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.
 
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum 
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug. 
b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
3) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis,  maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru 
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama
serangan dapat dibagi menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,
cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. 

F. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
 
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma 
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya. 
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan  non farmakologik:
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy
e. Beri O2 bila perlu. 
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
1. Airway
a. Kaji dan pertahankan jalan napas
b. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu
d. Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi jika
tidak mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam kondisi
terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat
e. Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan
mendapat pertolongan medis secepatnya.
2. Breathing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen >92%
b. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask
c. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation
d. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2
dan PaCO2
e. Kaji respiratory rate
f. Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
g. Periksa system pernapasan – cari tanda:
1) Cyanosis
2) Deviasi  trachea
3) Kesimetrisan  pergerakan dada
4) Retraksi dinding dada
a) Dengarkan adanya:
1) wheezing
2) pengurangan aliran udara masuk
3) silent chest
a. Berikan nebuliser bronchodilator melalui oksigen – salbutamol 5 mg dan
ipratropium 500mcg
b. Berikan prednisolon 40 mg per oral atau hydrocortisone 100 mg IV setiap
6 jam
c. Lakukan thorak photo untuk mengetahui adanya pneumothorak
3. Circulation/Sirkulasi
a. Kaji denyut jantung dan rhytme
b. Catat tekanan darah
c. Lakukan EKG
d. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2
gram dalam 20 menit
e. Kaji intake output
f. Jika potassium rendah makan berikan potassium
4. Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien
membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive
5. Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan bronkitis
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.

B. PENGKAJIAN SEKUNDER

1. Riwayat penyakit sekarang


Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai
setiap hari dan saat serangan.
2. Riwayat penyakit
Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian
atas.

3. Penyakit kesehatan keluarga


Adakah riwayat sakit asma pada keluarga.

4. Riwayat sosial ekonomi


Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan yang
berhubungan dengan allergen, hewan piaraan yang dipelihara dan tingkat
stressor.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a. Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif.
2) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
3) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b. Intervensi :
1) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
2) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2
sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah
jantung/gagal ginjal.
3) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4) Dorong / berikan perawatan mulut.
c. Rasional :
1) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan
frustasi.
2) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3) Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau
mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.

a. Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan atau situasi.
b. Intervensi keperawatan:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas.
3) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4) Awasi tanda-tanda vital.
c. Rasional
1) Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK :
bersihan jalan nafas tak efektif).
3) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges
E., 2000 : 168)

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,


kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.

a. Kriteria hasil :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b) Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.

b. Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus
untuk sekali pakai dan tisu
c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat

c. Rasional :
a) Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b) Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan napas.
c) Membantu untuk meningkatkan kalori total
d) Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerak diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
(Doenges M.E., 2000 : 159)

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak
adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada
lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).

a. Kriteria hasil : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan


resiko infeksi.

b. Intervensi :
1) Awasi suhu
2) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
3) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
4) Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi

c. Rasional :
1) Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
2) Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
3) Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
4) Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur dan sensitivitas atau diberikan secara profilaktik karena
resiko tinggi. (Doenges M.E., 2000 : 162)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMA PADA An. J
DI RUANG UGD
RUMAH SAKIT MITRA HUSADA PRINGSEWU

Nama Pasien (Inisial) : An. J


No. Rekam Medik :
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalirejo Lampung Tengah
Tanggal Masuk UGD : 17 Desember 2018
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2018
Pasien Rujukan : Pasien di rujuk dengan saran dari dokter

1. Pengkajian Primer
A. Air Way (Jalan Nafas)
Kondisi klien tidak terdapat sumbatan secretdan darah, pangkal lidah tidak
jatuh kebelakang, tidak tendapat muntah, terdapat sumbatan edema laring,
terdapat suaran nafas wheezing atau mengi.

B. Breathing (Pernafasan)
Pada klien terlihat pengembangan dada kanan dan kiri simetris, klien
kesulitan bernapas, irama napas tidak teratur, pernapasan klien cuping
hidung dan frekuensi nafas klien 28x/menit, nafas cepat dan dangkal.

C. Circulation (Sirkulasi)
TD : 90/70 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 37.50C, nadi teraba lemah, irama
nadi teratur, capillary refille ≤ 3 detik, terlihat warna kulit klien pucat, akral
dingin.
D. Disbility (Ketidakmampuan)
Kesadaran pasien compos metis dengan GCS (E4, M6, V5) pasien terlihat
tidak tenang.

E. Exposure (Paparan)
Rambut dan kulit kepala pasien tampak bersih tidak terdapat hematoma,
tidak terdapat luka pada tubuh klien.

2. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan asma nya sering kambuh jika memakan makanan yang
bisa membuatnya sesak nafas.

b. Riwayat penyakit

c. Penyakit kesehatan keuarga

d. Riwayat sosial ekonomi

3. Pemeriksaan penunjang

4. Diagnose Medik
Asma
5. Penatalaksanaan
Therapy Nebu: Forbifen 3 liter
Analisa Data
No Data Fokus Masalah Penyebab
1 Ds: Gangguan Keletihan otot
 Klien mengataan susah ventilasi spontan pernafasan
napas
 Klien mengatakan sesak

Do:
 RR: 28 x/menit
 Klien terlihat kesulitan
bernapas
 Terdenagr suara napas
wheezing pada klien
2 Ds : Gangguan Retensi karbon
 Klien mengatakan pertukaran gas dioksida
badannya lemas
 Klien mengeluh sesak
Do :
 Klien tampak lemas
 Tekanan darah
90/70mmHg
 RR: 28x/menit
 Nadi : 70x/menit
 Suhu: 37,50C
 Klien terpasang
nebulizer
3 Ds : Gangguan rasa Gejala terkait
 Keluarga mengatakan nyaman penyakit
An.J sulit tidur
 Keluarga mengatakan
An. J sering terbangun
saat tidur tadi malam
 Keluarga mengatakan
An. J gelisah saat di
perjalanan menuju RS
Do :
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak menangis
 Klien tampak
mengubah posisi

Diagnosa
1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terait penyakit

Intervensi
No. Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan 1x15 1. Pastikan alarm ventilator
menit diharapkan jalan nafas paten aktif
dengan kriteria hasil: 2. Pantau adanya penurunan
 Pergerakan udara keluar volume ekshalasi dan
masuk paru adekuat peningkatan tekanan
 Wheezing tidak terdengar inspirasi pada pasien
3. Pantau efek perubahan
ventilator
4. Auskultasi suara nafas
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring pernafasan klien
keperawatan selama 1x30 menit, (frekuensi kedalaman bunyi
diharapkan pertukaran gas nafas)
membaik dengan kriteria hasil: 2. Posisikan semi fowler
 TTV dalam rentang normal 3. Monitor respirasi status O2
 Mendemontrasikan 4. Ajarkan pasien untuk batuk
peningkatan ventilasi dengan efektif
oksigen yang adekuat 5. Kolaborasikan pemberian
bronchodilator
3 Setelah dilakukan keperawatan 2x30 1. Jelaskan semua prosedur
menit diharapkan masalah gangguan dan apa yang akan dirasakan
rasa nyaman dapat teratasi dengan selama prosedur
kriteria hasil: 2. Dorong keluarga untuk
 Mampu mengntrol menemani anak
kecemasan 3. Instruksikan pasien untuk
 Status lingkungan nyaman teknik relaksasi
 Kualitas tidur dan istirahata 4. Ajarkan keluarga untuk
adekuat membuat kamar anak yang

 Respon terhadap pengobatan nyaman

 Status kenyamanan 5. Kolaborasi pemberian obat

meningkat penenang jika diperlukan.

Catatan perkembangan

Diagnose Implementasi Evaluasi Paraf


1 1. Memastikan alarm
ventilator aktif
2. Memantau adanya
penurunan volume
ekshalasi dan
peningkatan
tekanan inspirasi
pada pasien
3. Memantau efek
perubahan
ventilator
4. Mendengarkan
Auskultasi suara
nafas
2 1. Memonitoring
pernafasan klien
(frekuensi
kedalaman bunyi
nafas)
2. Memposisikan
semi fowler
3. Memonitor
respirasi status O2
4. Mengajarkan
pasien untuk batuk
efektif
5. mengkolaborasikan
pemberian
bronchodilator
3 1. Menjelaskan semua
prosedur dan apa
yang akan
dirasakan selama
prosedur
2. Mendorong
keluarga untuk
menemani anak
3. Menginstruksikan
pasien untuk teknik
relaksasi
4. Mengajarkan
keluarga untuk
membuat kamar
anak yang nyaman
5. Mengkolaborasi
pemberian obat
penenang jika
diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes.2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Lewish.2000.America Thoraric Society


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Marylinn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman Untuk
Perencanaan / Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. G & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8 Jakarta : EGC

Tjokonegoro,A & Utama,H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai