I. Definisi Asma
a. Asma adalah kondisi dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru) mengalami
kontraksin penyempitan sehingga menyulitkan pernapasan.
b. Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan heredites utama.
c. Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. (http
//kaskus.us/archive/index.php/t-103450-p-6.htmi )
d. Asma merupakan penyakit kronik dari saluran pernapasan yang hilang dan timbul diduga
mempunyai hubungan yang erat dengan sistem imun dari tubuh.(http
://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18 abstrak 015.pdf/18 abstrak 015.htmi ).
e. Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas abstruktif intermutten reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
f. Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyimpitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thorakic Society)
II. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
A. Faktor Predisposisi
Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga
bisa diturunkan.
B. Faktor Prepisitas
a. Alergen, Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, Ex : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yahg masuk melalui mulut, Ex : Makanan dan obat-
obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Ex :
perhiasan, logam, dan jam tangan
b. Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu
c. Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas.
VII. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatannya yang diberikan dan bekerja
sama dengan dokter atauperawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :
1) Pengobatan non Farmakologik.
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy
e. Beri O2 bila perlu
2) Pengobatan Farmakologi
a. Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas Seperti aminofilin atau
kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat anti
asma umumnya tidak berpengaruh negatife terhadap janin kecuali
adrenalin.
b. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan
pembuluh daraj ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin
tersebut.
c. Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus
d. Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu
e. Memberikan cairan intravena
f. Mengencerkan cairan sekresi di paru
g. Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai
PO2 lebih 60 mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
h. Cek fungsi paru
i. Cek janin
j. Memberikan obat kortikosteroid
k. Menangani status asmatikus dengan gagal nafas
l. Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah
pengobatan intensif selama 30 60 menit
m. Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
n. Mengupayakan persalinan
o. Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan
p. Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam
serangan
q. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
r. Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
s. Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah
morfin atau analgesic epidural.
t. Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena
dapat menyebabkan bronkospasme.
u. Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
v. Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan
mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
w. Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
karena kadarnya dalam air susu sangat kecil
VIII. KOMPLIKASI TERHADAP KEHAMILAN & PERSALINAN
a. Keguguran
b. Persalinan premature
c. Pertumuhan janin terhambat
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
1) Menurunnya aliran darah pada uterus
2) Menurunnya venous return ibu
3) Kurva dissosiasi oksi ttb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
1) Menurunnya aliran darah ke pusat
2) Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3) Menurunnya cardiac output
Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat-obatan asma terhadap fetus,
walaupun tidak ada bukti bahwa pemakaian obat obat anti asma akan
membahayakan asma.
Hal-Hal Untuk Mencegah Agar Tidak Terjadi Serangan Asma Selama Hamil
1. Jangan merokok
2. Kenali faktor pencetus
3. Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalau tubuh terkena
flu segera obati.
4. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.
5. Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya
kekurangan oksigen pada janin
6. Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
7. Hindari faktor risiko lain selama kehamilan
8. Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
9. Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam
rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap
rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
10. Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
11. Sering sering melakukan relaksasi dan mengatur pernapasan.
ASKEP
I. PENGKAJIAN
A. Identitas klien.
a. Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada
penyakit status asthmatikus.
b. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat
mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asma.
c. gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan
merupakan faktor pencetus serangan asma
d. pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya
pemaparan bahan alergen.
e. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik,
dan Diagnosa medis.
B. Keluhan Utama
Pasien akan mengeluh sesak yang bertambah berat pada usia kehamilan 24-36
minggu.
C. Riwayat penyakit sekarang.
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan,
terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-
gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan,
gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji
kondisi awal terjadinya serangan.
D. Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran
napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan
asma frekuensi, waktu, allergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen
Daniel,1991)
E. Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh
lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)
F. Riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan
asma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai
lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi
serangan asma. yatim piatu, ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain
sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony Croket,
1997 dan Tjen Daniel, 1991).
G. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas
Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari,
ketidakmampuan untuk tidur, perlu posisi kepala lebih tinggi waktu tidur, dipsneu
pada saat istirahat, gelisah, insomnia,
b. Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah, distensi vena
leher, pucat dapat menunjukkan anemia, warna kulit normal / sianosis
c. Integritas ego
Peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan peka
rangsang
d. Makanan dan cairan
Edema dependen, berkeringat
e. Hygiene
Penurunan kemampuan perawatan diri, kebersihan buruk, bau badan
f. Pernafasan
Pernafasan pendek khususnya saat aktivitas, sulit nafas, dada tertekan,
penggunaan oksigen, riwayat pneumonia keluarga, menggunakan otot bantu
pernafasan.
Dada : saat inspeksi dapat dilihat hiperinflasi dengan peninggian diameter ap,
gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, ronchi,
mengi, saat perkusi ditemukan hipersonor pada area paru, bunyi pekak pada area
paru, kesulitan bicara kalimat.
g. Keamanan
Riwayat reaksi alergi, Berkeringat atau kemerahan
h. Seksualitas
Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan dukungan,
penyakit lama, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan orang lain
j. Penyuluhan dan pembelajaran
Penggunaan dan penyalahgunaan obat pernafasan, kesulitan menghentikan rokok,
konsumsi alcohol
II. PEMERIKSAAN FISIK