Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA

OLEH :

Kelompok 12 S1 KeperawatanAnak :

1. Delti Darmina 221014201128


2. Lely RennyRonauly Br Panggabean 221014201134
3. Fatmawati 221014201135
4. Dewi Murni Tampubolon 221014201129

FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma. Kejadian
asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang
termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri
sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai
penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis
asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya
serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4–5%
populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada
segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat
predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.

Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik
dan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995,
prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan bronkitis kronik 11
per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000 penduduk.

Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat disembuhkan.
Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun
hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada
akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.

2
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara kita Indonesia
maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma yang terjadi pada anak ini,
sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak
yang terserang asma.

B. Tujuan

1). TujuanUmum

Adapun tujuandaripenulisanmakalahini agar kitasemuaterutama orang tua dan perawat


dapat memahami mengenai serangan asma pada anak anak dan mengetahui tata cara pelaksanaan
penanganan asma yang terjdi pada anak. Selin itu juga untuk memenuhi tugas yang di berikan
dosen pembimbing.

2). Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang Definisi Asma


b. Mengetahui Etiologi dari Asma
c. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Asma pada Anak
d. Menjelaskan Patofisiologi Asma pada Anak

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori dari penyakit asma?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit asma?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu


mencetuskan saluran pernafasan menyempit untuk
sementara waktu sehingga mempersulit jalan pernafasan.

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif


intermiten, reversible dimana trakea dan bronchi berspon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Smeltzer 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48).

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode
bronkospasme (kontraksispasme yang lama pada jalannafas). (Polaski : 1996).

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronco spasme
yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruct ifintermiten, reversible dimana trakea dan
bronkhibe respon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (SmelzerSuzanne : 2001).

Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respontrakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

4
B. Etiologi
1) Adanya kontraksiotot di sekitar bronchus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.

Faktor Predisposisi

1) Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronchial jika terpapar dengan
foktorpencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

Faktor Presipitasi

1) Alergen

Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti :debu,bulu binatang, bakteri dan


polusi.
2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti :makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit.Seperti :perhiasan,
logam,dan jam tangan.

2) Perubahan cuaca

Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor, pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

5
3) Stress.

Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisadiobati.

4) LingkunganKerja.

Lingkungan Kerja juga menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
liburan atau cuti.

5) Olah raga atau aktivitas yang berat.

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau alohraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin), dan sporajamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predi sposisi genetic terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat

6
berkembang menjadi bronkhitiskronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

7
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

E. Patofisiologi

Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus

Tidak efektif Obstruksi saluran nafas Alveoli tertutup


bersihan jalan nafas
(bronkhospasme)

Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

Hiperventilasi Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

8
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic
persistent bronchitis, emphysema.

G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitelbronkhus
b) Pemeriksaandarah

Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,

2) Pemeriksaan Scanning Paru


Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi(ketidakcocokan/perfusi)
atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
3) Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2) Mengenal dan menghindarifaktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagiatas :


a. Pengobatan denga n obat-obatan. Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphybronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)

9
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewatinhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasinabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian
agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
4) Sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

10
ASUHAN KEPERAWATAN
ASMA

I. Pengkajian

a. Identitas klien
1) Riwayat kesehatan masa lalu :riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
2) riwayat kesehatan sekarang :keluhan sesak napas, keringat dingin.
3) Status mental :lemas, takut, gelisah
4) Pernapasan :perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
5) Gastro intestinal :adanyamual, muntah.
6) Pola aktivitas :kelemahan tubuh, cepatlelah
b. Pemeriksaan fisik Dada
Palpasi :
1) Temperaturkulit
2) Premitus :fibrasi dada
3) Pengembangan dada
4) Krepitasi
5) Massa
6) Edema
Auskultasi :
1) Vesikuler
2) Broncho vesikuler
3) Hyper ventilasi
4) Rochi
5) Wheezing
6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2) Tesprovokasi :

11
a) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b) Tesprovokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tesspirometri.
c) Tesprovokasi bronchial Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test
provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi
bronchial seperti : Test provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatanjasmani,
hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

3) Teskulit :Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
4) Pemeriksaankadar Ig E total dengan Ig E spesifikdalam serum.
5) Pemeriksaanradiologiumumnyarontgenfoto dada normal.
6) Analisa gas darahdilakukan pada asmaberat.
7) Pemeriksaaneosinofil total dalamdarah.
8) Pemeriksaan sputum.
d. Pola Kesehatan Gordon
1. Pola Persepsi terhadap Kesehatan
Meliputi penanganan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
2. Pola Aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri, skor:
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu dibantu orang lain
3 = perlu dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung
3. Pola istirahat dan tidur
Waktu tidur, frekuensi, kualitas (sering, terbangun), perasaan saat tidur (tenang,
gelisah), kebiasaan tidur.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Kebiasaan makan, diet khusus, nafsu makan, pola makan (sering/jarang/teratur),
antropometri, kesulitan menelan.
5. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, jumlah (sedikit/banyak), keluhan.

12
6. Pola kognitif-perseptual
Status mental (sadar/disorientasi/bingung/afasia). Bicara (normal/gagap)
7. Pola konsep diri
Pemahaman akan diri sendiri.
8. Pola koping
Respon dalam menghadapi koping adaptif dan mal adaptif.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Bekenaan dengan masalah genitalia/reproduksi.
10. Pola peran-hubungan
Sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan perjalanan fungsi peran dalam keluarga
dan masyarakat. Dukungan keluarga setelah masuk RS.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Larangan agama, permintaan rohaniawan, hubungan penyakit dengan spiritual.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.


2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi

III. Rencana Keperawatan

Diagnosa 1 :Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan :Jalan nafas kembali efektif selama 15 menit.
Kriteria hasil :Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing
berkurang/hilang, vital sign dalam batas normal keadaan umumbaik.

13
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional :Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi
nafas redup dengan ekspirasimengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asmaberat).
b. Kaji /pantau frekuensi pernafasan catat rasioinspirasi dan ekspirasi.
Rasional :Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan selama strest/adanya proses infeksiakut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya :peninggian kepala tidak duduk pada
sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keefektipan memperbaiki upaya batuk. Rasional :batuk dapat menetap tetapi tidak
efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan
e. Berikan air hangat. Rasional :penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus.
f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilatorspiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional :Membebaskan spasme jalannafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efekti fselama 1x24 jam.
Kriteriahasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,
batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal. Rasional :kecepatan biasanya
mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional :ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.

14
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Rasional : duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional :Kongesti alveolar mengakibatkan batuks
ering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihanm batuk. Rasional :dapat
meningkatkan/banyaknya sputum dimanam gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi
 Berikan oksigen tambahan
 Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional :memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa3 :Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak dekuat.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi selama 2x24 jam.
Kriteriahasil :Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalambatas normal.
Intervensi :Kaji status nutriasi klien (teksturkulit, rambut, konjungtiva).
Rasional :menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
1. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional :peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam
asuhan keperawatan.
2. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional :Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indicator kurangnya nutrisi.
3 Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.

15
1) Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional :memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2) Kolaborasi
Konsul dengan tim gizi/ tim mendukung nutrisi.
 Rasional :menentukan kalorii ndividu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
Berikan obat sesuai indikasi.
 Vitamin B squrb 2×1.
Rasional :defisiensi vitamin dapatterjadibila protein dibatasi.
- Antiemetikrantis 2×1
Rasional :untuk menghilangkan mual / muntah.

Diagnosa 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri,
kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
1. Evaluasi respon spasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional :menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan selama fase akutuntuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghema tenergi untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih posisinya manuntukistirahat dan ata utidur.
Rasional :pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja a
tau bantal.
4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

16
5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional :menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

Diagnosa 5 :Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi
Tujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah setelah mendapat
penjelasan dari perawat.
Kriteriahasil :Mencari tentang proses penyakit :
 Klien mengerti tentang definisi asma
 Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahandari asma
 Klien mengerti komplikasi dari asma
Intervensi:
1. Diskusikan aspek ketidaknyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan
kesembuhan.
Rasional :informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan
masalah berlebihan.
2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional :kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi
informasi atau mengikuti program medik.
3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
Rasional :selam aawal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh
dari penyakitnya.
4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
Rasional :upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan
komplikasi.
5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya :istirahat
dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional :menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

17
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. BukuSakuKeperawatanPediatrik. EGC: Jakarta.


Capernito, Lynda J. 2000. DiagnosaKeperawatanAplikasi pada PraktikKlinis. EGC: Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai