Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ASMA


DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 5 - 6 JUNI 2017

OLEH

NAMA : NI MADE DESSY WULANDARI


NIM : P0720015042
TINGKAT/SEMESTER : II/IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASMA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel berperan
terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel. (Slamet
Hariadi, dkk 2010). Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang
terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest
tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI,
2006; GINA, 2006). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007),
pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan
menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang
bervariasi derajatnya.

Kesimpulan :

Asma merupakan suatu penyakit pada pernafasan khususnya pada jalan nafasnya yang
melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga mengobstruksi jalan nafas, dan bersifat
reversible yang berespon pada stimuli tertentu.

B. Penyebab
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Pada asma, yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan
asma. Disamping itu hiperaktivitas saluran napas juga merupakan factor yang
penting. Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi, diperlukan jumlah allergen
yang sedikit dan sebaliknya jika hiperaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen
yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma. Alergen dapat dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus, terutama pad
abayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus
(RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya pertusis
dan streptokokus, jamur, misalnya aspergillus dan parasit seperti askaris.
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
d. Faktor Psikis
Factor psikis merypakan factor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya persoalan
tentang asma pada anak sendiri/keluarganya akan menggagalkan usaha
pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma.
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest.

D. Klasifikasi
1. Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Initiative for Asthma):
a. Intermiten
Gejala kurang dari 1 x/minggu serangan singkat
b. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 x/minggu tapi kurang dari 1x/hari
c. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
d. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
2. Pembagian derajat asma manurut Phelan dkk, diantaranya adalah:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini
yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4
kali pertahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan
serangan yang berat, gejala lebih berat pada malam hari. Tanda dari asma
episodik yang jarang diantaranya:
1) gejala muncul pada malam hari;
2) timbul wheezing kurang dari 3-4 hari;
3) batuk-batuk berlangsung sampai 10-14 hari;
4) tumbuh kembang anak biasanya tidak terganggu.
b. Asma episodik sering
Pada ⅔ golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang
tua menghubungkannya dengan perubahan udara, allergen, aktivitas fisik dan
stress. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasanya
beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada
umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik atau persisten. Tanda dan gejala dari asma episodik
sering diantaranya:
1) gejala muncul pada malam hari disertai batuk, disertai wheezing;
2) sering terbangun pada malam hari akibat sesak dan batuk; waktu serangan
lebih dari 1-2 minggu.
c. Asma kronik atau persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan:
75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing yang
lama pada 2 tahun pertama, dan 50% sisanya serangannya episodik. Pada umur
5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan
hampir selalu terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk
disertai wheezing. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14
tahun, baru kemudian terjadi perbaikan. Pada golongan dewasa muda, 50%
golongan ini biasanya tetap menderita asma persisten.
Tanda dan gejala dari asma atau persisten diantaranya:
1) sesak saat beraktifitas;
2) perubahan bentuk toraks (pigeon chest, barrel chest);
3) terdapat sulkus horizon;
4) gangguan pertumbuhan (tubuh kecil);
5) kemampuan aktivitas menurun;
6) sering tidak masuk sekolah sehingga prestasi belajar terganggu;
7) sebagian kecil mengalami gangguan psikososial.
3. Pembagian derajat asma menurut Pedoman Asma Anak Indonesia sebagai berikut :
Parameter klinis, kebutuhan Persisten Ringan Persisten Sedang Persisten Berat
obat dan faal paru
Frekuensi serangan < 1 x/bulan > 1 x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dn
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisik diluar Normal Ada kelainan Tidak pernah
serangan normal
Obat pengendali (anti Tidak perlu Nonsteroid/steroid Steroid hirupan /
inflamasi) hirupan dosis oral
rendah
Uji faal paru (diluar PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60- PEF/FEV1 <60%
serangan) 80% variabilitas 20-
30%
Variabilitas faal paru (diluar Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas >50%
serangan)
F. Gejala Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan
penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.

G. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit
yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
a. Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
b. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c. Thorak
1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.
2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
d. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
b) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
b) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b. Pemeriksaan darah.
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema
paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5. Scanning Paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.

I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan medis asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan asma meliputi:
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti edukasi tidak hanya
ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan
seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaaan bidang kesehatan/asma, profesi
keseahatan
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri
mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan barbagai
faktor antara lain.
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahahn pada asma
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehimgga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Indentifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol.
a. Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a) Simtomatik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat :
(1) Orsiprenalin (Alupent)
(2) Fenoterol (berotec)
(3) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus
) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin (teofilin) Nama obat :
(1) Aminofilin (Amicam supp)
(2) Aminofilin (Euphilin Retard)
(3) Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk
suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga
dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
2) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama
anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini
adalah dapat diberika secara oral.
b. Pengobatan non farmakologik:
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar ynag kuat untuk terjadi
kepatuhan atau efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma
jangka panjang sesuai kondisi penderita, relistik/memungkinkan bagi penderita
dengan maksud mengontrol asma. Bila memungkinkan ajakan perawat, farmasi,
tenaga fisioterapi pernapasan dan lain-lainnya untuk membantu memberikan
edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri
Hijau
 Kondisi baik, asma terkontrol
 Tidak ada/minimal gejala
 APE : 80 - 100% nilai dugaan/terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan.
Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan
turunkan terapi
Kuning
 Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan
akut/eksaserbasi
 Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi,
dada terasa berat baik saat aktivitas maupun istirahat) dan/atau APE 60-
80% prediksi/nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi
Merah
 Berbahaya
 Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari
 APE <60% nilai dugaan/terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan
yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada
respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit

d. Menetapkan pengobatan pada serangan akut


Table rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan
tempat pengobatan
SERANGAN PENGOBATAN TEMPAT
PENGOBATAN
RINGAN Terbaik: Di rumah
Aktiviti relative normal Inhalasi agonis beta-2 Di praktek dokter/
Berbicara satu kalimat Alternative: klinik/ puskesmas
dalam satu napas Kombinasi oral agonis beta-
Nadi<100 2 dan teofilin
APE> 80%
SEDANG Terbaik Darurat Gawat/
Jalan jarak jauh Nebulasi agonis beta-2 tiap RS
Timbulkan gejala 4 jam Klinik
Berbicara beberapa kata Alternative: Praktek Dokter
dalam satu napas - Agonis beta-2 Puskesmas
Nadi 100-200 subkutan
APE 60%-80% - Aminofilin IV
- Adrenalin 1/1000
0,3 ml SK
Oksigen bila mungkin
kortikosteroid siskemik
BERAT Tebaik Darurat Gawat/
Sesak saat istirahat Nebulisasi agonis beta-2 RS Klinik
Berbicara kata per kata tiap 4 jam
dalam satu napas Alternative :
Nadi >120 − Agonis beta-2
APE <60% atau 100 SK/IV
l/dtk − Adenalin 1/1000
0,3ml SK

Aminofilin bolus
dilanjutkan drip
Oksigen
Kortikosteroid IV

MENGANCAM Seperti serangan akut berat Darurat Gawat/


NYAWA Pertimbangkan intubasi dan RS ICU
Kesadaran ventilasi mekanis
berubah/menurun
Gelisah
Sianosis
Gagal napas

J. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3. Hipoksemia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara
sistemik akibat inadekuatnya intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT ASMA


1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data subjektif
1) Identitas
a) Identitas anak dan orang tua
(nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, dan lain-lain)
b) Keluhan utama
(Batuk-batuk dan sesak napas)
c) Riwayat penyakit sekarang
(Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas)
d) Riwayat penyakit terdahulu
(Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya)
e) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
f) Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
g) Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok
dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma
h) Riwayat tumbuh kembang
(1) Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 +
8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun
16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata –
rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
(2) Tahap perkembangan.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama
pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan
dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik
dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan
bersepeda dengan roda tiga.
i) Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara
lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
j) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan
ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % – <80 %
Gizi baik 80 % – 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
k) Dampak Hospitalisasi
(1) Sumber stressor : Perpisahan
(2) Protes : pergi, menendang, menangis
(3) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
(4) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
(5) Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
(6) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
(7) Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
l) Aktivitas
(1) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
(2) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
(3) Tidur dalam posisi duduk tinggi.
m) Pernapasan
(1) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
(2) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
(3) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
(4) Adanya bunyi napas mengi.
(5) Adanya batuk berulang.
n) Sirkulasi
(1) Adanya peningkatan tekanan darah.
(2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
(3) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
(4) Kemerahan atau berkeringat.
o) Integritas ego/psikologis
(1) Ansietas
(2) Ketakutan
(3) Peka rangsangan
(4) Gelisah
p) Asupan nutrisi
(1) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
(2) Penurunan berat badan karena anoreksia.
q) Hubungan sosial
(1) Keterbatasan mobilitas fisik.
(2) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
(3) Adanya ketergantungan pada orang lain.

2. Pengumpulan Data Objektif


a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum (K/U, kesadasaran, TTV, BB,)
2) Pemeriksaan fisik khusus (head to too, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkuso)
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan radiologi

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan broncospasme
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernafasan dan deformitas dinding
dada
3. Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbon dioksida
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolic, dispnea
saat makan, kelemahan otot pengunyah
6. Ansietas b.d keadaan penyakit yang di derita
4. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
(NOC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway suction
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan  Pastikan kebutuhan
Definisi : .....x24 jam diharapkan oral/tracheal suctioning
Ketidakmampuan untuk masalah keperawatan  Auskultasi suara nafas
membersihkan sekresi ketidakefektifan bersihan sebelum dan sesudah
atau obstruksi dari jalan napas dapat teratasi suctioning
saluran pernapasan dengan  Informasikan pada klien
untuk mempertahankan Kriteria Hasil : dan keluarga tentang
kebersihan jalan napas.  Mendemonstrasikan suctioning
batuk efektif dan  Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : suara nafas yang sebelum suction dilakukan
 Tidak ada batuk bersih, tidak ada  Berikan O2 dengan
 Suara nafas sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
tambahan (mampu memfasilitasi suktion
 Perubahan frekuensi mengeluarkan nasotrakeal
nafas sputum, mampu  Anjurkan pasien untuk
 Perubahan irama bernapas dengan istirahat dan napas dalam
nafas mudah, tidak ada setelah kateter dikeluarkan
 Sianosis pursed lips) dari nasotrakeal
 Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan  Monitor status oksigen
atau mengeluarkan nafas yang paten pasien
suara (klien tidak merasa  Ajarkan keluarga
 Penurunan bunyi tercekik, irama bagaimana cara melakukan
nafas nafas, frekuensi suksion
 pernafasan rentang
Dispneu  Hentikan suksion dan
normal, tidak ada
 Sputum dalam berikan oksigen apabila
suara nafas
jumlah berlebihan pasien menunjukan
abnormal)
 Batuk tidak efektif bradikardi, peningkatan
 Orthopneu  Mampu saturasi O2,dll.
 Gelisah mengidentifikasi dan
 Mata terbuka lebar mencegah faktor Airway management
yang dapat  Buka jalan napas, gunakan
Faktor yang menghambat jalan teknik chin lift atau jaw
berhubungan : nafas thrust bila perlu
1. Lingkungan :  Posisikan pasien untuk
 Perokok pasif memaksimalkan ventilasi
 Menghisap asap  Identifikasi pasien
 Merokok perlunya pemasangan alat
2. Obstruksi jalan jalan nafas buatan
nafas :  Pasang mayo bila perlu
 Spasme jalan  Lakukan fisioterpi dada
napas jika perlu
 Mukus dalam  Keluarkan sekret dengan
jumlah batuk atau suction
berlebihan  Auskultasi suara nafas,
 Eksudat dalam catat adanya suara
jalan alveoli tambahan
 Materi asing  Lakukan suction pada
dalam jalan nafas mayo
 Adanya jalan  Berikan brokodilator bila
anafas buatan perlu
 Sekresi  Berikan pelembab udara
bertahan/sisa kassa basah NaCl lembab
sekresi  Atur intake untuk cairan
 Sekresi dalam mengoptimalkan
bronki keseimbangan
3. Fisiologis :  Monitor respirasi dan
 Jalan nafas status O2
alergik
 Asma
 Penyakit paru
obstruksi kronis
 Hiperplasi
dinding bronki
 Infeksi
 Disfungsi
neuromuscular
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Airway management
napas tindakan keperawatan  Buka jalan napas, gunakan
Definisi : Inspirasi atau selama .....x24 jam teknik chin lift atau jaw
ekspirasi yang tidak diharapkan masalah thrust bila perlu
memberi ventilasi keperawatan  Posisikan pasien untuk
ketidakefektifan pola memaksimalkan ventilasi
Batasan Karakteristik : napas dapat teratasi  Identifikasi pasien
 Perubahan dengan perlunya pemasangan alat
kedalaman Kriteria Hasil: jalan nafas buatan
pernapasan  Mendemonstrasikan  Pasang mayo bila perlu
 Perubahan ekskursi batuk efektif dan  Lakukan fisioterpi dada
dada suara nafas yang jika perlu
 Mengambil posisi bersih, tidak ada  Keluarkan sekret dengan
tiga titik sianosis dan dyspneu batuk atau suction
 Bradipneu (mampu  Auskultasi suara nafas,
 Penurunan tekanan mengeluarkan catat adanya suara
ekspirasi sputum, mampu tambahan
 bernapas dengan
Penurunan ventilasi  Lakukan suction pada
semenit mudah, tidak ada mayo
 pursed lips)
Dipsneu  Berikan brokodilator bila
 Peningkatan  Menunjukkan jalan perlu
nafas yang paten
diameter  Berikan pelembab udara
anteriorposterior (klien tidak merasa
kassa basah NaCl lembab
tercekik, irama
 Pernapasan cuping  Atur intake untuk cairan
nafas, frekuensi
hidung mengoptimalkan
pernafasan rentang
 Ortopneu keseimbangan
normal, tidak ada
 Fase ekspirasi  Monitor respirasi dan
memenjang suara nafas status O2
 Pernapasan bibir abnormal)
 Takipneu  Tanda-tanda vital Oxygen Therapy
 Penggunaan otot dalam rentang  Bersihkan mulut, hidung,
aksesorius untuk normal (tekanan dan seckret trakea
bernapas darah, nadi,  Pertahankan jalan napas
pernapasan) yang paten
Faktor yang  Atur peralatan oksigenasi
berhubungan:  Monitor aliran oksigen
 Ansietas  Pertahankan posisi pasien
 Posisi tubuh  Observasi adanya tanda-
 Deformitas tulang tanda hipoventilasi
 Deformitas dinding  Monitor adanya
dada kecemasan pasien terhadap
 Keletihan oksigenasi
 Hiperventilasi
 Sindrom Vital sign Monitoring
hipoventilasi  Monitor TD, nadi, suhu dan
 Gangguan RR
muskuloskeletal  Catat adanya fluktuasi
 Kerusakan tekanan darah
neurologis  Monitor VS saat pasien
 Imaturitas berbaring, duduk, atau
neurologis berdiri

 Disfungsi  Auskultasi TD pada kedua


neuromuskular lengan dan bandingkan

 Obesitas  Monitor TD, nadi, RR

 Nyeri sebelum, selama, dan

 Keletihan otot setelah aktivitas

pernapasan cedera  Monitor kualitas dari nadi

medula spinalis  Monitor frekuensi dan


irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warnam dan
kelembapan kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Airway management


gas tindakan keperawatan  Buka jalan napas, gunakan
Definisi : Kelebihan atau selama .....x24 jam teknik chin lift atau jaw
defisit pada oksigenasi diharapkan masalah thrust bila perlu
dan/atau eliminasi keperawatan  Posisikan pasien untuk
karbon dioksida pada ketidakefektifan pola memaksimalkan ventilasi
membran alveolar napas dapat teratasi  Identifikasi pasien
kapiler dengan perlunya pemasangan alat
Kriteria Hasil: jalan nafas buatan
Batasan Karakteristik :  Mendemonstrasikan  Pasang mayo bila perlu
 pH darah arteri peningkatan  Lakukan fisioterpi dada
abnormal ventilasi dan jika perlu
 pH arteri abnormal oksigenasi yang  Keluarkan sekret dengan
 Penapasan abnormal adekuat batuk atau suction
(mis. kecepatan,  Memelihara  Auskultasi suara nafas,
irama, kedalaman) kebersihan paru-paru catat adanya suara
 Warna kulit dn bebas dari tanda- tambahan
abnormal (mis. tanda distres  Lakukan suction pada
pucat, kehitaman) pernafasan mayo
 Konfusi  Mendemonstrasikan  Berikan brokodilator bila
 Sianosis (pada batuk efektif dan perlu
neonatus saja) suara nafas yang  Berikan pelembab udara
 Penurunan pada bersih, tidak ada kassa basah NaCl lembab
karbondioksida sianosis dan dyspneu  Atur intake untuk cairan
 Diaforesis (mampu mengoptimalkan
 Dispnea mengeluarkan keseimbangan
 Sakit kepala saat sputum, mampu  Monitor respirasi dan
bangun bernapas dengan status O2
 Hiperkapnia mudah, tidak ada

 Hipoksemia pursed lips) Respiratory Monitoring


 Hipoksia  Tanda-tanda vital  Monitor rata-rata,
dalam rentang
 Iritabilitas kedalaman, irama dan
normal (tekanan usaha respirasi
 Napas cuping
darah, nadi,  Catat pergerakan daa,
hidung
pernapasan) amati kesimetrisan,
 Gelisah
 Somnolen penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
 Takikardi
supracavicular dan
 Gangguan
intercostal
penglihatan
 Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Faktor-faktor yang
berhubungan  Monitor pola napas :
bradipnea, takipnea,
 Perubahan membran
kuusmaul, hiperventilasi,
alveolar-kapiler
cheyne stokes, biot
 Ventilasi-perfusi
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otor
diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskulatasi suata napas,
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronchi pada jalan
napas utama
 Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity therapy
Definisi : tindakan keperawatan  Kolaborasi dengan tenaga
Ketidakcukupan energi .....x24 jam diharapkan rehabilitasi medik dalam
psikoogis atau fisiologis masalah keperawatan merencanakn program
untuk mempertahankan intoleransi aktivitas terapi yang tepat
atau menyelesaikan dapat teratasi dengan  Bantu klien untuk
aktivitas kehidupan Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktivitas
sehari-hari yang harus  Berpartisipasi dalam yang mampu dilakukan
atau yang ingin aktivitas fisik tanpa  Bantu klien untuk memilih
dilakukan disertai peningkatan aktivitas yang konsisten
tekanan darah, nadi, yang sesuai dengan
Batasan Karakteristik : dan RR kemampuan fisik,
 Dispneu setelah  Mampu melakukan psikologi dan sosial
beraktivitas aktivitas sehari-hari  Bantu pasien
 Keletihan (ADLs) secara mengidentifikasi dan
 Ketidaknyamanan mandiri mendapatkan sumber yang
setelah beraktivitas  Tanda-tanda vital diperlukan untuk aktivitas
 Perubahan normal yang diinginkan
elektrokardiogram  Energi psikomotor  Bnatu pasien untuk
(EKG) (mis. aritmia,  Level kelemahan mendapatkan alat bantuan
abnormalitas,  Mampu berpindah : aktivitas seperti kusi roda,
konduksi, iskemia) dengan atau tanpa krek
 Respon frekuensi bantuan alat  Bantu untuk
jantung abnormal  Status mengidentifikasi aktivitas
terhadap aktivitas kardiopulmonari yang disukai
 Respon tekanan adekuat  Bnatu klien untuk
darah abnormal  Sirkulasi status baik membuat jadwal latihan di
terhadap aktivitas  Status respirasi : waktu luang
pertukaran gas dan  Bantu pasien/keluarga
Faktor yang ventilasi adekuat untuk mengidentifikasi
berhubungan : kekurangan dalam
 Gaya hidup kurang beraktivitas
gerak  Sediakan penguatan positif
 Imobilitas bagi yang aktif
 Ketidakseimbangan beraktivitas
antara suplai dan  Bantu pasien untuk
kebutuhan oksigen mengembangkan motivasi
 Tirah baring diri dan penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutrition Management
Nutrisi Kurang dari keperawatan … x 24 jam  Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh diharapkan masalah makanan
Definisi : keperawatan  Kolaborasi dengan ahli gizi
Asupan nutrisi tidak ketidakseimbangan untuk menentukan jumlah
cukup untuk memenuhi nutrisi kurang dari kalori dan nutrisi yang
kebutuhan metabolic. kebutuhan tubuh dapat dibutuhkan pasien
teratasi dengan  Anjurkan pasien untuk
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
 Kram abdomen  Adanya peningkatan  Anjurkan pasien untuk
 Nyeri abdomen berat badan sesuai meningkatkan protein dan
 Menghindari dengan tujuan vitamin C
makanan  Berat badan ideal  Berikan substansi gula
 Berat badan 20% sesuai dengan tinggi  Yakinkan diet yang
atau lebih dibawah badan dimakan mengandung
berat badan ideal  Mampu tinggi serat untuk
 Kerapuhan kapiler mengidentifikasi mencegah konstipasi
 Diare kebutuhan nutrisi  Berikan makanan yang
 Kehilangan rambut  Tidak ada tanda- terpilih (sudah
berlebihan tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli
 Bising usus  Menunjukkan gizi)
hiperaktif peningkatan fungsi  Ajarkan pasien bagaimana
 Kurang makanan pengecapan dari membuat catatan makanan
 Kurang informasi menelan harian
 Kurang minat pada  Tidak terjadi  Monitor jumlah nutrisi dan
makanan penurunan berat kandungan kalori
 Penurunan berat badan yang berarti  Berikan informasi tentang
badan dengan kebutuhan nutrisi
asupan makanan  Kaji kemampuan pasien
adekuat untuk mendapatkan nutrisi
 Kesalahan konsepsi yang dibutuhkan
 Kesalahan
informasi Nutrition Monitoring
 Membrane mukosa  BB pasien dalam batas
pucat normal

 Ketidakmampuan  Monitor adanya penurunan


memakan makanan berat badan

 Tonus otak  Monitor tipe dan jumlah


menurun aktivitas yang biasa

 Mengeluh dilakukan

gangguan sensasi  Monitor interaksi anak atau


rasa orang tua selama makan

 Mengeluh asupan  Monitor lingkungan selama


makanan kurang makan
dari RDA  Jadwalkan pengobatan dan
(Recommended tindakan tidak selama jam
Daily Allowance) makan
 Cepat kenyang  Monitor kulit kering dan
setelah makan perubahan pigmentasi
 Sariawan rongga  Monitor turgor kulit
mulut  Monitor kekeringan,
 Steatorea rambut kusam, dan mudah
 Kelemahan otot patah
pengunyah  Monitor mual dan muntah
 Kelemahan otot  Monitor kadar albumin,
untuk menelan total protein, Hb, dan kadar
Ht
Faktor yang  Monitor pertumbuhan dan
Berhubungan : perkembangan
 Faktor Biologis  Monitor pucat, kemerahan,
 Faktor Ekonomi dan kekeringan jaringan
 Ketidakmampuan konjungtiva
untuk mengabsorbsi  Monitor kalori dan intake
nutrient kalori
 Ketidakmampuan  Catat adanya edema,
menelan makanan hiperemik, hipertonik
 Ketidakmampuan papilla lidah dan cavitas
untuk mencerna oral
makanan  Catat jika lidah berwarna
 Faktor psikologis magenta, scarlet
6. Ansietas Setelah dilakukan Anxiety Reduction
Definisi : Perasaan tidak tindakan keperawatan (penurunan kecemasan)
nyaman atau .....x24 jam diharapkan  Gunakan pendekatan yang
kekhawatiran yang masalah keperawatan menenangkan
samar disertai respons ansietas dapat teratasi  Nyatakan dengan jelas
otonom (sumber sering dengan harapan terhadap pelaku
kali tidak spesifik atau Kriteria Hasil : pasien
tidak diketahui oleh  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur
individu), perasaan takut mengidentifikasi dan apa yang dirasakan
yang disebabkan oleh dan mengungkapkan selama prosedur
antisipasi terhadap gejala cemas  Pahami prespektif pasien
bahaya. Hal ini  Mengidentifikasi, terhadap situasi stress
merupakan isyarat mengungkapkan dan  Temani pasien untuk
kewaspadaan yang menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
memperingatkan untuk mengontrol mengurangi takut
indivisu akan adanya cemas  Dorong keluarga untuk
bahaya dan menampilak  Vital sign dalam menemani anak
individu untuk bertindak batas normal  Lakukan back/ neck rub
menghadapi ancaman  Postur tubuh,  Dengarkan dengan penuh
ekspresi wajah, perhatian
Batasan Karakteristik bahasa tubuh dan  Identifikasi tingkat
1. Perilaku: tingkat aktivitas kecemasan
 Agitasi menunjukkan  Bantu pasien mengenal
 Gelisah berkurangnya situasi yang menimbulkan
 Gerakan ekstra kecemasan kecemasan
 Insomnia  Dorong pasien untuk
 Kontak mata mengungkapkan perasaan,
yang buruk ketakutan, persepsi
 Melihat sepintas  Instruksikan pasien
 Mengekspresikan menggunakan teknik
kekawatiran relaksasi
karena perubahan  Berikan obat untuk
dalam peristiwa mengurangi kecemasan
hidup
 Penurunan
produktivitas
 Perilaku
mengintai
 Tampak Waspada

2. Affektif :
 Berfokus pada
diri sendiri
 Distres
 Gelisah
 Gugup
 Kesedihan yang
mendalam
 Ketakutan
 Menggemerutukk
an gigi
 Menyesal
 Peka
 Perasaan tidak
adekuat
 Putus asa
 Ragu
 Sangat khawatir
 Senang
berlebihan
3. Fisiologis
 Gemetar
 Peningkatan
keringat
 Peningkatan
ketegangan
 Suara bergetar
 Tremor
 Tremor tangan
 Wajah tegang

4. Simpatik
 Anoreksia
 Diare
 Dilatasi pupil
 Eksitasi
kardiovaskular
 Gangguan
pernapasan
 Jantung berdebar-
debar
 Kedutan otot
 Lemah
 Mulut kering
 Wajah merah
 Peningkatan
denyut nadi
 Peningkataan
frekwensi
pernapasan
 Peningkatan
reflek
 Peningkatan
tekanan darah
 Vasokontriksi
superfisial
 Wajah memerah
5. Parasimpatik
 Anyang-
anyangan
 Diare
 Dorongan segera
berkemih
 Gangguan pola
tidur
 Kesemutan pada
extremitas
 Letih
 Mual
 Nyeri abdomen
 Penurunan
tekanan darah
 Penurunan
denyut nadi
 Penurunan
tekanan darah
 Pusing
 Sering berkemih
6. Kognitif :
 Bloking fikiran
 Cenderung
menyalahkan
orang lain
 Gangguan
konsentrasi
 Gangguan
perhatian
 Konfusi
 Lupa
 Melamun
 Menyadari gejala
fisiologis
 Penurunan
kemampuan
untuk belajar
 Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
 Penurunan lapang
persepsi
 Preokupasi
Faktor Yang
Berhubungan :
 Ancaman kematian
 Ancaman pada status
terkini
 Hereditas
 Hubungan
interpersonal
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
 Konflik nilai
 Konflik tentang
tujuan hidup
 Krisis maturasi
 Krisis situasi
 Pajanan pada toksin
 Penularan
interpersonal
 Penyalahgunaan zat
 Perubahan besar (mis.
status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
 Riwayat keluarga
tentang ansites
 Stresor
5. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan intervensi
atau rencana yang telah dibuat sebelumnya.

6. Evaluasi
Evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah dilakukan apakah telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf Hood, dkk. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university perss.

Carpenito-Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Depkes R.I (2009) Pedoman pengendalian penyakit asma.

Gershwin, M Eric dkk. (2006) Bronchial Asthma, A guide for practical understanding and
treatmet . Edisi V

GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and Prevension
In Children . www. Ginaasthma.org. 2006

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing: Jakarta

Wong, Donna, L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta: EGC.
............................ , ..........................................

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

........................................................... .......................................................................

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

.....................................................

NIP.

Anda mungkin juga menyukai