Disusun oleh :
P27220021074
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk
terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut timbul sangat
bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau
tanpa pengobatan).(Kemkes 2019)
Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi
hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema,
dan hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013 dikutip dari Pery 2019)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. (Amin & Hardi, 2016 dikutip dari Pery 2019)
B. Etiologi
Asma Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental
a. kategori umur 0-4 tahun, fungsi paru tidak menjadi parameter gangguan.
Hal ini karena pada anak-anak di bawah 4 tahun masih sulit untuk
dilakukan uji fungsi paru menggunakan spirometer. Pada kategori umur
ini, asma diklasifikasikan sebagai asma persisten jika dalam 6 bulan terjadi
≥ 2 serangan yang membutuhkan steroid oral atau episode mengi sebanyak
≥ 4 episode setahun yang lamanya lebih dari sehari, serta memiliki faktor
resiko untuk asma persisten. Sedangkan pada kategori umur 5-11 tahun
dan ≥ 12 – dewasa, asma diklasifikasikan seabagai persisten jika terjadi ≥
2 serangan yang menimbulkan steroid oral dalam setahun
b. kategori umur 5-11 tahun dengan umur ≥ 12 tahun dewasa, terdapat
perbedaan pada ukuran uji fungsi paru
(Sumber buku asuhan keperawatan jilid 1tahun 2016 dikutip dari oktavia 2021)
G. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbul dari penyakit asma diantarnya :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (menurut Padila 2015 dikutip dari Sukmawati
2020) yaitu :
a. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (menurut Wijaya & Putri 2014 dikutip dari Sukmawati
2020) yaitu :
a. Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
5) Menghindari efek samping obat asma
6) Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
b. Farmakologi, obat anti asma :
1) Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2) Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont)
3) Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon.
4) Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air
putih.
BAB II
A. Pengkajian
1. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma
adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk,
dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya
faktor prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat
alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis,
utikaria, dan eskrim).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali
didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa
klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
2) Dada diobservasi
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara
c. Perkusi
Perkusi Suara:
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi udara
4) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub,
dan crackles.
B. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada orang yang mengalami penyakit
asma diantarnya :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
b. Ansietas berhubungan dengan factor keturunan
c. Gangguan pertukaran gas berhubunan denan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai kebutuhan oksien
e. Pola napas tidak efektif hambatan upaya napas
f. Deficit nutrisi ketidakmampuan menelan makanan
C. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
mukolitik,ekspektoran,
jika perlu
D. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
(atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan
tersebut
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses
keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang
direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional
kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil,
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah
ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, dan mengambil keoutusan apakah rencana keperawatan
diteruskan, modifikasi atau dihentikan
TAHAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 0- 12 BULAN
1. Berat Badan
Berat badan untuk usia 0-6 Bulan pertumbuhan berat badan akan
mengalami pertambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat
badannya akan menjadi dua kalilipat berat badan lahir pada akhir bula ke-
6. (Hidayat, 2008).
2. Tinggi Badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi
badan sekitar 2, 5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami
penambahan tinggi badan hanya sekita 1, 25 cm setiap bulannya. Pada
akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan
waktu lahir (Hidayat, 2008).
3. Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat
sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm, pada usia selanjutnya
pertumbuhan lingkar kepala mengalami pelambatan. Pada usia 1 tahun
hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46, 5 cm (Hidayat, 2008).
4. Perkembangan Motorik Kasar
Usia 0-8 bulan dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas,
seperti telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya, pada bulan ke4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan Kepala
tegak; membalikkan badan; bangkit dengan kepala menumpu beban pada
kaki dengan lengan berayun ke depan belakang; berguling dari terlentang
ke tengkurap; serta duduk bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat,
2008).
5. Perkembangan motorik halus
Pada usia 0-8 bulan sudah mengamati benda, menggunakan ibu jari
dan telunjuk untuk memegang mengeksplorasi benda yang sedang
dipanggang, mengambil objek dengan tangan tertangkap, mampu menahan
benda dengan keduatangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, seta memindahan dari objek dari satu tangan
ke tangan lain (Hidayat, 2008).
6. Perkembangan bahasa
Pada usia 0-8 bulan dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh kearah suara atau bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua
suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti
“ba-ba” (Hidayat, 2008).
7. Perkembangan perilaku adaptasi atau sosial
Pada usia 0-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan
keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi
serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal (Hidayat, 2008).
8. Teori perkembangan kognitif
Menurut peaget Perkembangan kognitif mempunyai empat aspek,
yaitu kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf,
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan
dunianya, interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, dan ekuilibrasi, yaitu adanya
kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. (Hidayat, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Sikmawati.D.2020.(ASMAhttp://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2590/4/
Chapter2.pdf), diakses pada 6 April 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan:DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPN