Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An.A DENGAN DIAGNOSA ASMA

DI BANGSAL ANGGREK RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Clinical Teacher : Sri Mulyanti., S.Kep., Ns., M.Kep

Clinical Instructor : Enik Pujiastuti, S.Kep.

Disusun oleh :

Irma Ika Kristanti

P27220021074

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk
terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut timbul sangat
bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau
tanpa pengobatan).(Kemkes 2019)
Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi
hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema,
dan hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013 dikutip dari Pery 2019)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. (Amin & Hardi, 2016 dikutip dari Pery 2019)
B. Etiologi
Asma Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental

Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu :

Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya


bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar
dengan faktor pencetus. Adapun faktor pencetus dari asma adalah:

a. Alergen. Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana alergen ini


dibagi
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obatobatan
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan
sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris
lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
b. Infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan terutama
disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan salah satu faktor
pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial,
diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya
ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan ( Nurarif & Kusuma
dalam Indar Asmarani, 2018)
c. Perubahan cuaca. Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering
mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
d. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di
pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
e. Olahraga. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan
asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan asma
f. Stress. Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan
asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Padila, 2013 dikutip dari octaviana 2021) adapun manifestasi
klinis yang dapat ditemui pada pasien asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak 5
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
c. Stadium lanjut/kronik :
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Ro paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
D. Klasifikasi
Asma terbagi menjadi alergi, idiopatik, nonalergik, dan campuran (mixed)
(Ghofur, A. 2016 dikutip dari Octavia 2021) :
a. Asma alergik / ekstrinsik
Merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh allergen misalnya
bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain.
Alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan
penyebarannya melalui udara (air borne) dan alergen yang muncul
secara musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat
pengobatan eczema atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan
mencetuskan serangan asma. Gejala asma pada umumnya dimulai pada
saat kanak-kanak.
b. Idiopatic atau nonallergic asthma / intrinsic
Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung
dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
saluran nafas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan dapat
menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, antagonis
betaadrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat
berperan sebagai faktor pencetus. Serangan asma idiopatik atau
nonalergik dapat menjadi lebih berat dan sering kali dengan
berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkhitis dan
emfisema.
c. Asma Campuran (mixed asthma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan.
Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan
idiopatik atau nonalergik.

Klasifikasi keparahan asma dibedakan pada 3 kategori umur, yaitu umur


0- 4 tahun, 5-11 tahun dan > 12 tahun – dewasa. letak perbedaannya adalah :

a. kategori umur 0-4 tahun, fungsi paru tidak menjadi parameter gangguan.
Hal ini karena pada anak-anak di bawah 4 tahun masih sulit untuk
dilakukan uji fungsi paru menggunakan spirometer. Pada kategori umur
ini, asma diklasifikasikan sebagai asma persisten jika dalam 6 bulan terjadi
≥ 2 serangan yang membutuhkan steroid oral atau episode mengi sebanyak
≥ 4 episode setahun yang lamanya lebih dari sehari, serta memiliki faktor
resiko untuk asma persisten. Sedangkan pada kategori umur 5-11 tahun
dan ≥ 12 – dewasa, asma diklasifikasikan seabagai persisten jika terjadi ≥
2 serangan yang menimbulkan steroid oral dalam setahun
b. kategori umur 5-11 tahun dengan umur ≥ 12 tahun dewasa, terdapat
perbedaan pada ukuran uji fungsi paru

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala :

a. Serangan asma akut ringan, dengan gejala :


1) Rasa berat di dada
2) Batuk kering ataupun berdahak
3) Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak nafas
4) Mengi tidak ada atau mengi ringan (arus puncak respirasi) kurang dari
80%.
b. Serangan asma akut sedang, dengan gejala :
1) Sesak dengan mengi agak nyaring
2) Batuk kering atau berdahak
3) APE antara 50-80%
c. Serangan asma akut berat, dengan gejala :
1) Sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus
2) Tidak bisa berbaring, posisi mesti ½ duduk agar dapat bernafas
3) APE kurang dari 50%
E. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi,
yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang
melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan
udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari
perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-
A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan
membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau
nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor
seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah
asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor βadregenik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan βadregenik dikendalikan
terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa
mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi
reseptor beta adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang
menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyababkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β-
adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot
polos. (Wijaya & Putri, 2014 oktavia 2021)
F. Pathway

(Sumber buku asuhan keperawatan jilid 1tahun 2016 dikutip dari oktavia 2021)
G. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbul dari penyakit asma diantarnya :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang (menurut Padila 2015 dikutip dari Sukmawati
2020) yaitu :
a. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (menurut Wijaya & Putri 2014 dikutip dari Sukmawati
2020) yaitu :
a. Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
5) Menghindari efek samping obat asma
6) Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
b. Farmakologi, obat anti asma :
1) Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2) Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont)
3) Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon.
4) Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air
putih.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma
adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk,
dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya
faktor prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat
alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis,
utikaria, dan eskrim).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali
didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa
klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
2) Dada diobservasi
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara
c. Perkusi
Perkusi Suara:
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi udara
4) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub,
dan crackles.
B. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada orang yang mengalami penyakit
asma diantarnya :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
b. Ansietas berhubungan dengan factor keturunan
c. Gangguan pertukaran gas berhubunan denan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai kebutuhan oksien
e. Pola napas tidak efektif hambatan upaya napas
f. Deficit nutrisi ketidakmampuan menelan makanan
C. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd


Dx

1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas I.01011


keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam diharapkan bersihan 1. Monitor bunyi napas
jalan napas meningkat 2. Monitor sputum
dengan kriteria hasil :
Terapeutik :
- Produksi sputum
menurun 3. Atur posisi semi-Fowler
- Mengi menurun atau Fowler
- Ronchi menurun 4. Berikan minuman hangat
5. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi :

6. Ajarkan batuk efektif

Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
mukolitik,ekspektoran,
jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas I.09314


keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam maka diharapkan 1. Mintor tanda-tanda ansietas
tingkat ansietas menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil: 2. Ciptakan suasana terapeutik
1. Verbalisasi untuk menumbuhkan
kebingungan kepercayaan
menurun 3. Temani pasien untuk
2. Verbalisasi mengurangi kecemasan, jika
khawatir akibat memungkinkan
kondisi yang 4. Pahami situasi yang membuat
dihadapi menurun ansietas
3. Perilaku gelisah Edukasi :
menurun 5. Jelaskan prosedur, termasuk
4. Perilaku tegang sensasi yang mungkin
menurun dialami
6. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas I. 01011


keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka diharapkan pola 1. Monitor pola napas
nafas membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil : usaha napas)
1. Dispnea menurun Terapeutik
2. Frekuensi nafas 2. Pertahankan kepatenan
membaik jalan nafas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust
jika cedera truma cervikal)
3. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
4. Berikan oksigen
Edukasi
5. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi I.05178
keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam diharapakan toleransi 1. Monitor kelelahan fisik
aktivitas meningkat dan emosional
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- frekuensi nadi 2. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
- keluhan Lelah stimulus
menurun Edukasi :
- dipsnea saat 3. Anjurkan tirah baring
aktivitas menurun 4. Anjurkan aktivitas secara
- dipsnea saat bertahap
aktivitas menurun Kolaborasi :
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
5 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas I.01011
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka diharapkan pola 1. Monitor pola napas
nafas membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil : usaha napas)
- Dispnea menurun Terapeutik
- Frekuensi nafas 2. Pertahankan kepatenan
membaik jalan nafas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika cedera truma
cervikal)
3. Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
4. Berikan oksigen
Edukasi
5. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
6 Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nutrisi I.03119
keperawatan selama 2x24 Observasi
jam diharapakan status 1. Identifikasi status nutrisi.
nutrisi membaik Dengan Terapeutik :
kriteria hasil : 2. Sajikan makanan secara
- Porsi makan yang menarik dan suhu yang
dihabiskan sesuai.
meningkat Edukasi :
- Berat badan 3. Ajarkan diet yang
membaik diprogramkan.
- Indeks massa tubuh Kolaborasi :
(IMT) 4. kolaborasi dengan ahli
- Nafsu makan gizi untuk menentukan
membaik jumlah kalori dan nutrien
yang dibutuhkan.

D. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
(atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan
mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan
tersebut
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses
keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang
direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional
kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil,
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah
ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi
pencapaian tujuan, dan mengambil keoutusan apakah rencana keperawatan
diteruskan, modifikasi atau dihentikan
TAHAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 0- 12 BULAN

1. Berat Badan
Berat badan untuk usia 0-6 Bulan pertumbuhan berat badan akan
mengalami pertambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat
badannya akan menjadi dua kalilipat berat badan lahir pada akhir bula ke-
6. (Hidayat, 2008).
2. Tinggi Badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi
badan sekitar 2, 5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami
penambahan tinggi badan hanya sekita 1, 25 cm setiap bulannya. Pada
akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan
waktu lahir (Hidayat, 2008).
3. Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat
sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm, pada usia selanjutnya
pertumbuhan lingkar kepala mengalami pelambatan. Pada usia 1 tahun
hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46, 5 cm (Hidayat, 2008).
4. Perkembangan Motorik Kasar
Usia 0-8 bulan dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas,
seperti telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya, pada bulan ke4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan Kepala
tegak; membalikkan badan; bangkit dengan kepala menumpu beban pada
kaki dengan lengan berayun ke depan belakang; berguling dari terlentang
ke tengkurap; serta duduk bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat,
2008).
5. Perkembangan motorik halus
Pada usia 0-8 bulan sudah mengamati benda, menggunakan ibu jari
dan telunjuk untuk memegang mengeksplorasi benda yang sedang
dipanggang, mengambil objek dengan tangan tertangkap, mampu menahan
benda dengan keduatangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, seta memindahan dari objek dari satu tangan
ke tangan lain (Hidayat, 2008).
6. Perkembangan bahasa
Pada usia 0-8 bulan dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh kearah suara atau bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua
suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti
“ba-ba” (Hidayat, 2008).
7. Perkembangan perilaku adaptasi atau sosial
Pada usia 0-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan
keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi
serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal (Hidayat, 2008).
8. Teori perkembangan kognitif
Menurut peaget Perkembangan kognitif mempunyai empat aspek,
yaitu kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf,
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan
dunianya, interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, dan ekuilibrasi, yaitu adanya
kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. (Hidayat, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Oktavia.N.A.2021.( ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA BRONKIAL DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBER REJO KECAMATAN BALIKPAPAN TENGAH
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1505/1/38.%20OCTAVIANA
%20P07220118098.pdf), diakses pada 6 April 2022

Pery A.N.B.2019.(ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N. A DENGAN ASMA BRONKIAL


DI RUANGAN KENANGA RSUD PROF. DR. W. Z JOHANNES KUPANG
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1008/1/Karya%20Tulis%20Ilmiah-
dikonversi.pdf ), diakses pada 6 April 2022

Sikmawati.D.2020.(ASMAhttp://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2590/4/
Chapter2.pdf), diakses pada 6 April 2022
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan:DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPN

Anda mungkin juga menyukai