A DENGAN DYSPNEA
SUSP BRONKOPNEUMONIA DD ASMA DI BANGSAL AL-
IKHLAS RSU PKU BANTUL
LAPORAN KELOMPOK
Oleh:
NOVITA FATMAWATI (2310206022)
ALIFA NUZUL NABILA (23102061152)
AZYUMA SHAFA TRISWANDA (2310206142)
LAPORAN KELOMPOK
Disusun Oleh:
NOVITA FATMAWATI (2310206022)
ALIFA NUZUL NABILA (23102061152)
AZYUMA SHAFA TRISWANDA (2310206142)
Mengesahkan
Pembimbing Lahan,
(…………………………………….)
A. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempitan jalan
nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan pasien mengalami dispnea, batuk,
mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam bergantian dengan
periode bebas gejala (Pangaila, 2021).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Penderita
asma bronkial, hipersensitif, dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu
rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gangguan asma bronkial
juga bisa muncul karena randang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan
bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih
(Anugraeni, 2019).
PPOK / Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit dengan karakteristik
keterbatasan saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible dan dapat dicegah.
Keterbatasan saluran napas tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan atau gas (El Naser et al., 2016)
B. Klasifikasi
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat yang
digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat dinilai jika
pasien telah menggunakan otot pengontrol untuk beberapa bulan, adapun
klasifikasinya menurut Anugraeni (2019) adalah sebagai berikut:
1. Asma ringan
Asma ringan adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2,
yaitu terapi pelega bila perlu saja atau dengan obat pengontrol dengan intensitas
rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.
2. Asma sedang
Asma sedang adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus kong acting beta
agonist (LABA)
3. Asma berat
Asma berat adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus kong acting beta agonist
(LABA) untuk menjadi terkontrol atau asma yang tidak terkontrol meskipun telah
menjadi terapi.
C. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu. Menurut Anugraeni (2019) etiologi asma sebagai berikut:
1. Faktor imunologis
Terdapat beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik, asma
ekstrinsik mungkin dihubungkan dengan lebih mudahnya mengenali rangsangan
pelepasan mediator daripada asma instrinsik.
2. Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan menstruasi,
terutama pramenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita menopause. Asma
membaik pada beberapa anak saat pubertas.
3. Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa orang yang berpenyakit
asma.
Menurut Pangaila (2021) etiologi asma dapat dibagi menjadi:
1. Asma ekstrinsik / alergi asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui
masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk
sari, bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,
tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau
emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun
setelah menderita infeksi sinus.
3. Asma campuran adalah asma ekstrinsik dan instrinsik.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spatic dari otot-otot bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara seseorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody
ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spefisikasinya.
Antibody ini melekat pada sel yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus keil. Seseorang yang menghirup
alergen bereaksi dengan antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibody yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mucus yang kenctal dalam lumen bronkhiolus dan spasma otot polos
meningkat (Pangaila, 2021).
E. Manifestasi klinik
Gejala yang paling sering muncul adalah bising mengi / wheezing yang terdengar
dengan atau tanpa stetoskop, batuk produktif sering pada malam hari, nafas atau dada
seperti ditekan, ekspirasi memanjang.
Berikut ini tandan dan gejala asma, menurut tanda dan gejala pada penderita asma
dibagi menjadi 2, yakni:
1. Stadium dini : faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorax
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parial O2
2. Stadium lanjut / kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk di keluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorax seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik asma bronkhial menurut meliputi:
1. Pengukuran fungsi paru / spirometri
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Menunjukkan diagnosa asma jika adanya peningkatan pada
nilai FEV dan FVC sebanyak >20%
2. Tes provokasi bronchus
Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80- 90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
3. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE
hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan gas darah (AGD/ Astrup)
Hanya dilakukan pada pasien dengan serangan asma berat karena terjadi
hipoksemia, hiperksemia dan asidosis respiratorik
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk serangan
asmabronkhial yang berat, karena hanya reaksi yang hebat yang akan
menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepas sekelompok
sel- sel epitel dari perlekatannya.
c. Sel eosinophil
Sel eosinofil pada klien asma dapat mencapai 1000- 1500/mm2 dengan nilai sel
eosinofil normal adalah 100-200/mm2.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Menunjukkan asmabronkhial jika jumlah sel eosinofil yang lebih dari
15.000/mm2 terjadi karena adanya insfeksi. Serta nilai SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan hati akibat hipoksia atau hyperkapnea.
5. Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal, pemeriksaan radiologi dapat
dilakukan dengan sinar X atau rontgen dada, thorax AP, PA. Tujuan dilakukan
pemeriksaan ini untuk memastikan tidak adanya kemungkinan penyakit patologi di
paru serta komplikasi asma bronkhial, kelainan yang biasanya didapatkan adalah
sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumo perikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen paru-paru
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut meliputi:
1. Pneumotoraks
Adalah keadaan penimbunan udara pada rongga dada disekeliling paru yang
menyebabkan paru-paru kolaps.
2. Atelectasis
Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru- paru akibat penyumbatan saluran
udara atau akibat dari pernafasan yang sangat dangkal.
3. Asperigilos
Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari jamur yaitu
Aspergillus sp. 12
4. Gagal napas
Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam
paru- paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
5. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam
saluran pernafasan yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dengan pengobatan nonfarmakologi
a. Penyuluhan
Ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit asma
sehingga pasien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan
obat secara teratur, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari proses pencetus
c. Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
2. Penatalaksanaan dengan pengobatan farmakologi
a. Bronkodilator
1) Agonis ᵝ2 (tarbutalin, salbutamol dan fenetoral lama kerja 4-6 jam)
Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilasi yang sedang
dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu 1/10 dosis oral dan pemberiannya
lokal.
2) Metilaxatin
Teofilin termasuk kedalam golongan ini. Efek samping obat ini dapat
ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka
panjang.
b. Anti inflamasi
1) Kortikosteroid : Digunakan untuk manajemen penyakit saluran napas yang
reversibel dan tidak ireversibel. Penggunaan kortikosteroid inhalasi dapat
membantu membedakan asma dari penyakit paru obstruktif kronik ;
perbaikan yang jelas menunjukkan asma.
2) Kromolin dan lprurtrompium bromide / atroven
c. Terapi
1) Oksigen
2) Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB
3) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv
d. Terapi asma kronik adalah sebagai berikut:
1) Asma ringan : agonis ᵝ2 inhalasi bila perlu atau agonis ᵝ2 oral sebelum
exercise atau terpapar alergen
2) Asma sedang : anti inflamasi setiap hari dan agonis ᵝ2 inhalasi bila perlu
3) Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis ᵝ2
long acting, steroid oral selang setiap hari atau dosis tangga harian dan
agonis ᵝ2 inhalasi sesuai kebutuhan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Biodata
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
Asma baru dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini.
Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan asma baru adalah dispnea /
sesak napas sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan, batuk dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
b. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya factor predisposisi timbulnya penyakit
ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian
bawah (rhinitis, urtikaria, dan eskrim).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan, tetapi pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi thorax posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi,
massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis
5) Catat jumlah, iramaa, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernafasan diafragma
dan penggunaan otot bantu pernapasan
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase
ekspirasi (E) rasio pada fase ini normalnya 2 : 1. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering
ditemukan pada klien chronic airlow limitation (CAL / Chronic obstructive
pulmonary disease / COPD)
8) Kelainan pada bentuk dada
9) Observasi kesemetrian pergerakan dada, gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru dan pleura
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit dan mengetahui
vocal/tectile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : mata, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
c. Perkusi
Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal
2) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung,
mamae dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan diatas perut yang berisi udara
Berikut adalah diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan asma:
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpejan polutan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering
5. Mekonium dijalan napas (pada neonatus)
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi napas bertambah
5. Pola nafas berubah
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif
(tidak tersedia)
Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
(tidak tersedia)
1. Nyeri
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
Dispnea, batuk
Pola nafas tidak Rangsangan batuk
efektif
Muncul pada malam
hari
Bersihan jalan
Kelelahan otot nafas tidak efektif
intercostae, tubuh Gangguan pola
lemah tidur
Intoleransi
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Anugraeni, P. A. P. (2019). Asuhan Keperawatan pada An. N.A dengan Asma Bronkial di
Ruangan Kenanga RSUD Prof Dr.W.Z Johannes Kupang. In Jurusan Teknik Kimia USU
(Vol. 3, Issue 1).
Ardenny, & Agus, F. (2022). Pengaruh Posisi Tidur Semifowler Dengan Kualitas Tidur Pada
Pasien Ppok Di Ruang Rawat Inap Penyakit Paru Rsud Selasih …. JONAH: Journal of
Nursing and Homecare, 1(1), 9–17.
http://jurnal.pkr.ac.id/index.php/JONAH/article/view/18%0Ahttps://jurnal.pkr.ac.id/
index.php/JONAH/article/download/18/16
El Naser, F., Medison, I., & Erly, E. (2016). Gambaran Derajat Merokok Pada Penderita
PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 306–311.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.513
Octaviani, Y., Roza, N., & Febrina, T. Y. (2023). Pengaruh Teknik Napas Dalam Terhadap
Perubahan Nilai Saturasi Oksigen Dan Frekuensi Napas Pasien Asma Bronkhial Di
Instalasi Gawat Darurat Rsud Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2022. SAINTEKES:
Jurnal Sains, Teknologi Dan Kesehatan, 2(1), 25–32.
https://doi.org/10.55681/saintekes.v2i1.16
Pangaila, C. O. A. K. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Bronkial Di
Wilayah Kerja Puskesmas Graha Indah Tahun 2021. EjournalPoltekkesSamarinda, 1, 1–
206.
Powner, J., Nesmith, A., Kirkpatrick, D. P., Nichols, J. K., Bermingham, B., & Solomon, G.
M. (2019). Employment of an algorithm of care including chest physiotherapy results in
reduced hospitalizations and stability of lung function in bronchiectasis. BMC
Pulmonary Medicine, 19(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12890-019-0844-4
PENGKAJIAN ANAK
I. DATA IDENTITAS
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
V. RIWAYAT SOSIAL
Pasien sejak sakit sehari-hari diasuh oleh ibunya, ayah pasien bekerja. Terkadang ayah
mendampingi dan membantu ibu untuk merawat anaknya. Pasien sehari-hari merupakan
pribadi yang ceria sedikit pemalu. Pasien menjawab pertanyaan perawat, terkadang tanpa
kontak mata sedikit takut. Pasien takut dan merintih ketika akan diberikan obat melalui
intravena.
6. Kepala/Leher:
7. Mata:
8. Telinga, Hidung, Mulut:
9. Thoraks:
10. Paru-Paru:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi: ronkhi +/+ mengi +/+
11. Jantung:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
12. Abdomen:
2. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.03112) Judul : Pengaruh teknik napas dalam terhadap
Pengetahuan tindakan keperawatan O: perubahan nilai saturasi dan frekuensi napas pasien
Tentang selama 3 x 7 jam - Identifikasi kesiapan asma bronkhial di instalasi gawat darurat RSUD
Manajemen Asma
diharapkan masalah dan kemampuan Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2022
(D.0111) b.d
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
Kurang Terpapar Tingkat Pengetahuan menerima informasi Penulis : Yoshinta Octaviani, Nelli Roza, Trisya Yona
Informasi dapat meningkat - Identifikasi faktor- Febrina
dengan kriteria hasil: faktor yang dapat Tahun : 2023
Tingkat Pengetahuan meningkatkan dan Hasil :
(L.12111) menurunkan motivasi Ada perubahan peningkatan nilai saturasi oksigen dan
a. Perilaku sesuai perilaku hidup bersih frekuensi napas dengan pemberian teknik napas dalam
dengan dan sehat dengan rata-rata kenaikan saturasi oksigen pretest dan
pengetahuan T: posttest sebesar 4,81 dan kenaikan frekuensi napas
dari skala 3 - Sediakan materi dan pretest dan posttest sebesar 6,38. Dapat disimpulkan
(sedang) ke media pendidikan bahwa pasien asma bronkhial lebih cepat mengalami
skala 4 (cukup kesehatan perbaikan nilai saturasi oksigen dan frekuensi napas
meningkat) - Jadwalkan pendidikan dengan diberikan teknik napas dalam (Octaviani et al.,
b. Pertanyaan kesehatan sesuai 2023).
tentang kesepakatan
masalah yang - Berikan kesempatan
dihadapi dari untuk bertanya
sekala 3 E:
(sedang) ke - Jelaskan faktor risiko
skala 4 (cukup yang dapat
menurun) mempengaruhi
c. Persepsi yang kesehatan
keliru terhadap - Ajarkan perilaku
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
masalah dari hidup bersih dan sehat
sekala 3 - Ajarkan strategi yang
(sedang) ke dapat digunakan untuk
skala 4 (cukup meningkatkan
menurun) perilaku hidup bersih
dan sehat
Novita F
- Defisit Pengetahuan Tentang Manajemen Asma (D.0111) b.d Kurang Terpapar Informasi
26/2/2 16.30 - Identifikasi kesiapan dan Jam 17.00 Senin 26 Februari 2024
4 kemampuan menerima S: Keluarga klein memahami apa yang
informasi S: Keluarga pasien disampaikan perawat
meengatakan memahami O:
- Identifikasi faktor-faktor
17.00 apa yang dikatakan oleh Keluarga pasien bias menjawab saat ditanya
yang dapat meningkatkan perawat perawat
dan menurunkan motivasi O: Keluarga tampak sedikt mengerti cara peraawatan
perilaku hidup bersih dan 1. Keluarga pasien asma pada anak
18.00 sehat tampak mengerti A : Masalah Keperawatan Belum Teratasi
- Sediakan materi dan apa yan dijelaskan No O T C
media pendidikan oleh perawat 1.
kesehatan
18.15 2. Keluarga pasien Pertanyaa
- Jadwalkan pendidikan sangat ingin tentang Pertanyaa
Pertanyaa
kesehatan sesuai mengetahui apa tentang
19.00 kesepakatan yang seharusnya masalah
dihindari agar masalah yang tentang
- Berikan kesempatan untuk
mencegah yang dihadapi masalah
bertanya dihadapi yang
19.20 kekambuhan 4
: 3 dihadapi
- Jelaskan faktor risiko yang 3
dapat mempengaruhi
kesehatan 2. Persepsi Persepsi Persepsi
- Ajarkan perilaku hidup yang keliru yang keliru yang keliru
terhadap terhadap terhadap
bersih dan sehat
masalah masalah masalah
- Ajarkan strategi yang dari sekala 3 dari sekala 4 dari sekala 3
dapat digunakan untuk 3. Perilaku Perilaku Perilaku
meningkatkan perilaku sesuai sesuai sesuai
hidup bersih dan sehat dengan dengan dengan
pengetahuan pengetahuan pengetahuan
- dari skala 3 dari skala 4 dari skala 3
A : Lanjutkan Intervensi :
-Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Perawat
ALIFA
26/2/2 16.00 - Sediakan materi dan Jam 17.00 Senin 26 Februari 2024
4 media pendidikan
kesehatan(makanan yang S : Keluarga mengatakan S:
mulai memahami tentang 1. Keluarga memahami factor yang
dihindari saat asma,factor
apa yang dikatakan menyebabkan anaknya asma (sering
yang mempengaruhi asma perawat makan permen,minum minuman,minum
timbul) O: es,terpapar debu)
- Berikan kesempatan untuk Keluarga pasien tampak 2. Keluarga mengatakan susah untuk
16.05 bertanya kebinggungan melarang anaknya
- Gunakan pendekatan O:
16.10 promosi kesehatan dengan -Keluarga tampak mengerti tentang apa yang
dijelaskan perawat
memperhatikan pengaruh
Kelurga mampu menerima informasi dengan baik
dan hambatan dari A: Masalah Keperawatan Teratasi
lingkungan, sosial serta No O T C
budaya 1. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
- Jelaskan penanganan melakukan melakukan melakukan
16.15 masalah kesehatan tindakan tindakan tindakan
(penaganan asma jika pencegahan pencegahan pencegahan
kambuh) masalah masalah masalah
kesehatan kesehatan kesehatan
16.20 - Informasikan sumber yang
dari dari dari skala
tepat yang tersedia di skala 3 4 3
masyarakat 2. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
peningkatan peningkatan peningkatan
kesehatan kesehatan kesehatan
dari skala 3 dari skala 4 dari skala 3
P : Lanjutkan intervensi :
-Jelaskan penaganan masalah kesehatan
Jelaskan factor resiko yang mempengaruhi
kesehatan
Bnatu pasien mengenali penyakitnya
Perawat
ALIFA
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari-2 Selasa, 27 Februari 2024
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES EVALUASI HASIL (SOAP)
(SO)
26/2/2 Jam 18.30 Senin, 26 Februari 2024
4 S: S:
- -
O: O:
- -
A : Masalah Keperawatan belum teratasi
No O T C
1. Produksi Produksi Produksi
Sputum Sputum Sputum
Skala 3 Skala 4 Skala 4
2. Mengi Mengi Skala Mengi
Skala 3 4 Skala 3
3. Dispnea Dispnea Dispnea
skala 3 Skala 4 skala 3
P : Lanjutkan Intervensi
Perawat
- S: S:
O: O:
A : Masalah Keperawatan Belum Teratasi
No O T C
1.
2.
3.
A : Hentikan Intervensi
Perawat
- S: S:
O: O:
A: Masalah Keperawatan Teratasi
No O T C
1.
2.
3.
P : Hentikan intervensi
Perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari-3 Rabu, 28 Februari 2024
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES EVALUASI HASIL (SOAP)
(SO)
28/2/2 16.00 - Memeriksa TTV, monitor Jam 16.15 Rabu, 28 Februari 2024 pukul 17.00
4 keluhan batuk dan sesak S: S:
napas - Keluarga - Keluarga pasien mengatakan anak batuk
- Edukasi pasien pulang : mengatakan anak sudah berkurang, anak dapat istirahat
edukasi cara hidup bersih batuk sudah dengan nyaman
dan sehat, edukasi cara berkurang, anak O:
pemberian obat dan dapat istirahat - Hasil TTV : TD : 105/59mmHg, N :
edukasi keluarga dengan nyaman 76x/menit, RR : 26x/menit, SpO2 : 96%,
mengenai pentingnya - Keluarga S : 36,1 KU baik, CM
dukungan dan kehadiran mengatakan - Anak tidak tampak sesak napas
keluarga memahami - Batuk tampak berkurang
mengenai A : Masalah Keperawatan teratasi
edukasi yang No O T C
diberikan 1. Produksi Produksi Produksi
O: Sputum Sputum Sputum
- Hasil TTV : TD : Skala 3 Skala 4 Skala 4
105/59mmHg, 2. Mengi Mengi Skala Mengi
N : 76x/menit, Skala 3 4 Skala 4
RR : 26x/menit, 3. Dispnea Dispnea Dispnea
SpO2 : 96%, S :
36,1 skala 3 Skala 4 skala 4
P : Lanjutkan Intervensi
- Pemberian obat pulang :amoksisilin
250mg 3x1, salbutamol 2mg 3x1,
lampifed ½ tab 3x1 dan triamcnl 4mg
3x1.
Perawat
Novita F
DISCHARGE PLANNING
Discharge Planning
Nama : An.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal / Jam : 28 Februari 2024 / 18.00
Masalah Keperawatan :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Defisit Pengetahuan Tentang Manajemen Asma
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
Penyuluhan Kesehatan yang Diberikan:
1. Edukasi Cara Hidup Bersih dan Sehat
a. Mengajarkan cara cuci tangan 6 langkah pada keluarga
b. Memotivasi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
c. Menjelaskan pentingnya asupan cairan 8 gelas perhari
d. Memotivasi penunggu pasien untuk tetap menggunakan masker
2. Edukasi Cara Pemberian Obat :
a. Menjelaskan obat-obat yang diberikan
b. Menjelaskan cara dan waktu pemberian obat
c. Menjelaskan efek samping dan kegunaan obat yang diberikan
3. Edukasi Keluarga Mengenai Pentingnya Dukungan dan Kehadiran Keluarga
Keluarga Mengerti tentang Penjelaskan yang Diberikan:
a. Ya
b. Tidak
Tindak Lanjut :
Tanggal kontrol 02 Maret 2024 pukul 14.00-15.00
Obat-obatan yang Diberikan:
Nama Obat Dosis Waktu
Amoksisilin 250mg 3x1
Salbutamol 2mg 3x1
Lapifed ½ tab 3x1
Triamcnl 4mg 3x1