Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN DYSPNEA
SUSP BRONKOPNEUMONIA DD ASMA DI BANGSAL AL-
IKHLAS RSU PKU BANTUL

LAPORAN KELOMPOK

Oleh:
NOVITA FATMAWATI (2310206022)
ALIFA NUZUL NABILA (23102061152)
AZYUMA SHAFA TRISWANDA (2310206142)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2024
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.A DENGAN DYSPNEA SUSP


BRONKOPNEUMONIA DD ASMA DI BANGSAL AL-IKHLAS RSU PKU BANTUL

LAPORAN KELOMPOK

Disusun Oleh:
NOVITA FATMAWATI (2310206022)
ALIFA NUZUL NABILA (23102061152)
AZYUMA SHAFA TRISWANDA (2310206142)

Mengesahkan
Pembimbing Lahan,

(…………………………………….)
A. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang ditandai oleh penyempitan jalan
nafas. Penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan pasien mengalami dispnea, batuk,
mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam bergantian dengan
periode bebas gejala (Pangaila, 2021).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Penderita
asma bronkial, hipersensitif, dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu
rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gangguan asma bronkial
juga bisa muncul karena randang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan
bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih
(Anugraeni, 2019).
PPOK / Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit dengan karakteristik
keterbatasan saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible dan dapat dicegah.
Keterbatasan saluran napas tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan atau gas (El Naser et al., 2016)
B. Klasifikasi
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat yang
digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat dinilai jika
pasien telah menggunakan otot pengontrol untuk beberapa bulan, adapun
klasifikasinya menurut Anugraeni (2019) adalah sebagai berikut:
1. Asma ringan
Asma ringan adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2,
yaitu terapi pelega bila perlu saja atau dengan obat pengontrol dengan intensitas
rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.

2. Asma sedang
Asma sedang adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus kong acting beta
agonist (LABA)
3. Asma berat
Asma berat adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus kong acting beta agonist
(LABA) untuk menjadi terkontrol atau asma yang tidak terkontrol meskipun telah
menjadi terapi.
C. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu. Menurut Anugraeni (2019) etiologi asma sebagai berikut:
1. Faktor imunologis
Terdapat beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik, asma
ekstrinsik mungkin dihubungkan dengan lebih mudahnya mengenali rangsangan
pelepasan mediator daripada asma instrinsik.
2. Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan menstruasi,
terutama pramenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita menopause. Asma
membaik pada beberapa anak saat pubertas.
3. Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa orang yang berpenyakit
asma.
Menurut Pangaila (2021) etiologi asma dapat dibagi menjadi:
1. Asma ekstrinsik / alergi asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui
masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk
sari, bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,
tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau
emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun
setelah menderita infeksi sinus.
3. Asma campuran adalah asma ekstrinsik dan instrinsik.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spatic dari otot-otot bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara seseorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody
ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spefisikasinya.
Antibody ini melekat pada sel yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus keil. Seseorang yang menghirup
alergen bereaksi dengan antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibody yang telah terlekat pada sel dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mucus yang kenctal dalam lumen bronkhiolus dan spasma otot polos
meningkat (Pangaila, 2021).
E. Manifestasi klinik
Gejala yang paling sering muncul adalah bising mengi / wheezing yang terdengar
dengan atau tanpa stetoskop, batuk produktif sering pada malam hari, nafas atau dada
seperti ditekan, ekspirasi memanjang.
Berikut ini tandan dan gejala asma, menurut tanda dan gejala pada penderita asma
dibagi menjadi 2, yakni:
1. Stadium dini : faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorax
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parial O2
2. Stadium lanjut / kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk di keluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorax seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik asma bronkhial menurut meliputi:
1. Pengukuran fungsi paru / spirometri
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Menunjukkan diagnosa asma jika adanya peningkatan pada
nilai FEV dan FVC sebanyak >20%
2. Tes provokasi bronchus
Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80- 90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
3. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE
hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan gas darah (AGD/ Astrup)
Hanya dilakukan pada pasien dengan serangan asma berat karena terjadi
hipoksemia, hiperksemia dan asidosis respiratorik
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk serangan
asmabronkhial yang berat, karena hanya reaksi yang hebat yang akan
menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepas sekelompok
sel- sel epitel dari perlekatannya.
c. Sel eosinophil
Sel eosinofil pada klien asma dapat mencapai 1000- 1500/mm2 dengan nilai sel
eosinofil normal adalah 100-200/mm2.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Menunjukkan asmabronkhial jika jumlah sel eosinofil yang lebih dari
15.000/mm2 terjadi karena adanya insfeksi. Serta nilai SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan hati akibat hipoksia atau hyperkapnea.
5. Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal, pemeriksaan radiologi dapat
dilakukan dengan sinar X atau rontgen dada, thorax AP, PA. Tujuan dilakukan
pemeriksaan ini untuk memastikan tidak adanya kemungkinan penyakit patologi di
paru serta komplikasi asma bronkhial, kelainan yang biasanya didapatkan adalah
sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumo perikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen paru-paru
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut meliputi:
1. Pneumotoraks
Adalah keadaan penimbunan udara pada rongga dada disekeliling paru yang
menyebabkan paru-paru kolaps.
2. Atelectasis
Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru- paru akibat penyumbatan saluran
udara atau akibat dari pernafasan yang sangat dangkal.
3. Asperigilos
Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari jamur yaitu
Aspergillus sp. 12
4. Gagal napas
Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam
paru- paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
5. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam
saluran pernafasan yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dengan pengobatan nonfarmakologi
a. Penyuluhan
Ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit asma
sehingga pasien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan
obat secara teratur, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari proses pencetus
c. Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
2. Penatalaksanaan dengan pengobatan farmakologi
a. Bronkodilator
1) Agonis ᵝ2 (tarbutalin, salbutamol dan fenetoral lama kerja 4-6 jam)
Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilasi yang sedang
dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu 1/10 dosis oral dan pemberiannya
lokal.
2) Metilaxatin
Teofilin termasuk kedalam golongan ini. Efek samping obat ini dapat
ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka
panjang.
b. Anti inflamasi
1) Kortikosteroid : Digunakan untuk manajemen penyakit saluran napas yang
reversibel dan tidak ireversibel. Penggunaan kortikosteroid inhalasi dapat
membantu membedakan asma dari penyakit paru obstruktif kronik ;
perbaikan yang jelas menunjukkan asma.
2) Kromolin dan lprurtrompium bromide / atroven
c. Terapi
1) Oksigen
2) Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB
3) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv
d. Terapi asma kronik adalah sebagai berikut:
1) Asma ringan : agonis ᵝ2 inhalasi bila perlu atau agonis ᵝ2 oral sebelum
exercise atau terpapar alergen
2) Asma sedang : anti inflamasi setiap hari dan agonis ᵝ2 inhalasi bila perlu
3) Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis ᵝ2
long acting, steroid oral selang setiap hari atau dosis tangga harian dan
agonis ᵝ2 inhalasi sesuai kebutuhan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Biodata
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
Asma baru dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini.
Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan asma baru adalah dispnea /
sesak napas sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan, batuk dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
b. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya factor predisposisi timbulnya penyakit
ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian
bawah (rhinitis, urtikaria, dan eskrim).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan, tetapi pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi thorax posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi,
massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis
5) Catat jumlah, iramaa, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernafasan diafragma
dan penggunaan otot bantu pernapasan
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase
ekspirasi (E) rasio pada fase ini normalnya 2 : 1. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering
ditemukan pada klien chronic airlow limitation (CAL / Chronic obstructive
pulmonary disease / COPD)
8) Kelainan pada bentuk dada
9) Observasi kesemetrian pergerakan dada, gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru dan pleura
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit dan mengetahui
vocal/tectile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : mata, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
c. Perkusi
Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal
2) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung,
mamae dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan diatas perut yang berisi udara

Suara perkusi abnormal:

1) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan


resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah
2) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat di
dengar pada perkusi daerah hati, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal) dan suara
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas dari laring ke alveoli dengan sifat bersih
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, pleural friction rub, dan erackles.

FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merujuk pada evaluasi klinis mengenai bagaimana


pasien merespons terhadap masalah kesehatan atau tantangan dalam kehidupannya,
baik yang sedang terjadi maupun yang mungkin terjadi di masa depan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).

Intervensi keperawatan melibatkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh


perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Tindakan dalam kerangka intervensi keperawatan mencakup obervasi,
tindakan terapeutik, penyuluhan dan kerja sama dengan pihak lain atau kolaborasi
(PPNI, 2017).

Berikut adalah diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan asma:

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)


Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan nafas
3) Disfungsi neuromuskular
4) Benda asing dalam jalan nafas
5) Adanya jalan nafas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperpiasia dinding jalan nafas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis.anastesi)

Situasional

1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpejan polutan
Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif
(tidak tersedia)
 Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering
5. Mekonium dijalan napas (pada neonatus)

Gejala dan Tanda Minor

 Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
 Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi napas bertambah
5. Pola nafas berubah

Kondisi Klinis Terkait :

1. Gullian barre syndrome


2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik (mis, bronkoskopi, transesophageal echocardiography
[TEE] )
5. Depresi sitem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran nafas

Intervensi utama : Latihan batuk efektif, Manajemen jalan nafas, Pemantauan


respirasi

Intervensi pendukung : Fisioterapi dada, Edukasi fisioterapi dada, Manajemen


asma, Pemberian obat inhalasi, Pengaturan posisi, Terapi oksigen.

2. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)


Definisi : Kelebihan dan atau kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membran alveolus-kapiler
Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Dispnea
 Objektif
1. PCO2 meningkat / menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. Ph arteri meningkat / menurun
5. Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
 Objektif
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
2. Gagal jantung kongestif
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberkulosis paru
6. Penyakit membran hialin
7. Asfiksia
8. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
9. Prematuritas
10. Infrksi saluran napas
Intervensi utama : Pemantauan respirasi, Terapi oksigen

3. Gangguan Pola Tidur (D.0055)


Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu, lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan / pemeriksaan /
tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint risk
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
 Objektif
(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor

 Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
 Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Nyeri
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi

Intervensi utama : Dukungan tidur, Edukasi aktivitas / istirahat

Intervensi pendukung : Pengaturan posisi, Terapi relaksasi

4. Intoleransi aktivitas (D.0056)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Mengeluh lelah
 Objektif
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
 Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskuloskeletal
Intervensi utama : Manajemen energi, Terapi aktivitas
5. Risiko infeksi (D.0056)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi Klinis Terkait :
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
PATHWAYS

Faktor ekstrinsik : Faktor instrinsik : pulsasi udara (CO, asap rokok,


alergen debu, serbuk- parfum)
Emosional : takut, cemas, stress Campuran
serbuk dan bulu
binatang Fisik : cuaca dingin perubahan temperatur
Infeksi : prainfluenza virus, pneumonia, mycoplasma
Iritan : kimia
Aktivitas yang berlebih

Reaksi antigen & antibodi

Antigen merangsang IgE di


sel mast, makaterjadi reaksi
antigen – antibody

Proses pelepasan produk-


produk selmast : histamin,
bradikinin, prostaglandin,
anafilasis

Mempengaruhi otot polos dan


kelenjar pada jalan nafas

Edema dinding Kontraksi otot polos Produksi mukus


bronkiolus meningkat

Spasme otot bronkus


Obstruksi saluran (bronkospasme) Sekresi mukus
nafas meningkat

Dispnea, batuk
Pola nafas tidak Rangsangan batuk
efektif
Muncul pada malam
hari
Bersihan jalan
Kelelahan otot nafas tidak efektif
intercostae, tubuh Gangguan pola
lemah tidur

Intoleransi
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Anugraeni, P. A. P. (2019). Asuhan Keperawatan pada An. N.A dengan Asma Bronkial di
Ruangan Kenanga RSUD Prof Dr.W.Z Johannes Kupang. In Jurusan Teknik Kimia USU
(Vol. 3, Issue 1).
Ardenny, & Agus, F. (2022). Pengaruh Posisi Tidur Semifowler Dengan Kualitas Tidur Pada
Pasien Ppok Di Ruang Rawat Inap Penyakit Paru Rsud Selasih …. JONAH: Journal of
Nursing and Homecare, 1(1), 9–17.
http://jurnal.pkr.ac.id/index.php/JONAH/article/view/18%0Ahttps://jurnal.pkr.ac.id/
index.php/JONAH/article/download/18/16
El Naser, F., Medison, I., & Erly, E. (2016). Gambaran Derajat Merokok Pada Penderita
PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 306–311.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.513
Octaviani, Y., Roza, N., & Febrina, T. Y. (2023). Pengaruh Teknik Napas Dalam Terhadap
Perubahan Nilai Saturasi Oksigen Dan Frekuensi Napas Pasien Asma Bronkhial Di
Instalasi Gawat Darurat Rsud Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2022. SAINTEKES:
Jurnal Sains, Teknologi Dan Kesehatan, 2(1), 25–32.
https://doi.org/10.55681/saintekes.v2i1.16
Pangaila, C. O. A. K. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Bronkial Di
Wilayah Kerja Puskesmas Graha Indah Tahun 2021. EjournalPoltekkesSamarinda, 1, 1–
206.
Powner, J., Nesmith, A., Kirkpatrick, D. P., Nichols, J. K., Bermingham, B., & Solomon, G.
M. (2019). Employment of an algorithm of care including chest physiotherapy results in
reduced hospitalizations and stability of lung function in bronchiectasis. BMC
Pulmonary Medicine, 19(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12890-019-0844-4
PENGKAJIAN ANAK

Tanggal pengkajian : Senin, 26 Februari 2024 Pukul 16.30

I. DATA IDENTITAS

Nama : An.A Alamat : Tirtonirmolo,


TTL : 10-02-2016 Kasihan, Bantul
Nama Ayah/Ibu : Ny.M Agama : Islam
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Suku : Jawa
Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA

II. KELUHAN UTAMA


1. Alasan Utama Dibawa Ke RS
Batuk sejak tanggal 22 Februari 2024, batuk disertai sesak napas dan demam sejak
tanggal 24 Februari 2024. Muntah 2x
2. Tanda dan Gejala yang Dilihat Orang Tua
Ibu mengatakan anaknya tampak batuk ngikil sejak 2 hari yang lalu, hari sabtu pagi
anak batuk berdahak disertai sesak napas dan muntah dahak 2x. Anak sempat dibawa
ke klinik untuk berobat, sudah diberikan terapi uap / nebulizer di klinik : ventolin
namun sesak tidak berkurang. Orang tua memutuskan membawa anak berobat ke
rumah sakit pada hari Sabtu, 24 Februari 2024.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Ibu mengatakan anak lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan. Tidak ada masalah/
penyakit saat kehamilan dan kelahiran anak.
2. Penyakit Waktu Kecil
Anak memiliki riwayat kejang 1x saat TK.
3. Riwayat Pernah Dirawat di RS
Keluarga mengatakan anak sebelumnya sempat di rawat dirumah sakit dengan
keluhan yang sama, namun saat itu belum mengetahui jika anak terdiagnosa asma.
Sebelumnya sesek juga tidak separah saat dirawat saat ini.
4. Obat-obatan yang Digunakan
Anak mendapatkan terapi obat dari rumah sakit, sebelum dirawat jika batuk anak
kambuh anak sering mendapatkan salbutamol.
5. Riwayat Tindakan (Operasi)
Tidak ada riwayat tindakan operasi.
6. Alergi
Tidak ada alergi obat, makanan. Pasien dan keluarga memiliki alergi debu.
7. Riwayat Kecelakaan
Tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya.
8. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi lengkap

IV. RIWAYAT KELUARGA


1. Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan simbah buyut dari ibu memiliki riwayat asma, ayah dan ibunya
memiliki riwayat sering bersin-bersih / alergi debu.
2. Genogram:

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

V. RIWAYAT SOSIAL
Pasien sejak sakit sehari-hari diasuh oleh ibunya, ayah pasien bekerja. Terkadang ayah
mendampingi dan membantu ibu untuk merawat anaknya. Pasien sehari-hari merupakan
pribadi yang ceria sedikit pemalu. Pasien menjawab pertanyaan perawat, terkadang tanpa
kontak mata sedikit takut. Pasien takut dan merintih ketika akan diberikan obat melalui
intravena.

VI. KEBUTUHAN DASAR


1. Nutrisi Metabolik: BB pasien 28kg, TB: 125cm, IMT: 17,9 (Berat ideal)
Diet dari RS adalah nasi sehari 3 kali, keluarga mengatakan makan anak habis, napus
makan baik. Tidak ada keluhan makan dan minum anak.
2. Pola Istirahat Tidur
Anak dapat istirahat dan tidur, tidak ada keluhan tidur. Terkadang anak terbangun
saat batuk ngikil, namun tidak terlalu mengganggu.
3. Mandi
Anak mandi 2x sehari dengan bantuan ibunya, mandi dengan cara dilap terkadang
mandi
4. Aktivitas
ADL dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat.
5. Eliminasi (BAK dan BAB)
Ibu mengatakan sejak siang tadi anak BAK 1x, belum BAB sejak kemarin. BAB :
Feses lunak, tidak keras tidak lembek.
6. Kenyamanan
Pengkajian nyeri: Tidak Nyeri
 P: -
 Q: -
 R: -
 S: Skala Nyeri 0-1
 T: -
7. Pola Kognitif-Persepsi
Pasien saat ini kelas 5SD
8. Keamanan dan Perlindungan
Pengkajian Humpty Dumpty:
 Usia: Usia 7- <13 tahun : 2
 Jenis Kelamin: Laki-laki : 2
 Diganosis: Diagnosis pernapasan : 3
 Gangguan Kognitif: Orientasi mengakui kemampuan : 1
 Faktor Lingkungan: Pasien ditempatkan ditempat tidur : 2
 Pembedahan/Sedasi/Anestesi: Tidak ada : 1
 Penggunaan Medikamentosa: Tidak ada : 1
Skor: 12 , interpretasi: Risiko Tinggi

VII.KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis: Dyspnea susp Bronkopneumonia dd Asma
2. Tanggal Masuk RS: 24 Februari 2024
3. Tindakan Operasi: -
4. Status Nutrisi/Gizi: BB 28kg, TB: 125cm, IMT: 17,9kg/m2 (Berat Ideal)
5. Status Cairan: 900cc/hari
6. Obat-obatan

No Nama Obat Dosis Indikasi


1. Aminophylline INJ 17.5mg/jam Aminofilin termasuk dalam
golongan obat xanthine. Obat ini
merupakan bronkodilator, yaitu obat
yang digunakan untuk membantu
mengendurkan otot bronkial atau
saluran udara, sehingga dapat
meningkatkan aliran udara di paru-
paru
2. Ampicillin INJ 4x1gr
Ampicillin adalah obat antibiotik
yang digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri pada berbagai bagian
tubuh, seperti saluran pernapasan,
saluran pencernaan, saluran kemih,
kelamin, telinga, dan jantung.
Ampicilin hanya dapat digunakan
dengan resep dokter
3. Gentamycin INJ 1x140mg Indikasi gentamicin adalah pada
infeksi mata, otitis eksterna, infeksi
saluran kemih, dan infeksi kulit.

4. Methylprednisolone 3x25mg Methylprednisoloneadalah golongan


INJ obat kortikosteroid yang berfungsi
untuk mengatasi peradangan. Tak
hanya itu, jenis obat ini juga efektif
mencegah reaksi penolakan tubuh
setelah transplantasi organ. Obat
bekerja dengan menekan reaksi
sistem imun tubuh yang berlebihan
5. Nebu : Combi/pulmo 1mg/4jam Combivent adalah cairan inhalasi
yang mengandung kombinasi
salbutamol dan ipratropium.Obat
Combivent adalah bronkodilator
yang bekerja melebarkan otot-otot
di saluran pernapasan dan
meningkatkan aliran udara ke paru-
paru.

6. Lapifed 3x½ tb Lapifed merupakan obat untuk


meringankan gejala flu seperti
hidung tersumbat dan bersin-
bersin yang disertain batuk
kering.

7. Paracetamol 4x300mg Paracetamol (Acetaminophen)


Paracetamol adalah obat untuk
meredakan demam dan nyeri ringan
hingga sedang, misalnya sakit kepala,
nyeri haid, atau pegal-pegal.
7. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap (24 Februari 2024)

No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Interpret


asi
1. Hemoglobin 13.20 G% 11-17 N
2. AL (Lekosit) 21.72 RB/MMK 4-11 H
3. Eosinofil 0.80 % 0-3 N
4. Basofil 0.00 % 0-1 N
5. Segmen 87.70 % 40-70 H
6. Limfosit 7.60 % 20-40 H
7. Monosit 3.90 % 2-8 N
8. Hematokrit 39.40 % 32-52 N
9. Trombosit 484 RB/MMK 150-450 H
10. MCH 26.10 Pg 26.5-33.5 L
11. Antal Eritrosit 5.07 JT/MMK 3.5-5.5 N
12. MCHC 33.60 g/dl 31.5-35.0 N
13. MCV 77.60 Fm3 80-97 L
14. U.Lekosit 15-20 /lp Negatif H
15. U.Eritrosit 1-2 /lp Negatif H
16. U.Epitel 1-2 /lp Negatif H
17. U.PH 6.0 7.0 L
18. U. Protein +/- Negatif
19. U.BJ 1.025 1.010-1.030 N
20. U.Urobilinogen + Positif N

Hasil Pemeriksaan Radiologi (24 Februari 2024)


1. Pemeriksaan Thorax Anak AP/PA
Hasil : Tampak infiltrat di perihiller ka/ki, sinus cf ka/ki lancip, diafragma
ka/ki licin, cor CTR <0,56
Kesan : Bronkopneumonia dan besar cor normal

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum:
2. Kesadaran: Composmentis, GCS:
3. Tanda-Tanda Vital:
 Nadi: x/menit
 Suhu: o
C
 Respirasi: x/menit
 SpO2: %
4. BB kg, TB: cm, IMT: kg/m2
5. Kulit:

6. Kepala/Leher:
7. Mata:
8. Telinga, Hidung, Mulut:

9. Thoraks:
10. Paru-Paru:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi: ronkhi +/+ mengi +/+
11. Jantung:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
12. Abdomen:

13. Genetalia dan Anus:


14. Ekstremitas:

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


ASUHAN KEPERAWATAN

A. ANALISA DATA PRE-OPERATIF

DATA PROBLEM ETIOLOGI


DS : Bersihan Jalan Sekresi yang
- Keluarga pasien mengatakan anak Napas Tidak Efektif Tertahan
batuk + sesak napas sejak 24 (D.0001)
Februari 2024, saat ini sesak
sudah berkurang
- Keluarga pasien mengatakan anak
batuk berdahak
DO :
- Hasil Pemeriksaan TTV:
TD : 99/57mmHg
N : 113x/menit
RR : 28x/menit
SpO2 : 99%
S : 36,6
- KU baik, Composmentis
- GCS : 15 (E4V5M6)
- Ronkhi +/+
- Mengi +/+
DS : Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar
- Keluarga pasien mengatakan anak Tentang Manajemen Informasi
dan keluarga memiliki alergi debu Asma (D.0111)
- Keluarga pasien mengatakan jika
anak sering diam-diam minum es
dan makan permen
- Keluarga pasien menanyakan
bagaimana cara supaya penyakit
tidak mudah kambuh
DO :
- Keluarga pasien tampak kurang
memahami mengenai faktor
penyebab kambuhnya asma
DS : Perilaku Kesehatan Ketidakadekuatan
- Keluarga mengatakan anak sering Cenderung Berisiko Dukungan Sosial
diam diam minum es dan makan (D.0099)
permen
- Keluarga mengatakan anak sering
menciumi boneka kesayangannya
yang jarang di cuci
DO :
- Anak tampak sering memeluk
DATA PROBLEM ETIOLOGI
boneka kesayangannya

Prioritaskan Diagnosa Keperawatan :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d Sekresi yang tertahan
2. Defisit Pengetahuan Tentang Manajemen Asma (D.0111) b.d Kurang
Terpapar Informasi
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099) b.d Ketidakadekuatan
Dukungan Sosial
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I. Judul : Employment of an algorithm of care including
nafas tidak efektif tindakan keperawatan 01011) chest physiotherapy result in reduced hospitalizations
(D.0001) b.d selama 3 x 7 jam O: and stability of lung function in bronchiectasis.
Sekresi yang
diharapkan masalah - Monitor pola napas Penulis : Jordan Powner, Andrew Nedmith, Denay
tertahan
Bersihan Jalan Nafas (frekuensi, kedalaman, P.Kirkpatrick, Jessica K.Nichols, Brent Bermigham
dapat meningkat usaha napas) and George M.Solomon
dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi napas Tahun : 2019
Bersihan Jalan Nafas tambahan (mis.gurgling, Hasil :
(L.01001) mengi, wheezing, ronkhi Perawatan standar untuk bronkiektasis yang melibatkan
a. Produksi kering) algoritma pembersihan mukosiliar yang berpusat pada
sputum dari - Monitor sputum (jumlah, inisiasi HFCWO dapat membantu mengurangi
skala 3 warna, aroma) penurunan fungsi paru-paru, kebutuhan akan antibiotik
(sedang) ke T: oral, dan mengurangi angka rawat inap. Rata-rata
skala 4 (cukup - Pertahankan kepatenana FEV1 tetap stabil pada 1 tahun pasca pendaftaran
membaik) jalan napas dengan head- (1,85+0,60 L sebelum vs 1,89+0,60 L pasca, hal =NS)
b. Mengi dari tilt dan chin-lift (jaw-thrust dan jumlah eksaserbasi yang memerlukan rawat inap
skala 3 (cukup jika curiga trauma berkurang (1,3+1,0 sebelum vs 0,46 +0,81 rawat inap,
memburuk) ke servikal) pasca inisiasi, hal <0,0001). Penggunaan antibiotik
skala 4 (cukup - Posisikan semi fowler atau secara keseluruhan juga berkurang (2,5+0,86
membaik) fowler program/tahun sebelum vs 2,1 +0,92 program pertahun
c. Dispnea dari - Berikan minum hangat pasca inisiasi, p <0,0001) (Powner et al., 2019).
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
skala 3 (cukup - Lakukan fisioterapi dada,
memburuk) ke jika perlu
skala 4 (cukup - Lakukan penghisapan
membaik) lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, bila perlu
E:
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Anjurkan teknik batuk
efektif

Pemantauan Respirasi (I.


01014)
O:
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
- Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya produksi
sputum
- Monitor adanya sumbatan
jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
T:
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

Fisioterapi Dada (I. 01004)


NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
O:
- Identifikasi indikasi
dilakukan fisioterapi dada
(mis. Hipersekresi sputum,
sputum kental dan
tertahan, tirah baring lama)
- Identifikasi kontraindikasi
fisioterapi dada (mis.
Eksaserbasi PPOK akut,
pneumonia tanpa produksi
sputum berlebih, kanker
paru-paru)
- Monitor status pernapasan
(mis.kecepatan, irama,
suara napas, dan
kedalaman napas)
- Monitor toleransi selama
dan setelah prosedur
T:
- Posisikan pasien sesuai
dengan area paru yang
mengalami penumpukan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
sputum
- Gunakan bantal untuk
membantu pengaturan
posisi
- Lakukan perkusi dengan
posisi telapak tangan
ditungkupkan selama 3-5
menit
- Lakukan vibrasi dengan
posisi telapak tangan rata
bersamaan ekspirasi
melalui mulut
- Lakukan fisioterapi dada
setidaknya 2 jam setelah
makan
- Hindari perkusi pada
tulang belakang, ginjal,
payudara wanita, insisi,
dan tulang rusuk yang
patah
- Lakukan penghisapan
lendir untuk mengeluarkan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
sekret
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi dada
- Anjurkan batuk segera
setelah prosedur selesai
- Anjurkan inspirasi
perlahan dan dalam
melalui hidung selama
proses fisioterapi

Pemberian Obat Inhalasi


(I.01015)
O:
- Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi dan
kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
- Periksa tanggal
kadaluwarsa obat
- Monitor tanda vital dan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
nilai laboratorium sebelum
pemberian obat, jika perlu
- Monitor efek terapeutik
obat
- Monitor efek samping,
toksisitas, dan interaksi
obat
T:
- Lakukan prinsip enam
benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dokumentasi)
- Kocok inhaler selama 2-3
detik sebelum digunakan
- Lepaskan penutup inhaler
dan pegang terbalik
- Posisikan inhaler didalam
mulut mengarah
ketenggorokan dengan
bibir ditutup rapat
E:
- Anjurkan bernapas lambat
dan dalam selama
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
penggunaan nebulizer
- Anjurkan menahan napas
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lembut
melalui hidung atau
dengan bibir mengkerut
- Ajarkan pasien dan
keluarga tentang cara
pemberian obat
- Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping obat
- Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektifitas
obat

2. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.03112) Judul : Pengaruh teknik napas dalam terhadap
Pengetahuan tindakan keperawatan O: perubahan nilai saturasi dan frekuensi napas pasien
Tentang selama 3 x 7 jam - Identifikasi kesiapan asma bronkhial di instalasi gawat darurat RSUD
Manajemen Asma
diharapkan masalah dan kemampuan Embung Fatimah Kota Batam Tahun 2022
(D.0111) b.d
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
Kurang Terpapar Tingkat Pengetahuan menerima informasi Penulis : Yoshinta Octaviani, Nelli Roza, Trisya Yona
Informasi dapat meningkat - Identifikasi faktor- Febrina
dengan kriteria hasil: faktor yang dapat Tahun : 2023
Tingkat Pengetahuan meningkatkan dan Hasil :
(L.12111) menurunkan motivasi Ada perubahan peningkatan nilai saturasi oksigen dan
a. Perilaku sesuai perilaku hidup bersih frekuensi napas dengan pemberian teknik napas dalam
dengan dan sehat dengan rata-rata kenaikan saturasi oksigen pretest dan
pengetahuan T: posttest sebesar 4,81 dan kenaikan frekuensi napas
dari skala 3 - Sediakan materi dan pretest dan posttest sebesar 6,38. Dapat disimpulkan
(sedang) ke media pendidikan bahwa pasien asma bronkhial lebih cepat mengalami
skala 4 (cukup kesehatan perbaikan nilai saturasi oksigen dan frekuensi napas
meningkat) - Jadwalkan pendidikan dengan diberikan teknik napas dalam (Octaviani et al.,
b. Pertanyaan kesehatan sesuai 2023).
tentang kesepakatan
masalah yang - Berikan kesempatan
dihadapi dari untuk bertanya
sekala 3 E:
(sedang) ke - Jelaskan faktor risiko
skala 4 (cukup yang dapat
menurun) mempengaruhi
c. Persepsi yang kesehatan
keliru terhadap - Ajarkan perilaku
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
masalah dari hidup bersih dan sehat
sekala 3 - Ajarkan strategi yang
(sedang) ke dapat digunakan untuk
skala 4 (cukup meningkatkan
menurun) perilaku hidup bersih
dan sehat

Edukasi Fisioterapi Dada


(I.12372)
O:
- Identifikasi
kemampuan pasien
dan keluarga
menerima informasi
T:
- Persiapkan materi dan
media edukasi
- Jadwalkan waktu yang
tepat untuk
memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
bertanya
E:
- Jelaskan
kontraindikasi
fisioterapi dada
(mis.eksaserbasi
PPOK akut,
osteoporosis)
- Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada
- Jelaskan segmen paru-
paru yang
mengandung sekresi
berlebih
- Jelaskan cara
modifikasi posisi agar
dapat mentolerir
posisi yang ditentukan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
- Ajarkan menghindari
perkusi pada tulang
belakang, ginjal,
payudara wanita,
insisi dan tulang rusuk
yang patah
- Anjurkan
mengeluarkan sekresi
melalui pernafasan
dalam
- Anjurkan batuk
selama dan setelah
prosedur
- Jelaskan cara
memantau efektifitas
prosedur (mis.
Oksimetri nadi, tanda
vital, dan tingkat
kenyamanan)

Edukasi Teknik Napas


(I.12452)
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
O:
- Identifikasi
kemampuan pasien
dan keluarga
menerima informasi
T:
- Persiapkan materi dan
media edukasi
- Jadwalkan waktu yang
tepat untuk
memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
bertanya
E:
- Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
- Jelaskan prosedur
teknik napas
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
- Anjurkan
memposisikan tubuh
senyaman mungkin
(mis, duduk,
berbaring)
- Anjurkan menutup
mata dan
berkonsentrasi penuh
- Anjurkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara
melalui hidung secara
perlahan
- Anjurkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan
udara melalui mulut
mecucu secara
perlahan
- Dekonstrasikan
menarik napas selama
4 detik, menahan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
napas selama 2 detik
dan menghembuskan
napas selama 8 detik
3. Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan Edukasi Perilaku Upaya (Judul :
Cenderung tindakan keperawatan Kesehatan (I.12435) THE RELATIONSHIP
Berisiko (D.0099) selama 3 x 7 jam O: BETWEEN SMOKING AND
b.d QUALITY OF LIFE
diharapkan masalah - Identifikasi kesiapan
Ketidakadekuatan INBRONCHIAL ASTHMA PA
Dukungan Sosial Perilaku Kesehatan dan kemampuan
dapat membaik dengan menerima informasi TIENTS
kriteria hasil: T:
Penulis
Perilaku Kesehatan - Sediakan materi dan
Marlin sutisna,siska lestari,elsa ramadhani
(L.12107) media pendidikan
Tahun : 2021
a. Kemampuan kesehatan
Hasil :
melakukan - Jadwalkan pendidikan
asma bronkial kualitas hidup tidak baik. Sedangkan uji
tindakan kesehatan sesuai
analisa bivariat didapatkanada hubungan merokok
pencegahan kesepakatan
masalah - Berikan kesempatan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Asma Bronkial.
kesehatan dari untuk bertanya Disarankan kepada pihakpuskesmas untuk dapat
skala 3 - Gunakan variasi meningkatkan edukasi pada pasien asma bronkial
(sedang) ke metode pembelajaran untuk memberikan penyuluhanterhadap pasien terkait
skala 4 (cukup - Gunakan pendekatan beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya
meningkat) promosi kesehatan kualitas hidup pasien.
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
b. Kemampuan dengan
peningkatan memperhatikan
kesehatan dari pengaruh dan
skala 3 hambatan dari
(sedang) ke lingkungan, sosial
skala 4 (cukup serta budaya
meningkat) - Berikan pujian dan
dukungan terhadap
usaha positif dan
pencapaiannya
E:
- Jelaskan penanganan
masalah kesehatan
- Informasikan sumber
yang tepat yang
tersedia di masyarakat
- Anjurkan
menggunakan fasilitas
kesehatan
- Anjurkan
mengevaluasi tujuan
secara periodik
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) RENCANA TINDAKAN RASIONAL
. KEPERAWATA (SIKI)
N (SDKI)
- Ajarkan menentukan
perilaku spesifik yang
akan di ubah (mis,
keinginan
mengunjungi fasilitas
kesehatan)
- Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang akan
dicapai
- Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
- Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Ajarkan cara
pemeliharaan
kesehatan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari-1 Senin, 26 Februari 2024


Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES EVALUASI HASIL (SOAP)
(SO)
26/2/2 16.30 - Memeriksa TTV, monitor Jam 18.30 Senin, 26 Februari 2024
4 keluhan batuk dan sesak S: S:
napas - Keluarga pasien - Keluarga pasien mengatakan batuk anak
17.00 - Menyiapkan obat mengatakan masih berdahak dan sesak napas sudah
inhalasi : Pulmicort, memahami cara berkurang
memriksa tanggal melakukan O:
18.00 kadaluarsa obat fisioterapi dada - Telah diberikan obat inhalasi / nebulizer :
- Menjelaskan jenis obat, - Keluarga pasien pulmicort
alasan pemberian, mengatakan - Loading aminopilin 17.5mg/jam
tindakan yang diharapkan batuk anak masih - KU baik, CM
18.05 dan efek samping obat berdahak - Ronkhi +/+ Mengi +/+
- Menganjurkan bernafas - Keluarga - Hasil TTV : TD : 110/70mmHg, N :107
lambat dan dalam selama mengatakan x/menit, Suhu : 36,6, RR : 24 x/menit,
penggunaan nebulizer dan sesak napas SpO2 : 99%
menahan napas selama 10 sudah berkurang - Anak tidak tampak sesak napas, batuk
18.10 detik O: berdahak
- Memposisikan semi - Telah diberikan A : Masalah Keperawatan belum teratasi
18.15 fowler obat inhalasi : No O T C
- Memonitor bunyi napas pulmicort 1. Produksi Produksi Produksi
18.20 tambahan - Ronkhi +/+ Sputum Sputum Sputum
- Mengajarkan dan mengi +/+ Skala 3 Skala 4 Skala 3
mempraktikkan fisioterapi - Loading 2. Mengi Mengi Skala Mengi
19.45 dada aminopilin Skala 3 4 Skala 3
- Mengkolaborasikan 17.5mg/jam 3. Dispnea Dispnea Dispnea
pemberian obat - Hasil TTV : TD : skala 3 Skala 4 skala 4
bronkodilator : loading 110/70mmHg,
aminopilin 17.5mg/jam N :107 x/menit, P : Lanjutkan Intervensi
Suhu : 36,6, RR : - Monitor KU dan TTV
24 x/menit, SpO2 - Monitor keluhan batuk dan sesak napas
: 99% - Lanjutkan kolaborasi pemberian obat
bronkodilator : inhalasi : combi/pulmo
1mg/4jam selang seling
- Lanjutkan kolaborasi pemberian obat
bronkodilator : aminopilin 17.5mg/jam
Perawat

Novita F
- Defisit Pengetahuan Tentang Manajemen Asma (D.0111) b.d Kurang Terpapar Informasi

26/2/2 16.30 - Identifikasi kesiapan dan Jam 17.00 Senin 26 Februari 2024
4 kemampuan menerima S: Keluarga klein memahami apa yang
informasi S: Keluarga pasien disampaikan perawat
meengatakan memahami O:
- Identifikasi faktor-faktor
17.00 apa yang dikatakan oleh Keluarga pasien bias menjawab saat ditanya
yang dapat meningkatkan perawat perawat
dan menurunkan motivasi O: Keluarga tampak sedikt mengerti cara peraawatan
perilaku hidup bersih dan 1. Keluarga pasien asma pada anak
18.00 sehat tampak mengerti A : Masalah Keperawatan Belum Teratasi
- Sediakan materi dan apa yan dijelaskan No O T C
media pendidikan oleh perawat 1.
kesehatan
18.15 2. Keluarga pasien Pertanyaa
- Jadwalkan pendidikan sangat ingin tentang Pertanyaa
Pertanyaa
kesehatan sesuai mengetahui apa tentang
19.00 kesepakatan yang seharusnya masalah
dihindari agar masalah yang tentang
- Berikan kesempatan untuk
mencegah yang dihadapi masalah
bertanya dihadapi yang
19.20 kekambuhan 4
: 3 dihadapi
- Jelaskan faktor risiko yang 3
dapat mempengaruhi
kesehatan 2. Persepsi Persepsi Persepsi
- Ajarkan perilaku hidup yang keliru yang keliru yang keliru
terhadap terhadap terhadap
bersih dan sehat
masalah masalah masalah
- Ajarkan strategi yang dari sekala 3 dari sekala 4 dari sekala 3
dapat digunakan untuk 3. Perilaku Perilaku Perilaku
meningkatkan perilaku sesuai sesuai sesuai
hidup bersih dan sehat dengan dengan dengan
pengetahuan pengetahuan pengetahuan
- dari skala 3 dari skala 4 dari skala 3

A : Lanjutkan Intervensi :
-Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Perawat

ALIFA

Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099) b.d Ketidakadekuatan Dukungan Sosial

26/2/2 16.00 - Sediakan materi dan Jam 17.00 Senin 26 Februari 2024
4 media pendidikan
kesehatan(makanan yang S : Keluarga mengatakan S:
mulai memahami tentang 1. Keluarga memahami factor yang
dihindari saat asma,factor
apa yang dikatakan menyebabkan anaknya asma (sering
yang mempengaruhi asma perawat makan permen,minum minuman,minum
timbul) O: es,terpapar debu)
- Berikan kesempatan untuk Keluarga pasien tampak 2. Keluarga mengatakan susah untuk
16.05 bertanya kebinggungan melarang anaknya
- Gunakan pendekatan O:
16.10 promosi kesehatan dengan -Keluarga tampak mengerti tentang apa yang
dijelaskan perawat
memperhatikan pengaruh
Kelurga mampu menerima informasi dengan baik
dan hambatan dari A: Masalah Keperawatan Teratasi
lingkungan, sosial serta No O T C
budaya 1. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
- Jelaskan penanganan melakukan melakukan melakukan
16.15 masalah kesehatan tindakan tindakan tindakan
(penaganan asma jika pencegahan pencegahan pencegahan
kambuh) masalah masalah masalah
kesehatan kesehatan kesehatan
16.20 - Informasikan sumber yang
dari dari dari skala
tepat yang tersedia di skala 3 4 3
masyarakat 2. Kemampuan Kemampuan Kemampuan
peningkatan peningkatan peningkatan
kesehatan kesehatan kesehatan
dari skala 3 dari skala 4 dari skala 3

P : Lanjutkan intervensi :
 -Jelaskan penaganan masalah kesehatan
 Jelaskan factor resiko yang mempengaruhi
kesehatan
 Bnatu pasien mengenali penyakitnya

Perawat

ALIFA
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari-2 Selasa, 27 Februari 2024
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES EVALUASI HASIL (SOAP)
(SO)
26/2/2 Jam 18.30 Senin, 26 Februari 2024
4 S: S:
- -
O: O:
- -
A : Masalah Keperawatan belum teratasi
No O T C
1. Produksi Produksi Produksi
Sputum Sputum Sputum
Skala 3 Skala 4 Skala 4
2. Mengi Mengi Skala Mengi
Skala 3 4 Skala 3
3. Dispnea Dispnea Dispnea
skala 3 Skala 4 skala 3

P : Lanjutkan Intervensi

Perawat
- S: S:
O: O:
A : Masalah Keperawatan Belum Teratasi
No O T C
1.
2.
3.

A : Hentikan Intervensi

Perawat

- S: S:
O: O:
A: Masalah Keperawatan Teratasi
No O T C
1.
2.
3.

P : Hentikan intervensi

Perawat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari-3 Rabu, 28 Februari 2024
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES EVALUASI HASIL (SOAP)
(SO)
28/2/2 16.00 - Memeriksa TTV, monitor Jam 16.15 Rabu, 28 Februari 2024 pukul 17.00
4 keluhan batuk dan sesak S: S:
napas - Keluarga - Keluarga pasien mengatakan anak batuk
- Edukasi pasien pulang : mengatakan anak sudah berkurang, anak dapat istirahat
edukasi cara hidup bersih batuk sudah dengan nyaman
dan sehat, edukasi cara berkurang, anak O:
pemberian obat dan dapat istirahat - Hasil TTV : TD : 105/59mmHg, N :
edukasi keluarga dengan nyaman 76x/menit, RR : 26x/menit, SpO2 : 96%,
mengenai pentingnya - Keluarga S : 36,1 KU baik, CM
dukungan dan kehadiran mengatakan - Anak tidak tampak sesak napas
keluarga memahami - Batuk tampak berkurang
mengenai A : Masalah Keperawatan teratasi
edukasi yang No O T C
diberikan 1. Produksi Produksi Produksi
O: Sputum Sputum Sputum
- Hasil TTV : TD : Skala 3 Skala 4 Skala 4
105/59mmHg, 2. Mengi Mengi Skala Mengi
N : 76x/menit, Skala 3 4 Skala 4
RR : 26x/menit, 3. Dispnea Dispnea Dispnea
SpO2 : 96%, S :
36,1 skala 3 Skala 4 skala 4

P : Lanjutkan Intervensi
- Pemberian obat pulang :amoksisilin
250mg 3x1, salbutamol 2mg 3x1,
lampifed ½ tab 3x1 dan triamcnl 4mg
3x1.
Perawat

Novita F
DISCHARGE PLANNING
Discharge Planning
Nama : An.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal / Jam : 28 Februari 2024 / 18.00
Masalah Keperawatan :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Defisit Pengetahuan Tentang Manajemen Asma
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
Penyuluhan Kesehatan yang Diberikan:
1. Edukasi Cara Hidup Bersih dan Sehat
a. Mengajarkan cara cuci tangan 6 langkah pada keluarga
b. Memotivasi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
c. Menjelaskan pentingnya asupan cairan 8 gelas perhari
d. Memotivasi penunggu pasien untuk tetap menggunakan masker
2. Edukasi Cara Pemberian Obat :
a. Menjelaskan obat-obat yang diberikan
b. Menjelaskan cara dan waktu pemberian obat
c. Menjelaskan efek samping dan kegunaan obat yang diberikan
3. Edukasi Keluarga Mengenai Pentingnya Dukungan dan Kehadiran Keluarga
Keluarga Mengerti tentang Penjelaskan yang Diberikan:
a. Ya
b. Tidak
Tindak Lanjut :
Tanggal kontrol 02 Maret 2024 pukul 14.00-15.00
Obat-obatan yang Diberikan:
Nama Obat Dosis Waktu
Amoksisilin 250mg 3x1
Salbutamol 2mg 3x1
Lapifed ½ tab 3x1
Triamcnl 4mg 3x1

Anda mungkin juga menyukai