Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN ASMA BRONKHIAL

Oleh :

REGINA KRYSANTI

18.071

3B

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKIAL

A. Pengertian

Asma bronkial adalah proses peradangan pada pada saluran nafas yang
mengakibatkan peningkatan responsif dari saluran nafas terhadap berbagai
stimulasi yang menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh
dengan gejala khas sesak nafas yang reversible (Nugroho, 2011).
Menurut program pendidikan dan pencegahan asma nasional (NAPP)
dalam saputra (2010) asma adalah gangguan inflamasi kronis dari saluran
pernafasan dimana banyak sel dan elemen seluler turut berperan. Pada organ-
organ sensitif, inflamasi ini menyebabkan mengi, sesak nafas, rasa tekan di
dada, dan batuk yang terus menerus, terutama dimalam hari dan shubuh. Pada
keadaan ini biasanya berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan yang
luas tetapi bervariasi yang dapat bersifat reversible, baik secara spontan
maupun dengan pengobatan (Saputra, 2010).
B. Klasifikasi Asma

Klasifiksi asma berdasarkan intermiten dibagi menjadi :


1. Persisten ringan yaitu asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangan
sampai menganggu aktifitas. Gejala asma lebih dari 2 kali dalam sebulan
dan faal paru menurun.
2. Persisten sedang yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
menganggu aktifitas serta terjadi 1-2 kali dalam seminggu dan gejala nya 2
kali dalam seminggu dan asma ini menyebabkan fungsi faal paru menurun.
3. Persisten berat terjadi terus menerus dan serangan sering terjadi gejala
asma pada malam hari terjadi hamper setiap malam dan faal paru sangat
menurun (Hadibroto, 2011).
C. Etiologi

Penyebab asma menurut Wijayaningsih (2011) meliputi :


1. Penyebab intrinsik atau non imunologi :
a. Infeksi : parainfluenza virus
b. Fisik : cuaca dingin perubahan temperature
c. Emosional : takut, tegang, cemas
d. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
2. Penyebab ekstrinsik :
a. Serbuk atau partikel
b. Kulit atau ilu hewan
c. Debu atau jamur rumah
d. Bantal kapuk dan bulu
e. Penyedap atau bumbu makanan yang mengandung sulfit dan bahan
sensitive lain nya
D. Patofisiologi

Alergen masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan maupun


kontak kulit kemudian tubuh bereaksi terhadap alergen yang menyebabkan
spasme otot polos episodic yang dapat mengakibatkan menyempitnya atau
bronkospasme pada jalan nafas secara akut. Bronkospasme menyebabkan
peradangan yang menyebabkan sekresi yang berlebih dan penebalan sekresi
lebih lanjut menyumbat jalan nafas. Antibodi imunoglobin (IgE), berikatan
dengan histamine berisi sel mast dan reseptor pada membrane sel, memulai
serangan asma instrinsik. Ketika terpajan diantigen seperti serbuk, antibody
IgE akan menyatu dalam antigen. Pajanan selanjutnya ke antigen, sel mast
bergranulasi dan melepaskan mediator. Mediator tersebut akan menyebabkan
bronkokontriksi dan edema akibat serangan asma sehingga terjadi batuk, sesak
nafas dan terdengar suara wheezing. Selama serangan asma, aliran udara
ekspirasi menurun, yang menahan gas dalam jalan nafas sehingga
menyebabkan hiperinflasi alveolar (Kimberly, 2011).
E. Komplikasi

Komplikasi dari asma bronkial meliputi :

1. Pneumotoraks yaitu suatu keadaan dalam rongga pleura yang dicurigai

terdapat benturan atau tusukan yang menyebabkan kolans dan gagal nafas.

2. Pneumomediastinum yaitu kondisi dimana udara berada di mediastinum

yang disebabkan trauma fisik yang mangarah udara keluar dari paru.

3. Enfisema yaitu suatu keadaan pengembangan paru dengan udara yang

berlebihan yang mengakibatkan pelebaran dan pecah nya alveolus.

4. Aspergilosis yaitu penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan

menandai adanya gangguan pernafasan yang berat.

5. Atelectasis pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara bronkus maupun bronkiolus akibat pernafasan

yang dangkal.

6. Gagal nafas yaitu gangguan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran

gas O2 dan CO2 sehingga system pernafasan tidak mampu memenuhi

metabolisme tubuh.

7. Bronchitis yaitu peradangan pada cabang tenggorokan (bronkus) saluran

udara ke paru.

8. Fraktur iga yaitu terputusnya kontineuitas jaringan tulang yang disebabkan

ruda paksa (Kimberly, 2010).


F. Pathway

G. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala asma antara lain :


1. Stadium dini
a. Batuk dengan dahak atau maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga sifatnya sudah
hilang timbul
c. Whezzing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eusinofil darah dan Ig E ( Imuno globulun E )
f. Timbul sesak nafas dengan atau tanpa sputum
g. Wheezing
h. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
i. Penurunan tekanan parsial O2 (Padilla, 2013).
2. Stadium lanjut atau kronik
a. Batuk ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah
e. Tampak tarikan otot sternokledomastoideus
f. Sianosis
g. Rontgen terdapat peningkatan gambaran bronkovaskuler
kanan dan kiri.
H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penderita asma bronkial meliputi :


1. Spirometer yaitu alat pengukur faal paru untuk menegakkan diagnosis dan
untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
2. Uji provokasi bronkus yaitu tes khusus yang berhubungan dengan
hiperaktivitas dalam mengevaluasi diagnosis orang yang dicurigai asma.
3. Pemeriksaan sputum yaitu untuk pemeriksaan asma yang berat dan
mengetahui gram bakteri dan diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
antibiotic.
4. Uji kulit untuk mengetahui factor yang dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada asma.
5. Foto thorak yaitu untuk mengetahui gambaran pada penyakit asma.
6. Analisa gas darah yaitu untuk mengetahui apakah hipoksia, hiperkapneu
dan asodosis (Padilla, 2013).
I. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan

diagnosis yang lain.

1. Foto X-ray toraks, umumnya tampak normal namun dapat ditemukan

gambaran hiperinflasi atau penebalan dinding bronkial walau tidak

spesifik untuk asthma.


2. CT-Scan toraks, digunakan untuk menilai kelainan minimal yang tidak

dapat ditentukan melalui foto toraks, seperti bronkiolitis, bronkiektasis,

trakeobronkomalasia, dan kelainan pembuluh darah.

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada asma bronkial meliputi :


1. Penatalaksanaan farmakologi
Memberikan bronkodilator yang berfungsi untuk melebarkan saluran nafas
seperti golongan andrenerfik (fenoterol dan terbulatin) dan golongan
santin (aminofilin dan terofin).
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyebab terjadinya asma
dan cara menghindari factor pencetus.
b. Edukasi
1. Dengan mengajarkan latihan pursel lip breathing untuk
meningkatkan arus puncak ekspirasi dan memperlambat respiratory
rate (RR).
2. Mengajarkan fisiotherapi dada untuk membantu mengeluarkan
sputum (Padilla, 2013).
K. Pengobatan

1. Obat kontrol jangka panjang


Apabila kondisi yang dialami termasuk kronis atau persisten ringan hingga
berat, pengobatan yang cocok untuk Anda adalah terapi jangka panjang.
Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk mengendalikan keparahan
gejala, dan mencegahnya kambuh secara berkelanjutan.
2. Obat kontrol jangka pendek
Pengobatan jangka pendek lebih bertujuan untuk meredakan serangan akut
dengan segera saat kejadian. Fungsi obat ini adalah membantu
meringankan gejala yang baru muncul dan kambuh sewaktu-waktu.
Namun, obat ini tidak boleh diminum lebih dari 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai