PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar bronkitis
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi bronkitis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat
bersifat akutmaupun kronis.
( manurung,2008 )
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai
sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie
virus.
(Muttaqin,2008)
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup.
(Chang, 2010)
2.2 Klasifikasi
Bonkhitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Bronkhitis kronis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan
jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa
bronkus.pembentukan mucus yang meningkatkan mengakibatkan gejala khas yaitu
batuk produktif.batuk kronis yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronkeolus yang kecil sedemikian rupa sehingga bronkeolus tersebut
rusak dan dindingnya melebar.
(Price, 1995)
2. Bronkhitis akut merupakan imflamasi bronkus pada saluran nafas bawah penyakit
ini disebabkan oleh bakteri dan virus. bronkhitis akut dapat sembuh sendiri dan
berlangsung dalam waktu singkat. penyakit ini harus dibedakan dengan bronkhitis
kronis yang biasanya berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik.
(Chang, 2010)
3. Bronkhitis akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan yang
mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.
(Tambayong, 2000)
4. Bronkhitis kronisinflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif pada
batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik
yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-
turut.
(Tambayong, 2000)
2.3 Etiologi
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok,
infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan
dan status sosial
a. Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi
akut
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis
adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon,
aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk
( manurung, 2008 )
2.4 Manifestasi klinis
2.5 Komplikasi
2.6 Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertrofi dari kelenjar mukosa bronkus
dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus tersebut rusak dan
dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahananya sendiri
melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel penghasil mukus dan sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Pada bronchitis ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan fisik,
kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop. Suara pernafasan pada setetoskop juga terdengar lebuh keras. Biasanya foto
dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan untuk
menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas dalam 1
detik dengan menggunakan spinometri. Pada penderita bronchitis akan terjadi
penurunan aliran udara selama penghembusan nafas. Jika bronchitis terjadi pada usia
muda, dicurigai adanya kekurangan alfa-1-antitripsin, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar alfa-1-antitripsin dalam darah.
Apabila bronchitis keturunan patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya
dengan genetik serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan.
Pada bronchitis karena infeksi, terdapat infeksi bacterial pada organ paru paru /
bronkus, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti
proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patofisiologi bronchitis, data dijelaskan
sebagai berikut :
1. Infeksi primer
Kecuali pada bentuk bronchitis keturunan, masih menjadi pertanyaan apakah infeksi
yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus.
Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bakterial ( mikroorganisme
penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan
infeksi virus tidak dapat.
2. Infeksi Sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum
pasien yang semula berwarna jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau
kehijauan berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, kuman yang
sering ditemukan dan menginfeksi bronkus (streptococcus pneumonie).
1.5 Penatalaksanaan
Pengelolaan pasien bronchitis terdiri dari 2 :
1. Pengobatan konservatif
a. Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi
Menciptakan lingkungan baik dan tepat
Mengontrol infeksi saluran pernafasan
Mengatur posisi tidur
Mencairkan sputum yang kental
b. Pengelolaan khusus
Kemoterapi pada bronchitis dengan obat antibiotik terpilih selama 7 10 hari
sampai terjadi warna konversi sputum.
Dramase secret dengan bronkoskopi
- Lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
- Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage dengan obstruksi.
Pengobatan simtomatik
Pengobatan diberikan jika terjadi simtom yang mungkin menganggu atau
membahayakan pasien.
- Pengobatan obstruksi bronkus
- Pengobatan hipoksia
- Pengobatan hamoptoe
- Pengobatan demam
2. Pengobatan pembedahan
a. Tujuan Pembedahan
Mengangkat ( reaksi ) segmen / lobus paru yang terkena.
b. Indikasi Pembedahan
- Pasien yang tidak berespon terhadap tindakan konservatif yang adekuat. Perlu
pertimbangan untuk operasi.
- Pasien yang terbatas tetapi sering mengalami infeksi berulang dari daerah
tersebut.
c. Kontra indikasi
- Pasien bronchitis dengan COPD
- Pasien bronchitis berat
- Pasien bronchitis dengan komplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
d. Syarat syarat operasi
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan irreversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik.
DAFTAR PUSTAKA
EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC