Anda di halaman 1dari 24

1

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD) DI


RUANG ICU RSUD dr. DORIS SYLVANUSPALANGKA RAYA

OLEH:

Prayogae P. Putra
2019.NS.A.07.059

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan “bagaimana
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. P Dengan Hipertensi Heart
Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi serta
dokumentasi keperawatan”.

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 TujuanUmum
untuk memperoleh kemampuan dalam menyusun, dan menyajikan laporan
studi kasus. Serta pengalaman nyata dalam menyusun asuhan keperawatan Pada
Klien Tn.P Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU dengan
menggunakan proses keperawatan dimulai dari melakukan pengkajian
keperawatan, menetapkan diagnosa, melakukan tindakan sesuai dengan
intervensi dan implementasi keperawatan, mengevaluasi hasil yang dapat dicapai
klien serta
malakukan pendokumentasian Tujuan Khusus.

4
5

1.3.2 Tujuan Khusus


1.1.3.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan Pada Klien Tn.P
Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.1.3.2 Mampu menentukan masalah keperawatan Pada Klien Pada Klien
Tn.P Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.1.3.3 Mampu merencanakan asuhan keperawatan Pada Klien Pada Klien
Tn.P Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.1.3.4 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Klien Pada Klien
Tn.P Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.1.3.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Klien Pada Klien Tn.P
Dengan Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.1.3.6 Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Pada Klien Ny. N
Dengan Gangguan Ca Mamae Di Ruang Dahlia BLUD RS Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat penulisan


1.4.1 Teoritis
1.1.3.7 Dengan adanya penulisan studi kasus ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan dan memperkuat teori tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien Pada Klien Pada Klien Tn.P Dengan Hipertensi
Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
1.5 Praktis
1.5.1 Bagi Institusi
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap
ilmu keperawatan, proses keperawatan dan pendokumentasian proses
6

keperawatan sehingga dapat memberikan umpan balik terhadap efektivitas


pengajaran dan bimbingan yang telah diberikan dan diterapkan untuk
kemajuan dimasa mendatang.
1.5.2 Bagi Rumah Sakit
1.1.3.8 Menyediakan kerangka berfikir secara ilmiah yang bermanfaat bagi
rumah sakit dalammeningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
penatalaksanaan asuhan keperawatan Pada Klien Pada Klien Tn.P Dengan
Hipertensi Heart Disease (HHD) Di Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif.
1.5.2 Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapatkan serta
sebagai acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
7

BAB 2
PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2008). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2009).Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah
kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008). Hipertensi Heart
Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,
penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton,
2012)
2.2 PENYEBAB
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a.Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

7
8

a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.


b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
9

2.3 KLASIFIKASI
Menurut Oman (2008), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan
sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2.4 MANIFESTASI KLINIK


Menurut Alsagaff (2008), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
10

2.5 PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi
ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan
akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan
volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),
peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot
jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat
bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran
darah koroner, yaitu :
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
11

b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per


unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara
kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut
dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas
mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009).
12

2.6 WOC

Web of Caution Hipertensi Heart Disease (HHD)


Definisi:
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah Etiologi:
penyakit jantung secara menyeluruh mulai 1. Faktor keturunan
dari left aritma jantung koroner yang 2. Faktor perorangan
disebabkan karena peningkatan tekanan - Umur
darah baik secara langsusng atau tidak - Jenis kelamin (laki-laki lebih
langsung (Marron,
Pemeriksaan 2012)
penunjang: beresiko)
Riwayat dan pmeriksaan fisik secara - Ras (ras kulit hitam lebih banyak)
menyeluruh, pemeriksaan rutin, 3. Kebiasaan hidup
laboratorium, EKG, rontgen, CT scan – konsumsi garam yang tinggi
4. Kegemukan / makan berlebihan
5. Stress
6. Merokok
7. Minum alkohol
8. Minum obat-obatan (hedrine,
Hipertensi prendhisan, epineprin)

Penurunan curah Hipertensi heart disease (HHD) Informasi Kurang


jantung kurang pengetahuan

Hiperthopy ventrikel kiri jantung (LVH) Ansietas

Volume sekuncup Suplai O2 dan nutrisi ke Risiko perfusi


Volume residu jaringan menurun serebral tidak
efektif

Tekanan atrium kiri meningkat Pemenuhan O2 nutrisi terganggu

Pembentukan ATP tergangu


Kerja myokard meningkat
13

Transudasi cairan interstitial


kelelahan Myokard iskemik
paru
Aktivitas terganggu Nyeri dada
Cairan masuk alveoli

Oedema paru Intoleransi aktivitas Nyari akut

Sesak

Gangguan pertukaran gas


(Chang. 2009)
14

2.7 KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan
baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal,
mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa
berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah
gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya
hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan
asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik
untuk kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit
kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata.
15

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart
Disease (HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan.

2.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit
jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu:
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat- obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki
keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
16

2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum


jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang
dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan
seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah
atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.

d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi
alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin
receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.
17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian primer
a. Airway
1) Kaji dan pertahankan jalan napas.
2) Lakukan head tilt, chin lift jika perlu.
3) Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu.
4) Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan
intubasi jika tidak dapat mempertahankan jalan napas.
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation.
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2.
5) Kaji jumlah pernapasan.
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan.
7) Dengarkan adanya bunyi pleura.
8) Lakukan pemeriksaan foto thorak.
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop.
2) Kaji peningkatan JVP.
3) Catat tekanan darah.
4) Pemeriksaan EKG.
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.

17
18

2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi


ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
e. Exposure
1. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
2. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT.
3. Terapi :

Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Lama menderita hipertensi, hal yang menimbulkan serangan, obat yang
pakai tiap hari dan saat serangan.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat makanan.
c. Riwayat perawatan keluarga
Adakah riwayat penyakit hipertensi pada keluarga.
d. Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah seperti sodium dan tingkat stressor.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan krisis situasional.
19

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan


hipertensi.

3. INTERVENSI
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
NOC:
1) Cardiac pump effectiveness.
2) Circulation status.
3) Vital sign status.
Kriteria Hasil :
1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi).
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
4) Tidak ada penurunan kesadaran.
5) AGD dalam batas normal.
6) Tidak ada distensi vena leher.
7) Warna kulit normal.
Intervensi/NIC :
Cardiac Care
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi).
2) Catat adanya distrimia jantung.
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput.
4) Monitor status caediovaskuler.
5) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung.
6) Monitor balance cairan.
7) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia.
8) Atur periode latihan dan istirahat.
20

Vital Sign Monitoring


1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
2) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri.
3) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
4) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas.
5) Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung.

b. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal keruisakan sedemikian
rupa. Awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di
prediksi dan berlangsung < 6 bulan atau > 6 bulan.
NOC :
1) Comfort level.
2) Pain control.
3) Pain level.
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda vital dalam rentang normal.
6) Tidak mengalami gangguan tidur.
21

Intervensi/NIC :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan.
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin.
8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9) Tingkatkan istirahat.
10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur.
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.

c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
melnjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
NOC :
1) Energy conservation.
2) Activity tolerance.
3) Self care.
Kriteria Hasil :
1) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR.
22

2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.


3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4) Level kelemahan.
5) Sirkulasi status baik.
6) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
Intervensi/NIC :
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
2) Bantu klien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
3) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
5) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.


Definisi : Perasaan yang tidak nyaman atau kekawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering idak spesifik/tidak
diketahui oleh individu). Perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
NOC :
1) Anxiety self-control.
2) Anxiety level.
3) Coping.
Kriteria Hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal.
23

4) Poster tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas


menunjukan berkurangnya kecemasan.
Intervensi/NIC :
1) Lakukan pengkajian tingkat kecemasan.
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3) Dorong klien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
4) Dorong keluarga untuk selalu menemani klien.
5) Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian.
6) Gunakan pendektan terapeutik.

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan


hipertensi.
Definisi : Beresiko mengalami sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan.
NOC :
1) Circulation status.
2) Tissue Prefusion : cerebral.
Kriteria Hasil :
1) Mendemostrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tekanan
systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
2) Tidak ada ortostatikhipertensi.
3) Komunikasi jelas.
4) Menunjukkan konsentrasi dan orientasi.
5) Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi/NIC :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
2) Monitor adanya paratese.
3) Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi.
24

4) Gunakan sarung tangan untuk proteksi.


5) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
6) Monitoring kemampuan BAB.
25
DAFTAR PUSTAKA

Adnil Basha.2003.Penyakit Jantung Hipertensif.Buku Ajar Kardiologi.Balai


Penerbit:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonim. 2007.Hypertensive Heart Disease. http : // www. wedscape. Com/files/
public/blank.html.hypertensive_heart disease (Diakses tanggal 14 September 2020).
Anonim.2005.Hypertension.http://healthguide.howstuffworks.com/hypertensi on (Diaskes
tanggal 14 September 2020).
Anonim.2005.Hypertension.http://healthguide.howstuffworks.com/hypertension (Diaskes
tanggal 14 September 2020).
Anonim 2007. Hypertensive Heart Desease http: // www. wedscape. com/
files/public/blank.html.hypertensive_heart disease (Diakses tanggal 14
September 2020).
http://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9355.html
http://irmachablog.blogspot.com/2011/10/hypertensi-heart-diseasehhd.html

http://tyovillage.blogspot.com/2011/04/tinjauan-pustaka-hipertensi-heart.html

Marulam M. Panggabean.2006.Penyakit Jantung Hipertensi.Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Jilid III Edisi Keempat.Balai Penerbit:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai