G I ILM
MAKASSAR
SA
OLEH :
EGA REVATANTINI, S.Kep
NS0619071
PRESEPTOR INSTITUSI
( )
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Nurarif &
Kusuma, 2015) :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi adiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhi yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas, saraf
simpatik, system renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : Obesitas, merokok, alcohol dan
polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hepertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi di usia lanjut dapat dibedakan menjadi :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan usia lanjut adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah periger
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Nurarif & Kusuma, 2015):
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang nmemeriksa. Hal
ini berarti hipertensi hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala lajim
Sering dikatakan bahwa gejala terlajim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlajim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht : Untuk mengkaji hubugan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal da nada
DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopita
3. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal
5. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Nurarif & Kusuma, 2015).
E. KOMPLIKASI
Hipertensi yang dibiarkan tidak tertangani dapat mengakibatkan (Harianto & Rini,
2015):
1. Transien Iskemik Attact
2. Strocke/CVA
3. Gagal jantung
4. Infark miokard
5. Distrimia Jantung
F. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan denganpencapaian dan
pemeliharaan tekanan dara dibawah 140/80 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertasi meliputi :
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tujuan suporsif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2) Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai 4 prinsip yaitu :
Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobic atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan.
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputu :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan Biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatic seperti nyeri keoala dan migran, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi
relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga untuk mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita.
b) Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis;
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area
seperti arteri popliteal, posterior tibia.
2) Body system
a) Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea
(gangguan pernafasan pada saat berbaring ), PND, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis,
pengunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan
(ronkhi rales, wheezing).
b) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : gerakan dinding abnormal
- Palpasi : denyut apical kuat
- Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat
- Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi jantung
S2 mengeras S3 (gejala CHF dini). Murmur dapat terdengar jika
stenosis atau insufisiensi katup.
c) Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di
suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi nadan.
Gangguan visual (diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis.
d) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguria.
e) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat
pemakaian deuretik.Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal atau
obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria.
f) Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat
(>2detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing.
g) Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher.
h) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya
kelainan pada sistem endokrin.
i) Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra
cranial) pada saat melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan
reproduksi pada ibu hamil yang memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma,
2015).
j) Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem kekebalan
tubuh (Manurung, 2015).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/regiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Nyeri b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
C. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d Tujuan: 1. Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah
peningkatan afterload, Setelah dilakukan asuhan jantung
vasokontriksi, hipertrofi/regiditas keperawatan selama 3x24 jam 2. Periksa tekanan darah
ventrikuler, iskemia miokard. masalah keperawatan teratasi. 3. Atur posisi pasien
Kriteria Hasil: 4. Berikan terapi relaksasi
Curah jantung meningkat 5. Anjurkan berhenti merokok
2. Nyeri b.d peningkatan tekanan Tujuan: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
vaskuler serebral dan iskemia Setelah dilakukan asuhan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 2. Identifiksi skala nyeri
masalah keperawatan teratasi. 3. Berikan tehnik non farmakologi
Kriteria Hasil: 4. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk
Tingkat nyeri menurun mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Intoleransi aktivitas b.d Tujuan: 1. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
kelemahan, ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan melakukan aktivitas
suplai dan kebutuhan oksigen. keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitor pola dan jam tidur
masalah keperawatan teratasi. 3. Sediakan lingkungan yang nyaman
Kriteria Hasil: 4. Anjurkan tirah baring
Toleransi aktivitas meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
Handayani, D. S., Rusli, R., & Ibrahim, A. (2014). Analisis Karakteristik Dan Kejadian Drug
Related Problems Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Temindung Samarinda. Jurnal
Sains Dan Kesehatan, 1, 75–81.
Harianto, A., & Rini, S. (2015). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1. (A.-R. Media, Ed.).
Yogyakarta.
Manurung, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. (KDT, Ed.).
Jakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta.