Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN HIPERTENSI


PADA STASE GERONTIK

Disusun Oleh:
Dwina Oktavia Deli
2211102412132

PROGRAM STUDI PROFES NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2022
1. Konsep Teori Lansia

a. Definisi

Penuaan merupakan suatu proses perubahan yang umumnya terjadi pada


manusia seiring dengan perkembangan waktu seperti perubahan biologis, psikologis
dan social, umumnya hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan proses akan
penyakit (Kar, 2019).

Pendapat lain dari Oliviani & Lidia Sari (2020) setiap Individu yang telah
berusia diatas 65 tahun keatas dapat dikatakan sebagai lansia. Lanjut usia akan
mengalami suatu penurunan fungsi tubuh dan menyesuaikan dengan stress lingkungan,
hal itu merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan.

b. Batasan Lansia

Lansia dapat dibedakan berdasarkan kelompok umur yang terbagi menjadi 3


antara lain: lansia muda dengan kelompok umur 60-69 tahun, lansia madya dengan
kelompok umur 70-79 tahun, dan lansia tua dengan kelompok umur diatas 80 tahun
(Badan Pusat Statistik, 2019).

Pendapat lain dari Sunaryo, dkk (2016 dalam Sari & Leonard, 2018) batasan usia
pada lansia terbagi menjadi:

1) Lansia dengan usia pertengahan (middle age) yaitu 45-59 tahun

2) Lansia (elderly) yaitu 60-74 tahun

3) Lansia tua (old) yaitu 75-90 tahun

4) Lansia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun

c. Karakteristik Lansia

Menurut Dewi (2014) terdapat 3 karakteristik yang dapat ditemukan oleh lansia
yaitu:

1) Lansia berusia 60 atau lebih dari 60 tahun.

2) Kebutuhan dan masalah yang ditemukan pada setiap lansia berbeda beda-beda
dari rentang sehat hingga sakit, dari biopsikososial hingga spiritual, dan dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3) Lingkungan yang dijadikan tempat tinggal oleh setiap lansia juga bervariasi.

2. Konsep Teori Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan


pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasanini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasilansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

b. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:


 Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)

 Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

 Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

 Kebiasaan hidup

3) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

 Kegemukan atau makan berlebihan

 Stress

 Merokok

 Minum alcohol

 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti


Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral
Kortikosteroid

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

d. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1) Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :

 Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

˗ Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

˗ Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

˗ Penurunan berat badan

˗ Penurunan asupan etanol

˗ Menghentikan merokok

 Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas


aerobik atau 72- 87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihanberkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
 Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapatbelajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

2) Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah sajatetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure,
Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

 Step 1 : Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE


inhibitor

 Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan


Diganti jenislain dari obat pilihan pertama ditambah obat ke –2 jenis lain,
dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator

 Step 3 alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain

 Step 4 alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-
evaluasi dankonsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

e. Klasifikasi Hipertensi

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer


air raksa atau dengan tensimeter digital. Hasil dari pengukuran tersebut adalah
tekanan sistol maupun diastol yang dapat digunakan untuk menentukan hipertensi
atau tidak. Terdapat beberapa klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran tersebut.
Adapun klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Sistolik (MmHg) Diastolik (MmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Ringan 140-159 90-99


(Stadium 1)

Hipertensi Sedang 160-179 100-109


(Stadium 2)

Hipertensi Berat (Stadium 180-209 110-119


3)

Hipertensi Sangat Berat 210 120


(Stadium 4)
(Widyanto dkk, 2013)
F. Pathways
G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula saraf simpatis,
yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2,
saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan hipertensi.

H. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :

1) Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung

2) Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema

3) Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.

4) mata

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.

5) kerusakan pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah).

i. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)

1) Pemerikaan Laboratorium

- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagubilita, anemia.

- BUN/kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

- Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh


pengeluaran kadar ketokolamin.

- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

2) CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3) EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

5) Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian secara Umum

1. Identitas Pasien

Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orangterdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko

a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi

b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi

3. Aktivitas / istirahat

a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.

b. Frekuensi jantung meningkat

c. Perubahan irama jantung

d. Takipnea

4. Integrita ego

a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau


marahkronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
denganpekerjaan).
5. Makanan dan cairan

a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi


lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.

c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).


6. Nyeri atau ketidak nyamanan

a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)

b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.

c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

d. Nyeri abdomen

Pengkajian Persistem

1. Sirkulasi

a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup


danpenyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.

2. Eleminasi

a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atauriwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori

a. Keluhan pusing.

b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan


menghilangsecara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan

a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja

b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.

c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

d. Riwayat merokok
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri Akut b/d Agen


Tingkat Nyeri (L.08065) Manajemen Nyeri (I.08238)
Pincedera Fisiologis
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 2 x dalam 24
1.1 Identifikasi lokasi
jam diharapkan tingkat nyeri
karakteristik, durasi,
dapat menurun dengan
freskuensi, kualitas, dan
kriteria hasil :
intensitas
1. Keluhan nyeri (4)
1.2 Identifikasi skala nyeri
2. Meringis (4)
1.3 Identifikasi faktor yang
3. Gelisah (4) dapat memperberat nyeri dan
memperingan nyeri
Keterangan:
Terapeutik
(1) Meningkat
1.4 Pertimbangkan jenis atau
(2) Cukup Meningkat
strategi dalam menurunkan
(3) Sedang
nyeri
(4) Cukup Menurun
1.5 berikan terapi
(5) Menurun nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Edukasi

1.6 Ajarkan untuk terapi


nonfarmakologi
2. Hipervolemia b/d Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
kelebihan asupan (L.03020) (I.03114)
natrium Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 2 x dalam 24
2.1 periksa tanda dan gejala
jam diharapkan hipervolemia
hipervolemia
dapat membaik dengan
Terapeutik
kriteria hasil:
2.2 batasi asupan cairan dan
1. Edema (5) garam
Keterangan: Edukasi
(1) Meningkat
2.3 anjurkan melapor jika
(2) Cukup Meningkat
BB bertambah > 1 kg
(3) Sedang
dalam sehari
(4) Cukup Menurun
Kolaborasi
(5) Menurun
2.4 kolaborasi pemberian
diuretik
2. Tekanan Darah (5)
Keterangan:
(1) Memburuk
(2) Cukup Memburuk
(3) Sedang
(4) Cukup Membaik
(5) Membaik
3. Risiko cidera b/d Tingkat Cedera (L.14136) Manajemen Keselamatan
gangguan Setelah dilakukan tindakan Lingkungan (I. 14513)
penglihatan keperawatan 2 x dalam 24 Observasi
jam diharapkan resiko cedera 3.1 identifikasi kebutuhan
dapat membaik dengan keselamatan.
kriteria hasil : 3.2 modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan bahaya
1. kejadian cedera (5)
dan resiko.
2. luka/lecet (5)
3.3 Hilangkan bahaya
keterangan:
keselamatan lingkungan.
(1) Meningkat
3.4 ajarkan individu, keluarga
(2) Cukup Meningkat
dan kelompok resiko tinggi
(3) Sedang
bahaya lingkungan.
(4) Cukup Menurun
(5) Menurun

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis


Missouri : Mosby,Inc, 2000.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai