Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

(HIPERTENSI)
Di Desa Tumbang Tarusan, Kec. Tewang Sangalang Garing, Kab. Katingan

Disusun oleh:

Devi Indra Ria


PO.62.20.1.19.132
Kelompok 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

DIII KEPERAWATAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

2022
BAB I
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitanya dengan tekanan sistolik dan
diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolic berkaitan
dengan tekanan ateri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil
pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan distolik
(Elizabeth Corwin, 2015).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan
sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65
tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60
tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri
Semarang, 2018).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg
untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2017).

B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi
(Wibowo, 2015).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua
selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut +
10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2015).
2. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda.
Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan
tekanan darah pada sistol dan diastol.
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia
lanjut. (Gunawan, 2016)
3. berdasarkan patologinya
Hipertensi Benigna bersifat lambat, sering tanpa gejala dan ditemukan pada
pemeriksaan fisik.
Hipertensi maligna merupakan sindroma klinis dan patologis.

Hipertensi pulmonaris yaitu hipertensi yang disebabkan oleh gagal ventrikel


kiri akut atau kronis sianosis mitralis, bronchitis kronis, emfisema dan lainnya.

C. ETIOLOGI
Menurut Gunawan, (2017) Berdasarkan etiologi hipertensi dapat dibedakan
menjadi dua golongan besar yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer).
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya gangguan tekanan
darah atau hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya atau tanpa
kelainan organ di dalam. Kurang lebih 90% - 95% dari penderita hipertensi
digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer. Faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi primer adalah :
a. Faktor keturunan.
Kasus yang sering muncul dimasyarakat terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
semakin bertambah umur semakin meningkat tekanan darahnya), jenis kelamin
(Tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi dibanding tekanan darah pada
perempuan), dan ras (Pada orang yang berkulit hitam tekanan darahnya lebih tinggi
dari pada orang kulit putih).
c. Kebiasaan hidup.
Suatu kebiasaan dan gaya hidup yang serba instan sering menyebabkan timbulnya
hipertensi. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Konsumsi garam yang tinggi.
Tingginya konsumsi garam mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Penelitian telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
akan menurunkan tekanan darah.
2) Kegemukan atau makan yang berlebihan.
Penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada hubungan
antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme bagaimana
kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
3) Stres atau ketegangan jiwa.
Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh
akan terjadi perubahan patologis, gejala yang sering muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag.
d. Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai
berikut :
(1) Merokok, karena dapat merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan
tekanan darah.
(2) Minum alkohol.
(3) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin.

2. Hipertensi Sekunder
Menurut Gunawan, (2018) mengatakan bahwa hipertensi sekunder adalah suatu
kondisi yang dimana terjadinya gangguan tekanan darah atau hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. Menurut Muhammadun, (2018) penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan hipertensi adalah :
1) Penyakit ginjal.
2) Kelainan hormonal.
3) Penyakit jantung.
4) Penyakit endokrin.
5) Obat–obatan.Seperti: pil KB, kortikosteroid, siklosporin. Eritropoitin, dll.
6) Penyebab lainnya
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
[peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan
(Wijayakusuma,2017 ).
Crowin (2017: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah
yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Wiryowidagdo,2018).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hemoglobin/Hematokrit: Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia .
2. Glukosa: Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
3. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi.
4. VMA urin (metabolit ketokolamin): Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengkaji
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
5. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
6. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi.
7. EKG: Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
(Doenges, 2002, hal 42).

G. PENATALAKSANAAN
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

TERAPI FARMAKOLOGI
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan
volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan dieresis dalam
penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya.
Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi
diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir
kembali kondisi pretreatment.
a. Thiazide
b. Diuretik Hemat Kalium
c. Antagonis Aldosteron
2. Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan
menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan
inhibisi pelepasan renin dan ginjal.
a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada
dosis rendah dan mengikat baik reseptor β1 daripada reseptor β2.
b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik
simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor β.
3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan
darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe
sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat
utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada
kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan
aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting
dalam hipertensi.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan
jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE
hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin
tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE,
ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.
5. Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran
kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi
dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium
dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini
(kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan
menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita
lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung
dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.
6. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor α 1 yang
menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek
vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α 2 sehingga tidak
menimbulkan efek takikardia.
7. VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol.
Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat
fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh
karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga
mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.
8. Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal simpatetik
postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf
simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi vaskular perifer .
9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
10. VASO-dilator langsung

H. KOMPLIKASI
1. Pada mata: Berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
2. Gagal jantung: Merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat
disamping kelainan koroner dan miokard.
3. Pada otak: Sering terjadi perdarahan yang disebabkan pecahnya mikro aneurisma yang
dapat mengakibatkan kematian.
4. Gagal ginjal: Dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama pada proses akut
seperti pada hipertensi maligna.
(Tjokronegoro Arjatmo, 2019, hal 470)
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien hipertensi adalah sebagai berikut (Doenges, 2019) :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor
stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x40 menit,
manajemen kesehatan diri klien dapat lebih efektif.
Kriteria Hasil :
 Klien menyatakan mau untuk merubah gaya hidup
 Konsumsi kopi berkurang secara bertahap hingga tidak mengkonsumsi sama
sekali
 Konsumsi buah & sayur meningkat
 Penggunaan terapi farmakologis sesuai grade hipertensi dan indikasi
 Konsumsi garam meja / olahan <6gr /hari
 Tidak ada penurunan nafsu makan
Intervensi :
1. Identifikasi faktor-faktor yang menunjang dan mengahambat terapi
2. Tingkatkan percaya diri dan kemajuan diri yang positif
3. Berikan reinforcement positif atas minat klien
4. Jelaskan dan bicarakan : Proses penyakit, aturan pengobatan, perubahan gaya
hidup yang diperlukan, metode untuk memantau kondisi.
5. Jelaskan bahwa perubahan gaya hidup dan kebutuhan belajar akan membutuhkan
waktu untuk integrasi.
6. Berikan motivasi kepada klien untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
mengontrol hipertensi.
7. Identifikasi rujukan / layanan komunitas yang diperlukan untuk tindak lanjut.

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Kriteria Hasil :
 Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan
dini
 Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
Intervensi :
1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :
sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
6. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
9. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcoho
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2019

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,


2018

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 2017

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2017

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 2019

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2018

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 2019

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi
, Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2017

Anda mungkin juga menyukai