Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Pre-
eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada
penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma.
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama
kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 % kehamilan. Hipertensi pada
kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia,
perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan
penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin
(termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim,
solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur).
Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab
kematian pada ibu (Prawihardjo, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) Berdasarkan data resmi Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004 yaitu 270 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu
255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010), walaupun sudah terjadi penurunan AKI di
Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18
negara ASEAN dan SEARO (South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea
Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain).
Salah satu kasus dari komplikasi kehamilan sebagai penyumbang AKI di Indonesia
adalah hipertensi dalam kehamilan. Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui
bahwa eklampsia (24%) adalah persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu setelah
perdarahan (28%). Kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
yang tidak terkontrol saat persalinan.
Berdasarkan data – data diatas, maka kami tertarik untuk memberikan pendidikan
kesehatan mengenai hipertensi dalam kehamilan agar tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
hipertensi dalam kehamilan meningkat sehingga bisa mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI)
akibat hipertensi dalam kehamilan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan, peserta dapat mengerti dan
memahami tentang hipertensi dalam kehamilan
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan, peserta dapat:
a. Menjelaskan definisi hipertensi dalam kehamilan
b. Menyebutkan faktor resiko hipertensi dalam kehamilan
c. Menyebutkan klasifikasi dan tanda gejala hipertensi dalam kehamilan
d. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan
e. Menyebutkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan

C. RENCANA KEGIATAN
1. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
2. Media dan alat bantu
Leaflet dan lembar balik
3. Waktu dan tempat
Waktu :
Pukul :
Tempat :
4. Materi
Hipertensi dalam kehamilan
5. Peserta
Ibu Hamil di Singosari
6. Kegiatan Belajar Mengajar
HASIL WAKTU KEGIATAN KEGIATAN METODE MEDIA
PENGAJAR PESERTA
DIDIK
Pendahuluan 5 menit 1. Salam pembuka 1. Menjawab Ceramah -
2. Memperkenalkan salam
diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan keterangan
maksud dan penyaji
tujuan
Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan Mendengarkan Ceramah - Lembar
definisi penjelasan peyaji balik
hipertensi dalam - Leafle
kehamilan t
2. Menyebutkan
faktor resiko
hipertensi dalam
kehamilan
3. Menyebutkan
klasifikasi dan
tanda gejala
hipertensi dalam
kehamilan
4. Menjelaskan
penatalaksana-
an hipertensi
dalam
kehamilan
5. Menyebutkan
komplikasi
hipertensi dalam
kehamilan
Evaluasi 10 menit 1. Memberikan 1. Bertanya Tanya
kesempatan pada kepada penyaji Jawab
ibu hamil untuk tentang materi
bertanya yang belum
2. Menanyakan paham
kembali pada ibu 2. Menjawab
hamil tentang pertanyaan
materi yang penyaji
disampaikan
Penutup 5 menit 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan Ceramah, -
materi 2. Menjawab Tanya
2. Menutup salam Jawab
pertemuan
3. Salam penutup

D. EVALUASI
1. Struktur
a) Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan, yaitu leaflet dan lembar balik.
b) Persiapan materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan leaflet dan lembar
balik yang ringkas, menarik, lengkap, dan mudah dimengerti oleh peserta.
c) Perijinan
Sebelum melakukan penyuluhan, dilakukan perijinan kepada pihak
Puskesmas Singosari Malang.
2. Proses
a. Klien mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan baik
b. Klien terlibat aktif selama pendidikan kesehatan
c. Klien aktif bertanya
3. Hasil
a. 70% klien dapat menjelaskan materi yang disampaikan dengan baik
b. Klien mampu menjelaskan definisi hipertensi dalam kehamilan
c. Klien mampu menyebutkan faktor apa saja yang menjadi resiko Hipertensi
dalam kehamilan
d. Klien mampu menyebutkan klasifikasi dan tanda gejala hipertensi dalam
kehamilan
e. Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan
f. Klien mampu menyebutkan komplikasi dari hipertensi dalam kehamilan

E. LAMPIRAN
(Materi terlampir)

F. DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG dkk. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan dalam: William Manual of


Obstetrics, 21st Edition Boston, McGraw Hill. Edisi 21. Vol 1. 2006. Jakarta: EGC.
H 625-673
Martaadisoebrata, D dkk. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC;2005.h.68-82
Rachimhadhi, T. hipertensi dalam kehamilan, Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi 4, cetakan
pertama, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. H 530-550
Satrawinata. S., Martaadisoerbrata, D., dan Wirahkusuma, F.F. 2003. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC. (link:
https://books.google.co.id/books?
id=5SXtVDOPciIC&pg=PA68&dq=hipertensi+pada+kehamilan&hl=id&sa=X
&ei=d2zGVO_GBIPr8AW9k4KADA&redir_esc=y#v=onepage&q=hipertensi
%20pada%20kehamilan&f=false )
World Health Organization. 2014. Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia, Dan
Eklampsia. Kantor WHO untuk Indonesia (link:
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-8-hipertensi-dalam-kehamilan-
preeklampsia-dan-eklampsia/)
LAMPIRAN MATERI

A. DEFINISI
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Golongan penyakit ini ditandai
dengan hipertensi dan sering di sertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala
lain.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih
awal terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada
penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma. Pre-eklampsia adalah salah satu
kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi
selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.

B. FAKTOR RESIKO
1. Kehamilan kembar
2. Kehamilan pertama
3. Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
4. Riwayat preeklamsi
5. Riwayat preeklamsi dalam keluarga
6. Ras kulit hitam
7. Obesitas (BMI ≥ 30)
8. Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun.
9. Hidramnion
10. Diabetes melitus
11. Gangguan vaskuler plasenta
12. Faktor herediter
13. Mempunyai riwayat penyakit vaskular

C. KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALA


1. Hipertensi Kronik
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan
Diagnosis
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
2. Hipertensi Gestasional
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan
Diagnosis
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan
<12 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di trombositopenia
 Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
3. Preeklamsia
Penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang
akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas tanpa disertai adanya kejang. Pada
preeklamsi tanda yang mungkin muncul adalah hipertensi, edema, dan proteinuria.
Gejala:
 Hipertensi : hipertensi yang terjadi secra tiba-tiba, dengan batas atas sistolik
140mmHg dan diatolik 90mmHg atau juga dengan kenaikan sistolik lebih dari
30mmHg dan diatolik 15mmHg dari TD biasanya.
 Edema : didahului dengan penambahan BB 1kg/minggu dan 3kg/bulan,
penambahan BB ini dikarenakan adanya retensi cairan di dalam tubuh
 Proteinuria
 Gejala Subjektif yang mungkin dirasakan:
1) Sakit kepala hebat
2) Sakit uluh hati
3) Gangguan pengelihatan (kabur/ buta)
Preeklampsia Ringan
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam
 Atau disertai keterlibatan organ lain:
1) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
2) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
3) Sakit kepala , skotoma penglihatan
4) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
5) Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
6) Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada
usia kehamilan > 20 minggu
4. Eklamsia
Kejang pada wanita hamil, dalam persalinan, atau masa nifas disertai gejala-gejala
preeklamsi (hipertensi, edema, dan/atau proteinuria) Menurut saat terjadinya eklamsi
dapat dibedakan atas:
 Eklamsia Antepartum, sebelum proses melahirkan
 Eklamsia Intrapartum, pada saat proses melahirkan
 Eklamsia Pascapersalinan, setelah proses melahirkan

D. PENANGANAN
1) Hipertensi kronis
Penanganan :
- Bed rest
- Pengawasan pertumbuhan janin
- Anti hipertensi
- Pencegahan kenaikan BB yang berlebihan
- Terminasi kehamilan
2) Pre-eklamsia ringan
Penanganan :
 Rawat Jalan
o Banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
o Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah karbohidrat
o Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin pada
kehamilan ≥ 30-32 minggu, dan diulangi sekurang – kurangnya
dalam 2 minggu.
a. USG (Ultrasonografi)
b. NST (Non Stress Test)
o Pemeriksaan laboratorium
a. PCV, Hb
b. Asam urat rendah
c. Trombosit
o Obat – obat yang diberikan
a. Roboransia, vitamin kombinasi.
b. Aspirin dosis rendah sehari 1 kali (87,5 mg)
o Kunjungan ulang 1 minggu
 Rawat Tinggal
o Kriteria untuk rawat tinggal bagi penderita preeclampsia ringan.
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin ragu – ragu atau jelek
(pemeriksaan pada kehamilan ≥ 30-32 minggu).
b. Kecenderungan menuju gejala preeclampsia berat (timbul
salah satu atau lebih gejala preeclampsia berat)
o Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal.
a. Penderita tirah baring total
b. Obat – obatan :
- Roboransia, vitamin kombinasi
- Aspirin dosis rendah sehari 1 kali
c. Pemeriksaan laboratorium
- Hb, PCV
- Asam urat rendah
- Trombosit
- Fungsi ginjal / hepar
- Urine lengkap
d. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin
3) Pre-eklamsia Berat
Penanganan :
a. Di kamar bersalin (selama 24 jam)
- Tirah baring
- Infus RL (Ringer Lactate) yang mengandung 5% dextrose
60-125cc/jam.
- 10gr MgSO4 50% i.m setiap 6 jam, s/d 24 jam pasca persalinan (kalau
tidak ada kontra indikasi pemberian MgSO4).
- Diberikan anti hipertensi, yang diberikan :
- Nifedipin 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama – sama
Methyldopa 250-500mg setiap 8jam. Nifedipin dapat diberikan ulang
sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan
sistolik ≥ 180 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg. (cukup 1 kali saja).
- Dilakukan pemeriksaan lab. tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan
produksi urine 24 jam.
- Konsultasi dengan bagian lain :
Bagian Mata, Bagian Jantung, Bagian lain sesuai indikasi.
b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang Bersalin (setalah
24 jam masuk ruang bersalin).
 Tirah baring.
 Obat – obatan
- Roboransia : multivitamin
- Aspirin dosis rendah 87,5mg sehari 1 kali.
- Antihipertensi (Nifedipine 5-10mg setiap 8 jam Methyldopa atau
250 mg tiap 8 jam)
- Penggunaan atenolol dan β blocker (dosis regimen) dapat
dipertimbangkan pada pemberian kombinasi.
 Pemeriksaan lab.
- Hb, PCV dan hapusan darah tepi.
- Asam urat rendah.
- Trombosit.
- Fungsi hepar/ginjal.
- Urine lengkap.
- Produksi urine per 24 jam (Esbach), penimbangan BB setiap hari.
Pemeriksaan lab dapat diulang sesuai dengan keperluan.
 Diet tinggi protein, rendah karbohidrat.
 Dilakukan penilaian kesejahteraan janin termasuk biometri, jumlah
cairan ketuban, gerakan, respirasi dan ekstensi janin, velosimetri
(resistensi), umbilikalis,dan rasio panjang femur terhadap lingkar
abdomen.
4) Eklamsia
 Pencegahan
Usaha – usaha untuk menurunkan frekwensi atau mencegah terjadinya
eclampsia terdiri atas :
 Meningkatkan perawatan antenatal.
 Mencari pada setiap pemeriksaan tanda – tanda pre-eclampsia dan
mengobatinya segera apabila diketemukan
 Mengakhiri kehamilan sedapat – dapatnya pada. kehamilan 37 minggu
atau lebih apabila setelah dirawat tanda – tanda pre-eclampsia tidak juga
dapat dihilangkan.
 Terapi
Tujuan pengobatan eklampsia adalah :
 Sedasi untuk mencegah kejang selanjutnya.
Kejang sangat merugikan karena waktu kejang terjadi hypoxia, acidosis
respiratoris dan metabolis, dan kenaikan tensi.
 Menurunkan tensi dengan menghasilkan vasodilatasi penurunan tensi
harus berangsur – angsur dan tidak boleh terlalu banyak. (tekanan darah
tidak boleh turun lebih dari 20% dalam 1 jam).
 Mengoreksi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis, karena air keluar

dari pembuluh darah dan menimbulkan oedema maka terjadi hipovolemi


oliguria anuri shock. Keadaan ini diperbaiki dengan pemberian cairan

glucose 5-10%. Pemberian cairan harus hati – hati Karen dapat


menimbulkan hyperhidrasi dan oedema paru – paru, karena itu produksi
urine dan tekanan vena central menjadi pegangan (produksi urine tidak
boleh kurang dari 30cc/jam, CVP tidak boleh melebihi 6-8cm H20.
 Pemberian oksigen dan mempertahankan air way.
Bentuk terapi dibagi : secara konservatif dan secara aktif. Seperti pada pre-
eclampsia berat dengan prinsip mengatasi kejang lebih dahulu.
 Obat – obat untuk antikejang :
 MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Dosis awal : 4 gr 20% i.v. pelan – pelan selama 3 menit atau lebih, disusul
10 gr 50% i.m. (selanjutnya lihat prosedur pada preeclampsia berat)

Sebagai obat antikejang pada preeclampsia post partum dapat dipikirkan


pemberian Phenylhydantoin 100mg parenteral (diencerkan dalam 25cc dan
diberikan dalam waktu 5 menit) diulang tiap 6jam.

Setelah pemberian kurang lebih 4-5 jam berikutnya (terutama pada


preeclampsia krusial) dilakukan penilaian tanda vital bila lebih 10
dilakukan terminasi kehamilan. Pada eklampsia klasik diutamakan
persalinan pervaginam dengan induksi.
 50 mikrogram prostalglandin pada fornik posterior sebanyak 2 kali
bila Pelvic Score (PS) <5
 Drip oksitosin bila Pelvic Score (PS) ≥ 5 Skor dari “Vital Sign”.

E. KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal
2. Gagal jantung
3. Edema paru
4. Kelaianan pembekuan darah
5. Perdarahan otak
6. Kematian janin

Anda mungkin juga menyukai