Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

Hipertensi merupakan keadaan umum dimana suplai aliran darah pada dinding arteri lebih
besar sehingga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti jantung. Hipertensi
pada tahun pertama sangat jarang dijumpai dengan symptom, hal ini baru disadari apabila
terjadi pada jangka waktu yang panjang dan terus menerus. Peningkatan hipertensi secara
tidak terkontrol akan menyebabkan masalah hati dan jantung cukup serius (Mayo Clinic,
2018).

A. KLASIFIKASI
1. Hipertensi Primer (esensial)
Pada usia dewasa, hipertensi terjadi tanpa gejala yang tampak. Peningkatan tekanan darah
secara terus menerus dan telah terjadi lama baru dikatakan seseorang menderita hipertensi
meskipun pemyebab pastinya belum jelas. Pada kasus penigkatan tekanan darah ini disebut
dengan hipertensi primer (esensial).
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh beberapa factor tidak
terkontrol. Pada kejadian ini disebut dengan hipertensi sekunder dimana peningkatan darah
yang terjadi dapat melebihi tekanan darah pada hipertensi primer.
Selain itu, hipertensi juga dibagi berdasarkan bentuknya, yaitu:
 Hipertensi Diastolic, Dimana tekanan diastolic meningkat lebih dari normal. Hipertensi
diastolic terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi jenis ini terjadi apabila
pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal yang berakibat memeperbesar
tekanan terhadap aliran darah yang melalui dan meningkatkan tekanan darah diastolicnya.
Tekanan diastolic berkaitan dengan tekanan arteri Ketika jantung berada pada kondisi
relaksasi.
 Hipertensi Sistolik, Dimana tekanan sistolik meningkat lebih dari nilai normal.
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diiringi peningkatan tekanan distolik dan umumnya
ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan darah
pada arteri apabila jantung berkontraksi. Tekanan ini merupakan tekanan maksimal dalam
arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
 Hipertensi Campuran, Dimana tekanan sistolik maupun tekanan diastolic meningkat
melebihi nilai normal (Kemenkes RI, 2018)
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Sistolik Distolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 <80
Normal-Tinggi <130 <85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tungkat 3 (Hipertensi Tinggi) ≥180 >110
Sumber: WHO 2019

B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada seseorang yang mengalami hipertensi sebagai berikut,
1. Nyeri kepala yang disertai dengan mual dan muntah
Nyeri kepala yang diserti mual serta muntah pada pederita hipertensi diakibatkan oleh
adanya peningkatan darah intracranial.
2. Penglihatan kabur
Penderita hipertensi dengan keluhan penglihatan kabur dapat terjadi dikarenakan adanya
kerusakan pada retina akibat dari hipertensi tersebut.
3. Nokturia
Nokturia adalah suatu kondisi Dimana seseorang sering merasa ingin kencing dimalam
hari sehingga menggangu pola tidur seseorang karena sering terbangun menjadi salah
satu manifestasi klinis dari penderita hipertensi, hal ini dikarenakan adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
4. Edema (Pembengkakan)
Pembekakan pada penderita hipertensi dapat terjadi dikarenakan adanya peningkatan
tekanan kapiler.
Selain gejala yang sudah disebutkan diatas terdapat beberapa gejala umum yang biasa terjadi
pada penderita hipertensi yaitu rasa pusing, muka merah, sakit kepala, mimisan serta tengkuk
terasa pegal (Suardamana, Ketut, 2017).
C. FAKTOR RESIKO
Menurut Nurani, 2015 faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki risiko hipertensi
yaitu:
1. Keturunan / genetik
Hipertensi rentan terjadi pada seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan
Riwayat darah tinggi. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi.
2. Obesitas
Berat badan yang berlebihan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dialirkan kedalam
sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung juga meningkat.
3. Terlalu banyak mengosumsi garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang
mengandung kalium.
Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium dalam darah, sehingga cairan tertahan
dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah.
4. Kurang aktivitas fisik dan olah raga
Kurang aktivitas fisik dan olah raga dapat mengakibatkan meningkatkannya denyut
jantung, sehingga jamtung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Hal ini
dapat juga mengakibatkan peningkatan berat badan yang merupakan salah satu fakor
hipertensi.
5. Merokok
Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yag berdampak pada
meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.
6. Jenis kelamin
Prevalensi terjadi hipertensi pria sama dengan Wanita. Namun Wanita masih cukup aman
hingga usia sebelum menopause. Karena setelah menopause, Wanita rentan terkena
penyakit radiovaskular, hipertensi salah satunya. Wanita yang belum menopause
terlindung oleh homone estrogen yang berperan meningkatkan kadar HDI, yang
merupakan factor pelimdung dalam mencegah terjadinya proses anterosklerosis.
7. Stress
Keadaan stress atau tertekan dapat meningkatan tekanan darah sewaktu-waktu. Hormon
adrenalin akan meningkat Ketika kita stress sehingga jantung memompa darah lebih
cepat yang mengakibatkan tekanan darah juga meningkat.

D. PATOFISIOLOGI
Kondisi hipertensi pada seseorang dapat terjadi karena adanya peningkatan salah satu
variable yang berperan dalam tekanan darah seseorang yaitu volume sekuncup dan total
peripheral resistance. Peningkatan salah satu dari dua hal tersebut yang tidak terkompensasi
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Tubuh manusia memiliki system pengendali
tekanan darah yang mencegah perubahan tekanan secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam kurun waktu yang
Panjang. System pegendali dibagi menjadi dua yaitu system pengendali reaksi cepat dan
pengendali reaksi lambat. System pengendali reaksi cepat yaitu reflex kardiovaskular melalui
system saraf, refleks kemoreseptor, respon iskernia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, dan arteri pulmonalis otot polos, sedangkan system pengendali reaksi lambat yaitu
melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopressin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung
pada jangka Panjang yang dipertahankan oleh system pengaturan jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Hipertensi adalah kondisi Dimana adanya kenaikan tekanan darah
yang melebihi batas normal yang disebabkan oleh terbentuknya angiotensin II. Terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II yang telah terbentuk akan berperan dalam
kenaikan tekanan darah melalui dua aksi. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretk (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
berkerja pad ginjal untuk mrngatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatkannya
ADH, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ektraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosterone dari korteks adrenal. Aldosterone
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada gijal. Untuk mengatur
volume cairan ektraseluler, aldosterone akan mengurang eskresi NaCl (garam) dengan cara
menreabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan di encerkan Kembali
dengan craa meningkatkan volume cairan ektraseluler yang pada giliranya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah ( Nuraini, 2015).

E. PENCEGAHAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam kategori penyakit kronis, oleh
sebab itu selain proses pengobatan yang sesuai bagi penderita hipertensi diperlukan juga
Tindakan pencegahan untuk bukan penderita hipertensi supaya tidak cenderung jatuh dalam
kondisi hipertensi. Upaya pencegahan pada orang-orang yang beresiko terkena hipertensi
dapat dimulai dari pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan (1) pembatasan
penggunaan garam atau msg 4-6 grm per hari. (2) mengurangi konsentrasi makanan yang
mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan tidak alami, (3) mengurangi
konsumsi secara berlebihan makanan dengan kandungan kolestrol cenderung tinggi seperti
jeroan, kuning telor, cumi-cumi, kerang, kepiting, gorengan, coklat, mentega, dan margarin
tinggi lemak, (4) mengimbangi konsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur serta vitamin
yang mendukung sesuai keperluan. Selain pola makan dapat juga didukung dengan gaya
hidup yang sehat seperti (1) mengelola perasaan stress dengan baik yang muncul akibat
beberapa kegiatan, (2) memiliki rutinitas untuk berolahraga ringan, (3) menghentikan
kebiasaan merokok, (4) menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alcohol secara berlebih
(Nuraini, 2015).

Anda mungkin juga menyukai