DISUSUN OLEH:
NAMA : ALVY LATUPEIRISSA
NIM : 1240212019007
TINGKAT :2C
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula
jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan
sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung
menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi
oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.
Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka
didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon
epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN Tn A GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR,DAN
GANGGUAN AMBULASI PADA PASIEN HIPERTENSI
1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : laki - laki
Umur : 66 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun Polri
Alamat : Halong Atas
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pensiun Guru
Hubungan dengan px : Istri
Alamat : Halong Atas
HS
66th HS 60th
Keterangan : Laki-Laki
Perempuan
Klien
Meninggal
Garis Perkawinan
Garis Keturunan
Garis Serumah
1.
Pola Nutrisi
Makan :
a. Frekuensi Makan
b. Jenis - 3 kali sehari - 3 kali sehari
c. Jumlah Makanan - Nasi, Ikan dan Sayur - Nasi, Ikan, dan sayur
d. Keluhan - 1 Porsi - 1 Porsi
- Tidak ada - Tidak ada
Minum :
a. Frekuensi Minum
b. Jenis - 7 – 8 kali sehari - 7 – 8 kali sehari
c. Jumlah - Air Putih - Air Putih
d. Keluhan - 1.200 – 1.400 cc - 1.200 – 1.400 cc
- Tidak ada - Tidak ada
Pola Eliminasi :
BAB :
a. Frekuensi BAB
b. Konsistensi - 1 – 2 kali sehari - 1 - 2 kali sehari
c. Warna - Lunak - Lunak
d. Bau - Kuning Terang - Kuning Terang
2. e. Keluhan - Ya - Ya
- Tidak ada - Harus dibantu
BAK :
a. Frekuensi
b. Warna - 3 – 4 kali sehari - 3 – 4 kali sehari
c. Bau - Kuning terang - Kuning terang
d. Keluhan - Ya - Ya
- Tidak ada - Harus dibantu
Personal hygiene
a. Frekuensi mandi
5. b. Frekuensi sikat gigi - 2 kali / hari - 2 kali / hari
c. Ganti pakaian - 2 kali / hari - 2 kali / hari
d. Masalah saat mandi - 2 kali / hari - 2 kali / hari
- Tidak ada - Tidak ada
b. Interaksi Sosial
Interaksi dengan keluarga dan perawat baik.
c. Spiritual
Pasien menganut agama Kristen, dan pasien yakin dengan pertolongan Tuhan pasien
akan sembuh
d. Kepala
a. Rambut : bersih
b. Warna : hitam
c. Tekstur : halus
d. Distribusi : merata
e. Penampilan wajah : pucat
MATA
a. Pupil : simetris
b. Konjungtiva : anemis (pucat)
c. Kornea : hitam kecoklatan
d. Odema : tidak ada
e. Penglihatan : dapat melihat dengan baik
f. Penggunaan alat bantu : tidak menggunakan alat bantu
MULUT
a) Bibir
(1) Membrane mukosa : kering
(2) Tekstur : kasar
(3) Peradangan : tidak ada
(4) Lesi : tidak ada
b) Lidah
(1) Warna : merah muda
(2) Tekstur : lembab
(3) Peradangan : tidak ada
(4) Lesi : tidak ada
c) Gusi
(1) Warna : merah muda
(2) Tekstur : lembab
(3) Peradangan : tidak ada
d) Gigi
(1) Jumlah : 32 buah
(2) Masalah gigi : tidak ada
(3) Struktur : beraturan
(4) Peradangan : tidak ada
(5) Penampilan : baik
(6) Kebersihan gigi : baik
(7) Tonsil : tidak ada
HIDUNG
a. Struktur : simetris
b. Penciuman : baik
c. Polip : tidak ada
d. Secret : ada (sedikit)
e. Peradangan : tidak ada
TELINGA
a. Bentuk : simetris
b. Pendengaran : baik
c. Lesi : tidak ada
e. Leher
a) Distensi vena : tidak ada
b) Pembersaran kelenjar : tidak ada
c) Keluhan : tidak ada
g. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
tidak ada pembesaran limpa
Perkusi : Terdengar timpani
Auskultasi : Peristaltik usus 10 kali
h. Ekstremitas
Ekstremitas atas :
Ekstremitas bawah :
Keterangan
Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontrasksi bila lengan
0 atau tungkai dilepaskan akan jatuh 100% pasif.
1 Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan da nada tekanan sewaktu jatuh
2 Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi
(saja) tapi dengan sentuhan akan jatuh
3 Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu
melawan tekan/dorong dari pemeriksa
4 Kekuatan kurang disbanding sisi lain
5 Kekuatan utuh
I. Genetalia
- Genetalia Bersih
- Tidak terpasang kateter
- Elektrokardiogram ( EKG )
8. KLASIFIKASI DATA
DS:
- Pusing
- Lemas
- Tidur malam 4 – 5 jam
- Tidur tidak nyenyak
DO:
- KU lemah
- Aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga
- Tidurnya mudah terbangun
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. 08/11/2020
11.00 Wit Gangguan pola tidur b.d depresi
Ds.
- Tidur malam 4 – 5 jam
- Tidur tidak nyenyak
Do.
- Tidurnya mudah terbangun
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
P:
Intervensi dihentikan
11-10-2020 Gangguan pola tidur b.d depresi 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman S:
11.00 Wit ditandai dengan: Hasil: lingkungan diciptakan nyaman dan tidak ada Tidur malam 4 – 5 jam
Ds. kebisingan
- Tidur malam 5 – 6 jam Tidur tidak nyenyak
2. Monitor waktu tidur pasien
- Tidur tidak nyenyak
Hasil: tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-7 jam.
Do. O:
Tidurnya mudah terbangun
- Tidurnya mudah terbangun
A:
Masalah gangguan pola tidur sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan