KASUS PREKLINIK
HIPERTENSI
Disusun Oleh :
NIM : 1811312031
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
2. ETIOLOGI
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. PATOFISIOLOGI
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
7. KOMPLIKASI
1. Penyakit Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa menyebabkan terjadinya pengerasan dan
penebalan arteri dinding pembuluh darah. Kondisi penebalan dinding pembuluh darah
ini disebut dengan aterosklerosis. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya
penyumbatan pembuluh darah yang pada akhirnya memicu penyakit jantung karena
kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Berita buruknya, kondisi yang satu ini
cukup sering berkembang menjadi serangan jantung bagi pengidapnya. Selain itu,
hipertensi juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gagal jantung. Hal tersebut
merupakan dampak dari otot jantung yang dipaksa untuk bekerja lebih keras saat
tekanan darah meroket. Alhasil, otot jantung mungkin akan menebal dan pada
gilirannya menyebabkan jantung kesulitan untuk memompa darah ke seluruh darah.
2. Gagal Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah di ginjal. Dengan kata lain, tekanan darah yang tidak terkontrol bisa memicu
pembuluh darah di seputar ginjal menjadi lebih lemah dan menyempit.
3. Gangguan Penglihatan
Penebalan tidak hanya bisa terjadi pada dinding pembuluh darah di ginjal atau jantung.
Nyatanya, pembuluh darah yang ada di sekitar mata juga bisa mengalami penebalan
dan menyebabkan pengidap hipertensi mungkin akan mengalami gangguan
penglihatan, bahkan kehilangan kemampuan untuk melihat. Tekanan darah tinggi alias
hipertensi nyatanya juga dapat menyebabkan pembuluh darah di mata menjadi lebih
sempit dan menebal. Dampaknya, pembuluh darah bisa pecah dan memicu terjadinya
kerusakan mata.
4. Perubahan Kognitif
Naiknya tekanan darah yang terjadi secara terus menerus juga bisa memengaruhi
kemampuan kognitif seseorang. Hipertensi bisa memunculkan komplikasi berupa
menurunnya kemampuan otak, sulit untuk fokus, dan sulit mengingat sesuatu. Tak
hanya itu, hipertensi juga bisa menyebabkan pengidapnya mengalami masalah dalam
berpikir dan belajar. Salah satu gejala awal dari komplikasi yang satu ini adalah
merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata saat sedang berbicara. Selain itu, kamu
mungkin juga akan lebih sulit untuk fokus, lalu bisa sangat mudah kehilangannya.
5. Berujung Kematian
Komplikasi hipertensi lainnya bahkan bisa memicu kematian. Sebab, tingginya
tekanan darah seseorang bisa menyebabkan pembuluh darah melemah dan melebar.
Jika hal ini dibiarkan terjadi secara terus menerus maka pembuluh darah bisa saja
pecah dan menyebabkan kematian.
8. PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Pasien
Identitas Pasien
Riwayat kesehatan (sekarang, dahulu dan keluarga)
Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
b. Pengkajian Fungsional Gordon
Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Bagaimana pengetahuan dan persepsi klien terhadap kondisi dan penyakit
saat ini dan tindakan yang telah dilakukan terhadap kondisi kesehatannya
Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : bagaimana pola makan dan minum serta diet yang biasa
dilakukan yang dapat mempengaruhi kondisi klien saat ini
Setelah sakit : apakah pasien mengikuti anjuran diet untuk pasien
hipertensi
Pola Eliminasi
Biasanya tidak ditemukan keluhan
Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : bagaimana pola aktivtas dan latihan klien yang dapat
mempengaruhi kondisi saat ini
Setelah sakit : pasien biasanya mengeluhkan lemas, dan letih sehingga
terdapat penurunan aktivitas
Pola kognitif dan Persepsi
Biasanya ditemukan keluhan pada fungsi penglihatan dan kelemahan otot.
Pola Persepsi-Konsep diri
Mengkaji gambaran diri, identitas diri, peran, harga diri dan ideal diri
Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya ditemukan gangguang pada pola tidur dikarenakan adanya nyeri
Pola Peran-Hubungan
Bagaimana pengaruh penyakit terhadap peran pasien dalam keluarga atau
lingkungan sekitar
Pola Seksual-Reproduksi
Bagaimana pengaruh penyakit terhadap pola seksual dan reproduksi
Pola Toleransi Stress-Koping
Bagaimana kebiasaan pasien dalam menangani masalah, dan pengaruh
penyakit terhadap emosional pasien
Pola Nilai-Kepercayaan
Bagaimana pandangan pasien terhadap penyakit berkaitan dengan nilai dan
kepercayaan yang dianutnya
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : TTV, BB, GCS
b. Keadaan Umum : Apakah pasien terlihat pucat dan lemah
c. Kepala : bentuk kepala, distribusi rambut, keadaan kulit kepala,
keadaan rambut, periksa adanya udem dan benjolan
d. Mata : keadaan penglihatan, konjungtiva, sclera, bentuk mata
normal atau tidak
e. Telinga : bentuk umum telinga, keadaan pendengaran,
kebersihan telinga
f. Hidung dan sinus : bentuk umum hidung, periksa lubang hidung ada
hambatan atau tidak, periksa adanya sinus dan sekret
g. Mulut : keadaan umum mulut, periksa apakah mukosa mulut
kering atau tidak, periksa kebersihan mulut.
h. Leher : keadaan umum leher, apakah ada kekakuan pada leher,
periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid.
i. Dada : inspeksi simetris, periksa adanya pembesaran.
j. Abdomen : keadaan umum abdomen, periksa adanya pembesaran,
nyeri tekan
k. Genetalia : periksa adanya lesi, cairan
l. Ektremitas atas : periksa adanya sinosis atau edema pada tangan, nyeri
dan mobilisasi
m. Ekstemitas bawah : periksa adanya sinosis atau edema pada kaki, nyeri,
dan mobilisasi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. PERENCANAAN
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
o Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Keefektifan Pompa Perawatan Jantung
Jantung 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Status Sirkulasi 2. Monitor status
Kriteria Hasil kardiovaskuler
1. Tanda vital dalam 3. Monitor status pernapasan
rentang normal yang menandakan gagal
2. Dapat mentoleransi jantung
aktivitas, tidak ada 4. Monitor abdomen sebagai
kelelahan indikator penurunan perfusi
3. Tidak ada edema paru, 5. Monitor adanya perubahan
perifer, dan tidak ada tekanan darah
asites 6. Anjurkan untuk menurunkan
4. Tidak ada penurunan stres
kesadaran
2. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas 1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
2. Activity Tolerance Rehabilitas Medik dalam
3. Self Care : ADLs merencanakan program terapi
yang tepat
Kriteria Hasil : 2. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktifitas
aktivitas fisik tanpa yang mampu dilakukan
disertai peningkatan 3. Bantu untuk mengidentifikasi
tekanan darah, nadi dan dan mendapatkan sumber
RR yang diperlukan untuk
2. Mampu melakukan aktivitas yang diinginkan
aktivitas sehari-hari 4. Bantu untuk mendapat alat
(ADLs) secara mandiri bantu aktivitas seperti kursi
3. Tanda-tanda vital normal roda, krek
4. Mampu berpindah : 5. Bantu untuk mengidentifikasi
dengan atau tanpa kekurangan dalam beraktivitas
bantuan alat 6. Bantu pasien untuk
5. Status kardiopulmunari mengembankan motivasi diri
adekuat dan penguatan
6. Sirkulasi status baik 7. Monitor respon fisik, emosi,
7. Status respirasi: sosial dan spiritual
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
3. Nyeri NOC Pain Management
1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control secara komprehensif termasuk
3. Comfort Level lokasi, karakterisitik, durasi,
frekuensi, kualitas dari faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Kontrol lingkungan yang dapat
(tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti
mampu menggunakan suhu ruangan, pencahayaan
teknik nonfarmakologi dan kebisingan
untuk mengurangi nyeri, 3. Kurangi faktor presipitasi
mencari bantuan) nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang dengan nyeri (farmakologi,
menggunakan nonfarmakologi, dan
manajemen nyeri interpersonal)
3. Mampu mengenali nyeri 5. Ajarkan tentang teknik
(skala, intensitas, nonfarmakologi
frekuensi, dan tanda 6. Tingkatkan istirahat
nyeri) 7. Monitor penerimaan pasien
4. Menyatakan rasa nyaman tentang manajemen nyeri
setelah nyeri berkurang
Analagesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi.
3. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
4. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu :
a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam batas
normal
b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
c. Tidak ada ortostatik hipertensi
d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.