HIPERTENSI
Disusun Oleh :
NIM : 8933171480
2015
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
B. ETIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
F. PENATALAKSANAAN
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN (LP HIPERTENSI)
LP Askep HIPERTENSI
Masalah kesehatan yang rentan dengan emergency salah satunya yaitu keluarga yang
memiliki lansia (lanjut usia) pengidap hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas hingga proses perawatan
dapat di minimalisir supaya membuat setiap individu menjadi sangat produktif hingga sangat
memperhatikan kualitas keberlangsungan kehidupan yang madani. Melalui pembangunan di
bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat serta
pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai,
pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak
penyakit penular sementara di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit
tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi,
modernisasi, globalisasi termasuk juga penyakit dengan yang mengakibatkan seseorang yaitu
darah nya terjadi overload saat di periksa dengan Sfigmomanometer diatas angka 160/90
mmHg atau terlalu tinggi.
Konsep sehat sakit adalah konsep yang kompleks multi interpretasi, banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit yang salah satu nya juga penyakit sistem jantung
tentang masalah hipertensi. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan
mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Walaupun seseorang sakit
(istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit. Konsep sehat sakit ini tentu
mempengaruhi individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasinya diantaranya perubahan
perilaku juga emosional, dampak sakit pada peranan keluarga, dampak pada citra tubuh,
dampak pada konsep diri, serta dampak pada dinamika keluarga (Aisah, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang proses perawatan nya cukup sulit untuk dilakukan
Askep dan juga dalam menulis LP Hipertensi, karena pada dasarnya tidak diketahui penyebab
pasti hipertensi oleh penderita karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit
hipertensi. Sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas terkait penyakit hipertensi itu
sendiri. Penderita hipertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung. Pada klien
hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan dengan waktu yang lama, diet,
olah raga, merokok, minuman yang mengandung alkohol. Dampak masalah terhadap
keluarga akan merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan diet manambah beban
biaya hidup yang terus-menerus. Dampak lain terhadap masyarakat yaitu dengan adanya
klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam masyarakat,
selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi ancaman
kehilangan salah satu anggotanya (Sativa, 2013).
Persentase penderita hipertensi saat ini dalam beberapa laporan pendahuluan yang paling
banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable
Disesases dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang
dewasa menderita hipertensi.Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta
orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah
tinggi (Candra, 2013).
Kondisi Hipertensi (Heart Deases) seringkali tidak disadari. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan 1 dari 3 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Badan PBB
menuturkan negara Kanada, Amerika Serikat memiliki pasien tekanan darah tinggi yang
paling sedikit yaitu kurang dari 20% orang dewasa, tapi negara-negara miskin seperti Nigeria
diperkirakan jumlahnya mendekati 50%. Di beberapa negara Afrika jumlah orang yang
memiliki tekanan darah tinggi mencapai setengah dari populasi orang dewasa. Di Nigeria
sebesar 50,3%, Malawi 44,5% dan Mozambik sebesar 46,3% (Farah, 2013).
Data American Heart Association (AHA) yang dipublikasikan oleh Purwandhono (2013),
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi cukup tinggi. Menurut National Basic Health Survey 2013,
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 persen, pada kelompok usia
25-34 tahun adalah 14,7 persen, 35-44 tahun 24,8 persen, 45-54 tahun 35,6 persen, 55-64
tahun 45,9 persen, 65-74 tahun 57,6 persen, lebih dari 75 tahun adalah 63,8 persen (Kartika,
2014).
Berdasarkan uraian data fenomena sebagaimana tersebut diatas tentang banyaknya prevelensi
penderita hipertensi maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
terlebih dahulu melalui LP Hipertensi atau Laporan Pendahuluan yang dituangkan dalam
sebuah artikel yang berjudul asuhan keperawatan (askep) pada pasien kasus Hipertensi, yang
di uraikan dengan lengkap dengan kutipan-kutipan teori terbaru , sehingga bisa di aplikasikan
sebagai laporan pendahuluan askep hipertensi lansia, sebenarnya dalam penulisan ini untuk
kedepannya akan saya buat sebagai format PDF juga DOC, namun oleh karena keterbatasan
waktu saya coba untuk membagikannya dulu dalam bentuk tulisan sederhana yang mencakup
Laporan Pendahuluan (LP) Askep Hipertensi ini sebagai upaya yang relatif cepat mudah
dilakukan dan mudah juga untuk di pahami
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASKEP HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas
140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang
hanya sekali, tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Barbadero,
2005. Hal 49).
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-menerus diatas
140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi
oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008. Hal 125).
Sedangkan menurut Graber (2005. Hal 103) hipertensi didefenisikan sebagai rekanan darah
sistolik yang menetap diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang
menetap diatas atau sama dengan 90 mmHg.
2. Etiologi Hipertensi
Menurut Brooker (2009) penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian
besar pasien (lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas
multifaktor faktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi obesitas, diabetes, asupan
garam (natrium) tinggi, penyalahan alkohol dan merokok. Faktor genetik juga memegang
peranan. Kelompok ras tertentu memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi, seperti Afrika,
Amerika dan Jepang.
Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi jarang terjadi pada kelompok usia
dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer, seperti gagal ginjal (Brooker,
2009).
3. Patofisiologi LP Hipertensi
Adapun patofisiologi hipertensi yang dikemukakan oleh Brasher (2007) ialah sebagai berikut
:
a. Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan
lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neuro-hormonal.
b. Secara umum disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan
volume darah.
c. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter diperkirakan meliputi
30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan
rennin, gen sintetase oksida nitrat endothelial; gen protein repseptor kinase G; gen reseptor
adrenergis; gen kalsium transpor dan natrium hydrogen antiporter (mempengaruhi sensivitas
garam); dan gen yang berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hiperlipidemia, dan
hipertensi sebagai kelompok bawaan.
d. Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi:
1) Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
a) Respon maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
b) Parubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
2) Peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
a) Secara langsung menyebabkan vasokontriksi tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS
dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
b) Memediasi remodeling arteri ( perubahan structural pada dinding pembuluh darah).
c) Memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah dan ginjal.
3) Defek pada transpor garam dan air
a) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak (brain natriuretik peptide, BNF), peptida
natriuretik atrial (atrial natriuretik peptide, ANF), adrenomedulin, urodilatin dan endotelin.
b) Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah.
4) Interaksi komplek yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.
a) Hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi insulin di temukan pada
banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis.
b) Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat
dan vasodilator lain serta memengaruhi fungsi ginjal.
c) Resistensi insulin dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa
darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya
pompa otot menurun. Pada akhir nya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum.
Tanda-tanda ada nya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan terjadi
pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama
sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses
menua. Hal itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.
Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai dengan naiknya
tekanan diastole di atas 130 mmHg yang di sebabkan terganggunya fungsi ginjal.
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ASKEP HIPERTENSI
b. Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan tekanan darah,
takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah, tangisan yang meledak,
gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.
e. Makanan/cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan muntah,
perubahan berat badan obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi
bicara efek proses pikir, atau memori (ingatan), Respon motorik (penurunan kekuatan
genggaman tangan), perubahan retina optic.
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat merokok batuk dengan
atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
i. Prioritas Keperawatan
1) Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan infomasi tentang proses proses atau prognosis dan program pengobatan.
4) Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
a. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload dan vasokontriksi.
4. Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
1. kaji respon pasien terhadap aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi (duduk saat gosok gigi, atau
menyisir rambu) dan melakukan aktivitas dengan perlahan.
3. Dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap, berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress
aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
2. Tehnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membatu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Bicarakan tentang pentingnya menurnkan masukan kalori dan batasi lemak, garam, gula
sesuai indikasi.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
dan vasokontriksi
1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.
4. Obat/pengobatan
Sebelumnya klien sudah berobat di puskesmas namun tidak ada perubahan maka pada
tanggal 29 April 2014 klien dibawa ke Rumah Sakit Palang Merah Indonesia. Dan klien
mendapat obat dari puskesmas sebelum dibawa ke rumah sakit, nama obatnya : captrofil
dosis 2x1 (25 mg), antacid syrup dosis 3x1, vitamin B comp dosis 3x1 dan cara mendapat
obat tersebut melalui resep dokter di puskesmas.
5. Riwayat penyakit
Klien mengatakan bahwa mempunyai riwayat penyakit darah tinggi semenjak klien berusia
45 tahun.
Klien mengatakan sebelumnya pernah ada anggota keluarga yang yang mempunyai riwayat
hipertensi seperti klien yaitu ayah Ny. T, namun ayah klien sudah meninggal.
Genogram Keluarga Pasien Ny.T dengan Hipertensi menunjukkan Tidak Ada Anggota
keluarga yang pernah menderita masalah darah tinggi atau hipertensi :
7. Riwayat psikososial
Sehubungan dengan penyakitnya klien tidak mengalami stress yang serius. Klien
menganggap ini sudah kehendak yang kuasa, mekanisme koping klien dengan selalu berdoa
agar cepat sembuh dan klien memiliki support system dari keluarga yang selalu menemui dan
menemani klien, mendukung dan memberi motivasi pada klien agar cepat sembuh klien tidak
merasa cemas, klien tidak merokok, mengkonsumsi alkohol dan NAPZA, karena klien
beragama islam dan itu merupakan pantangan dari agama.
8. Neurologis
Orientasi : selama dirawat di Rumah Sakit klien masih mengenal orang-orang di sekeliling
dan keluarganya maupun perawat, beserta orang yang datang mengunjunginya dan klien
mengetahui sedikit tentang dimana ia dirawat. Pergantian siang dan malam, klien kelihatan
sedikit tenang terhadap tindakan yang diberikan oleh perawat dan dokter. Kenyamanan: klien
mengatakan nyeri kepala dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah merigis menahan rasa sakit
dan tampak sering memegang kepalanya Kesadaran : compos mentis (sadar), pupil : isokor,
ada reaksi (simetris kiri dengan kanan baik), kekuatan ekstremitas : sama. Bicara jelas (klien
bisa berkomunikasi dengan baik), sensori : kesemutan, persepsi : penglihatan jelas baik mata
kiri maupun mata kanan, pendengaran masih dapat mendengar dengan jelas baik telinga kiri
maupun telinga kanan.
9. Respirasi
Pola nafas : nafas datar dan tetap, dengan frekuensi pernafasan 18 kali permenit suara
pernafasan bersih, taktil fremitus normal, sekresi dan batuk tidak ada.
10. Kardiovaskuler
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar, kadang kadang merasa sedikit nyeri pada dada
sebelah kiri, tekanan darah : 160/90 mmHg, Pols : Apical Rate 94x/menit, regular (teratur)
dengan nadi radial tangan kiri 94x/menit, pada palpasi didapatkan adanya oedema pada
perifer (jari tangan) dan perfusi kulit tampak kering.
11. Gastrointestinal
Mukosa mulut : kering, suara usus : normal (5x/menit), kemampuan menelan baik (nomal)
BAB satu kali sehari dengan karakter lunak, BAB terakhir 30 April 2014 jam 07.00 Wib dan
tidak ditemukan adanya konstipasi.
12. Genitourinarius
Kebiasaan BAK biasanya 4 kali sehari dengan warna kuning keruh dan selama dirawat di
rumah sakit kebiasaan BAK tidak berubah.
14. Nutrisi
Penampilan secara umum klien kurus, nafsu makan selama sakit jadi menurun, porsi yang
disediakan hanya 1/3 bagian dihabiskan sehingga dalam 6 bulan terakhir klien mengalami
penurunan berat badan kurang lebih 3 kg (60 kg menjadi 57 kg). Adapun diit yang diberikan
selama klien dirawat dirumah sakit yaitu diit MB (rendah garam) dengan pola makan 3 kali
perhari dan klien mampu makan sendiri.
Status mental : sadar/siaga (1), Continence (BAB/miksi) kotrol sepenuhnya (1), Mobilitas :
sedikit terbatas (2), Activitas : dapat berjalan dengan bantuan orang lain (2), Nutrisi : kurang
(3), Total score : 9 (Sembilan), Penjelasan potensial tidak akan terjadi dekubitus.
Penatalaksanaan Medis/Terapi
IVFD. Ringer Laktat 20 tetes/menit, obat injeksi : Ranitidin 2 ml /8 jam, metoclophamine 2
ml /8jam. Obat oral : Tilidon 10 mg/8 Jam, Vitamin B. Complek tablet dengan dosis 3 kali
sehari, antacid syrup dengan dosis 5 ml/8 jam, captropil tablet 25 mg/8 jam.
c. Data Subjektif : klien mengatakan tidak nafsu makan. Data Objektif : penampilan kurus,
porsi makan yang di berikan 1/3 bagian dihabiskan, berat badan 57 kg, tinggi badan 163 cm.
Masalah : Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh. Penyebab : Anoreksia.
d. Data subjektif : klien mengatakan lemah kalau berjalan terasa mau jatuh dan pusing
kepala. Data objektif : klien bedrest di tempat tidur, sebagian besar aktifitas dibantu oleh
keluarga dan perawat, keadaan umum klien lemah, ketergantungan 4, TD : 160/90 mmHg,
Pols : 84x/menit, RR : 18x/menit, temperature 370C. Masalah : Intoleransi aktivitas.
Penyebab: kelelahan umum.
2. Penurunan curah jantung berhubungan Peningkatan tekanan darah, nyeri akut dada kiri
dengan skala 4. Ditandai dengan klien tampak pucat, TTV : TD 160/90 mmHg, Pols :
84x/menit, temp 370C. tujuan : Beban kerja jantung klien kembali normal. Krteria Hasil :
Pnatau tekanan darah dan ukur pada kedua tangan. Intervensi : perbandingan dan tekanan
memberikan gambaran yang lebih lengkap kelembaban suhu. Rasional : adanya pucat, dingin,
kulit lembab mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan penurunan curah
jantung. Intervensi : ciptakan lingkungan yang tenang, nyaman. Rasional : membantu untuk
menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan simpatis, meningkatkan relaksasi. Intervensi :
pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi. Rasional : menurunkan stress dan
ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi. Intervensi
: berikan obat minum Captropil sesuai kebutuhan klien. Rasional : dapat menstabilkan
tekanan darah. Intervensi : Lakukan kompres hangat pada jaringan yang ada oedema.
Rasional : dapat merangsang sirkulasi darah.
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Ditandai
dengan : Klien tampak kurus, nafsu makan kurang, diet yang disediakan hnaya 1/3 bagian
dihabsikan. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan, porsi makanan yang disediakan
dapat dihabiskan. Intervensi : Berikan diit MB (makanan biasa) rendah garam. Rasional :
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi. Intervensi : anjurkan perawatan oral sebelum
makan. Intervensi : Timbang berat badan setiap hari. Rasional : agar setiap porsi dihabiskan.
Intervensi : Temani klien tetap makan. Rasional : klien dapat termotivasi untuk
menghabiskan porsi makanan yang disajikan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbadero, (2008). Klien gangguan kardiovskuler: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Brasher. V,L (2007). Aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen. Editor edisi
bahasa Indonesia: Devi. Y. Edisi ke dua. Jakarta : EGC
Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu Tiar.
Jakarta : EGC.
Candra, A. (2013). Penderita Hipertensi Terus Meningkat.
Penderita.Hipertensi.Terus.Meningkat. diakses tanggal 28 Juli 2016
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke
Sembilan. Jakarta : EGC.
Dalimartha,S., Basuki T, Sutarina, N,. & Mahendra. (2008) Care your self, hipertensi. Jakarta
: penebar plus
Farah, V.B.,(2013). WHO: 1 dari 3 Orang Dewasa Terkena Tekanan Darah Tinggi.
http://health.detik.com. diakses tanggal 25 Juni 2016
Graber, M.A. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga. University of IOWA. Edisi Ketiga.
Jakarta: EGC.
Hasyim. (2015). Hipertensi Mulai Serang Usia Muda. diakses tanggal 28 Juli 2016
Hidayat, A.A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba
medika.
Kartika. (2014). Hipertensi Bukan Sekadar Tekanan Darah Tinggi.
Hipertensi.Bukan.Sekadar.Tekanan.Darah.Tinggi. diakses tanggal 25 Juni 2016
Muttaqin & arif (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalim, M. (2015). Mengapa Kesehatan Sangat Penting Bagi Manusia. Diakses tanggal 03
Agustus 2016.
Purwandhono, (2013). Hipertensi. http://umc.unej.ac.id/index.php/78-berita/96-hipertensi.
diakses tanggal 25 Juni 2016
Sativa. (2013). Dampak dan Bahaya dari Penyakit Hipertensi. diakses pada tanggal 5 Juli
2016.
Tarwoto et al. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Cetakan
pertama. Trans Info Media : Jakarta
Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media