Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


DI RUANG EMERALD 3 (PD 1B)
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh :
Amirah Ersa Damaiyanti
P07120118048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Amirah Ersa Damaiyanti


Nim : P07120118048
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi di
Ruang Emerald 3 (PD 1B) RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Hj.Fauziah, S.Kep., Ns Ns. Endang Sri P Ningsih, M.Kep,. SpMB


LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,
2007 ).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Klasifikasi Tekanan
Tekanan Darah Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi
140 - 159 atau 90 – 99
Stadium I
Hipertensi
> 160 atau > 100
Stadium II
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic
diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam
mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama buat orang yang
sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka
diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan
yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong
terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok
(M.Adib,2009).

3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b. 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104                        : Hipertensi ringan
d. 105 – 114                    : Hipertensi sedang
e. >115                            : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b. 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah
perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam
kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan
oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan
atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).

6. Penatalaksanaan
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda:
1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala:
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan)
Tanda:
1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
tangisan yang meledak
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),
gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
2) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
3) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda:
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala:
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala:
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala:
1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda:
1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala:
1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau
alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Nanda, 2015) :
1. Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi /rigidtias ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Kelebihan volume cairan b.d edema
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O² otak menurun
6. Gangguan pola tidur b.d peningkatan intra kranial

3. Rencana Tindakan
1) Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi /rigidtias ventrikuler, iskemia miokard
No Tujuan/ kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan 1. Waspada terhadap

tindakan keperawatan : darah tekanan darah

sehingga bisa segera


Selama 2x24 jam
dilakukan antisipasi
diharapkan afterload
2. Catat kesadaran, 2. Denyutan karotis,
tidak meningkatkan,
kualitas denyutan radialis, femoralis,
tidak terjadi iskemia
denyut pada tungkai
miokard, tidak terjadi
mungkin menurun,
vasokontriksi
mencerminkan efek
kriteria hasil :
dari vasokontriksi
Tanda vital dalam 3. Beri lingkungan 3. Membantu

rentang normal tenang dan menurunkan

TD : 90-130/60-90 nyaman, kurangi rangsangan simpatis

mmHg aktivitas. dan meningkatkan


relaksasi.
Nadi : 60-100 x/menit
4. Beri obat sesuai 4. Untuk mempercepat
RR : 16-20 x/menit
instruksi dokter proses penyembuhan

Tidak ada penurunan dan sesuai indikasi

kesadaran

2) Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan


vaskuler serebral.
No Tujuan/ kriteria Intervensi Rasional

hasil

2. Setelah dilakukan 1. Observasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui

tindakan pada pasien skala nyeri yang

keperawatan: dialami oleh pasien

2. Ajarkan teknik 2. Teknik relaksasi


Selama 1x24 jam
relaksasi dapat mengurangi
diharapkan nyeri
rasa nyeri dan
pasien berkurang
membuat pasien
Kriteria hasil :
menjadi lebih
pasien menyatakan tenang
nyeri berkurang, 3. Kolaborasi dengan tim 3. Dengan pemberian
skala 1-3 nyeri medis dalam pemberian analgesic dapat
berkurang analgesic mengurangi rasa

pasien tampak nyeri dan


mempercepat proses
relaks, tidak penyembuhan

gelisah.
3) Kelebihan volume cairan b.d edema
No Tujuan/ kriteria hasil Intervensi Rasional

3. Tujuan : 1) Kaji status cairan 1) Untuk mengetahui ideal

dengan menimbang berat badan pasien


Setelah dilakukan
berat badan / hari 2) Pemahaman
tindakan keperawatan
2) Jelaskan pada pasien peningkatan kerjasama
:
dan keluarga tentang pasien dan keluarga
Selama 2x24 jam
pembatasan cairan dalam pembatasan
diharapkan berat
cairan
badan
3) Ajaran pada pasien 3) Untuk mengetahui

untuk mencatat keseimbangan output

Kriteria hasil : penggunaan cairan dan input

terutama pemasukan
1) tidak ada
dan haluan
edema
4) Pasang urine kateter 4) Untuk mengetahui
2) input, output
jika diperlukan secara akurat input
seimbang
yangdikeluarkan

4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen
No Tujuan/ kriteria Intervensi Rasional

hasil

4. Setelah dilakukan 1. Monitor keterbatasan 1. Merencanakan

tindakan aktivitas, kelemahan intervensi dengan tepat

keperawatan : saat beraktivitas 2. Kemajuan aktivitas

2. Beri dorongan untuk bertahap mencegah


Selama 1x24 jam
melakukan aktivitas peningkatan kerja
diharapkan pasien
secara bertahap jantung secara tiba-tiba
mampu mobilisasi
3. Anjurkan pasien 3. Mencegah timbulnya
Kriteria hasil :
menghentikan aktivitas masalah yang
Pasien mampu yang menyebabkan berkelanjutan.
melakukan sesak, pusin, kelelahan
aktivitas secara 4. Tempatkan barang- 4. Barang yang tempatnya
bertahap dan barang kebutuhan mudah dijangkau akan

secara mandiri pasien pada tempat mengurangi energy

yang mudah dijangkau yang digunakan

5) Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O² otak menurun


No Tujuan/ kriteria hasil Intervensi Rasional

5. Tujuan : 1) Observasi TTV 1) Untuk mengetahui

terutama pada nadi perkembangan pada


Setelah dilakukan
pasien, karena
tindakan
perubahan TTV
keperawatan :
menandakan adanya
Selama 1x24 jam
masalah mengenai TD,
diharapkan masalah
2) Observasi CRT Nadi, RR dan Suhu
teratasi
2) Untuk mengetahui aliran

Kriteria hasil : 3) Observasi adanya darah dalam tubuh

pucat, sianosis, kulit 3) Untuk mengetahui


1) TTV dalam
dingin atau lembab adanya tanda – tanda
batas normal

2) CRT kurang sirkulasi darah tidak

4) Berikan kondisi lancer


dari 3 detik
psikologis 4) Stress, emosi dapat
3) Tingkat

6) Gangguan pola tidur b.d peningkatan intra kranial


No Tujuan/ kriteria Intervensi Rasional

hasil

6. Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur dan 1. Mengetahui

tindakan istirahat pasien. gangguan istirahat

keperawatan : atau tidur pasien

2. Ciptakan lingkungan 2. Lingkungan yang


Selama 1x24 jam
yang nyaman nyaman dapat
diharapkan pola
memberikan
tidur pasien
ketenangan untuk
tercukupi
tidur dan istirahat

3. Anjurkan pasien untuk 3. Istirahat yang cukup


kriteria hasil : istirahat yang cukup dapat memberi rasa

pasien tidur 7-8 segar pada pasien

jam pasien dan mempercepat

Nampak segar, proses penyembuhan

kantong mata tidak 4. Batasi pengunjung 4. Agar pasien dapat

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurarif, Amin Huda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.p

Anda mungkin juga menyukai