Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI

OLEH :

KELOMPOK 2

1. NI MADE NURMAYANTI (P07120019003)


2. NI KADEK AYU SETIANI (P07120019005)
3. I DEWA AYU SRI PURNAMI (P07120019006)
4. DESAK PUTU KIRANA PUTRI (P07120019008)
5. KETUT DILA PADMAYANI (P07120019009)
6. NI PUTU AYU SRI PURNAMA DEWI (P07120019010)

TINGKAT 2.1
D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definis
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka modibitas dan
morbilitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 mmHg menunjukkan fase
darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam pembuluh
darah arteri dalam satu poeriode, mengakibatkan arteriola berkonstriksi sehingga
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri
(Udjianti, 2011). Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan faktor resiko utama
bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.

2. Penyebab/Etiologi

Secara umum hipertensi disebabkan oleh :


a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
3. Pohon Masalah (dalam bentuk bagan berdasarkan patofisiologi)

4. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi
merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat
badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau
gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan
stres (Aspiani, 2014).
Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120 – 129 < 80 mmHg
mmHg
Hipertensi stage I 130 – 139 80 – 90 mmHg
mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber : American Heart Association, Hypertension
Highlights 2018 : Guideline For The Prevention,
Detection, Evaluation And Management Of High
Blood Pressure In Adults 2013)

5. Gejala klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda
dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epistaksis
 Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f) Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h) Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k) Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.

7. Penatalaksanaan Medis

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat
dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
6. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu
7. Edukasi Psikologis
8. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

8. Komplikasi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan
sebaga berikut :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala
tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung
atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
b. Infrak Miokard
Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila
tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal
karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung,
dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a) Otak : Menyebabkan stroke
b) Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c) Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)
d) Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan Hipertensi:
1) Identitas
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah
sakit, nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
2) RiwayatKesehatan
a. Keluhan utama : Alasan utama pasien datang ke rumah
sakit atau pelayanankesehatan.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang
dirasakan saat melakukanpengkajian.
c. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi
adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan
biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat
klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah
ada yang menderita riwayat penyakit yangsama.
4) Data Riwayat Psikososial : Hubungan pasien dengan keluarga,
kerabat,teman
5) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi : Kebiasaan makan, menu makanan, porsi makan,
porsiminum.
b. Istirahat (tidur) : Kebiasaan tidur pasien, gangguan tidur
pasien.
c. Eliminasi : BAK (kebiasaan BAK, warna, bau) BAB
(kebiasaan BAB, warna,bau).
d. Personal hygine : Mandi (kebiasaan mandi, memakai sabun)
Gosok gigi (kebiasaan gosokgigi
6) Pemeriksaan Fisik
1. Kulit, Rambut DanKuku
a. Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi,dan
vaskularisasi.
b. Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor,
tekstur, edema, danmassa.
2. Kepala
a. Inspeksi : kesimetrisan muka. Tengkorak, kulit kepala
(lesi,massa).
b. Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari
ke bawah dari tengah tengah garis kepala ke samping.
Untuk mengetahui adanya bentuk kepala pembengkakan,
massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
3. Mata
a. Inspeksi : kelopak mata, perhatikan bentuk dan
kesimetrisannya. Amati daerah orbital ada tidaknya
edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital, amati konjungtiva dan sklera (untuk mengetahui
adanya anemis atau tidak) dengan menarik/membuka
kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan
berdiri disamping klien dengan menggunkan sinar
cahaya tidak langsung. Inspeksi pupil,iris.
b. Palpasi : ada tidaknya pembengkakan pada orbital dan
kelenjarlakrimal.
4. Hidung
a. Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas
atau lesi dan cairan yangkeluar.
b. Palpasi : batang dan jaringan lunak hidung adanya
nyeri, massa, penyimpanganbentuk.
5. Telinga
a. Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak
telinga, warna,danlesi.
b. Palpasi : kartilago telinga untuk mengetahui
jaringan lunak, tulang telinga ada nyeri atautidak.
6. Mulut danFaring
a. Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi, dan
kelainan kongenital, kebersihan mulut,faring.
7. Leher
a. Inspeksi : bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit,
adanya pembengkakan, jaringan parut ataumassa.
b. Palpasi : kelenjar limfa/kelenjar getah bening,
kelenjartiroid.
8. Thorak dan TulangBelakang
a. Inspeksi : kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk
tulang belakang, pada wanita (inspeksi payudara: bentuk
dan ukuran).
b. Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita
(palpasi payudara:massa).

9. Abdomen
a. Inspeksi :ada tidaknya pembesaran, datar,cekung,
kebersihanumbilikus.
b. Palpasi : epigastrium, lien, hepar,ginjal.
c. Perkusi : 4 kuadran (timpani,hipertimpani,pekak).
d. Auskultasi : 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1
menit,bisingusus).
10. Genetalia
a. Inspeksi : inspeksi anus (kebersihan, lesi, massa, perdarahan) dan
lakukan tindakan rectal touch (khusus laki-laki untuk mengetahui
pembesaran prostat), perdarahan, cairan, danbau.
b. Palpasi : skrotum dan testis sudah turun ataubelum.
11. Ekstremitas
a. Inspeksi : inspeksi kesimetrisan, lesi,massa.
b. Palpasi : tonus otot, kekuatan otot.
c. Kaji sirkulasi : akralhangat/dingin, warna, Capillary Refill
Time(CRT).
d. Kaji kemampuan pergerakansendi.
e. Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela,arcilles.
f. Kaji reflek patologis : reflekplantar.
7) Pemeriksaan Skala Nyeri dan Tingkat Kecemasan
1. Skala Nyeri
a. Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
b. Pada Skala 2 (Tidak Nyaman/Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan
mungkin memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda
untuk setiap orang.
c. Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi/Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan
hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan
mengganggu, namun Anda masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
d. Pada Skala 4 (Menyedihkan /Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih
dapat diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu.
Misalnya, saat anda sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup mengganggu.
e. Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan
kaki terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih
dari beberapa menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur
untuk bekerja atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
f. Pada Skala 6(Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda,
menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat
yang mengganggu aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan
berkonsentrasi.
g. Pada Skala 7 (SangatIntens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar
mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat
yang mendominasi indra Anda dan secara signifikan membatasi
kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari atau
mempertahankan hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.
h. Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan /Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang
dan berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan
penyembuhan membutuhkan usaha yang besar.
i. Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun
caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya. Sakit luar
biasa. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis dan atau mengerang tak
terkendali.
j. Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapatdiungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan
nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan
mungkin mengigau. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala
rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami
kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai
akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang
(mengganggu aktivitas fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri)
2. Tingkat kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4
tingkatan yaitu :
a) Kecemasanringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan
persepsi melebar dan individu akan berhati- hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b) Kecemasansedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat
itu dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasanberat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-
hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
d) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai
respon individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat (Herdman & Kamitsuru,2015).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hipertensi antara lain :
1) NyeriAkut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

2) Defisit Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
Penyebab :
a. Keterarasan kognitif
b. Gangguan fungsi kognitif
c. Kekeliruan mengikuti anjuran
d. Kurang terpapar informasi
e. Kurang minat dalam belajar
f. Kurang mampu mengingat
g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No STANDAR STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI


DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN (SLKI) INDONESIA
INDONESIA(SDKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan … x 24 jam Observasi :
diharapkan masalah keperawatan  Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
 Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri
aktivitas meningkat (5)  Indentifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun (5)  Identifikasi respon nyeri
 Meringis menurun (5) non verbal
 Sikap protektif menurun (5)  Identifikasi faktor yang
 Gelisah menurun (5) memperberat dan
 Kesulitan tidur menurun (5) memperingan nyeri

 Menarik diri menurun (5)  Identifikasi pengetahuan

 Berfokus pada diri sendiri dan keyakinan tentang

menurun (5) nyeri


 Identifikasi budaya
 Diaphoresis menurun (5) terhadap respon nyeri
 Perasaan depresi (tertekan)  Identifikasi pengaruh nyeri
menurun (5) kualitas hidup
 Perasaan takut mengalami  Monitor keberhasilan
cedera berulang menurun (5) terapi komplementer yang
 Anoreksia menurun (5) sudah diberikan

 Perineum terasa tertekan  Monitor efek samping


menurun (5) penggunaan analgetik

 Uterus teraba membulat (5) Terapeutik :

 Ketegangan otot menurun (5)  Berikan teknik non

 Pupil dilatasi menurun (5) farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
 Muntah menurun (5)
(akupresure pada titik
 Mual menurun (5)
akupoint LI11, GB20,
 Frekuensi nadi membaik (5)
ST36, SP6, CV 12, dan
 Pola nafas membaik (5)
LI4)
 Tekanan darah membaik (5)
 Kontrol lingkungan yang
 Proses berpikir membaik (5)
memperberat rasa nyeri
 Fokus membaik (5)
(mis. Suhu ruangan,
 Fungsi berkemih membaik (5) cahaya, kebisingan)
 Perilaku membaik (5)  Berikan fasilitasi istirahat
 Nafsu makan membaik (5) tidur
 Pola tidur membaik (5)  Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi

Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik napas dalam)
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)
keperawatan … x 24 jam Observasi :
diharapkan masalah keperawatan  Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan membaik kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
 Perilaku sesuai anjuran  Identifikasi faktor – faktor
meningkat (5) yang dapat meningkatkan
 Verbalisasi minat dalam belajar dan menurunkan motivasi
meningkatr (5) dan perilaku hidupbersih
 Kemampuan menjelaskan dan sehat
pengetahuan tentang suatu topic
meningkat (5) Terapeutik :
 Kemampuan menggambarkan  Sediakan materi dan
pengalaman sebelumnya yang media pendidikan
sesuai dengan topik meningkat kesehatan
(5)  Jadwalkan pendidikan
 Perilaku sesuai dengan kesehatan yang sesuai
pengetahuan meningkat (5) kesepakatan
 Pertanyaan tentang masalah  Berikan kesempatan untuk
yang dihadapi menurun (5) bertanya
 Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun (5) Edukasi :
 Menjalani pemeriksaan yang  Jelaskan faktor risiko
tidak tepat menurun (5) yang dapat mempengaruhi
 Perilaku membaik (5) kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Denpasar, 8 Maret 2021


Nama Pembimbing/CT Kelompok 2

Dr.K.A.Henny Achjar,SKM.,M.Kep.,Sp.Kom. Kelompok 2


NIP. 196603211988032001
REFERENSI

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction
Putri, Puniari Eka.2012.Aliran Darah dan Denyut Jantung. (Online). Available:
https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung.
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-
evaluasi-keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI . 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI . 2018. Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai