HIPERTENSI
OLEH :
KELOMPOK 2
TINGKAT 2.1
D-III KEPERAWATAN
2. Penyebab/Etiologi
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi
merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat
badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau
gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan
stres (Aspiani, 2014).
Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Sistol (mmHg) Diastol
(mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120 – 129 < 80 mmHg
mmHg
Hipertensi stage I 130 – 139 80 – 90 mmHg
mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber : American Heart Association, Hypertension
Highlights 2018 : Guideline For The Prevention,
Detection, Evaluation And Management Of High
Blood Pressure In Adults 2013)
5. Gejala klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda
dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual
Muntah
Epistaksis
Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f) Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h) Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k) Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan
sebaga berikut :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala
tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung
atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
b. Infrak Miokard
Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila
tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal
karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung,
dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a) Otak : Menyebabkan stroke
b) Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c) Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)
d) Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
9. Abdomen
a. Inspeksi :ada tidaknya pembesaran, datar,cekung,
kebersihanumbilikus.
b. Palpasi : epigastrium, lien, hepar,ginjal.
c. Perkusi : 4 kuadran (timpani,hipertimpani,pekak).
d. Auskultasi : 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1
menit,bisingusus).
10. Genetalia
a. Inspeksi : inspeksi anus (kebersihan, lesi, massa, perdarahan) dan
lakukan tindakan rectal touch (khusus laki-laki untuk mengetahui
pembesaran prostat), perdarahan, cairan, danbau.
b. Palpasi : skrotum dan testis sudah turun ataubelum.
11. Ekstremitas
a. Inspeksi : inspeksi kesimetrisan, lesi,massa.
b. Palpasi : tonus otot, kekuatan otot.
c. Kaji sirkulasi : akralhangat/dingin, warna, Capillary Refill
Time(CRT).
d. Kaji kemampuan pergerakansendi.
e. Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela,arcilles.
f. Kaji reflek patologis : reflekplantar.
7) Pemeriksaan Skala Nyeri dan Tingkat Kecemasan
1. Skala Nyeri
a. Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
b. Pada Skala 2 (Tidak Nyaman/Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan
mungkin memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda
untuk setiap orang.
c. Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi/Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan
hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan
mengganggu, namun Anda masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
d. Pada Skala 4 (Menyedihkan /Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih
dapat diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu.
Misalnya, saat anda sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup mengganggu.
e. Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan
kaki terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih
dari beberapa menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur
untuk bekerja atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
f. Pada Skala 6(Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda,
menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat
yang mengganggu aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan
berkonsentrasi.
g. Pada Skala 7 (SangatIntens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar
mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat
yang mendominasi indra Anda dan secara signifikan membatasi
kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari atau
mempertahankan hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.
h. Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan /Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang
dan berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan
penyembuhan membutuhkan usaha yang besar.
i. Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun
caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya. Sakit luar
biasa. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis dan atau mengerang tak
terkendali.
j. Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapatdiungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan
nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan
mungkin mengigau. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala
rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami
kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai
akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang
(mengganggu aktivitas fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri)
2. Tingkat kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4
tingkatan yaitu :
a) Kecemasanringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan
persepsi melebar dan individu akan berhati- hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b) Kecemasansedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat
itu dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasanberat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-
hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
d) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai
respon individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat (Herdman & Kamitsuru,2015).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hipertensi antara lain :
1) NyeriAkut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2) Defisit Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
Penyebab :
a. Keterarasan kognitif
b. Gangguan fungsi kognitif
c. Kekeliruan mengikuti anjuran
d. Kurang terpapar informasi
e. Kurang minat dalam belajar
f. Kurang mampu mengingat
g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Edukasi :
Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik napas dalam)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)
keperawatan … x 24 jam Observasi :
diharapkan masalah keperawatan Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan membaik kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
Perilaku sesuai anjuran Identifikasi faktor – faktor
meningkat (5) yang dapat meningkatkan
Verbalisasi minat dalam belajar dan menurunkan motivasi
meningkatr (5) dan perilaku hidupbersih
Kemampuan menjelaskan dan sehat
pengetahuan tentang suatu topic
meningkat (5) Terapeutik :
Kemampuan menggambarkan Sediakan materi dan
pengalaman sebelumnya yang media pendidikan
sesuai dengan topik meningkat kesehatan
(5) Jadwalkan pendidikan
Perilaku sesuai dengan kesehatan yang sesuai
pengetahuan meningkat (5) kesepakatan
Pertanyaan tentang masalah Berikan kesempatan untuk
yang dihadapi menurun (5) bertanya
Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun (5) Edukasi :
Menjalani pemeriksaan yang Jelaskan faktor risiko
tidak tepat menurun (5) yang dapat mempengaruhi
Perilaku membaik (5) kesehatan
Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat