Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI

OLEH :

KOMANG AYU RATIH PURBANINGRUM

17.321.2675

A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamika yang
sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah
menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu. Hemodinamika
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah dan aliran darah dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh.
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah. Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah
penting karena dapat mecehgah timbulnya komplikasi pada beberapa organ
tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Penyakit epidemiologis membuktikan
bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan morbiditas dan
mortalitas penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg

2. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO :
a. Hipertensi ringan : Tekanan diastole 90 -100 mmHg
b. Hipertensi sedang : Tekanan diastole 110- 130 mmHg
c. Hipertensi berat : Tekanan diastole > 130 mmHg

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Kelompok Usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)


Bayi 80 / 40 90 / 60
Anak 7-12 th 100 / 60 120 / 80
Remaja 12-17 th 115 / 70 130 / 80
Dewasa 20-45 th 120-125 / 75-80 135 / 90
45-65 th 135-140 / 85 140/90 – 160/95
>65 th 150 / 85 160 / 95

3. Golongan Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
- Endokrin
- Ginjal
c. Hipertensi penyebab lain:
- Chausing syndrome
Disebabkan oleh peningkatan sekresi glukokortikoid akibat penyakit
adrenal atau disfungsi hipofisis.
- Tumor pituitary
- Toxemia kehamilan
- Stress jangka panjang
- Cedera kepala
- Penggunaan obat : Amphetamin cs dan oral kontrasepsi

4. Etiologi
a. Etiologi pada hipertensi primer / essensial tidak diketahui namun factor dari
hipertensi primer antara lain :
- Usia
- Jenis kelamin atau seks : pria paling banyak
- Gaya Hidup
- Keturunan 75%
- Emosi /stress
- Merokok
- Alkohol
- Tinggi lemak
- Tinggi sodium /garam
- Obesitas atau kegemukan
b. Etiologi pada hipertensi sekunder :
- Endokrin
 DM
 Hipertiroidisme
 Hipotiroidisme
- Ginjal
 Glomerulonefritis
 Pielonefritis
 Nekrosis tubular akut
 Tumor
c. Hipertensi penyebab lain:
- Chausing syndrome
- Tumor pituitary
- Toxemia kehamilan
- Stress jangka panjang
- Cedera kepala
- Penggunaan obat : Amphetamin cs dan oral kontrasepsi

5. Patofisiologi
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun telah
banyak penyebab yang diidentifikasi seperti factor :
 Atherosclerosis
 Meningkatnya intake sodium
 Baroroseptor
 Raktor genetic
- Usia
Pada > 50 tahun biasanya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari
pembuluh darah sehingga hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan
elastisitas otot pembuluh darah, penurunan kemampuan aorta & arteri dalam
mengakomodasikan volume darah sehingga terjadi Penurunan curah jantung
dan Peningkatan tekanan perifer yang menyebabkan tekanan darah
meningkat.
- Paikologi
Emosi / stress akan merangsang hipotalamus mempengaruhi saraf simpatis
melepaskan hormone adrenalin menjadi vasokontriktor akan berpengaruh
kerja jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
- Merokok
Rokok mengandung komponen toksik seperti Nikotin dapat mempengaruhi
sekresi rennin menyebabkan pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan
terjadinya atherosclerosis, meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah
meningkat.
- Alkohol
Alkohol bersifat dingin mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan
pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
terjadi meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah meningkat.
- Gaya HIdup
Gaya hidup yang kurang baik seperti Mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol berlebihan menyebabkan hyperlipidemia, meningkatkan
metabolisme kalori, lemak terjadi penumpukan lemak, penebalan dinding
pada pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
meningkatkan kerja jantung sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

6. Manifestasi Klinis
- Kelelahan , letih
- Nafas pendek
- Sakit kepala, pusing
- Mual, muntah
- Gemetar
- Nadi cepat setelah aktivitas
- Gangguan penglihatan
- Sering marah
- Mimisan
- Kaku pada leher atau bahu
- Kesadaran menurun

7. Komplikasi
- Penurunan fungsi penglihatan akibat kerusakan hipersensitif pada retina.
- Stroke
- Penurunan fungsi ginjal
- Kelainan jantung

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,
bersepeda atau berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
b. Penatalaksanaan non medis
Memberikan HE kepada pasien :
- Mengurangi mengonsumsi garam dapur dalam masakan
- Mengurangi makan-makanan yang mengandung lemak seperti jeroan
- Hindari makanan seperti daging kambing, ikan asin
- Perbanyak untuk makan buah-buahan dan sayuran
- Meningkatkan aktivitas fisik ringan seperti : berjalan

10. Pencegahan
- Rajin control tekanan darah ke puskesmas jika obat habis
- Kurangi beban pikiran yang berat
- Menurunkan berat badan
- Olah raga secara teratur
- Memperbanyak makan buah dan sayur
- Mengurangi konsumsi garam, ikan asin, daging kambing, jerohan.
- Minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai ajaran petugas kesehatan.
- Menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol.
11. WOC HIPERTENSI

Umur Gaya Hidup Merokok Alkohol Psikologi

> 50 tahun Mengkonsumsi makanan Komponen Toksik Bersifat dingin Stress/emosi


tinggi kolesterol (nikotin) dalam rokok mempengaruhi
mempengaruhi sekresi sekresi rennin
rennin
Terjadi perubahan Merangsang
Hiperlipidemia
struktur dan fungsi hipotalamus
dari pembuluh darah Masuk ke pembuluh Kekakuan dinding mempengaruhi
darah pembuluh darah saraf simpatis
melepaskan
Penumpukan lemak hormone adrenalin
Hilangnya elastisitas jaringan Penumpukan flek pada Gangguan aliran
ikat, penurunan elastisitas otot dinding pembuluh darah darah ke jantung
pembuluh darah
Vasokontriksi
Penebalan dinding pembuluh
Penurunan curah
darah akibat plak
jantung

Penurunan kemampuan aorta


& arteri dalam Penyempitan dinding pembuluh
Peningkatan
mengakomodasikan volume darah (Atherosclerosis) tekanan perifer
darah

Vasokontriksi
Penurunan curah jantung

Peningkatan tekanan perifer HIPERTENSI

Kardiovaskuler Sistem Pernafasan Neurosensori

Perubahan irama Dyspnea, nafas pendek,


batuk, takiepnea Pusing, sakit Penurunan Penglihatan
jantung, palpasi dan
kepala nafsu makan kabur
distritmia

Rangsangan
Kebutuhan O2 dijaringan Nyeri mekanis
Anoreksia
Penurunan kemampuan tidak terpenuhi (keletihan, Resti Gangguan
jantung mempompa darah kelemahan) Persepsi Sensori :
Nosiseptor
Penglihatan
Intake nutrisi
menurun
Intoleransi Aktivitas Persepsi
Penurunan
nyeri
Curah Jantung

Nutrisi Kurang dari


Gangguan Perfusi Jaringan Nyeri Akut Kebutuhan Tubuh
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis
C.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi.
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien hipertensi biasanya mengeluh sakit kepala
2) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien seperti riwayat hipertensi,
penyakit jantung, DM dll
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien hipertensi biasanya terdapat anggota keluarga yang mengidap juga
(bersifat menurun)

b. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Pasien biasanya mengalami dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputu dan riwayat merokok
2) Makan dan minum
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah.
3) Eliminasi
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri
4) Pola aktifitas dan latihan
Pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan,
kelemahan otot dan kesadaran menurun
5) Rasa Nyaman
Pasien biasanya mengeluh pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis)

c. Pemeriksaan fisik
Berat badan dan tinggi badan
Mata : Retina, pupil
Leher : JVP, bising
Paru : Pernafasan (irama, frekuensi, jenis suara nafas).
Jantung :
1) Denyut nadi
2) Tekanan darah diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam
posisi bebaring atau duduk, dan berdiri sekurangnya setelah 2 menit.
3) Pengukuran sebaiknya dilakukan pada kedua sisi lengan dan jika nilainya berbeda
makan nilai yang tertingi yang diambil.
4) Suara jantung.
5) Bising jantung.
Abdomen : Bising dan peristaltic.
Ekstrimitas : Refleks dan edema.

d. Pemeriksaan penunjang
1) EKG :
Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya
peenyakit jantung atau aritmia.
2) Laboratorium :
Fungsi ginjal: urin lengkap(urinalisis) Ureum, creatinin, BUN dan asam urat, serta
darah lengkap lainnya.
3) Foto rontgen :
4) Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang lebar.
5) Ekokardiogram :
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan
gangguan fungsi diastolic dan sistolik.

2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Rencana Keperawatan (Intevensi)

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Mandiri :


1. Menganjurkan pasien
peningkatan tekanan vascular keperawatan selama …. x 24 1. Kaji skala nyeri/rasa tidak
untuk melokalisasi
serebral jam diharapkan masalah nyaman dengan
kuantitas nyeri yang
Ditandai dengan : nyeri akut dapat teratasi, menggunakan skala 0-10.
menunjukkan adanya
- pasien mengatakan terasa dengan kriteria hasil : Observasi adanya tanda-
perubahan dan adanya
nyeri di kepala  Pasien mengatakan tanda nonverbal dari nyeri
perbaikan.
- penglihatan kabur, nyerinya berkurang tersebut (wajah tampak
 Pasien tampak rileks
- mual muntah, menahan sakit, meringis,
 Pasien tidak meringis
2. Meminimalkam
- pasien tampak meringis,  Skala nyeri 0 dari 0-10 menarik diri/menangis).
2. Mempertahankan tirah stimulasi / meningkatkan
- pasien tampak skala nyeri yang
baring selama fase akut relaksasi
memegang kepalanya diberikan
3. Berikan tindakan 3. Tindakan yang
 Pasien tampak tidak
nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan
memegangi matanya
menghilangkan sakit vaskuler dan yang
lagi.
 Tanda-tanda vital kepala, misalnya kompres memperlambat/memblok
dalam rentang normal : dingin pada dahi, pijat respon simpatis efektif
- Tekanan darah (110/70-
punggung dan leher, dalam menghilangkan
120/80mmHg)
redupkan lampu kamar, sakit kepala dan
- Nadi (60-100x/mnt)
- Respirasi (16-20x/mnt) teknik relaksasi ( panduan komplikasinya
- Suhu (36,8 0C – 37,4 imajinasi, distraksi ) dan
0
C) aktivitas waktu senggang
4. Pernafasan dalam dapat
4. Ajarkan menggunakan tehnik
meningkatkan asupan O2
relaksasi dan distraksi
sehingga akan
(mendengarkan musik atau
menurunkan nyeri
berbicara dengan keluarga)
sekunder dari iskemia
jaringan otak.
5. Gunakan pencahayaan
5. Cahaya dapat
yang lebih gelap dari yang
menyebabkan nyeri pada
diperlukan.
berbagai kondisi mata,
dank arena
pengistirahatan mata
dapat memfasilitasi
Kolaborasi :
penyembuhan.
6. Berikan obat analgetik
(lorezepam ( ativan ), 6. Dapat mengurangi
diazepam ( valium ) sesuai tegangan dan
kebutuhan. Hindari ketidaknyamanan yang di
penggunaan narkotika. perberat oleh stress.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


2. Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Mandiri :
dengan ketidakseimbangan antara keperawatan selama …x24 1. Kaji respons pasien 1. Menyebutkan parameter
suplai dan kebutuhan oksigen jam di harapkan masalah terhadap aktifitas, membantu dalam
intoleransi aktifitas dapat perhatikan frekuensi mengkaji respons
teratasi, dengan kriteria hasil nadi lebih dari 20 kali fisiologi terhadap stress
: per menit di atas sktifitas dan, bila ada
frekuensi istirahat; merupakan indicator dari
peningkatan TD yang kelebihan kerja yang
nyata selama/sesudah berkaitan dengan tingkat
aktifitas (tekanan sistolik aktifitas.
meningkat 40 mmHg
atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmHg);
dispenea atau nyri dada;
keletihan dan kelemahan
yang berlebihan;
diaforosis; pusing atau
pingsan.
2. Instruksikan pasien 2. Teknik menghadap
tentang teknik energi mengurangi
penghematan energy, penggunaan energy, juga
mis, menggunakan kursi membantu
saat mandi, duduk saat keseimbangan antara
menyisir rambut atau suplai dan kebutuhan
penyikat gigi, melakukan oksigen.
aktifitas dengan
perlahan.
3. Berikan dorongan untuk 3. Kemajuan aktifitas
melakukan bertahap mencegah
aktifitas/perawatan diri peningkatan jantung
bertahap jika dapat tiba-tiba. Memberikan
ditoleransi, berikan bantuan hanya sebatas
bantuan sesuai kebutuhan akan
kebutuhan. kur dan mendorong
pantau tanda-tanda vital kemandiriaan dalam
(suhu, respirasi, nadi) melakukan aktifitas.
ntuk mengetahui
perkembangan kondisi
pasien.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz,
2006).

5. Evaluasi
a. Nyeri akut dapat teratasi.
b. Intoleransi aktifitas teratasi
c. Penurunan curah jantung teratasi

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2015. Kamus Saku Keperawatan Ed. 31. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth.2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Gunawan, Lany. 2014. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius

Mary Baradero, dkk. 2016. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Kardiovaskular.
Jakarta : 2017C

Muttaqin, Arif. 2017. Pengantar Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC

Tambayong, Jan. 2017. Patofisiologi : Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai