OLEH :
2. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO :
a. Hipertensi ringan : Tekanan diastole 90 -100 mmHg
b. Hipertensi sedang : Tekanan diastole 110- 130 mmHg
c. Hipertensi berat : Tekanan diastole > 130 mmHg
3. Golongan Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
- Endokrin
- Ginjal
c. Hipertensi penyebab lain:
Disebabkan oleh peningkatan sekresi glukokortikoid akibat penyakit adrenal
atau disfungsi hipofisis.
- Chausing syndrome
- Tumor pituitary
- Toxemia kehamilan
- Stress jangka panjang
- Cedera kepala
- Penggunaan obat : Amphetamin cs dan oral kontrasepsi
4. Etiologi
a. Etiologi pada hipertensi primer / essensial tidak diketahui namun factor dari
hipertensi primer antara lain :
- Usia
- Jenis kelamin atau seks : pria paling banyak
- Gaya Hidup
- Keturunan 75%
- Emosi /stress
- Merokok
- Alkohol
- Tinggi lemak
- Tinggi sodium /garam
- Obesitas atau kegemukan
b. Etiologi pada hipertensi sekunder :
- Endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
- Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
c. Hipertensi penyebab lain:
- Chausing syndrome
- Tumor pituitary
- Toxemia kehamilan
- Stress jangka panjang
- Cedera kepala
- Penggunaan obat : Amphetamin cs dan oral kontrasepsi
5. Patofisiologi
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun telah
banyak penyebab yang diidentifikasi seperti factor :
Atherosclerosis
Meningkatnya intake sodium
Baroroseptor
Raktor genetic
- Usia
Pada > 50 tahun biasanya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari
pembuluh darah sehingga hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan
elastisitas otot pembuluh darah, penurunan kemampuan aorta & arteri dalam
mengakomodasikan volume darah sehingga terjadi Penurunan curah jantung
dan Peningkatan tekanan perifer yang menyebabkan tekanan darah
meningkat.
- Paikologi
Emosi / stress akan merangsang hipotalamus mempengaruhi saraf simpatis
melepaskan hormone adrenalin menjadi vasokontriktor akan berpengaruh
kerja jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
- Merokok
Rokok mengandung komponen toksik seperti Nikotin dapat mempengaruhi
sekresi rennin menyebabkan pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan
terjadinya atherosclerosis, meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah
meningkat.
- Alkohol
Alkohol bersifat dingin mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan
pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
terjadi meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah meningkat.
- Gaya HIdup
Gaya hidup yang kurang baik seperti Mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol berlebihan menyebabkan hyperlipidemia, meningkatkan
metabolisme kalori, lemak terjadi penumpukan lemak, penebalan dinding
pada pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
meningkatkan kerja jantung sehingga tekanan darah menjadi meningkat.
6. Manifestasi Klinis
- Kelelahan , letih
- Nafas pendek
- Sakit kepala, pusing
- Mual, muntah
- Gemetar
- Nadi cepat setelah aktivitas
- Gangguan penglihatan
- Sering marah
- Mimisan
- Kaku pada leher atau bahu
- Kesadaran menurun
7. Komplikasi
- Penurunan fungsi penglihatan akibat kerusakan hipersensitif pada retina.
- Stroke
- Penurunan fungsi ginjal
- Kelainan jantung
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,
bersepeda atau berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
b. Penatalaksanaan non medis
Memberikan HE kepada pasien :
- Mengurangi mengonsumsi garam dapur dalam masakan
- Mengurangi makan-makanan yang mengandung lemak seperti jeroan
- Hindari makanan seperti daging kambing, ikan asin
- Perbanyak untuk makan buah-buahan dan sayuran
- Meningkatkan aktivitas fisik ringan seperti : berjalan
10. Pencegahan
- Rajin control tekanan darah ke puskesmas jika obat habis
- Kurangi beban pikiran yang berat
- Menurunkan berat badan
- Olah raga secara teratur
- Memperbanyak makan buah dan sayur
- Mengurangi konsumsi garam, ikan asin, daging kambing, jerohan.
- Minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai ajaran petugas kesehatan.
- Menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol.
11. PATHWAY HIPERTENSI
Vasokontriksi
Penurunan curah jantung
Kekurangan sumber
Perubahan irama Pusing, sakit
Dyspnea, nafas pendek, pengetahuan
jantung, palpasi dan kepala Penurunan Penglihatan
batuk, takiepnea
distritmia nafsu makan kabur
b. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Pasien biasanya mengalami dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok
2) Makan dan minum
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah.
3) Eliminasi
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri
4) Pola aktifitas dan latihan
Pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan,
kelemahan otot dan kesadaran menurun
5) Rasa Nyaman
Pasien biasanya mengeluh pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis)
c. Pemeriksaan fisik
Berat badan dan tinggi badan
Mata : Retina, pupil
Leher : JVP, bising
Paru : Pernafasan (irama, frekuensi, jenis suara nafas).
Jantung :
1) Denyut nadi
2) Tekanan darah diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam
posisi bebaring atau duduk, dan berdiri sekurangnya setelah 2 menit.
3) Pengukuran sebaiknya dilakukan pada kedua sisi lengan dan jika nilainya berbeda
makan nilai yang tertingi yang diambil.
4) Suara jantung.
5) Bising jantung.
Abdomen : Bising dan peristaltic.
Ekstrimitas : Refleks dan edema.
d. Pemeriksaan penunjang
1) EKG :
Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya
peenyakit jantung atau aritmia.
2) Laboratorium :
Fungsi ginjal: urin lengkap(urinalisis) Ureum, creatinin, BUN dan asam urat, serta
darah lengkap lainnya.
3) Foto rontgen :
4) Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang lebar.
5) Ekokardiogram :
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan
gangguan fungsi diastolic dan sistolik.
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Penurunan curah jantung berhubungan denganketidak adekuatan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh ditandai yang oleh tekanan
darah meningkat
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis yang ditandai oleh nafsu makan
menurun
e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan yang ditandai
dengan respon tidak sesuai
3. Rencana Keperawatan (Intevensi)
Kolaborasi :
6. Berikan obat analgetik 6. Dapat mengurangi
penggunaan narkotika.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2015. Kamus Saku Keperawatan Ed. 31. Jakarta : EGC
Mary Baradero, dkk. 2016. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Kardiovaskular.
Jakarta : 2017C
Muttaqin, Arif. 2017. Pengantar Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC