OLEH:
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Menurut JNC 7
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perawatan pada penyakit hipertensi terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis seperti:
1) Teknik-teknik mengurangi stress
2) Penurunun berat badan
3) Pembatasan atau berhenti minum minuman beralkohol, natriun
dan berhenti merokok
4) Olahraga/ latihan fisik seperti berjalan kaki atau jogging.
5) Diet rendah kolesterol / lemak.
6) Diet kalori bila kelebihan berat badan
b. Penatalaksanaan farmakologis seperti:
1) Angiotensin Confert Enzim (ACE): captropil, ramipril
2) Beta adrenergik bloker: pronalol
3) Diuretik (furosemide)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
Urin analisis, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin), gula darah puasa, kolestrol total, HDL,LDL dan
pemeriksaan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan
lain, seperti : klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH, Ekodiografi
b. Pemeriksaan diagnostik
BUN/kreatinin (fungsi ginjal), glukosa (DM), kalium serum
(meningkat yang menunjukan aldosteron meningkat), kalsium serum
(meningkat menyebabkan hipertensi : kolesterol dan trigliserid
indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokontriksi), urin analisis protein, gula (menunjukan disfungsi
ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi), EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat menyebabkan hipertensi)
(La Ode, 2012).
Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi,
protein dalam urine dapat dideteksi dengan urine analisa. Dapat
terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine dan
peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaaan khusus seperti
renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine dapat juga dilakukan
untuk mengidentifikasi klien dengan penyakit renovaskular. Adanya
factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi (Muttaqin,
2009).
8. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah
90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat di capai
melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anthihipertensi.
Kelompok resiko di kategorikan menjadi :
1) Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat1,2, atau 3,
tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau
faktor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan
darah belum dapat diturunkan, maka harus di berikan obat
antihipertensi.
2) Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ
lainnya, tapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera di
atas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat beberapa faktor
maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3) Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau
kerusakan organ yang jelas. Faktor resiko : usia lebih dari 60
tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopouse), riwayat penyakit kardiovaskuler
dalam keluarga
4) Kerusakan organ atau penyakit kaerdiovaskuler: penyakit jantung
(hipertrofi ventrikel kiri, infrak miokard, angina pectoris, gagal
jantung, riwayat revaskularisasi koroner, stroke, transient
ischemic attack, nefropati, penyakit arteri perifer, dan
retionopati).
Tabel 2.2. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko
Tekanan Kelompok Kelompok Kelompok
Darah Resiko A Resiko B Resiko C
130-139/85- Modifikasi Modifikasi Dengan obat
89 gaya hidup gaya hidup
140-159/90- Modifikasi Modifikasi Dengan obat
99 gaya hidup gaya hidup
≥ 160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
b. Farmakologi
Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain, obat-obat ini diklasifikasikan menjadi 5
kategori yaitu:
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering diresepkan
untuk mengobati hipertensi ringan.Hidroklorotiazid dapat
diberikan sendiri pada klien hipertensi ringan atau klien yang
baru.Banyak obat antihipertensi yang menyebabkan retensi cairan
karena itu seringkali diuretic diberi bersama antihipertensi
.
2) Menekan simpatik (simpatolitik)
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik),
penghambat adrenergik alfa dan penghambat neuron adrenergic
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik
penghambat adrenergic beta.
3) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang
bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah,
terutama arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan
terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium
serta air akan tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik
dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja
langsung untuk mengurangi edema.Refleks takikardia disebabkan
oleh vasodilatasi dan menurunya tekanan darah.
4) Antagonis angiotensin (ACE Inhibitior)
Obat dengan golongan ini menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE), yang nantinya akan mengambat pembentukan
angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan
aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi
kalium.Jika aldosteron dihambat, natrium diskekresikan sama-
sama dengan air.Kaptopril, enalaplril dan lisinopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada klien dengan
kadar renin serum yang tinggi.
(Muttaqin, 2009)
Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Hipertensi lebih banyak menyerang pria umur >45 tahun daripada wanita
karena pria banyak mengkonsumsi alcohol dan rokok. Proses Menua
((laki-laki :> 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh sakit kepala saat terjaga (pusing), mual, muntah,
penglihatan kabur, nokturia.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, stroke, gagal ginjal kongestif.
4. Pola fungsi
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
c. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
C. INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Intervensi Utama
jantung berhubungan tindakan keperawatan Perawatan Jantung (1.02075)
Observasi:
dengan perubahan selama 2x24 jam
Identifikasi tanda/gejala
afterload diharapkan penurunan primer penurunan curah
curah jantung meningkat jantung
Identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil sekunder penurunan curah
Luaran Utama: jantung
Monitor tekanan darah
Curah jantung Monitor intake dan output
(L.02008) cairan
Monitor saturasi oksigen
Kekuatan nadi prifer Monitor keluhan nyeri dada
menurun Monitor EKG 12 Sandapan
Terapeutik:
dyspnea menurun Posisikan pasien semi
batuk menurun fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
Luaran tambahan : nyaman
Perfusi miokard Berikan diet jantung yang
sesuai
(L.02011) Fasilitasi pasien dan
Gambaran EKG keluarga untuk memotivasi
gaya hidup sehat
aritmia menurun Berikan terapi relaksasi
nyeri dada menurun untuk mengurangi stres,
jika perlu
tekananan arteri rata- Berian dukungan emosional
dan spiritual
rata membaik
Berikan oksigen untuk
tekanan darah mempertahankan saturasi
oksigen >94%
membaik
Edukasi
tekanan bagi arteri Anjurkan beraktivitas fisik
pulmonal membaik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan
Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan Intervensi Utama:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
Agen pencedera selama 2x24 jam Observasi
fisiologis diharapkan nyeri akut 1) Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
Luaran Utama: Tingkat nyeri
Nyeri (L.08066) 2) Identifikasi nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respon non verbal
menurun 4) Identifikasi faktor yang
2) Meringis menurun memperberat dan
3) Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun Terapeutik
4) Pola napas membaik Kontrol lingkungan yang
5) Tekanan darah memperberat nyeri (mis.
membaik suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dibuat atau dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat atau yang telah ditentukan.
E. EVALUASI
Dilakukan dengan dua cara yakni evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif untuk mengetahui apakah setelah implementasi dilakukan
masalah keperawatan tersebut dapat teratasi, teratasi sebagian atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin.(2019). Buku Saku Patofisiologi.Edisi 5. Jakarta.EGC