Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI RUANGAN HEMODIALISA


RSUD PROF, DR. WZ JOHANES KUPANG

OLEH:

MEXI YUFRAN TAFETIN


(223111039)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023
A. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
(Brunner and Suddarth, 2017).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa, dan
dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistoliknya lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih dari atau sama
dengan 90 mmHg. (Sharon Mantik Lewis, Medikal Surgical Nursing,
2018).

2. Klasifikasi Hipertensi
a. Menurut JNC 7
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg


Pre hipertensi 120-130 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat I 140-150mmHg 90-99mmHg
Hipertensi derajat II >150 mmHg >100mmHg

b. Menurut Arif Muttaqin


Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah
diastolik
Normal < 140 mmHg < 90 mmHg
Hipertensi ambang batas 140-160 mmHg 90-95mmHg
Hipertensi >160mmHg > 95mmHg
3. Etiologi
Berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua:
a) Hipertensi primer (idiopatik) 90% tidak diketahui penyebabnya,
tetapi ada faktor pendukung:
1) Stress psikososial
2) Obesitas
3) Kurang olah raga
4) Merokok
5) Hipertensi sekunder
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi:
1) Usia
2) Riwayat keluarga
3) Gaya hidup, konsumsi garam-garaman
4) Penyakit ginjal
5) Kehamilan
6) Obat-obatan (kontrasepsi

4. Tanda dan Gejala


Individu yang mengalami hipertensi kandang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun, gejala timbul bila ada biasanya menunjukan
kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Gejala yang sering terjadi antara lain:
a. TD > 140 / > 90 mmHg
b. Tachikardia > 100x/ menit & Tacipnea > 20x/ menit
c. Pusing, sakit kepala hebat
d. Palpitasi
e. Mata berkunang-kunang, pandangan kabur
f. Rasa berat di tengkuk
g. Sukar tidur
h. Pingsan
i. Muka pucat
5. Komplikasi
a. Stroke: akibat perdarahan pada tekanan tinggi di otak atau embolus
yang terlepas dan pembuluh darah, arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke otak
berkurang dan akibatnya aneurisma.
b. MCI: akibat terjadinya arterosklerosis pada arteri koroner yang
menyebabkan suplai O2 berkurang  iskemik  infark adanya
trombus sehingga terjadi hipertropi ventrikel  perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel maka terjadi disritmia dan
hipoksia jantung.
c. Gagal ginjal: tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glomerulus
darah yang mengalir ke unit fungsi ginjal nefron terganggu sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang maka terjadi edema pada
hipertensi kronik.
d. Enselofati: terjadi pada hipertensi maligna. Tekanan yang sangat tinggi
menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intestinum di seluruh susunan saraf pusat. Nefron sekitarnya
kolaps maka terjadi koma/kematian.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perawatan pada penyakit hipertensi terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis seperti:
1) Teknik-teknik mengurangi stress
2) Penurunun berat badan
3) Pembatasan atau berhenti minum minuman beralkohol, natriun
dan berhenti merokok
4) Olahraga/ latihan fisik seperti berjalan kaki atau jogging.
5) Diet rendah kolesterol / lemak.
6) Diet kalori bila kelebihan berat badan
b. Penatalaksanaan farmakologis seperti:
1) Angiotensin Confert Enzim (ACE): captropil, ramipril
2) Beta adrenergik bloker: pronalol
3) Diuretik (furosemide)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
Urin analisis, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin), gula darah puasa, kolestrol total, HDL,LDL dan
pemeriksaan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan
lain, seperti : klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH, Ekodiografi
b. Pemeriksaan diagnostik
BUN/kreatinin (fungsi ginjal), glukosa (DM), kalium serum
(meningkat yang menunjukan aldosteron meningkat), kalsium serum
(meningkat menyebabkan hipertensi : kolesterol dan trigliserid
indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokontriksi), urin analisis protein, gula (menunjukan disfungsi
ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi), EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat menyebabkan hipertensi)
(La Ode, 2012).
Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi,
protein dalam urine dapat dideteksi dengan urine analisa. Dapat
terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine dan
peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaaan khusus seperti
renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine dapat juga dilakukan
untuk mengidentifikasi klien dengan penyakit renovaskular. Adanya
factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi (Muttaqin,
2009).
8. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah
90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat di capai
melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anthihipertensi.
Kelompok resiko di kategorikan menjadi :
1) Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat1,2, atau 3,
tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau
faktor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan
darah belum dapat diturunkan, maka harus di berikan obat
antihipertensi.
2) Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ
lainnya, tapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera di
atas, namun bukan diabetes melitus. Jika terdapat beberapa faktor
maka harus langsung diberikan obat antihipertensi.
3) Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau
kerusakan organ yang jelas. Faktor resiko : usia lebih dari 60
tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopouse), riwayat penyakit kardiovaskuler
dalam keluarga
4) Kerusakan organ atau penyakit kaerdiovaskuler: penyakit jantung
(hipertrofi ventrikel kiri, infrak miokard, angina pectoris, gagal
jantung, riwayat revaskularisasi koroner, stroke, transient
ischemic attack, nefropati, penyakit arteri perifer, dan
retionopati).
Tabel 2.2. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko
Tekanan Kelompok Kelompok Kelompok
Darah Resiko A Resiko B Resiko C
130-139/85- Modifikasi Modifikasi Dengan obat
89 gaya hidup gaya hidup
140-159/90- Modifikasi Modifikasi Dengan obat
99 gaya hidup gaya hidup
≥ 160/ ≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko


kardiovaskuler dengan biaya sedikit dan resiko minimal. Tata
laksana ini tetap dianjurkan meski harus di sertai obat antihipertensi
karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langka
dianjurkan untuk:
1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (Indeks massa
tubuh ≥ 27).
2) Membatasi alkohol.
3) Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari).
4) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 g NaCl/hari).
5) Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari).
6) Mempertahankan asupan kalsium dan mangnesium yang
adekuat.
7) Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan.

b. Farmakologi
Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain, obat-obat ini diklasifikasikan menjadi 5
kategori yaitu:
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering diresepkan
untuk mengobati hipertensi ringan.Hidroklorotiazid dapat
diberikan sendiri pada klien hipertensi ringan atau klien yang
baru.Banyak obat antihipertensi yang menyebabkan retensi cairan
karena itu seringkali diuretic diberi bersama antihipertensi
.
2) Menekan simpatik (simpatolitik)
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik),
penghambat adrenergik alfa dan penghambat neuron adrenergic
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik
penghambat adrenergic beta.
3) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang
bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah,
terutama arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan
terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium
serta air akan tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik
dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja
langsung untuk mengurangi edema.Refleks takikardia disebabkan
oleh vasodilatasi dan menurunya tekanan darah.
4) Antagonis angiotensin (ACE Inhibitior)
Obat dengan golongan ini menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE), yang nantinya akan mengambat pembentukan
angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan
aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi
kalium.Jika aldosteron dihambat, natrium diskekresikan sama-
sama dengan air.Kaptopril, enalaplril dan lisinopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada klien dengan
kadar renin serum yang tinggi.
(Muttaqin, 2009)
Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Hipertensi lebih banyak menyerang pria umur >45 tahun daripada wanita
karena pria banyak mengkonsumsi alcohol dan rokok. Proses Menua
((laki-laki :> 55 tahun, perempuan > 65 tahun)
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh sakit kepala saat terjaga (pusing), mual, muntah,
penglihatan kabur, nokturia.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, stroke, gagal ginjal kongestif.
4. Pola fungsi
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
c. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema


f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
5. Pemeriksaan fisik
1) B1 (breathing): adanya dipsnea, hipoksemia dan hiperkapnia
(pCO2>45 mmHg).
2) B2 (blood): TD: sistol >140 mmHg dan diastol > 90 mmHg, HR >
100x/menit, peningkatan vena jugularis, gelisah, distritmia, dispnea.
3) B3 (brain): penglihatan kabur.
4) B4 (Bladder): adanya oedema, oliguria, peningkatan BB, sering
BAK pada malam hari.
5) B5 (bowel): adanya mual, muntah.
6) B6 (bone): adanya kelemahan, keletihan dan cara berjalan yang tidak
mantap.
B. DIAGNOSIS
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
3. Resiko perfusi perifer berhubungan dengan Hipertensi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

C. INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Intervensi Utama
jantung berhubungan tindakan keperawatan Perawatan Jantung (1.02075)
Observasi:
dengan perubahan selama 2x24 jam
 Identifikasi tanda/gejala
afterload diharapkan penurunan primer penurunan curah
curah jantung meningkat jantung
 Identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil sekunder penurunan curah
Luaran Utama: jantung
 Monitor tekanan darah
Curah jantung  Monitor intake dan output
(L.02008) cairan
 Monitor saturasi oksigen
 Kekuatan nadi prifer  Monitor keluhan nyeri dada
menurun  Monitor EKG 12 Sandapan
Terapeutik:
 dyspnea menurun  Posisikan pasien semi
 batuk menurun fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
Luaran tambahan : nyaman
Perfusi miokard  Berikan diet jantung yang
sesuai
(L.02011)  Fasilitasi pasien dan
 Gambaran EKG keluarga untuk memotivasi
gaya hidup sehat
aritmia menurun  Berikan terapi relaksasi
 nyeri dada menurun untuk mengurangi stres,
jika perlu
 tekananan arteri rata-  Berian dukungan emosional
dan spiritual
rata membaik
 Berikan oksigen untuk
 tekanan darah mempertahankan saturasi
oksigen >94%
membaik
Edukasi
 tekanan bagi arteri  Anjurkan beraktivitas fisik
pulmonal membaik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan
 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan Intervensi Utama:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
Agen pencedera selama 2x24 jam Observasi
fisiologis diharapkan nyeri akut 1) Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
Luaran Utama: Tingkat nyeri
Nyeri (L.08066) 2) Identifikasi nyeri
1) Keluhan nyeri 3) Identifikasi respon non verbal
menurun 4) Identifikasi faktor yang
2) Meringis menurun memperberat dan
3) Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun Terapeutik
4) Pola napas membaik Kontrol lingkungan yang
5) Tekanan darah memperberat nyeri (mis.
membaik suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

3. Resiko perfusi perifer Setelah dilakukan Intervensi utama


tidak efektif tindakan keperawatan Perawatan sirkulasi
berhubungan dengan selama 1x24 jam (SIKI,I.02079
Hipertensi diharapkan perfusi perifer Observasi
meningkat dengan 1. Periksa sirkulasi perifer
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor resiko
1. Denyut nadi perifer 3. Monitor panas, kemerahan,
meningkat nyeri, atau bengkak pada
2. Nyeri esktremitas ekstremitas
menurun Terapiutik
3. Kelemahan otot 1. Hindari pemasangan infus
menurun atau pengambilan darah di
4. Kram otot menurun area keterbatasan perfusi
5. Tekanan darah 2. Lakukan pengukuran tekanan
sistolik membaik darah pada ekstremitas
6. Tekanan darah dengan keterbatasan perfusi
diastolik membaik 3. Hindari pemasangan dan
7. Tekanan arteri rata- penekanan torniquet pada
rata membaik area yang cedera
4. Lakukan pencegahani nfeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan penggunaan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darahs
ecara teratur
6. Anjurkan menghindari obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
8. Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
9. Ajarkan program dietuntuk
memperbaiki sirkulasi
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Intervensi Utama
berhubungan dengan tindakan keperawatan Manajemen Energi (1.050178)
ketidakseimbangan selama 1x24 jam Observasi
antara suplai dan diharapkan intoleransi 1. Identfisikasi gangguan fungsi
kebutuhan oksigen aktivitas meningkat tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil: kelelahan
1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
2. Kemudahan dalam 3. Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama
3. Keluhan lelah melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
4. Dispnea saat aktivitas 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah stimulus
5. Dispnea setelah (mis. Cahaya, suara,
aktivitas menurun kunjungan)
6. Tekanan darah 2. Lakukan latihan rentang
membaik gerak pasif dan aktif
7. Frekuensi napas 3. Berikan aktivitas distraksi
membaik yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disamping
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dibuat atau dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat atau yang telah ditentukan.

E. EVALUASI
Dilakukan dengan dua cara yakni evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif untuk mengetahui apakah setelah implementasi dilakukan
masalah keperawatan tersebut dapat teratasi, teratasi sebagian atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin.(2019). Buku Saku Patofisiologi.Edisi 5. Jakarta.EGC

Muttaqin, A.(2018).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular.Jakarta.Salemba Medika

Nugroho.(2016).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik,Edisi 7.Jakarta.EGC

Price, A, S. (2017). Patofisiolagi Konsep, Klinis, Proses-Proses Penyakit. Vol


2. Ed 8. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S, C. (2016). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Vol 3, Ed 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai