Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang meliputi 1). Tinjauan

Hipertensi 2). Konsep dasar kecemasan 3). Konsep lansia 4). Kerangka teori 5).

Kerangka konseptual 6). Hipotesis.

Tinjauan Hipertensi

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal. Dimana tekanan darah pada fase sistoik 140mmHg,

menunjukkan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan pada fase

diastolic 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kebali kejantung (Triyanto,

2014).

Hipertensi merupakan gangguan pada siste peredaran darah yang sering

terjadi pada lansia. Dengan kenaikan tekanan darah sitolik lebih dari 150 mmHg

dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mHg, takanan systolic 150-155 pada

lansia dianggap masih normal (Sudarta, 2013). Hipertensi pada lansia apabila

tekanan systolic sama atau lebih dari 140 mmHg, dan tekanan darah diastolic

sama atu lebih tinggi dari 90 mmHg (Kuswati, 2016).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic

yang terjadi dan hipertensi esensial yang paling sering terjadi menjadi dua tipe

yaitu hipertensi esensial yang paling sering terjadi hipertensi sekunder yang

disebabkan oleh penyakit renal atau penyakit lain (Kowalak, Weish, & Mayer,
2011).

Menurut pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah kondisi dimana terjadi kenaikan tekanan darah diatas normal baik sistol

maupun diastol.

Penyebab

Menurut Nurarif & Kusuma (2016). Berdasarkan etiologinya hipertensi

dibagi enjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi Primer / Esential (80 – 95%)

a. Tidak diketahui penyebabnya.

b. Tetapi ada faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan,

hipereaktif saraf simpatis sistem rennin, angiotension dan

peningkatan Na dan Ca intraseluler serta faktor-faktor yang

meningkatkan resiko yaitu : obesitas, merokok, alkohol dan

polisitemia.

c. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama dengan atau lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi

dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih dari

160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg

3) Penyebabnya adalah :

a) Elastisitas dinding aorta menurun.


b) Katub jantung tebal dan menjadi kaku.

c) Kemampuan jantung untuk memompa darah menurun 1%

setiap tahun sehingga terjadi penurunan kontraksi dan

volume darah (diawali dari usia 20 tahun ).

d) Peningkatan resistensi pembuluh darah perifer.

e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi.

2. Hipertensi Sekunder

a. Penyebabnya : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom

chusing.

b. Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Pada penelitian ini mengkaji Hipertensi pada usia lanjut

berdasarkan penyebab ialah hipertensi primer/ Esential.

Patogenesis

Casey (2011), menjelaskan bahwa tekanan darah ditentukan oleh

mekanisme hormonal, system yang mengatur adalah Renin-Angiotensi-

Aldosteron System (RAAS) dan antidiuretic hormone (ADH). Pada system

RAAS ketika terjadi penurunan tekanan didalam anteriol ginjal, melelui reseptor

beta-1, akan menstimulasi sisitem saraf simpati yang akan memacu pelepasan

renin dari ginjal. Renin tersebut masuk ke dalam sirkulasi dan akan

mengaktifkan molekul protein yang diproduksi oleh hati yaitu angiotensinogen,

angiotensinogen tersebut akan pecah menjadi angiotensi 1 dan dengan bantuan


Angiotensin Converting Enzym (ACE),dan angiotensin I akan berubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II tersebut merupakan vasokonstriktor yang kuat,

akan meningkatkan tekanan perifer dan efeknya bekerja 15- 20 menit.

Sedangkan hipertensi dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh

darah mengalami perubahan baik structural maupun fungsional. perubahan

structural mempengaruhi konduksi sisitem jantung melalui peningkatan jumlah

jaringan fibrosa dan jaringan ikat. Dengan bertambahnya usia, system aorta dan

arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus, perubahan ini terjadi peningkatan

serat kolagen, hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri, dan tekanan

darah meninggi akibat resitensi pembuluh darah perifer meningkat.

Proses perubahan yang berhubungan dengan penuaaan ini meningkatkan

kekakuan dan ketebalan yang disebut dengan arteriosclerosis.sedangkan yang

berhubungan dengan penuaan dalam sisitem kardiovaskuler adalah penurunan

kemampuan untuk meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap peningkatan

kebutuhan tubuh. Curah jantung pada saat beristirahat tetap stabil atau sedikit

menurun seiring betambahnya usia, dan denyut jantung istirahat juga menurun.

Karena miokardium mengalami penebalan. Prinsip perubahan fungsional terkait

usia yang dihubungkan dengan pembuluh darah secara progresif meningkatkan

sistolik, American Heart Association merekomendasikan bahwa nilai sistolik

160 mmHg dianggap sebagai batas normal tertinggi pada lansia. Tidak ada

perubahan dalam tekanan diastolic adalah normal.( Stanley 2006).


Derajat Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Derajat Hipertensi

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal 130-139 85-89

4 Grade 1 Hypertension 140-159 90-99

5 Grade 2 Hypertension 160-179 100-109

6 Grade 3 Hypertension ≥180 ≥110

8 Isolated Systolic Hypertension ≥140 ≥90

Menurut Whelton P. K., et. al (2017) yang diambil dalam AHA 2017

bahwa klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut :


Tabel 2.2 Derajat Hipertensi

No Kategori SBP DBP

1 Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Elevated 120-129 < 80 mmHg

HIPETRTENSI

3 tage 1 130-139 mmHg 80-90 mmHg

4 Tage 2 ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg

Manifestasi Klinis

Nurarif & Kusuma (2016) dalam bukunya mengatakan bahwa tanda

dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, apabila tidak ditentukan oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berate seseorang yang menderita hipertensi tidak

akan diketahuipenyakitnya apabila tekanan arterinya tidak pernah

terukur.

2. Geajala yang lazim

Sering dikatakan gejala yang lazim menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Pada kenyataan ini merupakan

gejala lazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis, namun beberapa pasien yang menderita hipertensi


akan mengeluh sakit kepala, pusing, lemas dan kelelahan, gelisah ,

vomiting, serta kesadaran menurun.

Pemeriksaan Fisik

Untuk mengetahui takanan darah tinggi, maka dilakukan pemeriksaan

fisik. Adapun cara mengukur tekanan darah enurut Cristanto, et al., (2014) adaah

sebagai berikut:

1. Nilai tekanan darah diambil dari rentan dua kali pengukuran pada

setiap kali kunjungan ke dokter.

2. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Pada dua atau lebih

kungjungan hipertensi ditegakkan

3. Pemeriksaan tekanan darah harus dialkukan dengan alat yang baik,

ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung)serta

teknik yang benar.

Penatalaksanaan Hipertensi

Ada beberapa rinsip dala penatalaksanaan hipertensi menurut Neki, N S,

Tokunaga, M., Toru, T., Fedacko, J.,&Gerasimova, E.(2014)., adalah sebagai

berikut:

1. Modifikasi gaya hidup

Tabel 2.3 Modifikasi Gaya Hidup


Range < Penurunan
No Modifikasi Rekomendasi
SBP

1 Penurunan berat Pertahankan BB normal (BMI 5-20 mmHg/10 kg


18,5-24,9 kg/m2) kehilangan berat

2 Adopsi dari Mencakup konsumsi buah- 8-14mmHg


rencana makanan buahan,sayursayuran,konsumsi
(diet) berdasarkan produk rendah lemak jenuh dan
DASH (Dietary lemak total
Approaches to
Stop
Hypertension)
sebagai usulan
dasar sejak tahun
1992

3 Penurunan Penurunan konsumsi sodium 2-8mmHg


konsumsi sodium dianjurkan pemakaian tidak
boleh melebihi 100 Eq/l (2,46 g
sodium chloride)

4 Aktivitas fisik Ikut serta dalam olahraga 4-9 mmHg


erobik secara teratur seperti
jalan cepat ( paling sedikit 30
menit/hari,dan setiap hari
dalam seminggu)

5 Pembatasan Batasan konsumsi tidak boleh 2-4 mmHg


alcohol lebih dari 2 kali minum dalam
sehari (102/30 ml etanol seperti
; 24 oz bir,10 oz wine atau 3 oz-
80 proof wiskey) khusus untuk
laki-laki sedangkan untuk
perempuan tidak boleh lebih
dari 1 kali dalam sehari dan
juga untuk petinju berat.

6 Meditasi, latihan 30-60 menit dalam sehari 2-3 mmHg


napas dan yoga
2. Pengobatan farmakologis

Prinsip pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Tanpa adanya indikasi komplikasi

1) Hipertensi derajat 1: SBP140-159 mmHg atau DBP 90-

99mmHg Terapinya :

a) Angiotensin-converting enzyme ( ACE ) inhibitors.

b) Diuretic atau kombinasi.

2) Hipertensi derajat 2 : SBP ≥160 mmHg atau DBP ≥ 100 mmHg

Terapinya :

a) Mayoritas akan membutuhkan paling sedikit 2 medikasi

untuk masing-masing tujuan jika target kurang lebih 20

mmHg Inisial kombinasi akan dipertimbangkan.

b) Kombinasi dari amlodipin dengan RAS bloker dan

kemungkinan pilihan untuk kombinasi diuretic.

b. Adanya indikasi komplikasi

1) Heart failure

Pilihan terapi : Chlorthalidone, indapamide, beta-blokers,

angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin

receptor blockers (ARBs), calcium channel blockers,

aldosterone receptor antagonists.

2) Post infark miokard


Pilihan terapi : Beta-blockers, ACE inhibitor, ARBs,

aldosterone receptor antagonists, nondihydropyridine calcium

channel blockers.

3) Coronaria artery disease atau resiko tinggi cardiovaskuler

Pilihan terapi : Thiazides, ACE inhibitor, calcium channel

blockers, beta-blokers

4) Angina pectoris

Pilihan terapi : Calcium channel blockers, beta-blokers

5) Aortopathy, aortic aneurysm

Pilihan terapi : Beta-blockers, ACE inhibitor, ARBs, calcium

channel blockers.

6) Diabetes melitus

Pilihan terapi : ACE inhibitor, ARBs, calcium channel blockers,

nebivolol, carvedilol

7) Chronic kidney disease (CKD)

Pilihan terapi : ACE inhibitor dan ARBs

8) Pencegahan stroke berulang

Pilihan terapi : Thiazides, ACE inhibitors, ARBs, calcium

channel blockers.

9) Demensia awal

Kontrol tekanan darah dan kombinasi terapi.


Komplikasi

Cristanto, et al., (2016) menguraikan komplikasi hipertensi menurut target

organ, antara lain :

1. Serebrovaskuler : stroke, trasientischemic, attacks, demensia

vascular.

2. Mata : retinopati hipertensi.

3. Kardiovaskuler : peyakit jantung hipertensi, disfungsi/hipertropi

ventrikel kiri, penyakit jantung koroner.

4. Ginjal : nefropati hipertensi, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

5. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

Cara menghitung dan kategori lama menderita hipertensi

Menghitung Rentang waktu responden yang menderita hipertensi,

dihitung mulai pertama kali terdiagnosa sampai dilakukan penelitian, dihitung

dalam satuan tahun. Sedangkan kategori lama menderita hipertensi menurut

Wardah (2015) dibagi menjadi 3, yaitu 1-5 tahun (durasi pendek), 6-10 tahun

(durasi sedang) dang > 10 tahun (durasi panjang)

Konsep Dasar Kecemasan

Definis Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Wartilisna, Kundre and

Babakal, 2015).
Kecemasan adalah perasaan gelisah yang tidak jelas, akan

ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respons otonom, sumbernya

seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu (Townsend, 2009).

Kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia

luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan

adanya bahaya (Saputra, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah suatu keadaan yang yang dialami seseorang yang berupa khekawatiran,

ketidaknyamanan maupun ancaman yang berlebihan terhadap sesuatu yang tidak

jelas dan belum pasti adanya.

Proses Terjadinya Kecemasan

Secara tidak disadari kita telah mengetahui terjadinya kecemasan yang kita

alami adalah suatu keadaan yang selalu berkaitan dengan pikiran. Emosi ataupun

rasa cemas yang kita rasakan disebabkan oleh adanya dialog internal dalam

pikiran individu yang mengalami kecemasan ataupun perasaan cemas.

Perantara (Skemata) Respon


Stimulasi
(Pengalaman
(Situasi yang kecemasan subjektif,
menimbulkan kesiagaan otomatis,
kecemasan) Proses Kognitif
hambatan dalam
bertindak)

Hasil Kognitif
(Penilaian Primer dan sekunder)
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Kecemasan melalui Model Kognitif
Kecemasan
Membentuk kecemasan (situasi mengancam) yang secara langsung/tidak

langsung hasil pengamatan/pengalaman tersebut diolah melalui proses kognitif

dengan menggunakan skemata (pengetahuan yang telah dimiliki individu

terhadap situasi tersebut yang sebenarnya mengancam/tidak mengancam dan

pengetahuan tentang kemampuan dirinya untuk mengendalikan dirinya dan

situasi tersebut). Setiap pengetahuan tersebut dapat terbentuk dari keyakinan

pendapat orang lain, maupun pendapat individu sendiri serta dunia luar.

Pengetahuan (skemata) tersebut, tentunya akan mengetahui individu untuk dapat

membuat penilaian (hasil kognitif) sehingga respon yang akan ditimbulkan

tergantung seberapa baik penilaian individu untuk mengenali situasi tersebut,

dan tergantung seberapa baik individu tersebut dapat mengendalikan dirinya.

Apabila pengetahuan (skemata) subjek terhadap situasi yang mengancam

tersebut tidak memadai, tentunya individu tersebut akan mengalami kecemasan.

Praktisnya, terjadinya kecemasan melalui proses yang telah disebutkan adalah

tentang bagaimana kita dapat mengevaluasi tindakan apa saja yang harus kita

lakukan apabila merasakan kecemasan. Selain kita harus memahami tentang

keadaan apa saja yang menyebabkan kita merasakan cemas, tentunya setelah itu

kita harus dapat mengendalikan diri untuk dapat mengelola emosi dan mengelola
permasalahan yang menyebabkan kecemasan tersebut (Saputra, 2012).

Faktor- factor yang mempengeruhi Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-

peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan

kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2008:11) ada beberapa faktor yang

menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

1. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal : mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga

individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

2. Emosi yang ditekan : Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu

menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan

personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi

dalam jangka waktu yang sangat lama.

3. Sebab-sebab fisik: Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam

kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih

dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan

perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,

karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.

2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal- hal

yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini

sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-

kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan

dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang

mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena

adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena

lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun

penyebabnya.

Gejala Kecemasan

Gejala-gejala somatik yang dapat menunjukkan kecemasan adalah

muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras, sering buang air,

nafas sesak disertai tremor pada otot. Kecemasan juga ditandai dengan emosi

yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan
exited atau gempar gelisah. Manifestasi kecemasan Mubarak (Mubarak, 2015)

terwujud dalam empat hal berikut:

1. Manifestasi kognitif yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali

memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.

2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak

menentu seperti gemetar.

3. Perubahan somatif muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki

dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah,

dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan

peningkatan detak jantung, respirasi ketegangan otot, dan tekanan darah.

4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang

berlebihan.

Indikator Kecemasan

Menurut (Mubarak, 2015) mengidentifikasi empat tingkat ansietas dengan

penjelasan efeknya:

1. Ansietas Ringan

Berhubungan dalam ketegangan kehidupan sehari-hari, ansietas ini

menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang

persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreatifitas.

2. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan hal yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang

individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3. Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung

fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal

lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang

rinci terpecah dari proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali.

Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan.

Respon adaptif Respon mal adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.2 Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2008).


Mekanisme Kecemasan

Menurut (Baradero, 2015) merumuskan tiga tahap reaksi terhadap


kecemasan:

1. Tahap reaksi alarm (tanda bahaya)

Stress akan menstimulasi tubuh untuk mengirimkan pesan-pesan

dari hipotalamus ke kelenjar (seperti kelenjar adrenal untuk mengeluarkan

adrenalin dan norephinefrin) dan ke hepar untuk mengubah glikogen

menjadi glukosa (proses glikogenesis) untuk menambah energi yang

diperlukan.

2. Tahap resisten (pertahanan)

Pada tahap kedua, fungsi sistem pencernaan akan berkurang agar darah

yang dipakainya dapat dialihkan ke organ-organ tubuh yang vital untuk

pertahanan. Paru meningkat fungsinya (pernafasan menjadi lebih cepat) untuk

memperoleh lebih banyak oksigen, dan jantung berdenyut lebih kuat dan cepat

agar lebih banyak darah yang kaya oksigen dan nutrisi dapat dialirkan ke otot-

otot tubuh untuk melakukan “fight atau flight”. Apabila individu mampu

beradaptasi terhadap stress, tubuh akan menjadi relaks kembali, organ dan

kelenjar kembali ke fungsi semula.

3. Tahap exhaustion (kehabisan tenaga)

Tahap kehabisan tenaga dapat terjadi apabila individu memberi

respon negatif terhadap kecemasan. Tubuh mengalami kehabisan tenaga

dan komponen emosional tidak terselesaikan, dan efek fisiologis tetap

dialami berulang-ulang.
Ansietas menimbulkan respon pada kognitif, psikomotor dan

fisiologis yang tidak nyaman seperti kesulitan berikir secara logis, tanda-

tanda vital meningkat, perilaku menjadi makin gelisah. Untuk mengurangi

perasaan tidak nyaman ini orang tanpa disadarinya sebagai usaha terakhir

untuk menyelamatkan diri menggunakan mekanisme pertahanan. Orang

juga dapat melakukan adaptasi untuk mengurangi kecemasan seperti

relaksasi tubuh secara berturut-turut mulai dari jari-jari kaki sampai

kepala, bernafas dalam, pelan dan teratur, memfokuskan perhatian pada

pemandangan yang indah dan seterusnya.

Pengukuran Kecemasan

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur kecemasan HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran

kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang

mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptoms yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang di

observasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4

(Severe).

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip (Hidayat,

2010) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.


3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri

dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah

dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan

detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat. Setiap item memiliki skor:

0 : Tidak ada

1 : Ringan

2 : Sedang

3 : Berat

4 : Berat sekali

Kemudian seluruh skor dihitung, jika total skor:

Tidak ada kecemasan : < 14

Kecemasan ringan : 14-20

Kecemasan sedang : 21-27

Kecemasan berat : 28-41

Kecemasan berat sekali : 42-56


Konsep Lansia

Pengertian

Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia

65tahun (Touhy & jett 2014). hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh para

ahli gerontology yang mengatkan bahwa seorang dapat dikatakan lansia apabila

telah mencapai usia 65 tahun (Miller, 2012). Berdasarkan Undang Undang

Nomor 13 Tahun 1998 Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas (Kemenkes, 2016).

Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihindari oleh laki-laki dan

perempuan yang akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur

secara alamiah yang dimulai dari lahir sampai menjadi tua (Untari,2014). Hal

tersebut dikarenakan proses merupakan bagian dari peristiwa siklus kehidupan

manusia yang dimulai dari janin dan berarkhir pada lanjut usia sampai menutup

usia.

Batasan Umur Lansia

Menurut pendapat para ahli (Sumedi dikutip dalam Efendi, 2009), batasan-

batasan umur yang mencakup batasan umur lansia sebagai berikut:

a. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat

2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas”

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kreteria sebagai berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-
59 tahun, lanjut usia (erderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old )

ialah 75-90 tahun, uasia sangat tua ( very old) ialah diatas 90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (psikolog UI) mengatakan terdapat emapt fase

batasan umur pada lansia yaitu: pertama (fase inventus) ialah 25-40

tahun, kedua (fase virilities)ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium)

ialah 55-65 tahun, ke empat (fase senium) ialah 65 tahun hingga tutup

usia.

d. Menurut Prof. Dr.Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric

age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatri age) itu sendiri

dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old(70-75 tahun), old (75-

80 tahun), dan very old(>80 tahun). (Effendi, 2009 :Sumedi, 2016).

Pada penelitian ini Peneliti meilih batasan usia lanjut menurut WHO

dengan kriteria elderly yaitu 60-74 tahun.

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik.

Secara umum, menurut (Kartari 1990 dalam Kuhu, 2016) proses

menjadi tua dapat ditandai dengan kemunduran organ tubuh diantarnya

a Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis

yang menetap.

b Rambut kepala mulai memutih dan beruban.

c Gigi mulai lepas (ompong).

d Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang.


e Mudah lelah dan mudah jatuh.

f Mudah terserang penyakit.

g Nafsu makan men urun.

h Seks mulai menurun

i Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

j Pola tidur berubah

Adapun perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia pada

sistem tubuh menurut Wahyudi 2000 dalam Kuhu 2016 adalah sebagai

berikut:

a. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang sering terjadi secara patolgis pada lansia

pada sistem kardiovaskuler adalah :

1) Hipertensi

Merupakan Suatu keadaan dimana tekanan darah

sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.

Terjadi karena menurunnya elstisitas arteri pada proses menua.

Bila tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya stroke,

kerusakan pembuluh darah.

2) Penyakit jantung koroner

Terjadi dikarenakan adanya penyempitan pada

pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung


terganggu. Gejala yang timbul adalah sesak napas, pingsan

hingga kebingungan.

3) Disritmia

Karena adanya perubahan structural dan fungsional

pada penuaan. Insiden disritmia atrial dan ventrikel meningkat

pada usia lanjut. Terdapat tanda dan gejala yang muncul pada

disritmia yaitu dengan perubahan perilaku, palpitasi, sesak

napas, keletihan dan jatuh.

4) Penyakit vaskuler perifer

Gejala yang sering timbul pada penyakit vaskuer

perifer adalah rasa terbakar, kram atau nyeri yang sangat saat

terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang saat istirahat.

5) Penyakit katup jantung

Tanda dan gejala dari penyakit ini bervariasi dari fase

kompensasi sampai dengan fase pasca kompensansi. Gejala

yang yang sering muncul yaitu terdengar mur-mur pada saat

auskultasi.

b. Sistem Respiratori

Penyakit yang sering menyertai usia lanjut adalah sebagai

berikut :
1) Pneumonia

Kejadian pneumonia pada usia lanjut tergantung pada

3 hal yaitu : kondisi fisik penderita, lingkungan dimana lansia

tinggal dan kuman penyebab virulensinya.

2) TBC (Tubercolois)

Sering dilupakan pada usia lanjut dan penyebabnya

adalah bakteri gran positif. Dan dapat diketahui tanda gejala

ialah sesak napas, berat badan menurun dan gangguan mental.

3) PPOM

PPOM terjadi dikarenaan adanya kelainan paru yang

ditandai dengan gagguan fungsi paru berupa memanjangnya

periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan

saluran saluran napas. Penyait PPOM antaranya bronchitis

kronis, emfisema paru dan penyakit saluran napas perifer.

4) Karsinoma paru

Adapun beberapa factor penyebab terjadinya

karsinoma paru adalah merokok, polusi udara dan bahan

industri yang bersifat karsinogen. Dapat diduga penyebab

lainnya adalah iritasi bahan-bahan yang bersifat karsinogen

dan berlangsung kronik. Gejala yang data muncul karsinoma


paru adalah sesak napas, hemoptisis, nyeri daerah dada dan

timbulnya benjolan di dada.

c. Sistem Gastrointestinal

1) Terjadinya penurunan produksi saliva.

2) Fungsi ludah sebagai pelican pun berkurang.

3) Penurunan fungsi kelenjar pencernaan : keluhan kembung,

perasaan tidak enak diperut.

4) Intoleransi terhadap makanan terutama lemak.

5) Kadar selulosa menurun sehingga terjadi konstipasi.

6) Penyakit yang sering terjadi adalah gastritis dan ulkus

peptikum.

d. Sistem Muskuloskeletal

1) Penyakit sendi degenerative (PSD)

Penyebab tidak diketahui, namun sendi cenderung

mengalami deteriorasi seiring dengan bertambahnya usia.

Diawali dengan kerusakan tulang rawan dan tulang berusaha

untuk memperbaiki proses tersebut.Sering mengeluh nyeri

pada sendi dan bahkan beberapa.lansia tidak mengeluh apa-

apa walaupun pada gambaran radiologisnya terlihat gambaran

adanya kerusakan parah pada sendi.

2) Nyeri leher dan punggung

Perubahan ini Sering terjadi pada semua golongan

umur namun penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok


lanjut usia penyebab tersering terjadinya nyeri pada leher dan

punggung adalah dapat berupa PSD, fraktur osteoporosis,

ataupun spinal stenosis.

3) Nyeri bahu

Perubahan ini di sebabkan dan yang sering ditemui

adalah chronic rotator culf tears serta ruptur dari tendon biseps.

4) Nyeri bokong

Penyebab yang sering terjadi adalah karena bokong

merupakan struktur tubuh yang menyokong tubuh dan area

tubuh sudah mengalami penyusutan baik massa otot dan tulang

mengalami kerapuhan maka sebagai kompensasinya lansia

sering mengalami keluhan yang nyata yaitu nyeri pada

bokong.Dapat diatasi dengan pemberian NSAID, pemberian

tongkat serta olahraga yang ringan.

5) Nyeri tungkai dan lutut

Penybab terjadinya nyeri tungkai dan lutut disebabkan

oleh PSD dan dapat diatasi dengan pemberian NSAID serta

strengthening exercise.

6) Nyeri pada kaki

Dapat disebabkan PSD pada sendi dikaki, neuropati

perifer, penyakit jaringan ikat yang melibatkan kaki dan

merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh penggunaan

kaki yang berlebihan adalah achiles tendonitis.


e. Sistem Integumen

Kulit akan mengalami atrofi, kendur dan tidak elastis dan

berkerut disebabkan oleh berkurangnya cairan dan timbulnya

pigmen coklat pada kulit.

f. Sistem Neurologi

Gangguan saraf yang sering terjadi pada lanjut usia adalah:

Dizzines perasaan berputar dan sering disebut sebagai vertigo

serta sinkop yang disebabkan oleh beberapa gangguan seperti

baroreseptor, persarafan pada leher dan perubahan aliran darah

sistemik.

g. Sistem Sensori

Gangguan pada system sensori yanh sering terjadi lansia yang

patolgis adalah :

1) Mata dan penglihatan

Penurunan kemampuan penglihatan, ARMD (age-

related macular degeneration), glukoma.

2) Telinga atau pendengaran

Gangguan pendengaran biasanya sering terjadi pada

usia 65 tahun keatas (55%) – 80 tahun dan ada 3 gangguan

pendengaran yaitu gangguan pendengaran konjungtiva,

gangguan pendengaran sensori serta gabungan antara

konjungtiva serta sensori.

3) Pengecap dan pembau


Fungsi pengecap dan pembau sudah berkurang

sehingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam

pemenuhan nutrisi tubuh pun akan berkurang. Kenikmatan

makanan ini pun didukung oleh faktor pembau dimana akan

merangsang mukosa hidung yang menghantar impuls ke otak

untuk menyimpulkan makanan tersebut enak atau tidak. Hal

tersebut diatas pun akan berpengaruh pada pemenuhan nutrisi

pada lanjut usia.

2. Perubahan mental

Perubahan mental yang sering terjadi pada lansia sering muncul

perasaan pesimis, timbulnya perasaaan tidak aman dan cemas, merasa

terancam akan timbulnya suatu penyakit, takut terlantar karena merasa

tidak berguna lagi, serta munculnya perasaan kurang mampu untuk

mandiri, serta cenderung etrover.(Kuhu,2016)

3. Perubahan psikososial

Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan

identivitasnya di kaitkan dengan perananan dalam pekerjaan.

Apabila mengalami pension.(purna tugas)sesorang akan mengalami

kehilangan, antara lain:

a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang )

b. Kehilangan sttus (dulu mempunyai jabatan/ posisi yang cukup

tinggi lengkap dengan semua fasilitas)

c. Kehilangan teman, kenalan, atau relasi


d. Kehilangan pekerjaan / kegiatan dan :

1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, sehingga muncul

perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak

lebih sempit)

2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian darijabatan,

biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit,biaya

pengobatan bertambah

3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan

4) Kesepian akibat pengungsian dari lingkungan social

5) Gangguan saraf panca indra

a) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik

4. Perubahan spiritual

Ada beberapa pendapat tentang perubahan spiritual pada lansia

Menurut maslow (dalam Wahid Iqbal Mubarak dkk, 2006), bahwa

agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

Selanjutnya menurut Muray & Zentner (dalam Wahid Iqbal Mubarok

dkk. 2006) bahwa kehidupan lansia semakin matang. Perkembangan

spiritual pada usia 70 tahun.

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.


Kerangka Teori

Hipertensi

Faktor
Kecemasan

1. Lingkungan
Lama Menderita Kecemasan
Lansia sekitar t
Hipertensi
tinggal

2. Emosi yang d
1. Durasi
3. Sebab-sebab f
pendek: 1- 5
tahun

2. Durasi
sedang 6 -
10 tahun Tidak Cemas Ringan Sedang Berat Berat Sekali
3. Durasi
panjang >10
tahun

Gambar 2.3 Kerangka Teori Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan


Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPT Wilayah Kerja Puskesmas Puri
Dusun Karangnongko Desa Balongmojo
Kerangka Konsep
Lansia Faktor – faktor Kecemasan

1. Lingkungan
Lama Menderita atau sekitar
Hipertensi tempat tinggal

2. Emosi yang di tekan

Kecemasan 3. Sebab-sebab fisik


34

Tidak Cemas Ringan Sedang Berat Berat Sekali

Keterangan:
: Tidak diteliti : Diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Teori Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan


Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPT Wilayah Kerja Puskesmas Puri
Dusun Karangnongko Desa Balongmojo
35

2.9 Hipotesis

Hipotesis menurut pengertiannya adalah jawaban sementara. Atau dapat

diartikan sebagai perkiraan awal atau dugaan terkuat penyebab munculnya masalah.

Pada beberapa kasus, hipotesa atau kerangka teori dapat berarti kemungkinan

terbesar jawaban yang akan diperoleh jika penelitian dilaksanakan.(Muliawan,

2014)..

H1: Ada Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Tingkat Kecemasan Pada

Lansia Di UPT Wilayah Kerja Puskesmas Puri Desa Balongmojo.


36

Anda mungkin juga menyukai