Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan lebih dari 90 mmHg untuk tekanan diastoliknya pada seseorang

yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi (Idrus, et al, 2015).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi juga berisiko tinggi

menyebabkan penyakit jantung, penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah.

Apabila semakin tinggi tekanan darah maka semakin tinggi pula risikonya

(Nurarif dan Kusuma, 2016).

Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah

manusia . Tekanan darah itu sendiri didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi di

dalam pembuluh arteri manusia ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh

anggota tubuh(Ridwan, 2020).

Hipertensi arterial di sederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi

yang didefinisikan sebagai peningkatan sistem tekanan darah sistolik ( TDS ) pada

level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik ( TDD ) pada level 90

mmHg atau lebih (Rispawati dkk, 2022).

2.1.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnyahipertensi dibagi menjadi 2 golongan :

1. Hipertensi primer (Esensial)

8
9

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Faktor yang mempengaruhi yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf

simpatis system renin. Angiotensin dan peningkatan natrium dan calsium

intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko: obesitas, merokok,

alcohol dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan esterogen, penyakit ginjal, sindrom cushing

dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Nurarif dan

Kusuma,2016).

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan diastolik sama atau lebh besar dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nurarif dan

Kusuma, 2016).

Peyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi


10

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif dan Kusuma,

2016).

2.1.3 Patofisiologi

Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor

genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal .

Secara umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan perifer dan atau

peningkatan volume darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer ( faktor

herediter diperkirakan meliputi 30 % sampai 40 % hipertensi primer ) meliputi

reseptor angiotensin II , gen angiotensin dan renin , gen sintetase oksida nitrat

endotelial : gen protein reseptor kinaseG : gen reseptor adrenergik ; gen transport

kalsium dan natrium hidrogen antiporter (mempengaruhi sensitivitas garam); dan

gen yang berhubungan dengan resistensi insulin , obesitas , hiperlipidemia , dan

hipertensi sebagai kelompok bawaan.

Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan aktivitas

sistem saraf simpatis ( SNS ) yaitu terjadi respons maladaptif terhadap stimulasi

saraf simpatis dan perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin

serum yang menetap , peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin - aldosteron

(RAA). secara langsung menyebabkan vasokonstriksi, tetapi juga meningkatkan

aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat,

memediasi remodeling arteri (perubahan pembuluh darah pada dinding pembuluh

darah), memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh

darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan air menyebabkan gangguan

aktivitas peptide natriuretik otak ( brain natriuretic peptide , BNF ) , peptide

natriuretik atrial ( atrial natriuretic peptide , ANF ) , adrenomedulin urodilatin ,


11

dan endotelin dan berhubungan dengan asupan diet kalsium , magnesium , dan

kalium yang rendah . Kompleks interaksi yang melibatkan resistensi insulin dan

fungsi endotel , hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes , dan resistensi

insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes

secara klinis . Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan alergi oksida

nitrat endotel dan vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal . Resistensi

insulin dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA .

Beberapa teori tersebut dapat menjelaskan tentang peningkatan pertahanan

perifer akibat peningkatan vasokonstriktor ( SNS , RAA ) atau pengumpulan

vasodilator ( ANF , adrenomedulin , urodilatin , oksida nitrat ) dan kemungkinan

memediasi perubahan dalam apa yang disebut hubungan tekanan natriuresis yang

menyatakan bahwa individu penderita hipertensi mengalami ekskresi natrium

ginjal yang lebih rendah bila ada peningkatan tekanan darah .

Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung intervensi terkini yang

diterapkan dalam penatalaksanaan hipertensi , seperti pembatasan asupan garam ,

penurunan berat badan, dan pengontrolan diabetes, penghambatan SNS.

menghambat RAA, vasodilator nonspesifik, diuretik, dan obat-obatan

eksperimental baru yang mengatur ANF dan endotelin (Manuntung, 2018).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Hipertensi pada tahap awal biasanya asimtomatik biasanya ditandai

dengan peningkatan tekanan darah Pada awalnya terjadi peningkatan tekanan

darah sementara , tetapi lama kelamaan akan permanen . Gejala yang biasanya

muncul , pusing , berat ditengkuk , cepat merasa lelah , tekanan darah meningkat

dan muncul saat bangun tidur, untuk hipertensi yang sudah berat biasanya
12

gejalanya berupa kelelahan, ,mual atau muntah, nyeri pada dada tremor otot,

adanya darah dalam urin. Dari hal terssebut bisa saja hipertensi menyebabkan

penyakit lain seperti halnya gagal ginjal, stroke, dan penyakit jantung (Rispawati

dkk, 2022).

2.1.5 Klasifikasi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,

hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic

hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik

berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi

(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri

dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang

nilainya lebih besar.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan

pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh

darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan

terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.

Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam

keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan

peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC


13

VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok

normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(MmHg) (MmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
(sumber, Astuti, 2020)

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO/ISH

Klasifikasi tekanan darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


(MmHg) (MmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi perbatasan 120 – 149 90 – 94
Hipertensi sistolik perbatasan 120 – 149 < 90
Hipertensi sistolik terisolasi >140 < 90
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80
(sumber, Astuti, 2020)

2.1.6 Penatalaksanaan

Faktor pokok dalam pengobatan adalah keinginan kuat dalam mengontrol

tekanan darah , pilihan obat sesuai toleransi , keamanan dan ada kemauan dalam

memeriksakan diri serta pengobatan jangka panjang. Pengobatan hipertensi

terdiridari pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis ( Rispawati dkk, 2022).

Pengobatan farmakologis Obat antihipertensi untuk terapi farmakologis

antara lain : diuretika, terutama jenis Thiazide ( Thiaz ) atau Aldosterone

Antagonist ( Aldo Ant ), Beta Bloker ( BB ), Calcium Channel Blocker atau

Calcium antagonist ( CCB ), Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ( ACEI ),

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist / ARB blocker ,

Direct renin inhibitor ( DRI ). Masing-masing obat antihipertensi memiliki


14

efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Jika terapi dipilih dengan

hati - hati maka lebih dari setengah casing hipertensi ringan dapat dikontrol.

Pengobatan Nonfarmakologi dan juga pencegahan hipertensi antara lain :

1. Modifikasi gaya hidup

2. Penurunan berat badan

3. Mengurangi asupan garam dalam tubuh

4. Modifikasi diet lemak

5. Olahraga

6. Pembatasan alkohol

7. Teknik relaksasi

8. Berhenti merokok

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi berupa gangguan pada mata , jantung ,

ginjal dan otak . Klien hipertensi yang tidak melakukan pengontrolan yang teratur

dapat mengalami gangguan penglihatan oklusi koroner, gagal ginjal dan stroke.

Jantung juga akan membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja pada saat

gula guna melawan pembuluh darah yang tinggi . (Rispawati dkk, 2022).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. HB : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan

dapat mengindikasi faktor risiko seperti : hipokoagulabilitas dan anemia

b. BUN atau kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi

ginjal

c. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan


15

oleh pengeluaran kadar ketokolamin

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada

DM

2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati

3. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4. IUP : Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan

ginjal.

5. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung (Nurarif dan Kusuma, 2016)

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keperawatan keluarga adalah sebuah pelayanan secara holistik di mana

keluarga serta bagian - bagiannya menjadi pusat pelayanan yang tahap

pengkajian , diagnosis keperawatan , perencanaan , implementasi hingga evaluasi

melibatkan seluruh anggota keluarga di dalamnya Keperawatan keluarga

merupakan proses asuhan keperawatan yang diberikan dalam kondisi sehat

maupun sakit pada seluruh anggota keluargauntuk mencapai kesejahteraan yang

lebih tinggi. (Kholifah & Widagdo, 2016).

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting

dalam membentuk kebudayaan yang sehat, dari keluarga inilah akan tercipta

tatanan masyarakat yang baik dan harmonis (Harnilawati, 2013).

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga


16

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

(Harnilawati, 2013)

2.2.3 Tipe Keluarga

Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga

tradisional dan non tradisional, yaitu :

1. Keluarga Tradisional

a. The nuclear family(keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari

suami,istri, dan anak.

b. The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri

yanghidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.

c. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah

tua dengan anak sudah memisahkan diri.

d. The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat

menikahdan untuk mendapatakan anak terlambat waktunya.


17

Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang

terjadi pada wanita.

e. The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari

tigagenerasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear

family disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan,

dan lain sebagainya.

f. The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga

yangterdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat

terjadi karena proses perceraian, kematian atau bahakan ditinggalkan.

g. Commuter family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di

kotayang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga

dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat

tinggal.

h. Multigenerational family, yaitu keluarga dengan generasi atau

kelompokumur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i. Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti

tinggaldalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan

barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan dapur,

kamar mandi, televise, atau telepon bersama.

j. Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda

yangmenikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan

sebelumnya.
18

k. The single adult living alone/single adult family, yaitu keluarga

yangterdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya

atau perpisahan (seperasi) seperti perceraian atau ditinggal mati.

2. Keluarga Non Tradisional

a. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari

orang tuaterutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.

c. Commune family, yaitu keluarag dengan beberapa pasangana

keluargadengan anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup

bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas sama, pengalaman sama,

sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan

anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga

yang hidupbersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang

yangmempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup besama

sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).

f. Cohabitating couple, yaitu keluarga dengan beberapa orang

dewasa yanghidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa

alasan tertentu.

g. Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang

dewasayang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa

telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk

seksual dan membesarkan anaknya.


19

h. Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan

ataunilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan

barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya.

i. Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak

adahubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.

j. Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan

yangpermanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dana tau problem kesehatan mental.

k. Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-

orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam

kehidupannya (Kholifah & Widagdo, 2016).

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di

Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

1. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

3. Matrilokal
20

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

5. Keluarga kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri. (Harnilawati, 2013)

2.2.5 Fungsi Pokok Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Kholifah & Widagdo tahun 2016

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang

bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa

dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan kasih sayang. Reinforcement

dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif adalah :

1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung.

Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka

kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta

hubunganyang hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam


21

keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang

lain diluar keluarga.

2. Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap

anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai

keberadaannya dan haknya.

3. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hiudp baru.

Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan

dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak.

Hubngan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua – anak

dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti

ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi

yangpositif dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan

interaksi mereka.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial.

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berkahir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi.

Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau

hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,

memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga

sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

3. Fungsi reproduksi
22

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak

kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya

keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).

4. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian

dan ruah, maka keluarga memerlukan sumber keungan. Fungsi ini sulit dipenuhi

oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera).

5. Fungsi perawatan kesehatan

Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga

menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat

mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga menurut Kholifah dan Widagdo tahun 2016 yaitu

sebagai berikut :

1. Mengenal masalah

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat


23

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana

keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya

memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas

kesehatan keluarga tersebut.

2.2.6 Tugas Keluarga

Terdapat tujuh tugas keluarga, yaitu :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing masing anggota sesuai dengan kedudukannya

masing masing

4. Pengaturan jumlah anggota keluarga

5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

6. Sosialisasi antar anggota keluarga

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Husnaniyah,

Riyanto, & Kamsari, 2022).

2.2.7 Tahap Perkembangan Keluarga

Berikut diuraikan kedalapan tahap siklus kehidupan keluarga berikut tugas

perkembangannya menurut Kholifah & Widagdo tahun 2016 :

1. Tahap keluarga pemula (beginning family)

Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis


24

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)

d. Menetapkan tujuan bersama

e. Persiapan menjadi orang tua

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua).

2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child bearing)

Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (integrase

bayi dalam keluarga)

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan

anggota keluarga

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran orang

tua, kakek dan nenek

e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

f. Konseling KB post partum 6 minggu

g. Menata ruang untuk anak

h. Menyiapkan biaya Child bearing

i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun

Tugas perkembangan keluarga :


25

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi dan keamanan

b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang

lain

d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan

hubungan orang tua – anak) serta hubungan diluar keluarga (keluarga besar dan

komunitas)

e. Pembagian waktu, individu pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun

Tugas perkembangan keluarga :

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dalam mengembangkan hubungan dengna teman sebaya yang sehat

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebuthan kesehatan fisik anggota keluarga

d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

e. Menyediakan aktivitas untuk anak

5. Tahap keluarga dengan anak remaja

Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun

Tugas perkembangan keluarga :


26

a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan

kembang anggota keluarga

6. Tahap keluarga dengan anak dewasa

Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah

Tugas perkembangan keluarga :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru

dari perkawinan anak-anaknya

b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri

d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat

e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya.

7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga :

a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para

orang tua (lansia) dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan perkawinan


27

d. Persiapan masa tua/pension

8. Tahap keluarga usia lanjut

Tugas perkembangan keluarga :

a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

d. Mempertahankan hubungan perkawinan

e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

f. Mempertahakan ikatan keluarga antar generasi

g. Melakukan life review masa lalu


28

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data

secara terus-menerus terhadap keluarga yang dibinanya (Kholifah & Widagdo,

2016).

1. Pengumpulan data

Sumber informasi dari tahapan penumpulan data dapat menggunakan

metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan/ fasilitas rumah,

pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to too dan

telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear dan lain

sebagainya.

Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah :

a. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

a. Komposisi keluarga

Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari

keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga,

tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut.

Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga


29

yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai

dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan

jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal

lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.

b. Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan

konstelsi keluarga (pohon keluarga). Genogram merupakan alat pengkajian

informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-

sumber keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan vertical (lintas

generasi) dan horizontal (dalam generasi yang sama) untuk memahami kehidupan

keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk hal tersebut, maka genogram

keluarga harus memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga

masing-masing orang tua)

6) Tipe kelurga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-

masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut.

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.
30

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonmi keluarga ditentukan oleh pendapatn baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

c. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta

kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi,

sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman

terhadap pelayanan kesehatan.


31

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

d. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air

minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

meliputi kebiasaan, lingkungan fisik aturan atau kesepakatan penduduk setempat

serta budaya setempat yang mempengaruhi Kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkembangan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana interaksi keluarga dengan

masyarakat.

e. Struktur keluarga

1) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas-fasilitas yang memiliki keluarga untuk menunjang kesehatan


32

mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga

dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat.

2) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

a) Apakah anggota keluarga mengutamakan kebutuhan-kebutuhan dan

perasaan mereka dengan jelas.

b) Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons dengan

baik terhadap pesan.

c) Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti pesan .

d) Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga .

e) Pola yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan

(langsung atau tidak langsung) .

f) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat dalam pola

komunikasi keluarga .

3) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk mengubah perilaku.

4) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

5) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

f. Fungsi keluarga
33

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarg, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan

perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

terdapat dilingkungan setempat

Hal yang perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan kesehatan keluarga adalah :

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

maka perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari

masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab

dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.


34

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan

menggunakan sumber fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, maka

perlu dikaji.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat, maka perlu dikaji.

e) Untuk mengetahui sejauh mana emampuan keluarga mamanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat maka perlu dikaji.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengeni fungsi reproduksi keluarga adalah :

a. Berapa jumlah anak.

b. Apakah rencana keluarga berkitan dengan jumlah anggota keluarga.

c. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f) Stress dan koping keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang


35

a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan

b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor dikaji sejauh mana

keluarga berespons terhadap stressor

3. Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan stress

4. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan stress

g) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode ang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

h) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Ketidakpatuhan

Kode Diagnosis D.0114

Definisi : Perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana

perawatan atau pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga

menyebabkan hasil perawatan atau pengobatan tidak efektif.


36

Penyebab :

1. Disabilitas (mis. penurunan daya ingat, defisit sensorik/motorik)

2. Efek samping program perawatan/pengobatan

3. Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan

4. Lingkungan tidak terapeutik

5. Program terapi kompleks dan/atau lama

6. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (mis. gangguan mobilisasi,

masalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak di rumah, cuaca tidak

menentu)

7. Program terapi tidak ditanggung asuransi

8. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif,

kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Menolak menjalani perawatan/pengobatan

2. Menolak mengikuti anjuran

Objektif

1. Perilaku tidak mengikuti program perawatan/pengobatan

2. Perilaku tidak menjalankan anjuran

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif
37

1. Tampak tanda/gejala penyakit/masalah kesehatan masih ada atau

meningkat

2. Tampak komplikasi penyakit/masalah kesehatan menetap atau meningkat

Kondisi klinis terkait :

1. Kondisi baru terdiagnosis penyakit

2. Kondisi penyakit kronis

3. Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup

Dalam satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu

diagnose keperawatan keluarga, ,maka selanjutnya Bersama keluarga harus

menentukan skala perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Skala prioritas masalah keluarga

No Kriteria Skala Bobot Skoring


1 Sifat Masalah
Skala:
Promkes 3 1
Aktual 3
Resiko 2
Krisis mendatang 1
2 Modifikasi
kondisi/masalah
Skala : 2 2
Mudah 1
Sebagian 0
Tidakdapat
3 Potensial masalah untuk
dicegah
Skala: 3
Tinggi 2 1
Cukup 1
Rendah
4 Ciri khas
Skala:
Segera 2 1
Tidak perlu segera 1
Tidak dianggap 0
JUMLAH
38

Sumber : Kholifah & Widagdo, 2016

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Definisi :Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan dalam mengikuti

rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan,

sehingga hasil perawatan/pengobatan efektif.

Ekspetasi : Meningkat

Tabel 2.4 Rencana Tindakan dan Kriteria Hasil Berdasarkan SLKI dan

SIKI

SLKI SIKI
Tingkat Kepatuhan (L.12110) Dukungan Tanggung Jawab pada
1. Verbalisasi kemauan mematuhi Diri ( 1.09277 )
program perawatan atau pengobatan Tindakan
meningkat (5) Observasi
2. Verbalisasi mengikuti anjuran a.Identifikasi porsepsi tentang masalah
meningkat (5) kesehatan
3. Risiko komplikasi penyakit atau b.Monitor pelaksanaan tanggung
masalah kesehatan menurun (5) jawab
4. Perilaku mengikuti program Terapeutik
perawat atau pengobatan membaik c.Berikan kesempatan merasakan
(5) memiliki tanggung jawab
5. perilaku menjalankan anjuran d.Tingkatkan rasa tanggung jawab atas
membaik (5) perilaku sendiri
e.Hindari bardebat atau tawar-
menawar tentang perannya di ruang
perawatan
f.Berikan penguatan dan umpan balk
positif jika melaksanakan tanggung
jawab atau mangubah perilaku
Edukasi
g.Diskusikan tanggung jawab terhadap
profesi pemberi asuhan
h.Diskusikan konsekuensi Edak
melaksanakan tanggung jawab

Edukasi Kesehatan (I.12383)


Observasi
a.Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
b.Identifikasi faktor-faktor yang dapat
39

meningkatkan dan menurunkan


perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
c.Sediakan materi dan medla
pendidlkan kesehatan
d.Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
e.Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
f.Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
g.Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
h.Strategi perilaku hidup bersih dan
sehat dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusus perencanaan

keperawatan keluarga adalah berikut :

1. Rencana keperawatan yang harus didasarkan atas analisis data secara

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.

2. Rencana keperawatan harus realistic.

3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

Kesehatan

4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.

2.3.4 Implementasi

Menurut Kholifah & Widagdo tahun 2016 tindakan keperawatan terhadap

keluarga mencakup dapat berupa :

a. Menstimulasi kessadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan

kebutuhan kesehatan, dengan cara :

1) Memberikan infromasi : penyuluhan atau konseling

2) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan


40

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit:

1) Mendemosntrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara :

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Metode

yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi seperti

melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kotrak, manajemen

kasus, kolaborasi dan konsultasi.

2.3.5 Evaluasi

Menurut Kholifah & Widagdo tahun 2016 evaluasi adalah tindakan untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa


41

keperawatan , rencana tindakan , dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai ,

meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan . Evaluasi

merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan .

Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang

telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah

sesuai. Diagnosa keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan

kelengkapannya . Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk menentukan

apakah tujuan tersebut , dapat dicapal secara efektif .

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan

yang dilakukan oleh keluarga , perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan

dengan melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi - intervensi yang

diimplementasikan.

Meskipun evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan ,

sering kali membuat frustrasi karena adanya kesulitan - kesulitan dalam membuat

kriteria objektif hasil yang dikehendaki . Rencana perawatan mengandung

kerangka kerja evaluasi . Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang

terjadi setiap kali seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan .

Sebelum perencanaan dikembangkan lebih lanjut , perawat bersama keluarga

perlu melihat tindakan - tindakan perawatan tertentu apakah tindakan tersebut

benar - benar membantu .


42
43

Anda mungkin juga menyukai