Pengertian Hipertensi
Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler
yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.
The Joint National Community (JNC)dan WHO dengan International
Society of Hipertention definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah
seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi.
B. Patofisiologi
Beberapa mekanisme fisiologis terlibat dalam mempertahankan
tekanan darah yang normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi esensial. Faktor yang telah banyak
diteliti ialah : asupan garam, obesitas, resistensi terhadap insulin, sistem
renin-angiotensin dan sistem saraf simpatis.
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Tekanandarah yang bergantung curah jantung dan tahanan
vaskular perifer. Hipertensi esensial mempunyai curah jantung
yang normal, namun tahanan perifernya meningkat yang
ditentukan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel
otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.
2. Sistem renin-angiotensin
Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban
terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam.
Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin
(angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-paru oleh
angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan
vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
3. Sistem saraf otonom
System saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal dan memediasi
perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah
penyebab stres.
4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic peptide/ANP).
ANP adalah hormon yang diproduksi oleh atrium untuk
peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi
garam dan air dari ginjal. Gangguan pada sistem ini mengakibatkan
retensi cairan dan hipertensi.
C. Epidemiologi
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi telah membunuh
9,4 juta warga dunia. WHO memperkirakan penderita hipertensi akan
terus meningkat pada 2025 mendatang.
Menurut WHO 40% terjadi di negara ekonomi berkembang dan
35% di negara maju. Sementara kawasan Afrika terdapat penderita
hipertensi paling banyak dengan 46% dibandingkan dengan Amerika
sebanyak 35% dan kawasan Aisa Tenggara yang memiliki presentase
36% penderita hipertensi.
DiIndonesia sendiri berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
2007 adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI
Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah
Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi
hipertensi lebih tinggi dari angka nasional.
D. Klasifikasi Hipertensi
Berbagai macam klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-
masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National Committee 7
(JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Badan kesehatan
dunia(WHO) dan Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang
dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan
Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 juga membuat
klasifikasi hipertensi.
1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
E. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,system
reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca
ekstrseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab seperti gangguan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme
promer dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, kelainan neurologi,
obat-obat dan zat-zat lain.
F. Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko hipertensi antara lain :
1. Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi) :
a) Usia dan jenis kelamin
Hipertensi umumnya berkembang antara 35-55 tahun. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun
dengan bertambahnya usia. Dan terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
terjadi pada wanita dan 55 tahun pada laki – laki.
b) Keturunan
Sebanyak 30-60% kasus hipertensi adalah diturunkan secara
genetis.Jikaseseorang mempunyai orang tua menderita hipertensi maka
orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi
daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi).
2. Faktor lingkungan (dapat dimodifikasi)
a) Makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah
seiring dengan bertambahnya usia.
b) Obesitas/kegemukan
Untuk obesitas tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan
tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.Penurunan berat
badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
c) Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah.Nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah.
d) Asupan
1) Asupan Natrium (garam)
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik
sensitif terhadap natrium, asupan natrium lebih dari 6 gram per hari,
maka tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya
usia.
2) Asupan Kalium
Asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya
resistansi pembuluh darah pada ginjal. Orang dengan asupan tinggi
kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding
dengan orang yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
The joint national Committee JNC) melaporkan bahwa terdapat
hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan
darah.Suplementasimagnesium direkomendasikan untuk mencegah
kejadian hipertensi.
4) Kalsium
JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium
dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan
kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000mg par hari.
G. Gejala Penyakit
Pada hipertensi terdapat gejala-gejala yang sering timbul diantaranya :
1. Sakit kepala
2. Mimisan tiba-tiba
3. Tekanan darah meningkat,tachikardi
4. Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian
suboccipital,mati rasa(kelemahan salah satu anggota tubuh).
5. Kecemasan,depresi, dan cepat marah.
6. Diplodia(penglihatan ganda).
7. Mual dan muntah
8. Sesak nafas, tachipne.
Beberapa gejala diatas dapat disebabkan oleh kerusakan organ seperti
otak, jantung, mata dan ginjal sebagai akibat tidak terkontrolnya
tekanan darah.
H. Manifestasi Klinik
HIpertensi tidak menimbulkan gejala, namun secara tidak
sengaja ada beberapa gejala terjadi bersamaan. Gejala yang
dimaksudkan adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan, padahal hal ini juga bisa terjadi pada orang
dengan tekanan darah normal. Jika hipertensinya berat dan tidak diobati
bisa timbul gejala berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak napas
6. Gelisah
7.Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata jantung dan ginjal.
8.Ensefalopati hipertensif, yaitu penurunan kesadaran bahkan koma
karena pembengkakan otak. Dan ini butuh penanganan segera.
I. Diagnosa
Diagnosa Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena
hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat.
1. Anamnesa :
Dilakukan anamnesa singkat.Krisis hipertensi umumnya adalah nyeri
dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta, mata
kabur pada edema papila mata, sakit kepala hebat, gangguan kesadaran
dan lateralisasi pada gangguan otak, gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal, di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan
tekanan darah pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
tingginya tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target.
Hal yang penting ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.
d. Gejala sistem syaraf (sakit kepala, hoyong, perubahan mental,
ansietas).
e. Gejala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang).
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan
oedemparu, nyeri dada).
g. Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
2. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD (baring dan
berdiri) mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan
neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi). Perlu dicari penyakit
lainnya seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan penunjang :
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu
diagnosis dan perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria,
hematuri dan silinder. Tingginyatekanan darah melibatan ginjal apalagi
bila ureum dan kreatinin meningkat.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a) Pemeriksaan yang segera seperti :
- Darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD
- Urine : Urinalisa dan kultur urine
- EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan coroner
- Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
b) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
- Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography (kasus tertentu),
biopsi renald (kasus tertentu).
- Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab,
CAT Scan.
- Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA).
- (USG) untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.
J. Terapi Pengobatan
i. Terapi Non Farmakologi
Semua pasien hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang
gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alkohol.
Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi
Kira-kira
Modifikasi Rekomendasi penurunan
tekanan darah,
range
Penurunan berat Pelihara berat badan normal (BMI 18.5 – 5-20 mmHg/10-kg
badan (BB) 24.9) penurunan BB
Adopsi Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk 8-14 mm Hg
polamakan DASH susu rendah lemak
Diet rendah Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 2-8 mm Hg
sodium 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium
klorida)
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan 4-9 mm Hg
kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
Minum alkohol Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari 2-4 mm Hg
sedikit saja (30 ml etanol [mis.720 ml beer, 300ml wine)
untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan
K. Komplikasi Hipertensi
Pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastoliksama
atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang
terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terserang
hipertensi antara lain:
1. Mata
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan retinopati hipertensi
(pendarahan), pecahnya pembuluh darah pada retina sehingga terjadi
gangguan pengelihatan misalnya berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.
2. Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan gangguan struktur penyaring ginjal yang
pada tahap akhir dimana penderita dapat mengalami cuci darah.
Contohnya berupa gagal ginjal
3. Jantung
Hipertensi dapat mengakibatkan pembesaran dinding vertikal jatung
yang akan mengganggu pompa jantung sehingga jantung tidak dapat
bekerja secara optimal akan mengakibatkan gagal jantung seumur
hidup. Contohnya sepertilemah jantung, jantung koroner.
4. Otak
Pada otak penderita hipertensi akan mengalami gangguan berupa
sumbatan atau pendarahan otak yang dapat mengakibatkan penderita
meninggal, misalnya stroke.
5. Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah tepi dapat mengalami penyumbatan maupun diseksi
aorta.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah
komplikasi hipertensi adalah :
a) Mengendalikan tekanan darah dan memeriksa tekanan darah
secara rutin disertai pemeriksaan untuk pemantauan risiko
komplikasi.
b) Apabila anda juga penderita diabetes, maka kendalikan kadar gula
dalam diri anda.
c) Mengkonsumsi obat secara rutin.
d) Berolah raga
DAFTAR PUSTAKA