Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa konsep dasar,meliputi 1)

konsep dasar Hipertensi, 2) konsep dasar nyeri, 3) konsep asuhan keperawatan

Hipertensi berhubungan dengan nyeri kepala.

2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price

&Wilson, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan ( morbiditas ), dan angka kematian ( mortalitas ). Tekanan darah 140 /

90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik

140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik

90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung. (Triyanto Endang, 2014)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas normal atau

peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan

tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.

(Aspiani, 2014)

Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistolik >140mmhg dan

6
7

diastoliknya >90mmHg dengan satu kali kunjungan dikarenakan tekanan darah

bisa berubah sewaktu waktu.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi yaitu, hipertensi sistolik

merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Hipertensi diastolik

merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi

campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Klasifikasi Hipertensi sendiri dapat dibedakan menjadi:

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Derajat I 140-149 90-99

Hipertensi Derajat II ≥ 160 ≥ 100


Bell, Twiggs and Olin, 2015

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut The Joint National Commite
VIIITahun 2014
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Tanpa Diabetes/CKD
- ≥ 60 th <150 <90
- ≤ 60 th <140 <90
Dengan Diabetes/CKD
- Semua umur dengan DM <150 <90
tanpa CKD -
- Semua umur dengan CKD <150 <90
dengan/tanpa DM <
Sumber:Peterson 2010
8

Tabel 2.3 Kategori TD pada (ESC/ESH 2018)


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Hipertensi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-44
Normal Tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi Ringan 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi sedang 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi berat >180 Dan/atau >110
Hipertensi sistolik >190 Dan/atau <90
Sumber:Bambang Widjayantoro(2018)

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Penyebab Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi

dua golongan :

1. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita

hipertensi (Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi primer tidak bisa

disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat (Bell,

Twiggs, & Olin, 2015)

2. Hipertensi Sekunder

Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5-8% dari seluruh penderita

hipertensi. Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal (hipertensi renal),

penyakit endokrin dan obat dan makanan yang secara lansung atau tidak

langsung berpengaruh pada organ organ yang mengakibatkan tekanan

darah naik waktu ke waktu


9

2.1.4 Faktor Faktor Penyebab Hipertensi

1) Faktor yang tidak dapat dirubah

a) Usia

Faktor penyebab hipertensi yang pertama adalah usia. Karena seiring

berjalannya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin besar. Pada

umumnya, hipertensi pada pria akan muncul pada usia 45 tahun, sedangkan

pada wanita terjadi di atas usia 65 tahun.

b) Keturunan atau Riwayat Keluarga

Faktor penyebab hipertensi yang kedua adalah keturunan. Hipertensi

memang rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat darah

tinggi.

d) Etnis atau Ras

Ras berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan orang

berkulit putih .pria berkulit putih pada tingkat terendah 6,3% dibandingkan

pria berkulit hitam tingkat terendah 22,5%.orang berkulit hitam untuk

menderita hipertensi primer ketika predisposisikadar renin plasma yang

rendah mengurangi kemampuanginjal untuk mengekskresikan kadar natrium

yangberlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

2) Faktor yang dapat dirubah

a) Obesitas

Faktor penyebab hipertensi ketiga adalah obesitas. Meningkatnya berat

badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dialirkan ke dalam sel melalui

pembuluh darah juga meningkat. Hal ini pun mengakibatkan tekanan di

dalam pembuluh darah dan jantung.


10

b) Kelebihan atau Kekurangan Kalium

Faktor penyebab hipertensi yang keempat adalah terlalu banyak

mengonsumsi garam atau malah terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang

mengandung kalium. Hal ini rupanya juga dapat mengakibatkan tingginya

natrium dalam darah, sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan

dalam pembuluh darah.

c) Kurang aktivitas fisik dan olahraga

Faktor penyebab hipertensi yang kelima adalah kurang aktivitas tubuh. Hal

ini akan mengakibatkan meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung

harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kurang beraktivitas dan

olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan, yang

merupakan faktor risiko hipertensi.

d) Merokok

Faktor penyebab hipertensi yang terakhir adalah merokok. Zat kimia yang

terkandung dalam rokok dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit.

Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah

dan jantung (Setyani, A. T., & Sodik, M. A. (2018)

e) Konsumsi Kafein

Kopi Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai

anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung

dan relaksasipembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darahturun dan

memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan

adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan

pembuluh darah mengalami konstriksidisusul dengan terjadinya peningkatan


11

tekanan darah (Blush, 2014).

2.1.5 Patifisologi Hipertensi

Patofisiologi Hipertensi Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan

total peripheral resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel

tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalisdan keluar dari kolumna

medulla spinalisganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui

syitem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut sarafpaska ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan

kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembulih darah terhadap rangsang vasokonsstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak

diketahui dengan jejas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan

dimana sistem saraf merangsang pembuluh darah sebagai responsrangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi


12

angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume tekanan

intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi

smelzer&bare(2008). Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala

saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan

tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan

langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan

urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia

atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur,

dan mata berkunangkunang.(Kumar V, Abbas 2005)


13

2.1.6 Pathway

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi

2.1.6 Manifestasi Klinis

Pada tahap awal perkembangan hipertensi,tidak ada manifestasi yang

dicatat oleh klien oleh praktis kesehatan.pada akhirnya tekanan darah akan

naik,dan jika keadaan ini tidak terdeteksi selama pemeriksaan rutin,klien akan

tetap tidak sadar bahwa tekanan darah nya naik.


14

a) Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b) Gejala yang Lazim

Jika keadaan ini dibiarkan tidak terdignosis,tekanan darah akan terus

naik.manifestasi klinis akan menjadi jelas,dan klien pada akhirnya akan datang ke

rumah sakit dan mengeluhkan sakit kepala terus

menerus,kelelahan,pusing,berdebar debar,sesakpandangan kabur,penglihatan

ganda,atau mimisan Sering dikatakan bahwa gejala lazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis. (Amin dan Hardhi, 2015)

Tanda dan gejala pada pasien hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing.

2) Lemas, kelelahan.

3) Sesak nafas.

4) Gelisah.

5) Mual.

6) Muntah.

7) Kesadaran menurun. (Amin dan Hardhi, 2015)

Pengkajian klien dengan hipertensi melibatkan tiga objek utama yaitu

sebagai berikut:

1) Mengkaji gaya hidup dan menentukan adanya faktor resiko kardiovaskular

lainya atau gangguan yang bersamaaan yang dapat mengaruhi prognosis dan
15

panduan pengobatan

2) Mengendentifikasi jenis hipertensi(primer atau sekunder)dan penyebab yang

dapat dikenali

3) Menverifikasi ada atau tidaknya adanya keterlibatan (joyce M.black 2014)

2.1.7 Komplikasi

1. Stroke

Riwayat Hipertensi berpengaruh signifikan terhadap kejadian sroke

disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena aliran darah pada

pembuluh darah diblokir oleh gumpalan darah. Hal Ini memotong pasokan

oksigen dan nutrisi sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Gejala

yang paling umum dari Stroke adalah lemah mendadak atau mati rasa pada wajah,

lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain termasuk:

kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kesulitan melihat

dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, kehilangan

keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya,

pingsan atau tidak sadarkan diri (WHO 2016).

2. Tekanan darah tinggi

menyebabkan kerusakan pada ginjal,tekanan darah tinggi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal akibatnya ginjal

tidak mampu membuang zat zat yang tidak dibutukan oleh tubuh

3. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya ke jantung

dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain yang

sering disebut edema. Cairan di dalam pada kelainan paru-paru menyababkan


16

sesak napas,timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron –neuron di sekitarnya kolap dan terjadi

koma.

4. Peningkatan pembuluh darah selebral dapat menyebabkan perkembangan

mikroaneurisma (Lemone,burke ,bauldoff, 2012)

2.1.8 Pencegahan Hipertensi

Beberapa cara pencegahan hiprtensi menurut (Dipiro, dkk., 2011; Soenarta, dkk.,

2015):

Pencegahan dengan pola hidup sehat meliputi:

1) Pencegahan hipertensi mengatur pola makan

2) Pencegahan hipertensi dengan berhenti merokok dan mengurangi konsumsi

alkohol

3) Pencegahan dengan olahraga yang cukup

4) pencegahan dengan istirahat yang cukup

5) selalu berpikiran positif

2.1.9 Penatalaksanaan

Pengelolahan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg.Prinsip

pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1) Terapi non farmakologi


17

Terapi non farmakologi digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.terapi

nonfarmakologi meliputi:

a) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

b) Penurunan berat badan

c) Penurunan asupan etanol

d) Menghentikan merokok

e) Diet tinggi kalium

f) Latihan fisik dan olahraga secara teratur

g) Pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit hipertensi

h) Edukasi psikologis:

Teknik biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda tanda mengenai keadaan tubuh yang secara

sadar oleh subyek dianggap tidak normal pada penerapan ini dipakai untuk

mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain

Teknik relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,dengan cara melatih bagi

penderita untuk belajar membuat otot tubuh menjadi rileks

(Padila.Skep.Ners 2017)

2) Terapi Farmakologi

Terapi Farmakologi meliputi:

1) Deuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan mengeluarkan cairan tubuh

(melalui urine) sehingga volume cairan tubuh berkurang dan


18

mengakibatkan ringannya daya pompa jantung contoh :

(bendroflumethiazid, hydrochlorthiazide)

2) Beta bloker

Menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya dapat

menurunkan tekanan darah.Contoh : Propanolol, Atenolol, Bisoprolol.

3) Ca antagonis

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas)

Contoh:Nifedipin(Adalat,codalat,farmalat),Diltiazem (Herbeser,farmabes)

4) ACE inhibitor

Golongan ini bekerja menghambat zat angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan meningkatkantekanandarah

contoh:(cartropil ,elanapril,lisinopril,perindopril,rmipril,trandolapril)

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hipertensi

bertujuan untuk mengetahui progresi penyakit ini. Pemeriksaan dasar yang

sebaiknya dikerjakan pada hipertensi primer yakni:

1) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan disesuaikan dengan faktor risiko dan

klinis pasien :

a) Penilaian risiko kardiovaskular : Gula darah puasa, profil lipid, asam urat

b) Penilaian penyebab hipertensi : TSH (Thyroid-stimulating hormone)

c) Penilaian komplikasi hipertensi :


19

(1) Serum kreatinin untuk perhitungan Egfr

(2) Serum sodium, potassium dan kalsium

(3) Urinalisa

2) Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Terdapat berbagai pilihan pemeriksaan untuk menilai ada tidaknya komplikasi:

a) EKG : digunakan untuk menilai apakah terjadi komplikasi seperti infark

miokard akut atau gagal jantung

b) Foto polos thoraks : digunakan untuk menilai apakah terjadi pembesaran

ventrikel atau edema paru

c) Ekokardiografi : digunakan untuk melihat fungsi katup dan bilik jantung

d) Doppler perifer : digunakan untuk melihat struktur pembuluh darah,

misalnya pada thrombosis vena dalam dan penyakit arteri perifer

e) USG ginjal : digunakan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal,

misalnya batu ginjal atau kista ginjal

f) Skrining hipertensi endokrin CT SCAN kepala (Thomas G et al, 2018)

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang

berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya,dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya

(Tetty S, 2015)

Salah satu teori nyeri yang signifikan dalam istilah klinis

menjelaskan efek sensabilitas system saraf pusat dan perifer terhadap


20

stimulus nyeri. Berdasarkan teori ini, tanda penyebab nyeri membuat

rangkaian perubahan pada system saraf yang meningkatkan responsivitas

neuron perifer dan sentral. Perubahan tersebut pada akhirnya

meningkatkan respon terhadap tanda nyeri selanjutnya dan menguatkan

rasa nyeri. Studi tentang prosedur penimbul nyeri yang dilakukan pada

bayi menunjukkan bahwa mereka yang mendapatkan analgesia mengalami

penurunan sensitivitas terhadap kejadian penimbul nyeri yang akan dating,

sedangkan mereka yang tidak mendapatkan analgesia mengalami

sensitivitas yang lebih besar (Taddio & Katz, 2015 dalam Joyce M Black,

2014)

Menurut (PPNI, 2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Kesimpulan definisi nyeri di atas adalah sesuatu ketidaknyamanan

yang menyakitkan di dalam tubuh yang diungkapkan oleh individu yang

mengalaminya.

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi Nyeri menurut buku ajar konsep dan proses Keperawatan Nyeri

Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi:

1) Nyeri Akut

Nyeri Akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,penyakit

atau intervensi bedah.nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung beberapa detik dan tiga bulan (Andarmoyo, 2013)


21

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu.nyeri kronik berlangsung lama intensitas

yang bervariasi biasanya bisa berlangsung selama lebih dari 6 bulan.

Klasifikasi Berdasarkan Asal

1) Nyeri Nosiseptip

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri akut diakibatkan aktivasi atau sentisasi

nosiseptor perifer yang mengenai kulit tulang, sendi, otot, jaringan ikat,

dll. hal ini dapat terjadi pada nyeri post operatif dan nyeri kanker.

2) Nyeri Neuropatik

Nyeri Neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang

didapat pada struktur saraf perifer. Nyeri ini sulit diobati contoh nyeri

neuropatik adalah nyeri seperti rasa terbakar ,tingling, shooting, shock like

dan lain lain. Nyeri neuropatik merupakan nyeri kronis

Klasifikasi berdasarkan lokasi

a. Supervicial atau kutaneus.

Nyeri supervicial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri

biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contohnya seperti tertusuk

jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

b. Visceral dalam.

Nyeri visceral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulus organ-

organ internal. Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar ke beberapa

arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan


22

dengan mual dan gejala- gejala otonom. Contohnya sensasi pukul

(crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus

lambung.

c. Nyeri alih (referred pain).

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral karena

banyak organ yang tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat

terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa

dengan berbagai karakteristk. Contohnya nyeri yang terjadi pada infark

miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu

empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

d. Radiasi.

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera ke bagian tubuh yang lain. Karakteristik nyeri terasa seakan

menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh

nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang rupture

disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

2.2.3 Faktor Faktor Yang mempengaruhi Nyeri

1) Usia.

Usia merupakan hal yang terpenting dalam mempengaruhi nyeri

pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami

nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri,

sedang pada lansia untuk menginterpretasi nyeri dapat mengalami

komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-

samar yang mungkin mengenai tubuh yang sama


23

2) Jenis kelamin.

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespon terhadap nyeri, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh

factor-faktor biokimia tanpa memperhatikan jenis kelamin (Nugroho,

2010).

3) Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan secara seeorang beradaptasi dengan nyeri dan nyeri

tersebut memberi kesan dan ancaman,suatu kehilangan,hukuman dan

tantangan.

4) Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri.perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang menurun

5) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.suatu bukti

mengaktifkan bagian sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi

terhadap nyeri

6) Keletihan

Keletihan dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi

nyeri.rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

mampu menurunkan koping.apabila keletihan disertai tidur persepsi nyeri

bahkan dapatkan berasa lebih berat lagi

7) Pengalaman Sebelumnya
24

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode

nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas

dan rasa takut akan muncul

8) Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidak mampuan,baik sebagian

maupun secara total.sumber sumber seperti berkomunikasi dengan

keluarga pendukung melakukan latian,atau menyanyi dapat digunakan

dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya mendukungklien dan

mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu

9) Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain nyeri ialah kehadiran orang orang terdekat klien dan

bagaimana sikap mereka kepada klien.kehadiran orang tua sangat penting

bagi anak anakyangsedang mengalami nyeri

2.2.4 Efek yang di timbulkan oleh nyeri

1) Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri klien yang berupa untuk

tidak mengeluh atau tidak mengakui ketidak nyamanan. Sangat penting

untuk mengkaji tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk

mengobservasi keterlibatan sraf otot saat awitan nyeri akut, denyut jantung

tekanan darah dan frekuensi pernafasan mengikat (Wahyudi 2016).

2) Efek perilaku

Klien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan

gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vocal serta mengalami

kerusakan interaksi sosial. Klien sering kali meringis, menggigit


25

bibir,gelisah,imbolisasi,dengan menghindari percakapan, menghindari

kontak sosial, dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri (Wahid

2016)

2.2.5 Mekanisme Nyeri

Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik yang khusus mendeteksi

kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri

dan tekanan. Reseptor yang menyalurkan sensasi nyeri disebut nosiseptor .

Proses yang berhubungan dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai

nosisepsi , dimana terdapat empat proses yang terlibat dalam nosisepsi (Kozier

B, 2010)

1) Tranduksi

Tranduksi adalah proses dimana stimulus berbahaya (cedera jaringan)

memicu pelepasan mediator kimia (misal., prostaglandin, bradikinin,

serotonin, histamin) yang mensensitasi nosiseptor (Kozier B,

2010)transduksi terjadi saat konversi stimulus mekanik, termal, atau kimia

beracun menjadi sinyal listrik yang disebut potensial aksi. Stimulus

berbahaya yang timbul saat 17 adanya kerusakan jaringan, suhu (misalnya,

kulit terbakar), mekanik (misalnya, sayatan bedah) atau rangsangan kimia

(misalnya, zat beracun), menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia ke

dalam jaringan yang rusak. Menurut (Lewis, et al., 2011)

2) Transmisi

Transmisi adalah proses dimana sinyal rasa sakit diteruskan dari bagian

perifer ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke otak. Dimana

potensial aksi diteruskan dari tempat cedera ke spinal cord kemudian dari
26

spinal cord diteruskan ke otak dan hipotalamus, kemudian dari

hipotalamus diteruskan ke korteks untuk kemudian diproses (Lewis, et. al.,

2011)

3) Persepsi

Persepsi terjadi ketika nyeri diakui, didefinisikan, dan ditanggapi oleh

individu mengalami rasa sakit. Di otak, masukan nociceptive dirasakan

sebagai nyeri. tidak ada satupun lokasi yang tepat di mana persepsi nyeri

ini terjadi, sebaliknya, persepsi nyeri melibatkan beberapa struktur di otak

Menurut Lewis, et al., (2011)

4) Modulasi

Sering kali digambarkan sebagai sistem desendens, proses ini terjadi saat

neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis

medula spinalis (Kozier B, 2010)

2.2.6 Intensitas Nyeri

1) Faces Scale (Skala Wajah)


Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu,
pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini
digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan
gangguan kognitif (Mubarak et al, 2015)

Menurut:Mubarak & Susanto, J. (2015)


27

2.2.7 Penatalaksanaan Nyeri

Sifat nyeri tersebut mempengaruhi kesehjahteraan individu menentukan

pilihan terapi atau manajemen dan penangananya.dengan seorang perawat

membantu meredakan nyeri dengan memberikan pereda nyeri melalui pendekatan

/manajemen farmakologis dan non farmakologis (Andarmoyo, 2013)

Intervensi Farmakologi:

1) Analgesik non-narkotik umumnya anti inflamasi non steroid (NSAID)

NSAID umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang seperti

nyeri terkait dengan artitis reumatoid.kebanyakan NSAID bekerja pada

reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri.

Contoh NSAID adalah ibuprofen (diminore), naproken (nyeri kepala

vaskuler), proksikam (gout) kotorotak (nyeri pasca operasi). Untuk non

narkotik adalah asetaminofen (nyeri pasca operasi ringan), asam asetilsalifat

(demam)

2) Analgesik Narkotik

Analgesik naekotik umumnya diresepkan dan digunakan untuk nyeri

sedang sampai berat seperti pasca operasi dan nyeri maligna. contoh

mempridin (nyeri kanker), metimorfin (infark miokard)

3) Obat tambahan adjuvan

Adjuvan seperti deratif,anti cemas dan relaksasi otot meningkatkan kontrol

nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri seperti mual

dan muntah .sedatif sering kali untuk penderita nyeri kronik contoh amitripin

(cemas) hidroksin (depresi) klorpromazin (mual) diazepam (muntah)

Intervensi non-farmakologi:
28

1) Bimbingan Antisipasi

Bimbingan memberikan pemahaman klien mengenai nyeri yang dirasakan dan

bertujuan untuk memberikan informasi kepada klien dan mencegah salah

interpretasi tentang peristiwa nyeri meliputi:kejadian,durasi nyeri,penyebab

nyeri,informasi tentang keamaanan klien metode mengatasi nyeri yang

digunakan oleh perawat dan klien(potter &perry 2006)

2) Terapi kompres dingin atau panas

Pemakain kompres es atau dingin dapat menurunkan prostaldin yang

memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain padaa tempat cedera

dengan menghambat proses inflamasi.terapi es bisa diletakan di bawah tempat

cedera setelah terjadi. Untuk kompres panas biasanya dilakukan di bagian

tubuh tertentu.dengan pemberian panas pembuluh darah darah akan melebar

sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut.

3) Stimulasi Saraf Elektris Traskutan( TENS)

Suatu alat yang menggunakan aliran listrik baik dengan frekuensi rendah

maupun tinggi yang dihubungkan beberapa elektroda pada kulit untuk

menghasilkan sensasi kesemutan menggetar dan mendengung pada area

nyeri.TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri

dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstransmisikan nyeri.

4) Distraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri dapat diartikan suatu

tindakan pengalihan pasien ke hal hal luar nyeri,diharapka pasien tidak

terfokuskan ke nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap

nyeri bahkan mengkatkan toleransi terhadap nyeri


29

5) Relaksasi

Suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik ketegangan dan stress

hingga meningkatkan toleransi terhadap nyeri.Teknik relaksasi sederhana

adalah napas abdomen dengan frekuensi lambat,berirama pasien dapat

memejamkan matanya dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang

teratur dapat melawan keletihan dan ketegangan nyerinotot yang terjadi nyeri

kronis dan meningkatkan nyeri

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan dengan masalah Nyeri Kepala pada pasien

Hipertensi

2.3.1 Pengkajian Data

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor

register, dan diagnosis medis.

2) Keluhan utama

Klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sering merasa pusing,

letih, detak jantung berdenyut kencang,Nyeri pada bagian belakang kepala, dan

sulit tidur.

3) Data riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat klien sedang melakukan aktivitas sering merasa lelah.

Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,Tekanan darah>140mmHg,

selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
30

b) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi,diabetes militus,penyakit jantung, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan,

aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.

c) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes

melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

4) Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi

meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,

hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah

klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.

2.3.2 Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST sebagai berikut

(mubarak et al,2015):

Tabel 3.1 karakteristik nyeri


Karakteristik Keterangan
P (provokatif atau paliatif) a Merupakan data dari penyebab atau sumber nyeri
pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa:
b Apa yang menyebabkan gejala nyeri ?
c Apa saja yang mampu mengurangi ataupun
memperberat nyeri ?
d Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama kali
dirasakan ?
Q (kualitas atau kuantitas ) a Merupakan data yang menyebutkan seperti apa
nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang
ditujukan kepada pasien dapat berupa :
b Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang
31

dirasakan ?
c Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang di
rasakan pasien sekarang dengan nyeri yang
dirasakan sebelumnya. Apakah nyeri hingga
mengganggu aktifitas?
R (Regional atau area yang a Merupakan data mengenai dimana lokasi nyeri yang
dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada
terpapar nyeri atau radiasi)
pasien dapat berupa :
b Dimana gejala nyeri terasa ?
c Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat ?
S (Skala) a Merupakan data mengenai seberapa parah nyeri
yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan
pada pasien dapat berupa : seberapa parah nyeri
yang dirasakan pasien jika diberi rentang angka 1-
10 ?
T (time atau waktu ) a Merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan,
pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat
berupa :
b Kapan gejala nyeri mulai dirasakan ?
c Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau
bertahap ?
d Berapa lama nyeri berlangsung ?
e Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara
bertahap ?
Pemeriksaan Fisik:

1. Keadaan umum:

a) Kesadaran = GCS (glaslow coma scale) meliputi eye,verbal,motorik

dengan normal 4-5-6

b) Tanda tanda vital meliputi= Tekanan darah tinggi 140> mmHg,Nadi

90x/menit,suhu 37 C,RR 24x/menit dengan skala nyeri 1-10,didapatkan


32

nyeri 4 yaitu nyeri cukup mengganggu di bagian belakang kepala

c) Sistem Pernafasan(breathing) B1

Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea

(gangguan pernafasan pada saat berbaring ), PND, batuk dengan atau

tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis,

pengunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan

(ronkhi rales, wheezing) (Udjianti Wajan, 2013)

d) Sistem kardiovaskular(blood) B2

1) Inspeksi : gerakan dinding abnormal

2) Palpasi : denyut apical kuat

3) Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat

4) Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi

jantung S2 mengeras S3 (gejala CHF dini). Murmur dapat

terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup. (Udjianti Wajan,

2013)

e) Sistem Persayarafan(brain) B3

Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di

suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi nadan.

Gangguan visual (diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur)

dan episode epistaksis (Udjianti Wajan, 2013)

f) Sistem Perkemihan (bladder) B4

Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti Wajan,

2013)

g) Sistem Pencernaan (bowel) B5


33

Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat

pemakaian deuretik.Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal

atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, dan

glikosuria. (Udjianti Wajan, 2013)

h) Sistem integumen otot (bone) B6

Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2

detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing (Udjianti Wajan, 2013)

Pemerikasaan Penunjang:

1) EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi

atau disritmia(Udjianti, 2013, p. 110)

2) Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2014) meliputi:

a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti :

Hipokoagubilitas, anemia.

b) BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal

c) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal

danada DM

3) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

4) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal

5) Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.
34

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung actual mapun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan

langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah

kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan

keputusan klinis tentang respons seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai

akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual ataupotensial.

Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi resons klien individu,

keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang

masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan meruakan tanggung jawab

sesorang perawat terhada masalah yang diidentifikasi berdasarkan data serta

mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (PPNI, 2016).

Diagnosa pada asuhan keperawatan ini adalah Nyeri kepala berhubungan dengan

Agen cedera fiologis (iskemia).

2.3.4 Rencana Keperawawatan

Diagnosa
No Tujuan dan kriteria
Keperawatan Intervensi Rasional
hasil
35

1 Nyeri kepala Tujuan : a. Observasi 1. Gunakan data


berhubungan setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, subyektif dari
dengan Agen tindakan karakterisktik, klien untuk
cedera keperawatan durasi, frekuensi, mengetahui
fisiologis(iskemia) selama 3 x 24 jam kualitas, intensitas keluhan yang
diharapkan nyeri nyeri dirasakan pada
kepala berkurang 2. Identifikasi skala klien
nyeri
Kriteria hasil / 3. Identifikasi faktor 2. Kaji skala nyeri
Luaran : yang memperberat pada pasien dari
1. Keluhan nyeri dan memperingan ringan sampai
skala 6 nyeri berat dengan
menjadi 5 4. Monitor efek skala nyeri 0-10
2. Sikap samping
protektif penggunaaan 3. Terapkan
menurun analgetik teknik non
3. Gelisah b. Terapeutik farmakologi pada
menurun 1. Berikan teknik non pasien agar nyeri
4. Kesulitan farmakologis pijat pasien berkurang
tidur menurun tengkuk dan
5. Tekanan kompres hangat 4. Edukasi pasien
darah jahe dengan
membaik 2. Kontrol lingkungan lingkungan sekitar
yang memperberat dengan berpikiran
rasa nyeri ( mis, positif
suhu lingkungan,
pencahayaan, 5. Selalu
kebisingan) memantau
3. Fasilitasi istirahat keadaan pasien
dan tidur setelah diberikan
c. Edukasi obat2an
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu 1. Berikan terapi
nyeri untuk mempereda
2. Jelaskan strategi nyeri
meredakan nyeri
3. Anjurkan 2. Terapkan
menggunakan manajemen sesuai
analgetik secara standart sop
rutin
4. Anjurkan
melakukan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia) & (Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia)
36

2.3.5 Implementasi Keperawatan

Menurut (Kozier B, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase

dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan

sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan

dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang

digunakan untuk melaksanaan intervensi

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier B, 2010) adalah fase kelima atau

terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,

proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan

balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah

program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,

objektif, assesment, planing) . Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah

yang klien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuandan kriteria hasil

adalah:

a) Keluhan nyeri menurun

b) Kesulitan tidur menurun

c) Meringis menurun

d) Kesulitan tidur menurun

Anda mungkin juga menyukai