Anda di halaman 1dari 3

1. Jelaskan struktur anatomi tulang vertebrae dan fisiologi persyarafannya !

Bila perlu anda


dapat menambahkan gambar.
 Anatomi Vertebra
Tulang Belakang secara medis dikenal sebagai columna vertebralis (Malcolm, 2002).
Rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh
sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara setiap dua
ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang
belakang pada orang dewasa mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya terdapat
33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang terpisah dan 9 ruas sisanya
dikemudian hari menyatu menjadi sakrum 5 buah dan koksigius 4 buah (Pearce,
2006).
Tulang vertebra merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrae. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan
dengan sendi apofisial (faset). Stabilitas vertebra tergantung pada integritas korpus
vertebra dan diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu
ligamentum (pasif) dan otot (aktif) (Pearce, 2006).

2. Uraikan definisi Cidera Medula Spinalis 


Cidera medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak
langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian

3. Jelaskan penatalaksanaan cidera medula spinalis


Penatalaksanaan awal spinal cord injury atau cedera spinal berfokus pada prosedur life-
saving sesuai protokol Advanced Trauma Life Support (ATLS®). Manajemen jalan napas
sangat penting terkait komplikasi sistem respirasi yang menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada cedera spinal dengan insidensi antara 36% hingga 83%,
hal ini disebabkan oleh berkurangnya kapasitas vital, retensi sekret dan disfungsi otonom.
Karena hipotensi dan iskemia-reperfusi adalah faktor yang diketahui sebagai cedera
sekunder, step B dan C pada protokol ATLS® seperti oksigenasi segera dan penggantian
volume secara agresif sangat penting.

4. Jelaskan tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada saat pengkajian pada pasien cidera
medula spinalis sesuai dengan tingkat cidera nya !
Gejala Cedera Saraf Tulang Belakang
 Tanda pasien tampak meringis menahan nyeri, gelisah, GCS 15, ekstremitas bawah
tidak menunjukkan kontraksi otot, respon sensorik juga negatif, retensi urine. Hasil
pemeriksaan TD 90/60 mmHg, Nadi 110 x/menit, RR 26 x/menit, Suhu 36 derajat
celcius. Hb 14 gr/dl, eritrosit normal, leukosit normal, trombosit normal, CT scan :
Vertebral Injury Os L1-L5 Disk Intervertebrae.
 Gejala utama yang biasanya dapat terlihat jelas pada cedera saraf tulang belakang
adalah gangguan motorik yang berupa kelemahan otot dan gangguan sensorik yang
berupa mati rasa. Berdasarkan tingkat keparahan cedera, gejala bisa dibagi menjadi:

 Gejala tidak menyeluruh atau lokal (incomplete)


Gejala tidak menyeluruh terjadi ketika cedera saraf hanya menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk bergerak (gerakan menjadi lemah) atau
merasakan.
 Gejala menyeluruh (complete)
Gejala menyeluruh ditandai dengan hilangnya semua kemampuan sensorik dan
motorik sehingga pasien tidak dapat bergerak atau merasakan sama sekali

5. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk pasien cidera medula spinalis
dan bagaimana mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang tersebut
a. Rontgen thorax
Rontgen proyeksi dada yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi yang
mempengaruhi dada, isinya, dan struktur di sekitarnya
b. CT-Scan
Untuk menentukan tempat luka atau jejas, mengevaluasi gangguan struktural
c. MRI
Untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
d. Mielografi
e. Foto rontgen thorak, memperlihatkan keadan paru
f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal): mengukur volume inspirasi
maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada
trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus/otot interkostal).
g. Laboratorium:
 Osteocalsin: Suatu protein tulang yang disekresi oleh osteoblast;
 B-cross lap: parameter untuk proses rosorpsi (penyerapan tulang) untuk
mengetahui fungsi osteoklas;
 Elektrolit: kalsium total;
 Darah lengkap: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit;
 Kimia darah: Gula darah 2 jam postprandial, gula darah puasa;
 Analisa Gas Darah
h. Pungsi Lumbal : Berguna pada fase akut trauma medulla spinalis. Sedikit peningkatan
tekanan likuor serebrospinalis dan adanya blokade pada tindakan Queckenstedt
menggambarkan beratnya derajat edema medulla spinalis, tetapi perlu diingat
tindakan pungsi lumbal ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena posisi fleksi
tulang belakang dapat memperberat dislokasi yang telah terjadi. Dan antefleksi pada
vertebra cervical harus dihindari bila diperkirakan terjadi trauma pada daerah vertebra
cervicalis tersebut.
i.
6. Jelaskan bagaimana pasien cidera medula spinalis dapat mengalami masalah gangguan
aktifitas ?

Karena Cedera saraf tulang belakang umumnya disebabkan oleh kecelakaan saat
berkendara, cedera saat berolahraga, atau kekerasan fisik. Saraf tulang belakang
merupakan terusan dari otak yang membentang dari leher hingga ke tulang ekor. Saraf ini
berperan penting pada proses pengiriman sinyal dari otak ke seluruh tubuh dan
sebaliknya. Jika saraf ini rusak, akan terjadi gangguan pada beberapa fungsi tubuh, seperti
hilangnya kemampuan untuk bergerak atau merasakan sesuatu. Dalam hal ini tentunya
pasien menggalami gangguan aktivitas dan perlu bantuan dari perawat dan keluarga
pasien

7. Sebutkan masalah keperawatan apa saja yang muncul berdasarkan kasus diatas
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
 Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas stuktur tulang
 Retensi urin b.d disfungsi neurologis

8. Buatlah 1 rencana intervensi untuk salah satu masalah keperawatan mengenai gangguan
aktifitas pada kasus diatas (rumusan dx keperawatan, Tujuan dan Intervensi
1. Diagnosa
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
a. Nyeri menurun
b. Meringis / kesakitan menurun
c. Gelisah menurun
3. Intervensi
a. Kaji TTV
b. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
c. Identifikasi skala nyeri
d. Monitor efek samping penggunaan analgetic
e. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
f. Jelaskan strategi meredakan nyeri
g. Ajarkan Teknik non farmakologis
h. Kolaborasi pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai