Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATA KULIAH TINGKAH LAKU DAN PENANGANAN TERNAK

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

Riski Nopriyansyah 21741058

PROGRAM STUDI D3 PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

TAHUN AJARAN

2021/2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb puji syukur atas rahmat Allah SWT,berkat rahmat serta karuniannya sehingga
makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi tugas dari ibu pada mata kuliah kesehatan Ternak selain
itu makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang pengambilan headling dan
penangan ternak di Indonesia saat ini

Saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu selaku dosen Berkat tugas yang di berikan ini
dapat menambah wawasan saya berkaitan dengan topik yang di berikan .saya juga mengucapkan
terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah
ini

Saya menyadari bahwa dalam penusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan, karna itu
saya mohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang membaca dalam makalah ini. penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………….………….....…………….. ii

DAFTAR ISI......................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1Handling Binatang Ternak ........................................... 3

2.1.2 Handling Pada Berbagai Komoditi Ternak................4

2.2 Ternak Sapi ...................................................................7

2.2.1Penyakit Strategis......................................................7

2.2.2 Penyakit Coccidiosis...............................................8

2.2.3 Siklus Hidup.............................................................8

2.2.4 Cara Penularan.........................................................9

2.2.5Patogenesa................................................................9

2.2.6Gejala klinis...............................................................10

2.2.7 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit..................10

2.3 Ternak kambing dan domba .....................................10

2.3.1 Macam - macam penyakit kambing/domba ........... 11

2.3.2Pengendalian penyakit...............................................12

BAB 3. KESIMPULAN…………………………………………….…….….....13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Secara umum tingkah laku ternak adalah suatu rangkaian atau gerakan yang terjadi secara senghaja
maupun tidak senghaja. Gerakan ini mempunyai permulaan,tengah dan terakhir. Sedangkan tingkah
laku ternak adalah suatu bentuk aktivitas ternak yang melibatkan fungsi fisiologis hasil perpaduan
antara aktivitas keturunan dan pengalaman ternak dalam menghadapi suatu objek . Tujuan dari tingkah
laku ternak adalah agar dapat melakukan aktivitas atau penyesuaian seekor ternak dengan lingkungan
baik secara internal maupun eksternal. Tingkah laku seekor ternak berbeda-beda tergantung kondisi
ternak , usia,jenis kelamin dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi nya . Memahami tingkah
laku ternak sangatlah penting bagi perternak . Sebab, dengan mengetahui tingkat laku ternak makan
perternak dapat mengetahui apa yang sedang dialami dan dibutuhkan oleh ternak

Dalam berternak penanganan terhadap nternak perlu disesuaikan dengan kondisi ternak tersebut salah
satunya hadling . Hadling merupakan hal yang paling mendasar dalam penanganan terhadap ternak .
Tujuan dari hadling sendiri adalah untuk mengendalikanternak sesuai keinginan kita tanpa menyakiti
ternak tersebut. Handler yang baik adalah yang mampu memahami behaviour ( perilaku ) dari ternak .
Namun pada kenyataannya masih banyak peternak yang belum mampu melakukan handling yang baik
terhadap ternaknya . Bukan banyak saat perternakan, ternak umumnya di handling dengan kurang baik
ketika proses pengiriman atau distribusi, sehingga menyebabkan ternak menjadi stres tidak Produktif ,
penurunan bobot ternak atau bahkan berakhir pada kematian.

Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ternak.
Biosekuriti dan manajemen kesehatan ternak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
rangka mencapai tujuan peningkatan produksi ternak dan status kesehatan ternak.

Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan
peternakan. Peningkatan Produksi dan Reproduksiakan optimal, bila secara simultan disertai penyediaan
pakan yang memadai danpengendalian penyakit yang efektif. Diantara sekian banyak penyakit hewan
penyakit parasit masih kurang mendapat perhatian dari para peternak.Penyakit parasitik biasanya tidak
mengakibatkan kematian hewan ternak, namun menyebabkan kerugian berupa penurunan kondisi
badan dan daya produktivitas hewan sangat besar. Penyakit cacingan ini dapat menyerang tubuh hewan
ternak yang berakibat menurunnya berat badandan ketahanan tubuh hewan tersebut. merugikan
peternak karena dapat menurunkan tingkat produksi yang berakibat pada menurunnya penghasilan
peternak.

1.2 rumusan masalah

Dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud handling.....?


2. Sebutkan langkah-langkah cara melakukan handling pada ternak...?

3.Bagaimana Penanganan hewan ternak...?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang ada, dapat disimpilkan bahwa tujuan dari mpembuatan makalah ini adalah
untuk.

1. Mengetahui apa itu handling pada hewan (ternak)?

2. Mengetahui bagaimana cara melakukan handling pada hewan ternak ?

3. Mengetahui teknik penangan pada hewan ternak?

BAB ll

PEMBAHASAN
2.1Handling Binatang Ternak

handling adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengendalikan ternak. Tujuan dari hadling sendiri
adalah untuk mengendalikan ternak sesuai keinginan kita tanpa menyakiti ternak tersebut . Handler
yang baik mampu memahami behaviour ( perilaku) dari ternak . Namun pada kenyataannya masih
banyak perternak yang belum mampu melakukan handling yang baik terhadap ternaknya . Hadling pada
ternak sangat penting dilakukan karena untuk memperhatikan kesejahteraan ternak itu sendiri( animal
welfare), selain handling juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan dari hewan ternak itu
sendiri , sebab handling juga berperan dalam mempengaruhi tingkat stres dari binatang ternak yang
berpengaruh juga pada boboat badan hewan ternak. Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang
telah

didomestikasikan untuk keperluan menghasilkan produk sesuai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan
bahwa semua jenis ternak yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-sifat dasar, pada
ternak - ternak medium( domba , kambing) kita juga harus Memperhatikan handling yang benar dan
disamping itu ternak- ternak besar ( seperti kerbau, sapi ) mempunyai tenaga extra yang sangat kuat jika
dibandingkan dengan kekuatan manusia , sehingga untuk keperluan pengelolaan sehari-hari kita
dituntut untuk menguasai teknik-teknik penguasaan ternak . Penguasaan ternak dalam usaha
perternakan, terutama ditunjukan untuk keperluansebagai berikut :

1. Mepermudah penanganan ternak baik di lapangan maupun didalam khandleng

2. Menghindarkan kerugian yang disebabkan oleh ternak , di samping itu untuk menjamin keamanan
bagi ternak sendiri .

3. Mempermudah penangan sehari-hari seperti pemotongan kuku,ekor,tanduk,pencukuran bulu,kastrasi


dan lain sebagainya

2.1.2 Handling Pada Berbagai Komoditi Ternak

A. Kambing dan domba

• menangkap kambing/domba

- Dekatilah kambing /domba dengan hati- hati dan tunggu hingga kambing/domba menjadi tenang
dan diam . Kalau kambing/domba mencoba lari bergerak segera kearah larinya , kedua tangan
direntangkan untuk menutup bidang gerakannya . Letakanlah satu tangan didepan leher dan
tengadahkan ke arah rahangnya , sedangkan tangan yang lain diletakkan ke belakang kepala sehingga
kepala dapat terpegang dengan posisi seperti mencekik

• atau adengan cara lain , yaitu tangan didepan leher , sedangkan tangan yang lain dibelakang leher.
Tengan yang di depan leher di tunjukan untuk mencegah kambing/domba bergerak maju, sedangkan
yang di belakang ekor untuk mencegah kambing/ domba bergerak mundur . • jika
tenaga tidak cukup Dekatilah kambing/domba dari arah belakang dengan diam-diam , lalu dengan gerak
cepat pegang kedua kaki sisi sama . Sesegera mungkin raihlahLehernya dengan satu tangan dan tangan
yang lain ya memegang bagian belakang leher .

• jika kambing /domba bertali leher , pegang tali lehernya dengan cepat , kemudian pegang
lehernya ,seperti pada perlakuan diatas .

• memegang anak kambing/domba

-pegang kaki depan dan belakang kanan dengan tangan kanan kaki depan belakang kiri dengan tangan
kiri . Kepala dan dada menghadap ke atas( posisi kita berdiri), kambing/domba kita angkat punggungnya
kita tempelkan pada dada kita.

- kemudia kita berusaha untuk duduk dan tempatkan punggung pada posisi diantar kedua paha kita,
selanjutnya kita dapat menjepitkan kaki kita pada iga atau leher anak kambing/domba . setelah itu kita
bisa melakukan kastrasi , pemotongan ekor,atau meberi minum obat .

•sitting up( mendudukkan kambing/domba ) berfungsi untuk memudahkan dalam pengikatan kambing
dan untuk memotong kuku domba, memandikan domba pada bagian bawah domba ( perut kambing).

- tempatkan diri kita pada sisi kiri ternak . Pegang leher bagian bawah dengan tangan kiri dan bagian
belakang ekor dengan tangan kanan

-letakkan ibu jari di sekeliling moncong atau dalam mulut di belakang gigi seri, pada waktu yang
bersamaan pindahkan tangan kanan ke tas lutut kaki belakang sebelah kanan.

-dengan tangan kiri, tengokkan kepala ternak kebelakang di atas bahunya , sehingga ternak bisa melihat
punggungnya sendiri

-tekan bagian belakang kaki dengan tangan kanan sehingga ternak jatuh kebelakang

-mundur setengah langkah sehingga ternak meluncur dan duduk di atas tanah

-lepaskan tangan dileher dan raihlah kedua kaki depan melalui belakang tubuhnya , kemudian jepit
kepala diantara ketiak kita hingga ternak bisa duduk

-dalam posisi ini dapat dilakukan potong kuku atau cukur bulu

•merebahkan kambing/domba.
-lakukan prosedur 1-5 pada proses menundukkan kambing/domba sehingga ternak sampai dalam
posisi duduk

-lepaskan leher dan pegang kedua kaki depan, kemudian letakkanlah kepalanya diatas tanah

-sebaiknya ada seorang lagi yang membantu memegang lutut kaki bagian belakang

- pegang leher dan paha depan hingga kepalanya terletak di atas tanah -ikat kedua kaki depan dan
belakang.

-pada posisi demikian dapat dilakukan pemotongan tanduk pada kambing

•- pegang leher dan paha depan hingga kepalanya terletak di atas tanah -ikat kedua kaki depan dan
belakang.

-pada posisi demikian dapat dilakukan pemotongan tanduk pada kambing

•cara menuntut domba

-tali yang berada di leher domba tarik dari arah bawah tanduk

•mustering ( menggiring kambing/domba)

berfungi untuk mengatur kembali ternak yang terpisah dari kelompok nya . Dan ada pun fungsi lain yaitu
menuntun ternak kembali kekandang, menuntut untuk dimandikan dan menuntut untuk
mengembalakanha

•(mouthing) atau cara melihat umur kambing/domba (pada gigi) berfungsi mengukur umur dari
kambing/domba tersebut dengan melihat giginya

- kedua kaki kita dijadikan penahan badan kambing /domba

-kaki kiri kita berada didepan kami kambing/domba bagian depan dan kaki kanan kira berada diantara
kaki depan dan belakang kambing/domba .(sebaliknya)

-tangan kanan di simpan dibawah leher kambing/domba

-leher kambing/domba diangkat .

-mulut domba dibuka dengan jari seperti memegang pistol (jempol disimpan dibibir atas domba,
telunjuk di bibir bawah domba dan ketiga jari lain berada di bawah dagu -melihat gigi kambing/domba

•lifting (cara mengangkat kambing/domba ) berfungsi untuk memudahkan dalam pengangkatan ke


angkutan ternak atau dalam melewati pagar atau memasukkan ke dalam kendaran untuk pengiriman

- tangan kanan/kiri kita disimpan di dada kambing/domba sikut sebagai tumpuan

-tangan kanan/kiri kita di simpan di belakang kaki kambing/domba sikut sebagai tumpuan
-kambing /domba di angkat

•Tying up( mengingat kambing/domba) berfungsi untuk membuat domba tidak berdaya pada periode
yang singkat. Dilakukan dengan maksud melepaskan gas yang terbentuk secara kontinu di dalam rumen.
Gas yang terbentuk di dalam rumen akan menimbulkan bloat yang dapat menyebabkan kematian .

-mengukue panjang tali( dengan mengukur 2x panjang badan kambing/domba kemudia menambah
sedikit panjang tali untuk mengikat)

- lakukan cara menundukkan kambing/domba

-masukan tali yang telah di ikat ke kaki bagian belakang kambing/domba

-kemudian tali bawah di angkat dan masukkan ke kepala kambing/domba

D . Sapi

• mengikat dan menuntun sapi mengikat sapi adalah menjaga agar sapi tidak lepas dan tidak pergi
kemana-mana .Adapun menuntun sapi adalah memindahkan sapi karena suatu keperluan . Untuk
mengikat dan menuntun sapi

Biasanya digunakan pengikatan dengan simpul . Beberapa metode simpul sebagai berikut.

- simpul overhead biasanya untuk pengikatan pada ikatan , benda , dan peralatan lainnya . Simpul ini
bisa dilakukan dengan satu atau dua tali

- simpul segi digunakan untuk menyambung dua utas tali supaya lebih panjang. Penyambungan dua utas
tali ini haruskuat sehingga tidak mudah lepas

-simpul gelombang biasanya untuk menyambung dua utas tali tetapi kegunaannya terkadang bisa lebih
luar dari hal itu

-simpul bowline digunakan untuk merombohkan sapi dengan pasar menekan titik tumpu pada tumbuh
sapi sehingga sapi tidak mudah berontak dan dengan mudah dirobohkan

•merobohkan sapi kadang perlu dilakukan untuk penangan tertentu.sapi dewasa dalam keadaan sehat
dan sadar cukup sulit untuk dirobohkan . Prinsip pada merobohkan sapi adalah jangan sampai sapi
tersebut merasakan kesakitan . Jadi ,merobohkan sapi harus dilakukan dengan hati- hati . Caranya ,
ikatkan tali yang cukup kuat pada sapi.pengikatan sapi dengan simpul bowline

Pada leher, dada,dan tanduk. Selanjutnya, dilakukan pengikatan pada dada dan pinggul secara
melingkar . Pengikatan ini juga dilakukan hingga ke belakang untuk mengganggu keseimbangan tubuh
sapi sebagai upaya mengganggu keseimbangan agar tumpuan berat badannya akan berubah dan sapi
akan roboh.Pengikatan dilanjutkan pada leher agar sapi tidak bergerak kebelakang ,kiri,atau kanan
ketika sapi di tarik.

2.2 Ternak Sapi


Potensi pengembangan sapi lokal di Indonesia sangat besar, sehingga perlu usaha pemberdayaan dan
peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Sapi merupakan salah satu hewan yang diternakkan secara
besar-besaran, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Salah satu jenis sapi potong yang
cukup terkenal di Indonesia dan merupakan plasma nutfah asli Bali adalah sapi bali, sehingga
keberadaannya perlu dilestarikan. Sapi bali merupakan salah satu sapi asli Indonesia dengan populasi
yang cukup besar. Pada berbagai lingkungan pemeliharaan di Indonesia, sapi bali memperlihatkan
kemampuan untuk berkembang biak dengan baik. Keunggulan sapi bali bila dibandingkan dengan sapi
lain adalah memiliki daya adaptasi sangat baik terhadap lingkungan yang kurang baik, dan selektif
terhadap makanan Oleh karena itu,sapi bali sangat cocok untuk dikembangkan di seluruh wilayah
Indonesia. Salah satu upaya untuk melestarikan sapi adalah dengan menjaga kesehatan melalui
pencegahan atau penanggulangan penyakit.Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat
produksi dan reproduksi ternak. Penyakit yang bersifat menular sering mendapat perhatian serius yang
penanganannya harus dilakukan secara cepat dan tepat Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah
satu kebijakankesehatan hewan adalah melindungi budidaya ternak dari ancaman wabah penyakit
terutama terhadap penyakit strategis.

2.2.1Penyakit Strategis
Penyakit hewan strategis merupakan penyakit hewan yang berdampak pada kerugian ekonomi tinggi
karena bersifat menular, menyebar dengan cepat sehingga angka morbiditas dan mortalitasnya tinggi,
atau berpotensi mengancam kesehatan masyarakat penggolongan PHM strategis didasarkan pada tiga
kriteria. Pertama, secara ekonomis penyakit tersebut dapat mengganggu produksi dan reproduksi ternak
(secara signifikan) dan mengakibatkan gangguan perdagangan. Kedua, secara politis penyakit itu dapat
menimbulkan keresahan pada masyarakat, umumnya dari kelompok penyakit zoonosis. Dan ketiga,
secara strategis penyakit ini dapat mengakibatkan mortalitas yang tinggi, dan penularannya relatif
cepat,.Jenis Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), memutuskan jenis PHMS yang penyakitnya
sudah ada di Indonesia adalah sebanyak 22 jenis PHMS. Penyakit-penyakit tersebut adalah Anthrax,
Rabies, Salmonellosis, Brucellosis (Brucella Abortus), Highly pathogenic Avian Influenza dan Low
pathogenic Avian Influenza, Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome, Helminthiasis,
Haemorrhagic Septicaemia/Septicemia Epizootica (SE), Nipah Virus encephalitis, Infectious Bovine
Rihnotraceitis (IBR), Bovine Tuberculosis, Leptospirosis, Brucellosis

2.2.2 Penyakit Coccidiosis


Coccidia adalah salah satu jenis parasit yang ditemukan di hewan ruminansia (sapi, domba, kambing).
Hampir semua ternak ruminansia yang terkena coccidia selama hidup mereka akan mengalami infeksi.
Coccidiosis merupakan penyakit parasiter pada sapi yang disebabkan oleh protista dari sub-filum
epithelioapicomplexa yang uniseluler, berbentuk oval, membentuk spora parasit pada hewan. Spesies
coccidia yang paling merugikan ruminansia milik genus Eimeria. Tiga belas spesies eimeria pada sapi
yaitu: E. alabamensis, E. auburnensis, E. bovis, E. brasiliensis, E. bukidnonensis, E. canadensis, E.
cylindrica, E. ellipsoidalis, E. illinoisensis, E. pellita, E. supspherica, E. wyomingensis, E. zuernii. Spesies
yang dianggap paling patogen pada sapi adalah eimeria zuernii, sedangkan spesies eimeria bovis lebih
sering ditemukan pada sapi

2.2.3 Siklus Hidup


Coccidia mempunyai dua fase dalam siklus hidupnya yaitu fase endogen dan eksogen. Fase endogen
terjadi di dalam tubuh induk semang sedangkan fase eksogen terjadi di luar tubuh induk semang . Siklus
hidup endogen terdiri dari tahap aseksual (schizogony), dan tahap seksual (gametogony). Reproduksi
aseksual (schizogony) terjadi beberapa kali dan menyerang lapisan usus, diikuti oleh fase seksual di
mana merozoit terlepas dalambentuk gamet (gametogony). Microgamet dan macrogamet melebur dan
berkembang menjadi ookista yang akan keluar bersama feses. Di luar tubuh inang, ookista bersporulasi
menjadi bentuk infektif ookista Siklus hiup parasit ini berawal dari keluarnya ookista bersama feses,
kemudian akan terjadi sporulasi 1–2 hari (tergantung spesies dan suhu sekitar). Ookista yang telah
mengalami sporulasi kemudian termakan oleh hewan, selanjutnya ooksita pecah dan terbentuk
sporozoit yang menyerang mukosa dan epitel usus. Sprorozoit kemudian berkembang menjadi schizont,
makrogametosit dan mikrogametosit. Makrogamet dan mikrogamet kawin akhirnya terbentuk
zigot/ookista. Hewan terinfeksi karena menelan makanan yang terinfeksi oleh ookista

2.2.4 Cara Penularan

Penularan coccidiosis ini terjadi karena ookista yang bersporulasitermakan oleh hewan sehingga hewan
menjadi terinfeksi. Ookista coccidia ini dapat juga ditularkan secara mekanik melalui pekerja kandang,
peralatan yang tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu
kandang dalam jangkauan pendek. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah ookista yang
termakan oleh ternak (Fitriastuti dkk., 2011).

2.2.5Patogenesa
Coccidiosis terjadi pada hewan yang digembalakan di padang rumput terutama di musim kemarau ketika
hewan mencari makan di sekitar daerah yang terkontaminasi air dan tanahnya . Ookista eimeria
bersporulasi mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung pada
kelembaban,temperatur, spesies, dan faktor lingkungan lainnya. Ookista sangat tahan dan bisa bertahan
di bawah kondisi yang menguntungkan pada suhu minus 40o C untuk waktu yang lama yang dapat
bertahan sepanjang musim dingin.Perjalanan penyakit dimulai dari ookista yang mengandung sporokista
matang tertelan oleh hospes, kemudian di rongga usus halus dindingnya akan pecah dan keluarlah
sporozoit yang berbentuk lonjong dan kecil. Sporozoit akan masuk ke sel epitel usus halus dan menjadi
trofozoit. Trofozoit dalam sel epitel usus halus membesar sampai hampir mengisi seluruh sel, kemudian
intinya membelah menjadi banyak (skizon) yang diikuti oleh pembagian protoplasmasehingga terbentuk
merozoit. Bila skizon matang pecah, merozoit memasuki sel hospes lain, tumbuh menjadi trofozoit dan
mulai lagi dengan skizogoni sampai beberapa kali. Sebagian merozoit telah menjadi trofozoit mulai
dengan proses sporogoni Pada proses ini di bentuk gametosit dalam sel epitel usus halus. bagian
trofozoit membentuk makrogametosit dan sebagian membentuk mikrogametosit. Satu makrogametosit
berkembang menjadi dua makro gamet, sedangkan satu mikrogametosit berkembang menjadi beberapa
mikrogamet. Setelah makrogamet di buahi oleh mikrogamet, terbentuk zigot yang disebut ookista.
Setelah ookista terbentuk akan kembali dikeluarkan bersama tinja. Kemudian ternak lain yang terinfeksi
akibat dari memakan ookista infektif yang dikeluarkan bersama tinja tersebut.

2.2.6Gejala klinis
Coccidiosis sapi merupakan penyakit yang menyerang pada hewan-hewan muda. Biasanya terdapat
pada anak sapi umur 3 minggu sampai 6 bulan. Anak sapi yang umurnya lebih tua bahkan dewasa dapat
terserang pada kondisi pencemaran berat, tetapi biasanya mereka tidak memperlihatkan gejala penyakit
dan bersifat carrier. Coccidiosis dapat menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, radang usus
(enteritis) sering terjadi sebagai efek sekunder dari infeksi coccidia. Coccidia seringkali merusak dinding
usus menyebabkan perlukaan dan peradangan Pada pemeriksaan bedah bangkai ditemukan bercak-
bercak darah di lapisan usus, disertai cholangeohepatitis (kerusakan hati). Kasus ini yang paling sering
terjadi, dan menimbulkan kerugian tinggi peternak. Gejala klinis yang umum ditemukan adalah diare
berdarah, anemia, kelemahan dan kekurusan. Secara ekonomis penyakit ini mempunyai arti yang
penting karena dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat
dan penurunan produksi. Secara patologi anatomi ditemukan enteritis pada usus halus maupun usus
besar. Pada usus halus bagian bawah,sekum dan usus besar penuh berisi darah atau bekuan darah,
mukosa terlihat berwarna merah dan menebal

2.2.7 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Coccidiosis merupakan masalah yang terjadi pada kelompok ternak sapi, sehingga harus dilakukan usaha
untuk melakukan pencegahan dan pengendalian secara dini. Pencegahan coccidiosis pada sapi antara
lain dengan menjaga sanitasi selalu baik. Alas kandang dan tanah dapat di desinfeksi dengan
menggunakan sodium hypochlorid, kresol, fenol atau difumigasi dengan formaldehid .Cara lain yang
dapat dilakukan untuk mencegah coccidiosis pada ternak adalah dengan membatasi masuknya ookista
pada ternak muda sehingga yang timbul bukan sakit melainkan imunitas terhadap coccidia. Pemberian
pakan yang baik, manajemen pemeliharaan, perkandangan serta pengelompokan ternak yang baik,
seperti tidak mengelompokkan hewan tua dengan muda. Pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan seperti dari kelompok sulfonamide.Senyawa lain yang dapat digunakan
dalam pengobatan atau pengendalian diantaranya sulfaquinoxaline, amprolium, decoquinate, lasalocid
dan monensin

2.3 Ternak kambing dan domba

Ternak kambing atau domba merupakan ternak yang termasuk ke dalam ternak kecil yang memberikan
manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsum sidaging.
Kambing Kacang merupakan ternak yang banyak di pelihara oleh masyarakat luas, karena memiliki sifat
yang menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti,ternak kambing mudah berkembang biak,cepat
mencapai dewasa kelamin,pemeliharaannyarelatif mudah,tidak membutuhkanlahanyangluas,tidak
memerlukan modal yang besar,dapat beradaptasi dengan kondisi yang tidak menguntungkan sebab
kambing hampir menyukai semua jenis makanan seperti:daun-daunan, rumput-rumputan, kulit buah-
buahan, limbah pertanian dan mudah dalam pengembangannya.Ternak kambing Kacang mempunyai
daya adaptasi pada lahan tandus dengan ketersediaan pakanyang terbatas, sertadaya tahan terhadap
penyakit Populasi ternak kambing di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 18.879.596 ekor dari jumlah
tersebut, 56,42% atau 10.651.390 ekor terdapat
diJawa,23,49%diSumatera,dansisanyadipulaulainPopulasi kambing Kacang di Provinsi Jambi pada tahun
2012 sebanyak 430.014ekor, tahun 2014 sebanyak 422.715 ekor, dan pada tahun 2016 sebanyak
487.113ekor, terjadi penambahan populasi sebesar 2,66% pertahun. Tingkat pemotongan pada tahun
yang sama yaitu 2012 sebanyak 28.336 ekor meningkat menjadi 59.596 ekor pada tahun 2016. Artinya
pemotongan ternak meningkat22,06%pertahun.Meskipun kambing Kacang mempunyai tingkat
kesuburan tinggi,akan tetapi jumlah populasi kambing ini makin berkurang,dikarenakan tingginya angka
pemotongan. Maka perlu di lakukan peningkatan produktivitas ternak kambing kacang, salah satunya
dengan upaya meningkatkan mutu genetik dengan cara seleksi.

2.3.1 Macam - macam penyakit kambing/domba

-Gomen

-Penyakit mata (pink eye)

-Diare putih

-Kembung

-Blue Tongue

-Radang Sendi (Artritis)

-Cacar Mulut

-Busuk kuku

-Radang Ambing (mastitis)

-Cacingan

-Cacing hati

-Cacing gilig (nematoda)

-Cacing porang

-Kudis (Scabiosis)
-Prolapsus (keluarnya bagian organ reproduksi)

-Retensi placenta (ari-ari tidak keluar)

-Distokia (gangguan kelahiran)

-Miasis

2.3.2Pengendalian penyakit

ini sangat penting untuk dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan ternak tidak terhambat.
Untuk itu, sebelum Anda melakukan pengendalian, maka harus mengetahui gejala, kondisi dan
penyebab penyakit itu timbul terlebih dahulu. Setelahnya baru Anda bisa melakukan pengendalian
terhadap penyakit tersebut.

-Kudis ( Skabies )

Penyebab penyakit kudis, yaitu parasit yang timbul karena kotoran hewan yang terlalu lama dan hewan
peliharaan tidak biasa dilakukan. Gejala yang ditimbulkan, yakni permukaan kulit akan mengelupas,
kering, bulu akan mudah rontok, dan ternak akan kurus.

Pengendalian yang bisa Anda lakukan, yaitu menjaga kebersihan kandang dan ternak kambing atau
domba. pengolesan kapur barus dicampur dengan minyak kelapa di bagian terserang dan juga
pengolesan oli bekas di bagian terserang.

-Keracunan tanaman ( Keracunan tanaman )

Penyebab penyakit ini, yaitu ternak yang mengonsumsi rumput atau daun yang mengandung racun.
Gejala yang ditimbulkan biasanya tiba-tiba tiba-tiba, mulut berbusa, mengeluarkan lendir, dan juga kulit
mengelupas.

Pengendalian yang harus Anda lakukan, yaitu tidak memberikan pakan yang mengandung racun atau
Anda harus menempatkan peternakan di ladang rumput yang baik. Selanjutnya, Anda harus
memberikan air kelapa pada ternak yang terkena racun.

-Orf atau dakangan

Penyebab penyakit ini, yaitu ternak memakan rumput admin dan juga berdebu. Ternak biasanya
menunjukkan gejala mulut korengan, terdapat benjolan kecil di sekitar mulut dan nafsu makannya
menurun. Pengendalian yang bisa Anda lakukan adalah dengan memberikan pakan yang sangat baik,
serta mempersembahkan preparat iodium dan penyuntikan antibiotik.

-Antraks

Penyebab penyakit antraks yaitu bakteri Bacillus anthracis yang dapat menular dengan kontak
langsung. Jika terserang penyakit ini, ternak akan menunjukkan gejala badan lemah, gemetar, kusam,
mengeluarkan darah dari bagian telinga, anus, hidung dan telinga.Pengendalian yang bisa Anda lakukan,
yakni dengan menjaga kebersihan kandang dan juga ternak serta mempersembahkan vaksinasi secara
teratur.

BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

handling adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengendalikan ternak. Tujuan dari hadling sendiri
adalah untuk mengendalikan ternak sesuai keinginan kita tanpa menyakiti ternak tersebut Kesehatan
ternak merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ternak. Biosekuriti dan
manajemen kesehatan ternak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencapai
tujuan peningkatan produksi ternak dan status kesehatan ternak.

Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam pengembangan
peternakan. Peningkatan Produksi dan Reproduksiakan optimal, bila secara simultan disertai penyediaan
pakan yang memadai danpengendalian penyakit yang efektif.

. Penanganan pemberian pakan yang baik, manajemen pemeliharaan, perkandangan serta


pengelompokan ternak yang baik, seperti tidak mengelompokkan hewan tua dengan muda. Pengobatan
dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti dari kelompok sulfonamide.Senyawa lain
yang dapat digunakan dalam pengobatan atau pengendalian diantaranya sulfaquinoxaline, amprolium,
decoquinate, lasalocid

Anda mungkin juga menyukai