Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN PRODUKSI TERNAK KAMBING

KELOMPOK 2

1. I Kadek Budiarta O12120150


2. Muhammad maun O12120024
3. Relis Anatasya O12120132
4. Putri Aurora Fatimah AzzarahO12120142
5. Stevi Glaudia Gintu O12120130
6. Vevi Susianti Pu’unono O12120110
7. Linni Mawartini O12120114
8. Farizatullah O12120189
9. Risal O12119276
10. Fajar Dwi Purwanto O12120168
11. Elfa Diransari O12120120

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat melaksanakan praktikum

Ilmu Produksi Ternak Potong dan menyelesaikan dengan baik, sehingga tersusun

sebuah laporan praktikum yang berjudul Ilmu Produksi Ternak Potong pada

kambing. Laporan ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal

ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong

Kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu/bapak dosen

yang telah memberikan pengalamannya dan pemahaman tentang Ilmu Produksi

Ternak Potong ini. kami juga menyampaikan terima kasih kepada kordinator dan

asisten yang telah memberikan arahan dan pengetahuan saat di lapangan.

Demikian Laporan praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong yang telah kami

buat. Kami mohon kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam

penyusunan laporan praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong ini. Semoga Laporan

Ilmu Produksi Ternak Potong ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, juga

bermanfaat bagi kami selaku penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................1
1.3 Manfaat.......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2


2.1 Tinjauan Umum Ternak Kambing..............................................................2
2.2 Sejarah dan Perkembangan Ternak Kambing.............................................3
2.3 Gambaran Umum Perkembangan Ternak Kambing...................................4
2.4 Karateristik Kambing Kacang.....................................................................5
2.5 Aspek Pembibitan.......................................................................................7
2.6 Aspek Perkandangan...................................................................................7
2.7 Aspek Pakan................................................................................................9
2.8 Tenaga Kerja.............................................................................................12
2.9 Kelayakan Usaha......................................................................................13
BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................14
3.1 Tempat dan Waktu....................................................................................14
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................14
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15
4.1 Hasil dan Pembahasan..............................................................................15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................18
5.1 Kesimpulan...............................................................................................18
5.2Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
LAMPIRAN..........................................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan menjalankan kegiatan usaha dengan menghasilkan

barang dan jasa. Perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi, yang dimaksud

dengan kegiatan produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan

menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. Sedangkan Manajemen adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan

atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen mempunyai

empat fungsi dasar yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling dalam

penggunaan sumber daya dan organisasi.

Ternak kambing khususnya kambing kacang, merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang

tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing

memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan

gizi yang perlu segera dipenuhi.

1.2 Tujuan

Mengetahui bagaimana cara sanitasi kandang yang baik.

1.3 Manfaat

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa cara membersikan kandang

mulai dari dalam kandang maupun di luar kandang atau di lingkungan kandang.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Ternak Kambing

Ternak kambing atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,

merupakan ternak herbivora yang sangat popular di kalangan petani di Indonesia,

selain ternak kambing ini mudah dipelihara, ternak kambing ini dapat

memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah

dikembangbiakkan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta tidak memerlukan

modal yang relatif tinggi untuk pengembangannya. Kemampuan ternak kambing

ini untuk memanfaatkan hijauan sabagai bahan pakan utama menjadi daging,

menempatkan ternak kambing sebagai bagian yang cukup penting artinya

perekonomian nasional pada umumnya maupun kesejahteraan keluarga petani

dipedesaan pada khususnya (Hermawan, 2009) Pemeliharaan kambing lebih mudah

dilakukan daripada ternak ruminansia besar lainnya, kambing cepat

berkembangbiak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat, menurut

(Sarwono, 2010), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata,

dijelasakan lebih lanjut besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani

bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat

per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari

beternak kambing.

2
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika

kaidahkaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain

penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan

volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan

kebutuhan pasar (Hanum, 2010). Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

kambing sangat potensial bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan

ternak kambing memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi antara lain

tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif

mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, investasi modal relatif kecil, mudah

dipasarkan sehingga modal usaha cepat berputar (Atmojo, 2007).

2.2. Sejarah dan Perkembangan Ternak Kambing

Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia

Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus)

berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu bezoar goat atau

kambing liar eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy)

dan makhor goat atau kambing makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri).

Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan bezoar.

Persilangan yang terjadi antara ketiga jenis kambing tersebut menghasilkan

keturunan yang subur (Mulyono dan Sarwono, 2008). Kambing yang ada di

Indonesia dan dinyatakan sebagai kambing asli Indonesia adalah: (1) Kambing

Kacang, (2) Kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan tipe dwiguna yaitu

sebagai penghasil daging dan susu; (3) Kambing Marica, terdapat di propinsi

3
Sulawesi Selatan, merupakan kambing asli Indonesia dan tipe pedaging, menurut

laporan FAO kambing ini sudah termasuk kategori langka dan hampir punah

(endangered); (4) Kambing Samosir, kambing ini dipelihara di Pulau Samosir,

Kabupaten Samosir, propinsi Sumatera Utara; (5) Kambing Muara, merupakan tipe

pedaging dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara

propinsi Sumatera Utara; (6) Kambing Kosta, lokasi penyebaran di sekitar Jakarta

dan propinsi Banten. (7) Kambing Gembrong, berasal dari daerah kawasan Timur

Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem; dan (8) Kambing Benggala

(Pamungkas et al 2008).

2.3. Gambaran Umum Ternak Kambing

Kambing tersebar luas di daerah pedesaan dan biasanya dipelihara dengan

tujuan sabagai tabungan hidup maupun sebagai ternak potong/susu untuk

dikonsumsi keluarga disamping kotorannya dapat digunakan sabagai pupuk yang

baik bagi tanaman, pemeliharaan ternak dipedesaan merupakan bagian dari usaha

tani secara keseluruhan dalam skala yang relatif kecil dengan rataan jumlah

kepemilikan sebanyak 3-5 ekor/keluarga petani, keadaan ini membuktikan bahwa

ternak kambing belum mendapatkan perhatian yang besar dalam hal peningakatan

potensinya sebagai pemasok daging untuk dapt ditingkatkan kepada skala produksi

yang secara ekonomi memberikan keuntungan yang optimal (Hermawan, 2009).

Kambing kacang adalah kambing yang memiliki badan kecil pendek, telinga

pendek tegak, berleher pendek, jantan dan betina bertanduk, tinggi badan jantan

dewasa rata-rata 60 – 65 cm, betina dewasa 65 cm, bobot dewasa untuk betina rata-

rata 20 kg sedangkan jantan 25 kg (Suparyanto dan Murtiyeni, 2006). Kerajaan:

4
Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Artiodactyla Famili: Bovidae

Sub family: Caprinae Genus: Capra Spesies: C. aegagrus Sub spesies: C. a. hircus

Kambing (Capra hircus) memiliki 60 kromosom yang terdiri atas 29 pasang

kromosom autosom dan sepasang kromosom kelamin (Gall, 1981).

2.4. Karakteristik Kambing Kacang

Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia yang

mampu beradaptasi dengan baik, mempunyai bulu yang relatif tipis dan bulu yang

relatif kasar dan hewan jantannya memiliki bulu surai yang panjang dan kasar.

Kegunaan umum dari kambing kacang ialah sebagai ternak penghasil daging.

(Devendra dan Burns, 1994) Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu

pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna

bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun

betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke

belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan,

sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung.

Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak,

punggung sampai ekor (Pamungkas et al 2009). Kelebihan kambing Kacang adalah

mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Namun kambing kacang

memiliki ukuran tubuh relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif

rendah. Disamping itu kambing Kacang merupakan kambing yang mempunyai

galur prolifikasi sedang. (Supryati et al 2001). Menurut Rahim et al (2012),

kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dengan bobot badan

kambing jantan dapat mencapai 36 kg dan betina mencapai 30 kg.

5
Persentase karkas berkisar antara 47,40 – 51,30 %. Reproduksi ternak

kambing bersifat prolifik dengan rata-rata jumlah anak perkelahiran 1,78 ekor pada

kondisi laboratorium dan berkisar antara 1,45 – 1,76 pada kondisi usaha peternakan

di pedesaan. Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup

dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga

2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur

307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot

sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. (Batubara et al 2007). Ciri-ciri kambing lokal

antara lain : (1) garis profil kepala lurus atau cekung, (2) daun telinga pendek

dengan sikap berdiri yang mengarah kedepan dan panjangnya 15 cm, (3) tanduk

relatif pendek, melengkung dengan ujung yang membengkok keluar, panjang

tanduk jantan ± 10 cm dan betina ± 8 cm, (4) betina memiliki bulu-bulu yang pendek

dan pada jantan bulu-bulunya panjang pada dagu, tengkuk, pundak dan punggung

sampai ekor serta bagian belakang, (5) warna bulu hitam, putih, coklat dan

campuran, kambing mempunyai kebiasaan makan yang khusus karena lidahnya

yang cekatan dan dapat merumput, serta makan daun pohon-pohon atau semak-

semak (to browse foliage) yang biasanya tidak dimakan ternak ruminansia lainnya

(Wiliamson and Payne, 1993).

Kambing merupakan jenis ternak yang sudah lama dibudidayakan,

memelihara kambing tidak sulit karena pakannya cukup beragam dan berbagai jenis

hijauan dapat dimakan, jenis daun-daunan yang cukup digemari oleh kambing

antara lain daun turi, lamtoro, dan nangka, delapan bangsa kambing asli Indonesia

6
adalah kambing Marica, Samosir, Muara, Kosta, Gembrong, Benggala, Kacang dan

Etawah (Pamungkas, 2009).

2.5 Aspek Pembibitan

Dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan

dapat dilakukan dengan cara intensifikasi kawin alam atau Inseminasi Buatan (IB).

Untuk memperoleh bibit yang berkualitas, dilaksanakan sebagai berikut: a.

Menggunakan pejantan unggul dan produktif; a. Kawin alam dengan rasio jantan

dan betina 1:10 b. Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku atau semen

cair dari pejantan yang sudah teruji kualitasnya dan dinyatakan bebas dari penyakit

hewan menular yang dapat ditularkan melalui semen; c. Menghindari perkawinan

dengan kerabat dekat (inbreeding), seperti antara bapak/induk dengan anak, saudara

sekandung, dan antara saudara tiri, kakek/nenek dengan cucu; d. Lama birahi

kambing dan domba betina 12-48 jam dan deteksi birahi dapat dilakukan dengan

menggunakan pejantan atau pengamatan langsung. f. Lama penggunaan pejantan

untuk IB/kawin alam dibatasi maksimum 18 bulan selanjutnya dirotasi.

2.6 Aspek Perkandangan

Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan

perhatian yang cukup, kandang yang baik juga memberikan dampak positif baik

bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak, perkembangan ternak menjadi

optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih, pada akhirnya

ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik. Faktor yang

harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, fentilasi dan

7
kelembaban, artinya kandang mendapatkan cahaya matahari yang cukup, sirkulasi

udara yang baik dan kelembaban yang tetap terjaga, bahan-bahan yang digunakan

dalam pembuatan kandang seperti lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat

dari bahan yang mudah didapat dan tahan lama, penempatan kandang harus

strategis dan cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan

kandang semakin kecil. Kandang merupakan tempat yang digunakan oleh kambing

untuk hidup dan berkembangbiak, ada beberapa macam tipe kandang diantaranya

(Rismaniah, 2001): 1. Kandang koloni: Ternak kambing ditempatkan dalam satu

kandang, kandang seperti ini dapat menimbulkan perkawinan yang tidak

direncanakan, terjadi perkelahian yang dapat menimbulkan cedera dan persaingan

makanan. 2. Kandang kelompok: Ternak kambing dikelompokkan berdasarkan

umur/ ukuran tubuh, dipisahkan antara anak, dara dan dewasa. Kandang seperti ini

sangat cocok untuk usaha pembibitan kambing. 3. Kandang individu: Kandang

individu merupakan kandang pemisahan / penempatan ternak satu ekor setiap satu

kandang, kandang ini sangat cocok untuk usaha penggemukan.

Ukuran kandang untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus

diperhatikan, untuk kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x

120 cm/ekor; kandang induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak

ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125

cm/ekor dan untuk kandang dara ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor (Yabima, 2008),

untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang terpisah agar penyakitnya tidak

menular. Menurut Murtijo (1990), menyatakan bahwa kandang berfungsi sebagai

tempat berteduh bagi ternak, tempat berlindung dari hujan dan panas, tempat

8
berlindung dari binatang buas, serta tempat yang nyaman bagi ternak, selanjutnya

ditambahkan oleh (Pasaribu, 2008), kandang diperlukan untuk melindungi ternak

terhadap lingkungan yang merugikan sehingga dengan ini ternak memperoleh

kenyamanan.

Menurut (Direktorat Jenderal Peternakan 2006), kandang bagi ternak

merupakan sarana yang mutlak harus ada, kandang merupakan tempat berlindung

ternak dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak terhadap binatang buas,

pencuri dan sarana untuk menjaga kesehatan. Persyaratan teknis menurut

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2006) yaitu: 1.

Konstruksi kandang harus kuat 2. Terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah
diperoleh 3.
Sirkulasi udara dan sinar matahari cukup 4. Drainase dan saluran pembuangan

limbah baik, serta mudah dibersihkan 5. Lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah

kering dan tahan injak 6. Luas kandang memenuhi persyaratan daya tamping 7.

Kandang isolasi dibuat terpisah

2.7 Aspek Pakan

Kambing merupakan jenis ternak yang sudah lama dibudidayakan,

memelihara kambing tidak sulit karena pakannya cukup beragam dan berbagai jenis

hijauan dapat dimakan, jenis daun-daunan yang cukup digemari oleh kambing

antara lain daun turi, lamtoro, dan nangka, delapan bangsa kambing asli Indonesia

adalah kambing Marica, Samosir, Muara, Kosta, Gembrong, Benggala, Kacang dan

Etawah (Pamungkas, 2009). Pakan merupakan kebutuhan utama ternak kambing

disamping kebutuhan lingkungan hidup seperti oksigen dan air, dengan adanya

9
pakan ternak mampu bertahan hidup dan terhindar dari berbagai penyakit

(Sudarmono dan Sugeng, 2008), pakan dibutuhkan oleh ternak untuk tumbuh dan

berkembangbiak hanya pakan yang sempurna yang mampu mengembangkan

pekerjaan sel tubuh, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein,

karbihidrat, lemak, air, vitamin dan mineral dalam bentuk hijauan dan kosentrat

(Sarwono, 2002).

Berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi hijauan pakan yaitu

integrasi tanaman pangan dan ternak, pemanfaatan lahan perkebunan kelapa atau

karet, pada sistem integrasi dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang

tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan (Mansyur et al, 2005).

Menurut Sugeng (1992), pemberian pakan ternak sebaiknya diberikan 10% dari

berat badan ternak itu sendiri, pemberian hijauan terdiri atas 2 bagian yaitu hijauan

yang diberikan dalam bentuk segar dengan kandungan air 70% dan hijauan yang

diberikan dalam bentuk kering. Menurut (Siregar, 1991), ternak kambing

membutuhkan pakan hijauan sekitar 70% dari total pakan, pemberian pakan ternak

kambing biasanya dilakukan dengan pencampuran antara pakan yang berasal dari

rumput dan dedaunan dengan perbandingan 1:1.

a. Pakan Hijauan Pakan hijauan adalah makanan yang berserat kasar

tinggi yang dapat dikonsumsi oleh ternak biasanya berupa tanam-tanaman (Firman,

2010), menurut (Sudarmono dan Sugeng, 2008), pakan hijauan adalah semua bahan

pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa dedaunan, terkadang

termasuk batang, ranting dan bunga, menurut (Reksohadiprodjo, 1985), hijauan

pakan adalah segala bahan makanan ternak yang tergolong pakan kasar yang

10
berasal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang

meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif,

utamanya sebagai sumber makanan bagi ternak. Menurut (Sudarmono dan Sugeng,

2008), kelompok pakan hijauan ialah bangsa rumput (Gramineae,) legume dan

tumbuhan lainnya, semua bisa diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan

segar atau kering. Yang termasuk hijauan Segar adalah hijauan yang diberikan

dalam keadaan Segar sedangkan hijauan kering bisa berupa hay.

b. Konsentrat Menurut (Sudarmono dan Sugeng 2008), pakan

kosentrat adalah pakan yang berkosentrasi tinggi dengan kandungan serat kasar

yang relatif rendah dan mudah dicerna, pakan kosentrat ini meliputi bahan makanan

yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, dedak, bungkil dan berbagai

umbi-umbian. Pakan yang berkualitas adalah pakan yang kandungan protein,

lemak, karbohidrat mineral dan vitaminnya seimbang Kusumastuti et al (2010).

Konsentrat adalah bahan pakan yang rendah kandungan serat kasar dan tinggi

kandungan nutriennya. Pangan demikian dapat dinyatakan pula bahwa bahan pakan

konsentrat adalah setiap bahan pakan yang kandungan serat kasarnya kurang dari

18% dan TDN-nya di atas 60% berdasarkan bahan kering. Dalam penggolongan

bahan makanan secara internasional, ada dua golongan konsentrat berdasarkan

kadar proteinnya, yaitu sumber energi dan sumber protein. Termasuk dalam

kelompok konsentrat sumber energi adalah bahan-bahan dengan protein kasar

kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dab dinding sel kurang dari 35%.

Sebagai contoh konsentrat sumber energi adalah biji-bijian, limbah penggilingan,

buahbuahan, kacang-kacangan, akar-akaran, serta umbi-umbian. Termasuk dalam

11
konsentrat sumber protein adalah bahan-bahan yang mengandung protein kasar

20% atau lebih dari bahan yang berasal dari hewan maupun berasal dari bungkil,

bekatul, dan lain-lain Zakaria (2013).

Menurut Firman, (2010) kosentrat adalah suatu bahan makanan yang

digunakan bersama bahan makanan lainnya untuk meningkatkan keserasian gizi

dari keseluruhan makanan, dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai

suplemen atau pelengkap, menurut Sarwono (2002), kosentrat tidak boleh diberikan

terlalu banyak sebaiknya pemberian kosentrat tidak sekaligus melainkan diselingi

dengan pemberian hijauan. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan ad libitum

(tidak terbatas) dan restricted (dibatasi). Pemberian secara ad libitum sering kali

tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan

sisa menjadi busuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan

membahayakan ternak bila termakan (Santosa, 2002). Pemberian pakan dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu: pengembalaan (Pasture fattening), kereman (Dry

lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua (Kemenristek, 2000).

2.8 Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 dalam

Agusmidah (2010) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Pada penelitian ini tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga

kerja pemelihara peternakan.

12
2.9 Kelayakan Usaha

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut

dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan

manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.

Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan

memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang

mereka inginkan (Kasmir dan Jakfar, 2003). Besarnya skala usaha peternakan

tentunya mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,

biasanya usaha peternakan dengan skala kecil akan menggunakan tenaga kerja

dalam keluarga dan tidak perlu tenaga dari luar karena dalam kegiatan usahanya

dilakukan oleh anggota keluarga itu sendiri Soetriono (2003). Kelayakan usaha

merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide usaha

layak untuk dilaksanakan atau tidak Suliyanto (2010).

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan waktu

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 31 MEI 2023 pada pukul 07.00

WITA sampai selesai dan bertempat di kandang CV PRIMA BREED.

3.2 Alat dan Bahan

 Sapu Lidi

 Arko

 Pacul

 Karung

3.3 Prosedur kerja

1. siapakan alat alat yang akan di gunakan membersihkan kambing

2. selanjutnya membersihkan lingkungan kandang

3. membakar bekas makan atau sisa makan yang ada pada tempat pakan.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

1. Sanitasi kandang

Gambar 1. Kandang Gambar 2.Tempat pakan

Dalam pemeliharaan kambing perah, kebersihan kandang sangat perlu

diperhatikan, karena kebersihan kandang mampunyai kaitan yang erat sekali

dengankualitas susu yang dihasilkan. Apabila kondisi kandang dan peralatan tidak

bersih, makanantinya dikhawatirkan dapat memberikan kontaminasi terhadap susu

yang dihasilkansehingga susu tersebut mampunyai kualitas yang kurang bagus dan

lebih mudah rusak.Produksi susu kambing perah juga erat kaitannya dengan

kebersihan kandang, kondisikandang yang bersih akan memberikan keadaan yang

nyaman bagi kambing danmemberikan dampak positif terhadap produksi susu yang

optimal. Menurut Sunarko Etal . (2009), air susu juga mudah sekali menyerap bau-

bauan yang berasal dari kandangdan peralatan kandang, sehingga sebelum

pemerahan harus dibersihkan terlebih dahulu.

15
Sanitasi kandang merupakan usaha dalam rangka membebaskan

ataumembersihkan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya

denganmenggunakan desinfektan pada dosis yang dianjurkan (Miza, 2013).

Kebersihankandang dan peralatan merupakan salah satu cara untuk menjaga

kesehatan ternak.Menurut Nanik (2013), kandang harus dibersihkan setiap hari

secara teratur terutamalantai kandang, tempat pakan dan minum, peralatan kandang

dan lingkungan sekitar kandang.

Kotoran ternak yang tidak dibersihkan dikhawatirkan sebagai media tempat

berkembangbiaknya mikroorganisme atau parasit yang dapat menyebabkan

penyakit bagi ternak kambing perah yang dipelihara. Dalam kegiatan sanitasi

kandang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,antara lain:

1. Membersihkan tempat makan

Tempat pakan kambing harus dibersihkan dari sisa-sisa rumput dihari

sebelumnya yang tidak dikonsumsi oleh kambing. Selain itu, biasanya

cempw kambing yang masih kecil biasanya naik ke tempat pakan dan

mengeluarkan kotoran di tempat pakan, karena itulah tempat pakan harus

rutin dibersihkan. Stelah dibersihkan, barulah diganti pakan yang lama

dengan pakan yang baru. Rumput sisa yang tidak terkonsumsi oleh kambing

dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi rumput

pada masingmasing kambing.

2. Membersihkan lantai kandang

Kondisi lantai kandang yang becek dan lembab sangat menguntungkan

bagi tumbuhnya mikroba atau parasit penyebab penyakit, hal ini tentunya

16
harus dicegah dengan membersihkan lantai kandang secara rutin. Dikutip

dari Asih (2004) dalam Buku yang berjudul Manajemen Ternak

Perah,bahwa kondisi lantai kandang kambing sangat penting untuk

diperhatikan,lantai kandang sebaiknya selalu dalam keadaan kering dan

hangat, karena kambing sangat rentan dengan parasit.

Lantai kandang dibersihkan menggunakan penggaruk besi dengan cara

menarik kotoran-kotoran yang terdapat dilantai kandang dan dikumpulkan

diparit kandang. Kotoran ternak kambing diangkat menggunakan arco untuk

dibawa ketempat penampungan kotoran. Sisa-sisa kotoran ternak kambing

yang belum bersih dialiri dengan air sambil disapu dengan sapu lidi agar

kotoran tersebut terbawa ke lubang tempat penampungan kotoran. Kotoran

yang sudah dikumpulkan nantinya dapat dijual untuk memberikan

keuntungan yang lebih banyak dari pemeliharaan kambing perah.

Setelah semua bagian kandang dan peralatan dibersihkan, maka ternak

kambing perah akan merasa nyaman sehingga diharapkan dapat

memproduksi susu dengan optimal dan susu yang dihasilkan bersih,higienis,

aman dan berkualitas bagus.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebersihan kandang sangat perlu diperhatikan, karena dapat

memberikan pengaruh tidak langsung terhadap produksi susu kambing

perah.

2. Kebersihan kandang akan memberikan kondisi yang nyaman bagi

ternak kambing sehingga dapat berproduksi yang optimal dengan

kualitas susu yang bagus.

5.2 Saran

Kiranya pada praktikum selanjutnya mahasiswa dapat lebih disiplin dan

serius dalam mengikuti praktikum, sehingga dapat memperoleh wawasan terkait

dengan teknik melakukan sanitasi kandang ternak perah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asih, R. S. 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press. Mataram


Devendra, C dan M, Bruns. 1994. Produksi kambing di daerah tropis. Penerbit ITB.
Bandung.
Firman , R.2008. Pemberdayaan Agribisnis/Industri Peternakan di Kawasan Sentra
Produksi,
Makalah Diseminasi dan Diskusi Program-Program Pengembangan
Wilayah dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Jakarta.
Bappenas Gall, C. 1981. Goat Production. Academic Press Inc. Ltd,
London.
Hermawan, 2009. Aspek pengembangan ternak kambing terhadap potensi
Ekonomi. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin.
Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis . Kencana. Bogor
Mulyono, S. Dan B. Sarwono, 2010. Penggemukan Kambing Potong. Niaga
Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. Dan Arianto H. B. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara
Cepat.Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetriono. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Bayumedia.
Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriyati. S, Hidayat. Dan Sadiran. 2001. Penelitian Ternak Ruminansia Kecil.
Balitnak,
Bogor.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai