Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMU PETERNAKAN

PETERNAKAN KERBAU PERAH

Disusun Oleh:

Kelompok :

1. Yeni Ratna sari (1809511042)


2. I Gede Galyes Pranadinata (1809511043)
3. Varhan Dwiyan Indra (1809511044)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasanya,
sehingga dapat diselesaikannya makalah ilmu peternakan dengan judul
“Peternakan Kerbau Perah” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan
adanya makalah ini , kami berharap dapat membagikan ilmu kepada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan Univesitas Udayana serta pembaca lainnya.

Dalam pembuatan makalah ini kami telah mendapat banyak dukungan dari
berbagai pihak dan media. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat. Kami pun sadar makalah ini
masih memiliki kekurangan–kekurangan yang luput dari mata kami, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangatlah kami nantikan. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar , 19 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal - Usul ................................................................................................. 3
2.2 Managemen kerbau ................................................................................... 7
2.2.1 Pemeliharaan Anak Kerbau .................................................... 7
2.2.2 Pemelihataan Kerbau Dara ..................................................... 7
2.2.3 Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi) .................................. 7
2.2.4 Pemeliharaan Kerbau Kering ................................................. 7
2.2.5 Pemeliharaan Kerbau Pejantan ............................................... 8
2.2.6 Pemeliharaan Anak Kerbau Jantan......................................... 8
2.3 Produksi Kerbau Perah .............................................................................. 8
2.3.1 Breed atau Bangsa Kerbau........................................................ 9
2.3.2 Umur Beranak Pertama Kali ..................................................... 10
2.3.3 Musim Beranak ......................................................................... 11
2.3.4 Pengaruh Laktasi Yang Telah Dihasilkan ................................ 11
2.3.5 Tingkatan Laktasi ..................................................................... 12
2.3.6 Pakan dan Tata Laksana Pemberian ......................................... 13
2.3.7 Jarak Antara Dua Kelahiran Anaknya ...................................... 13
2.4 Komposisi Susu Kerbau ............................................................................ 16
2.5 Penanganan Produksi ................................................................................ 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 20
3.2 Saran .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Besarnya jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 237, 641 juta
(Badan PusatStatistik, 2010) merupakan pasar potensial susu impor. Untuk
itu, pemanfaatan sumber daya ternak lokal selain sapi merupakan salah satu
cara untuk mengurangi ketergantungan akan susu impor karena produksi susu
dalam negeri baru dapat memenuhi sekitar 30% kebutuhan nasional. Salah
satu usaha bidang peternakan yang belum memperoleh penanganan secara
intensif dan masih perlu didorong serta dikembangkan adalah usaha
peternakan kerbau perah. Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting
dalam usaha tani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan
rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di
sekitarnya (Kusnadi, 2004; Kusnadi. et al., 2005).
Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai
sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan
penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk
sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani.
(Devendra, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha pemeliharaan
ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek
keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat
berproduksi secara optimal. Sistem pemeliharaan kerbau masih diusahakan
oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan dengan
keterbatasan penguasaan sumber daya (lahan, pendapatan,inovasi dan
teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau
belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang
ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tata laksana pemeliharaan
seadanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul ternak kerbau dimulai?
2. Bagaimana managemen pemeliharaan kerbau?

1
3. Bagaimana produksi kerbau perah?
4. Apa saja komposisi susu kerbau?
5. Bagaimana cara penanganan produksi susu kerbau di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui asal-usul ternak kerbau dimulai
2. Untuk mengetahui managemen pemeliharaan kerbau
3. Mengetahui produksi kerbau perah
4. Dapat mengetahui komposisi susu kerbau
5. Untuk mengetahui cara penanganan produksi susu kerbau di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal –Usul


Menurut sejarah perkembangan domestikasi, ternak kerbau yang
berkembang di seluruh dunia berasal dari daerah sekitar India, dimulai 5000
tahun yang lalu di lembah sungai Indus dan di Cina kira-kira 1000 tahun selah
di India. Pada dasarnya ternak kerbau digunakan sebagai ternak kerja,
selanjutnya untuk penghasil daging dan juga penghasil susu. Ternak kerbau
diklasifikasi sebagai kerbau sungai dan kerbau Lumpur. Di Indonesia lebih
banyak terdapat kerbau Lumpur dan hanya sedikit terdapat kerbau sungai di
Sumatera Utara yaitu kerbau Murrah yang dipelihara oleh masyarakat
keturuan India dan digunakan sebagai penghasil susu. Populasi ternak kerbau
di dunia diperkirakan sebanyak 130−150 juta ekor, sekitar 95% berada di
belahan Asia selatan, khususnya di India, Pakistan, China bagian selatan dan
Thailand (SONI, 1986).
Populasi ternak kerbau di Indonesia hanya sekitar 2% dari populasi
dunia. Hanya sedikit sekali kerbau lumpur yang dimanfaatkan air susunya,
karena produksi susunya sangat rendah yaitu hanya 1−1,5 l/hari,
dibandingkan dengan tipe sungai yang mampu menghasilkan susu sebanyak
6−7 l/hari. Namun demikian, di beberapa daerah, susu kerbau lumpur telah
lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Di Pulau Sumatera banyak ditemukan
ternak kerbau mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi.
Disamping itu ditemukan juga di daerah rawa, namun masih termasuk dalam
bangsa kerbau lumpur. Potensi pakan yang cukup banyak tersedia menjadikan
ternak kerbau sebagai komoditas unggulan di sebagian besar daerah di Pulau
Sumatera.
Kerbau yang telah dijinakkan termasuk anggota sub-famili Bovinae di
dalam genus Bubalus yang dibagi dalam 4 sub genus yaitu:
a. Bubalus caffer (Kerbau Afrika)
b. Bubalus bubalis (Kerbau Asia)
c. Bubalus mindonensis (Kerbau Mindora)

3
d. Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)
Beberapa bangsa kerbau perah yang terkenal adalah :
1. Kerbau Murrah
Kerbau Murrah adalah salah satu bangsa kerbau yang banyak
diternakan di Indonesia, khususnya di Medan Sumatera Utara oleh
pekerja perkebunandan bekas pekerja perkebunan yang didatangkan
dari India pada masa penjajahan Belanda.
Daerah asli kerbau Murrah di Ultra Pradesh Barat, delhi,
Haryana di India serta di Karachi di Pakistan. Selain sebagai penghasil
susu kerbau Murrah juga tercatat penghasil ternak yang paling efisien.
Daerah asli ternak ini terletak pada wilayah 28o-30o LU. Adapun ciri-
ciri dari kerbau Murrah yakni sebagai berikut :
- Bentuk tubuh padat massive, bangun tubuh kuat dengan
pungung pendek dan luas. Leher ringan dengan kepala seimbang
ter-hadap bangun tubuh yang padat.
- Pinggul luas serta berhubungan dengan kuartet kelenjar susu.
Anggota badan pendek dan kuat, padat.
- Ekor mempunyai bulu kipas berwarna putih.
- Tanduk melingkar dalam bentuk spiral.
- Warna tubuh pada umumnya hitam.
- Ambing berkembang baik dengan vena susu tampak menonjol
serta 4 puting susu terpisah satu dengan yang lain cukup jauh.
- Kerbau jantan mempunyai berat badan 566,9 kg dengan lingkar
dada 220,7 cm, sedangkan yang betina berat badannya 430,9 kg
dengan lingkar dada 218,4cm.
Kerbau Murrah merupakan kerbau perah yang
utama di dunia. Produksi susunya rata-rata 3 500 -
4.000 Ibs (libs- 0,453 kg) setiap laktasi, bahkan kerbau
Murrah yang terseleksi dapat menghasilkan susu 5.000
- 7.000 Ibs per laktasi. Keturunan kerbau Murrah yang
terbentuk kerena perbedaan daerah dan lokasi hidup
antara lain Nili, Ravi dan Kundi.

4
2. Kerbau Nili dan Ravi
Kerbau Nili dan Ravi adalah kerbau keturunan Murrah yang
hidup di daerah lembah sungai Sutley dan Ravi di Pakistan. Perbedaan
pokok kerbau bangsa ini dengan Murrah adalah menyangkut keadaan
muka, dahi dan ukuran. Nili berarti biru yang mencerminkan warna
sungai Sutley, sementara Ravi sering disebut sebagai bangsa Sundal
bar. Daerah sebaran kerbau Nili dan Ravi ada di antara 29,5 -32,5 °LU
dan 71 - 75 ° BT. Tidak terdapat perbedaan pokok diantara kedua
bangsa kerbau ini sehingga mulai tahun 1960 digabungkan sebagai
satu bangsa tersendiri khususnya di Pakistan, tetapi tidak di India.
Ciri- ciri dari kerbau NIlli dan Ravi yakni :
- Ukuran umum kerbau Nili : tinggi gumba, panjang badan dan
berat badan yang jantan adalah 137,2 cm; 157,4 cm; dan 589,7
kg sedangkan yang betina 127 cm; 147,3 cm, dan 453,6 kg.
- Kerbau ini mempunyai tanduk kecil, white eyes yakni iris mata
berwarna putih sebagai tanda khas bangsa kerbau perah ini.
- Warna putih pada bagian dahi, muka, moncong, paha, dan bulu
kipas ekor. Tidak disukai adanya warna putih pada bagian hock
dan knee, ekor hitam, tanduk tebal luas serta tanda putih di atas
leher dan bagian tubuh lainnya. Produksi susu dapat mencapai
20 - 24 Ibs per hari.
- Ukuran umum kerbau Ravi, tinggi gumba, panjang badan, dan
berat badan yang jantan 132,1 cm; 154,9 cm; dan 680,4 kg,
sedangkan yang betina 127 cm; 149,8 cm; dan 635 kg.
- Kerbau ini mempunyai dahi yang datar, wall eyes yaitu iris mata
berwarna putih, tanda putih pada bagian kepala, paha, ambing,
dan bulu kipas ekor.
- Produksi susu dapat mencapai 4.000 Ibs dalam masa laktasi 250
hari.
3. Kerbau Kundi
Kerbau Kundi pada mulanya ditemukan di daerah Sindhi
sehingga dikenal sebagai Sindhi Murrah. Nama Kundi bermula dari

5
istilah yang ditimbulkan oleh adanya bentuk tanduk kerbau ini yang
mirip dengan bentuk pancing
Ciri - ciri :
- Warna kulit biasanya hitam tetapi ada juga warna coklat Terang.
- Dasar tanduk tebal, mengarah ke belakang, atas dan pada
akhirnya melengkung membentuk ukiran seperti pancing.
- Dahi cukup menonjol, muka cekung dengan mata kecil dan
bercahaya.
- Bentuk badan kecil, lebih kecil dari pada Nili atau Ravi.
- Tubuh bagian belakang massive.
- Mempunyai ambing yang besar dengan vena susu menonjol dan
putingnya besar, seragam, dan berjarak lebar.
- Berat badan rata-rata 320 - 450 kg dan produksi susu dapat
mencapai 2.000 kg dalam masa laktasi 300 hari.
4. Kerbau Surti atau surati
Kerbau Surti atau Surati adalah bangsa kerbau perah yang
sangat dikenal di daerah Gujarat, Negara bagian Bombay di antara
sungai Mahi dan Sabarmati. Kerbau Surti dikenal sebagai penghasil
susu yang baik, produksi susu rala-rata 1655,5 kg per laktasi dengan
kadar lemak 7,5 %. Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki
agak pendek, tanduk termasuk menengah dan berbentuk bulan sabit,
dan kulit berwarna antara hitam atau coklat, Terdapat warna putih
berbentuk huru f V pada tubuhnya, Bulu kipas ekor berwarna putih.
Warna putih pada dahi, kaki dan bulu kipas ekor paling disukai. Muka
dan moncongnya bersih dengan lubang hidung yang relatif besar,
telinga berukuran sedang dengan warna kemerahan diba-gian sebelah
dalamnya. Leher cukup panjang dan pipih pada yang betina, tetapi
tampak tebal dan masssive pada yang jantan. Tubuh pada ternak
betina bagian depan sempit, semakin kebelakang semakin lebar dan
besar, punggung lurus dan lebar serta gumba segaris dengan garis
punggungnya. Ambing berkembang baik dengan Warna merah jambu
dan puting berukuran sedang dengan jarak yang cukup lebar, dan vena

6
susu kelihatan menonjol. Tinggi gumba, panjang badan dan berat
badan yang jantan 130,8 cm; 154,2 cm dan 670 kg, sedang pada
kerbau betina 124,5 cm, 138,4 cm; dan 540 kg.
2.2 Managemen Kerbau Perah
Managemen pemeliharaan kerbau perah hampir sama dengan
managemen pemeliharaan hewan ternak lainnya. Dimana kelayakan dan
sanistrasi kandang menjadi hal utama dalam pemeliharaan. Selain itu
pemeliharaan kerbau juga harus disesuikan dengan usia dan jenis kelamin
kerbau, sebagai berikut :
2.2.1 Pemeliharaan Anak Kerbau
Pemeliharaan anak kerbau jantan harus dilakukan untuk kelak
menjadi pejantan, sedangkan pemeliharaan anak kerbau betina untuk
dibesarkan guna kelak menjadi pengganti induk. Mortalitas kerbau
pada umur muda tinggi dan untuk mengurangi kematian anak, perlu
dilakukan pemeliharaan anak yang baik.
2.2.2 Pemelihataan Kerbau Dara
Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat
mempengaruhi penampilan produksi. Kerbau dara yang mendapat
pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30 – 36
bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi
pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru
bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan.
2.2.3 Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah
penting, begitu juga pada waktu beranak supaya kerbau dalam
keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah yang
mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur
30 – 36 bulan dan lama bunting 310 + 5 hari.
2.2.4 Pemeliharaan Kerbau Kering
Lama laktasi kerbau perah bervariasi dari 8 – 10 bulan dan selang
beranak 12 – 18 bulan. Jadi kerbau kering harus dipelihara dengan
baik selama 2 – 8 bulan atau rata-rata 5 bulan sebelum melahirkan.

7
Dengan pastura yang baik, kerbau yang mengalami masa kering tidak
perlu diberikan makanan konsentrat. Pada pastura yang baik lama
kerbau merumput setiap hari cukup 6 – 8 jam dimana kerbau bunting
(masa kering) tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, tetapi pada
keadaan pemberian rumput yang berkualitas rendah, maka perlu diberi
pakan tambahan (konsentrat) sebanyak 2 – 3 kg per ekor per hari.
2.2.5 Pemeliharaan Kerbau Pejantan
Pejantan harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang
optimum sejak dari lahir agar pejantan tersebut jinak dan baik
pertumbuhannya. Setelah berumur 9 – 10 bulan pejantan yang terpilih
dikandangkan secara individual pada kandang pejantan.
2.2.6 Pemeliharaan Anak Kerbau Jantan
Dalam kedaan normal anak kerbau jantan dibiarkan bebes
menyusui pada induknya selama 3 – 5 hari setelah lahir, selanjutnya
anak kerbau diberi kesempatan menyususi pada induknya hanya 2 – 3
menit pada saat sebelum diperah untuk merangsang keluarnya air
susu. Bobot lahir pada anak kerbau jantan rata-rata 30 kg, dengan
pemeliharaan yang kurang baik bobot badan pada umur 1 tahun hanya
mencapai 100kg. Tetapi pada anak kerbau jantan yang akan dipakai
sebagai bibit dipelihara dan diberi makanan yang baik sesuai dengan
kebutuhannya sehingga dapat mencapai bobot badan 250 – 300 kg
pada umur 24 bulan, dan dapat diambil semennya untuk I.B. Pada
umumnya pengambilan semen kerbau jantan dimulai pada umur 30
bulan.
2.3 Produksi Kerbau Perah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produksi susu dari setiap
ternak kerbau yang diperah berkisar antara 1,50-2,50 liter/ekor/hari dengan
lama pemerahan sekitar 7 bulan (Zulbardi, 2002). Malaysia sebagai
negara tetangga Indonesia yang iklimnya tidak jauh berbeda dengan
Provinsi Sumatera Barat, produksi susu kerbau lumpur di sana 1,7 - 3,4 liter
per hari (Ali 1980). Mason (1974) melaporkan produksi susu swamp buffalo

8
di Indonesia 1 - 2 liter per hari dan di Vietnam dapat mencapai 6 liter per hari
pada awal laktasi.
Nilai gizi susu kerbau terlihat lebih tinggi dari kandungan gizi susu
sapi dengan kadar protein 5,25 vs 3,27 %; kadar lemak 8,79 vs 3,45 %; kadar
air 82,42 vs 87,96 % (Sirait dan Setyanto, 1995). Kadar lemak susu kerbau
pada umumnya (tipe perah dan tipe daging) antara 6,6 – 9,0% di atas kadar
lemak susu sapi 3,6 – 4,9 % (Dhana, 2006) yang antara lain dipengaruhi oleh
bangsa ternak dan faktor pakan.
Menurut Chantalakhana (1980), lama laktasi Swamp Buffalo (kerbau
lumpur) di Asia Tenggara 7 – 11 bulan. Hal yang sama dilaporkan pula oleh
Madamba dan Eusebio (1980) Swamp Buffalo di Asia Tenggara lama
laktasinya 10 bulan. Akan tetapi Ali (1980) melaporkan swamp buffalo yang
dipelihara di Malaysia lama laktasinya 5 - 6 bulan.
Total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapat dihasilkan
oleh seekor kerbau berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbedanya bulan
dan tingkat laktasi, penampilan individu, latar belakang pemeliharaan dan
pemberian pakan. Pada bulan-bulan awal laktasi produksi susu kerbau
banyak, puncaknya dicapai pada bulan kedua (Chutikul,1975). Bulan-
bulan berikut produksi susu kerbau mulai menurun seiring dengan
meningkatnya umur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan periode laktasi
dapat menyebabkan berbeda jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa
laktasi. Jumlah produksi susu bertambah dari laktasi pertama ke laktasi
berikutnya, produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasi enam
(Chutikul, 1975). Produksi susu kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara
lain:
2.3.1 Breed atau Bangsa Kerbau
Produksi susu kerbau yang dipengaruhi adanya dari bangsa
itu sendiri. Beberapa bangsa kerbau perah dapat dilihat melalui
tabel berikut:

9
Tabel 1. Jumlah produksi susu kerbau menurut bangsanya

Bangsa Kerbau Produksi Susu (kg) Panjang Laktasi


(hari)
Murrah Bulgaria 2.023 300
Murrah Malaysia 1.030 300
Nili/Ravi India 2.440 326
Murrah India 1.635-1.813 283-296
Surti India 1.460-1.934 313-315
Bhadawari India 1.165 276
Nagpuri India 926 295
Italia 1.030-2.981 100-558
Rusia 669-1.500 300
China/Taiwan Rawa 778 293
Sumber : Bongso and Mahadevan, 1990, Mudgal, 1999, Castillo,L.S, 1975

2.3.2 Umur Beranak Pertama Kali


Umur kerbau ketika beranak pertama kali mempengaruhi
jumlah susu/ produksi susu yang dihasilkan. Dapat dilihat sebagai
berikut:

Tabel 2. Jumlah produksi susu kerbau berdasarkan umur

Umur Kerbau Beranak Produksi Susu (kg)


< 42 bulan 9.330
- 48 bulan 8.719
> 48 bulan 9.196
Kerbau perah yang terlambat beranak pertama kali akan
mengurangi jumlah gudel yang dihasilkan, karena akan mengurangi
kehidupan produktifnya sebagai hewan ternak. Tingginya umur
beranak pertama kali (dilihat dari tabel diatas) disebabkan oleh
jenis pakan bermutu rendah yang diberikan kepada kerbau
dibanding sapi. Dengan demikian, pertumbuhan kerbau akan
sedikit lebih lambat apabila dibanding sapi. Ada korelasi yang kuat

10
antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta
lama laktasi.

2.3.3 Musim Beranak


Hampir 80 % gudel di India lahir pada musim panas-gugur (Juni
– Desember). Sebagai contoh, kerbau Murrah beranak pada antara
bulan Juni hingga November. Sedangkan gudel – gudel di Mesir
lahir pada musim gugur – dingin (Oktober – Maret). Kerbau yang
beranak pada bulan Februari – Maret merupakan kerbau yang
memiliki kualitas susu paling baik. Produksi susu kerbaupun
sangatlah berpengaruh pada saat musim panas. Bila kerbau-kerbau
tersebut dalam periode optimal dari laktasinya badannya diperciki
air selama musim itu, sehingga nantinya akan terjadi peningkatan
jumlah produksi susu. Namun apabila tidak diberi perlakuan
tersebut maka produksi susunya akan menurun dan tidak teratur. Di
Filipina, kerbau yang beranak pada bulan Januari – April atau
Musim Kemarau akan menghasilkan susu lebih banyak dibanding
musim – musim lain. Di Pakistan, produksi susu tertinggi akan
dicapai apabila gudel yang dilahirkan antara bulan November –
Desember. Keterbatasan hormon juga mempengaruhi sedikit –
banyaknya produksi susu. Hormon berperan pada saat terdapat
sedikit pakan, namun bermutu. Ternak kerbau perah akan
cenderung lebih cocok pada suhu udara lingkungan yang sejuk
hingga dingin karena daya tahan kerbau perah tersebut terhadap
panas lebih rendah daripada sapi perah.
2.3.4 Pengaruh Laktasi Yang Telah Dihasilkan
Kerbau perah umumnya akan memperlihatkan puncak produksi
pada laktasi ke 4 – ke 6. Setelah itu, produksi susu kerbau akan
cenderung menurun, secara tetap

11
Tabel 3. Produksi susu kerbau berdasarkan masa laktasi

Laktasi ke- Produksi Susu Produksi 300 Lama Laktasi


(kg) hari (kg) (hari)
1 1.618,5 1.573,4 217,8
2 1.880 1.790,4 300
3 1.964 1.878 298,3
4 2.039,5 1.963,8 291
5 2.024,3 1.959,4 290
6 1.823,7 1.767,5 270
Sumber : Bhat, 1992
2.3.5 Tingkatan Laktasi
Umumnya, puncak produksi susu kerbau setiap masa laktasi
terjadi pada bulan ke-2 hingga ke-3. Biasanya, setelah bulan ke-4
dari masa kebuntingannya produksi susu kerbau cenderung
menurun. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kadar lemak
/ fat. Ini menunjukkan produksi susu setelah bulan ke-4 berbanding
terbalik dengan kadar lemak. Puncak laktasi dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya pakan, dan musim beranak.Namun pada
umumnya, puncak laktasi terbaik tercatat pada laktasi I.
Dengan seiring bertambahnya kadar lemak pada susu kerbau
yang mengakibatkan kandungan lemak susu kerbau tinggi, maka
produktivitas kerbau akan dihitung pula dari total lemak.
Tabel 4. Komposisi gizi susu kerbau berdasarkan tingkatan laktasi
Bulan Fat Laktosa Bahan Protein Abu
Laktasi Kering Whey
1 6,16 5,30 3,96 0,62 0,82
2 5,73 5,03 3,75 0,65 0,80
3 6,59 5,18 3,59 0,62 0,80
4 5,57 5,00 3,51 0,63 0,75
5 6,11 5,16 3,88 0,54 0,77

12
6 7,20 4,86 3,73 0,60 0,80
7 7,05 4,68 3,59 0,56 0,78
8 7,98 5,00 4,34 0,76 0,83
9 7,01 5,11 3,53 0,71 0,81
10 7,18 4,64 4,05 0,66 0,83
Sumber : Abd. E-Salam, M. H. dan S. El-Shibiny. 1966

2.3.6 Pakan dan Tata Laksana Pemberian


Kerbau yang diberi pakan yang berkualitas tinggi cenderung
memproduksi susu yang cukup lama. Dan apabila kerbau yang
diberi pakan kualitas rendah, misal limbah pertanian, maka hasil
susu yang diproduksi tidak menjamin akan mendapat kualitas yang
baik. Di daerah yang terdapat sejumlah kerbau dalam jumlah
banyak maka kemungkinan akan terjadi defisiensi makanan
sehingga dibutuhkan pengganti pangan yang bisa mencukupi
kebutuhan pangan dari kerbau-kerbau tersebut. Selain itu, di daerah
tersebut biasanya pun makanan yang ada adalah makanan yang
berkualitas rendah.
2.3.7 Jarak Antara Dua Kelahiran Anaknya
Faktor ke-7 ini menentukan produksi susu kerbau karena
penting bagi menentukan efisiensi reproduksi. Jarak antara 2
kelahiran gudel disebabkan perbaikan kualitas perkawinan pada
musim panas. Jarak antara 2 kelahiran gudel ini pun pada
umumnya memiliki hubungan yang erat dengan masa layanan
perkawinan. Layanan perkawinan yang lama maupun yang pendek
akan mempengaruhi jumlah gudel yang lahir dan banyak susu yang
dihasilkan. Kerbau Murrah biasanya melahirkan anak dengan
rata-rata interval beranaknya 428,7 hari.
Selain itu produksi susu kerbau dipengaruhi oleh layanan
perkawinan, periode kebuntingan, panjang laktasi, dan non-genetik.
Faktor non – genetik disini meliputi:
1. Waktu keluarnya susu (let down time) : waktu dihitung
sejak putting disentuh hingga keluar susu pertama. Apabila

13
waktu keluarnya susu semakin lama, maka itu berarti
jumlah produksi susu yang dihasilkan semakin sedikit /
turun.
2. Waktu pemerahan (milking time) : waktu sejak keluarnya
susu pertama hingga terakhir. Waktu pemerahan
dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Dan jumlah kadar
hormone yang dikeluarkan tergantung pada ukuran ternak,
tahapan laktasi, total produksi susu, berat badan ternak.
3. kecepatan lewat susu (rate of milk flow) : rasio antara
produksi susu dan waktu pemerahan total. Kecepatan
keluarnya susu yang lebih besar diperkirakan akan
menaikkan jumlah produksi susu.
Jika ternak tidak dikawinkan pada waktunya setelah
beranak, maka hal ini cenderung akan menyebabkan periode
laktasi yang lama, bahkan sampai 400 hari (minimalnya < 350
hari).
Selain unsur-unsur yang mempengaruhi produksi susu yang
telah dijelaskan di atas, susunan gizi susu kerbau pun dipengaruhi
oleh beberapa hal, yakni :
1. Spesies dan Ragam Jenis Bangsa. Susu kerbau perah pada
umumnya lebih kaya akan bahan dasar penyusunan susu
dibanding susu sapi, kecuali kadar air dan kandungan
karotennya. Tidak adanya karoten membuat warna susu
lebih putih daripada susu sapi.
2. Ragam Musim. Susunan gizi susu kerbau dapat berubah-
ubah sesuai musimnya, baik musim dingin, panas, semi,
maupun gugur. Hal ini sangat berkaitan dengan pakan yang
diberikan saat itu.
3. Banyaknya Pemerahan Setiap Harinya. Pada awal
pemerahan susu kerbau akan memiliki susunan gizi yang
berbeda dengan pertengahan ataupun akhir pemerahan.
Pada awal pemerahan, susu kerbau umumnya memiliki

14
kandungan lemak yang sedikit, ini dikarenakan kelenjar
ambing tidak menutup katup penutup untuk menghambat
kecepatan produksi susu tersebut. Sementara pada
pemerahan akhir, susu kerbau akan kaya lemak. Let down
of milk membutuhkan waktu 32 – 37 detik, sedangkan
akhir laktasi 62 – 67 detik.
4. Unsur Genetik. Kawin silang sangat mempengaruhi
jumlah protein susu. Walaupun dalam satu spesies, jika
terjadi kawin silang akan tetap mempengaruhi hasil dari
protein susu. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor
genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk
manajemen pemeliharaannya.Kerbau Sungai spesies
Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang
lebih baik dari Kerbau Lumpur, namun lama laktasi kedua
jenis kerbau tidak jauh berbeda. Di bawah ini dapat dilihat
produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan
Crossbred (persilangan).
Tabel 5. Jumlah produksi susu, laju pertumbuhan dan lama laktasi
kerbau berdasarkan breed
Kriteria Kerbau Kerbau Sungai Crossbred
Lumpur
Laju pertumbuhan 0,4 - 0,8 0,4 - 0,7 0,4 - 0,7
pedet (kg per hari)

Lama laktasi (hari) 236 - 277 240 - 300 236 - 277


Produksi susu per 1,0 - 2,5 4 - 15 3-4
hari (liter)
Sumber : Thac dan Vuc (1979); Khajarern dan Khajarern (1990); Thu, Dong,
Quaq dan Hon (1993); Sanh, Preston dan Ly (1997); Thu, Pearson dan
Preston (1996); Gongzhen (1995) dan Puslitbang Peternakan (2008) dalam
Bahri dan Talib (2007).

15
5. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk
manajemen pemeliharaannya
2.4 Komposisi Susu Kerbau
Susu kerbau memiliki kandungan gizi tidak kalah dibandingkan
susu sapi. Susu kerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan
195 iu kalsium. Susu kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini
karena susu kerbau mengandung 16% bahan padat, sedang susu sapi bahan
padatnya 12%. Kandungan lemak susu kerbau juga lebih banyak, sehingga
kandungan energinya lebih tinggi dari susu sapi
Tabel 6. Komposisi susu beberapa jenis ternak
Zat Gizi Per 100 g Kerbau Sapi Kambing Domba
Protein g 4,5 3,2 3,1 5,4
Lemak g 8,0 3,9 5,5 6,0
Karbohidrat g 4,9 4,8 4,4 5,1
k cal 110 66 60 95
Energi
kJ 463 274 253 396
Gula g 4,9 4,8 4,4 5,1
Asam lemak g 4,2 2,4 2,3 4,2
Jenuh
Asam lemak g 1,9 1,2 0,9 1,9
Tidak jenuh
Kolestrol mg 8 14 10 8
Kalsium lu 195 120 100 195
Ada baiknya bila mengetahui beberapa susunan/komposisi dari jenis
masing – masing susu

Tabel 7. Komponen air susu beberapa ternak

Jenis susu Air % Laktosa % Mineral %


Susu sapi 87,75 4,95 0,70
Susu kambing 87,23 4,23 0,84
Susu kerbau 78,50 4,30 0,80

16
Susunan air susu tidak selalu sama dan akan selalu berubah – ubah.
Hal ini dikarenakan berbagai macam faktor.
Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu,
potensi dan kandungan gizinya yang sangat besar, susu kerbau dijuluki
sebagai Emas Putih. Jika dilihat dari komposisi nilai gizi yang terdapat di
dalamnya, susu kerbau tidak kalah dengan susu asal ternak ruminansia
lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya sangat tinggi yaitu 5,5-
10,5% dua kali lipat dari susu lain.
Dalam susu terdapat beberapa komponen, salah satunya lemak. Lemak
susu adalah komponen yang paling beragam. Sebagian lemak susu terdiri dari
trigliserida. Bahan utama pembentuk lemak susu adalah glukosa, asam
asetat, asam beta hidroksobutirat, trigliserida dasri kilomikra dan LDL
serta darah. 75 – 90 % dari asam lemak berantai pendek (C4 – C14) dan
30 % dari asam palmitat yang disusun dalam kelenjar susu berasal dari asam
asetat. Dan sisanya berasal dari asam lemak. Asetil Co-A yang digunakan
oleh kelenjar susu dibentuk dari asetat yang terdapat dalam sitoplasma. Pakan
ternak pun sangat berperan dalam kualitas susu, sehingga di dalam pakan
ternak harus memenuhi criteria gizi yang baik, yakni terdapat jumlah protein
yang tinggi, energi (yang diperlukan untuk membentuk lemak susu) tinggi,
mineral yang kaya akan Ca dan P (tak lupa Na dan Cl karena cukup penting
bagi ternak), vitamin yang cukup.
Dibanding dengan jumlah laktasi yang sama, kerbau akan
menghasilkan lebih banyak lemak dan bahan padat bukan lemak (Solid Non
Fat/SNF) daripada sapi lokal.
Tabel 8. Produksi susu kerbau negara utama (000 Ton)

Negara 1980 1987 1999 Naik 1980-


1990 (%)
Bangladesh 26 21 22 0,5

China 1390 1800 1938 3,7


India 17358 23323 23600 3,7

Nepal 500 547 603 2

17
Pakistan 6383 8790 10538 5,4

Srilanka 55 67 55 -1,3
Sumber : Mudgal,1999

Produksi susu tiap harinya dan di tiap negara pastilah berbeda –


beda. Produksi susu tiap hari dari kerbau laktasi di India dan Pakistan bisa
mencapai 2-2,5 kg pada kerbau kualitas jelek, dan bisa mencapai 20 kg pada
kerbau yang baik pengelolaannya. Rata – rata produksi susu kerbau di India
didapat lebih kurang 2.005 kg per laktasi. Sedangkan pada kelompok kerbau
kualitas baik / tinggi hasil susunya sebesar 2,7 % dari kerbau laktasi
menghasilkan susu melebihi 3.630 kg per laktasinya.
2.5 Penanganan Produksi
Produksi susu kerbau di Indonesia masih sangat rendah. Di negara
India and Yunani produksi susu kerbau pada umumnya lebih tinggi (680-800
kg) dibandingkan kerbau lokal (360-500 kg). Peternakan pemerintah India
memiliki rataan produksi susu kerbau perah berkisar dari empat sampai tujuh
liter sehari dengan rata-rata lama laktasi 285 hari. Produksi susu kerbau
harian di Bulgaria dilaporkan mencapai 12 kg. Hasil analisis yang dilakukan
pada lebih dari 6000 ekor kerbau Nili-Ravi menunjukkan bahwa rata-rata
produksi susu dalam 282 hari masa laktasi adalah 1.925 kg. Produksi susu
kerbau Murrah di India dilaporkan sekitar 1.800 kg. Siregar (1975) disitasi
Sirait (1991) menyatakan bahwa produksi susu kerbau Murrah di Kodya
Medan per hari adalah 3,75 liter.
Strategi terakhir dalam manajemen pakan ternak adalah peningkatan
peran kelembagaan. Strategi ini melibatkan banyak stakeholder seperti KUD,
pihak swasta, pemerintah, perguruan tinggi, dan balai penelitian terkait yang
melakukan dukungan terhadap perbaikan manajemen pemberian pakan sapi
perah rakyat. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan di antaranya
meningkatkan pembinaan kepada peternak, mengupayakan harga susu yang
layak, memfasilitasi pemberian kredit lunak, dan menciptakan peralatan
teknologi tepat guna bagi peningkatan produksi susu.

18
Manajemen pakan memiliki proporsi sebesar tujuh puluh persen
dalam produktivitas susu, dan sisanya adalah breeding dan manajemen
kandang. Dalam rangka meningkatkan efisiensi manajamen pemeliharaan
ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan strategi pemberian pakan
yang meliputi penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum, penyajian pakan
dan peran kelembagaan yang terkait. Penyediaan bahan pakan kerbau perah
harus mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan
tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Kerbau
perah hendaknya diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat.
Pakan hijauan merupakan pakan utama ruminansia karena melalui
fermentasi di dalam rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Sementara pakan konsentrat adalah
campuran bahan pakan yang kaya energi dan protein, yang berguna untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas susu kerbau perah laktasi. Penyusunan
ransum bagi kerbau perah haruslah seimbang dalam arti ransum yang
diberikan harus sesuai dengan jumlah dan proporsi semua kebutuhan nutrian
sapi perah dalam keadaan layak 24 jam. Salah satu strategi yang dapat
dilakukan adalah memperhatikan tingkat degaradasi pakan di dalam rumen.
Dalam hal penyajian pakan pada sapi perah, beberapa strategi yang dilakukan
diantaranya adalah pemberian pakan cara hijauan dan konsentrat secara
bersamaan, menghindari penggilingan pakan hijauan yang terlalu halus, dan
frekuensi pemberian pakan yang sering.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai salah satu ternak perah secara lebih optimal. Jumlah
produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti iklim, laktasi dan
manajemen.
Susu kerbau perah memiliki nilai gizi yang tinggi. Susu kerbau
mengandung 4,5 gprotein, 8 g lemak, 4,9 karbohidrat, 463 Kkal energi dan
195 iu kalsium. Susu kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Kerbau
mengandung 16% bahan padat, sedangkan susu sapi bahan padatnya sebesar
12%. Managemen pemeliharaan kerbau perah harus diperhatikan dari segi
pakan, dan kebersihan lingkungan.
3.2 Saran
Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang yang
sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Pemeliharaan kerbau oleh
petani dan peternak umumnya masih dilakukan secara ekstensif. Oleh sebab
itu diisarankan kepada mahasiswa dan para ilmuan untuk meneliti lebih lanjut
masalah pengemangan ternak kerbau, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan kuantisas ternak tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syed, A. B. 1980. Buffalo Production And Development In Malaysia. Dalam
Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No. 15, Taipei.
Chantalakhana, C. 1980. Breeding Improvement of Swamp Buffalo for Small
Farms.
InSoutheast Asia. Dalam Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No.
15,Taipei.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition. Dalam The Asiatic Water
Buffalo.FFTC, Taipei
Devendra , C. 1993.Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska,
I.M.Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.).
Produksi Kambingdan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.
Surakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta.El-Shibiny, S,.Abd
El-Salam,M.H & Ahmed, N.S., 1966. Milchwissensshalft, 27.217
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty.Yogyakarta.
Kusnadi , U. 2004. Kontribusi Ternak dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di
Lahan Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J.
PembangunanPeternakan Tropis . Special Edition Oktober 2004
Mahadevan, P. 1978. Water Buffalo Research-Possible Future Trends. World
AnimalReview 25: 2-7.
Mason, I.L. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food
AndA griculture Organization of The United Nation, Rome
Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes. In : BuffaloProduction. Ed.
NM.Tullohand J.H.G. Holmes. Elsevier-LondonMuhammad, Z. 2002.
Model Pengembangan Kerbau Perah. Laporan Direktorat Budidaya
Peternakan, Jakarta
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.

21
Shafie , M.M. 1985. Physiological Responses and Adaptation of Water
Buffalo. In : Stress Physiology in Livestock, vol. 2: Ungulates. YOUSEF,
M.K. (Ed.). Florida, USA, CRC. pp. 1 – 4
Zulbardi, M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau bagi Ketersediaan
dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal: 186 – 189

22

Anda mungkin juga menyukai