Disusun Oleh:
Kelompok :
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasanya,
sehingga dapat diselesaikannya makalah ilmu peternakan dengan judul
“Peternakan Kerbau Perah” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan
adanya makalah ini , kami berharap dapat membagikan ilmu kepada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan Univesitas Udayana serta pembaca lainnya.
Dalam pembuatan makalah ini kami telah mendapat banyak dukungan dari
berbagai pihak dan media. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat. Kami pun sadar makalah ini
masih memiliki kekurangan–kekurangan yang luput dari mata kami, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangatlah kami nantikan. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana produksi kerbau perah?
4. Apa saja komposisi susu kerbau?
5. Bagaimana cara penanganan produksi susu kerbau di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui asal-usul ternak kerbau dimulai
2. Untuk mengetahui managemen pemeliharaan kerbau
3. Mengetahui produksi kerbau perah
4. Dapat mengetahui komposisi susu kerbau
5. Untuk mengetahui cara penanganan produksi susu kerbau di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Bubalus depressicornis (Kerbau mini Sulawesi = Anoa)
Beberapa bangsa kerbau perah yang terkenal adalah :
1. Kerbau Murrah
Kerbau Murrah adalah salah satu bangsa kerbau yang banyak
diternakan di Indonesia, khususnya di Medan Sumatera Utara oleh
pekerja perkebunandan bekas pekerja perkebunan yang didatangkan
dari India pada masa penjajahan Belanda.
Daerah asli kerbau Murrah di Ultra Pradesh Barat, delhi,
Haryana di India serta di Karachi di Pakistan. Selain sebagai penghasil
susu kerbau Murrah juga tercatat penghasil ternak yang paling efisien.
Daerah asli ternak ini terletak pada wilayah 28o-30o LU. Adapun ciri-
ciri dari kerbau Murrah yakni sebagai berikut :
- Bentuk tubuh padat massive, bangun tubuh kuat dengan
pungung pendek dan luas. Leher ringan dengan kepala seimbang
ter-hadap bangun tubuh yang padat.
- Pinggul luas serta berhubungan dengan kuartet kelenjar susu.
Anggota badan pendek dan kuat, padat.
- Ekor mempunyai bulu kipas berwarna putih.
- Tanduk melingkar dalam bentuk spiral.
- Warna tubuh pada umumnya hitam.
- Ambing berkembang baik dengan vena susu tampak menonjol
serta 4 puting susu terpisah satu dengan yang lain cukup jauh.
- Kerbau jantan mempunyai berat badan 566,9 kg dengan lingkar
dada 220,7 cm, sedangkan yang betina berat badannya 430,9 kg
dengan lingkar dada 218,4cm.
Kerbau Murrah merupakan kerbau perah yang
utama di dunia. Produksi susunya rata-rata 3 500 -
4.000 Ibs (libs- 0,453 kg) setiap laktasi, bahkan kerbau
Murrah yang terseleksi dapat menghasilkan susu 5.000
- 7.000 Ibs per laktasi. Keturunan kerbau Murrah yang
terbentuk kerena perbedaan daerah dan lokasi hidup
antara lain Nili, Ravi dan Kundi.
4
2. Kerbau Nili dan Ravi
Kerbau Nili dan Ravi adalah kerbau keturunan Murrah yang
hidup di daerah lembah sungai Sutley dan Ravi di Pakistan. Perbedaan
pokok kerbau bangsa ini dengan Murrah adalah menyangkut keadaan
muka, dahi dan ukuran. Nili berarti biru yang mencerminkan warna
sungai Sutley, sementara Ravi sering disebut sebagai bangsa Sundal
bar. Daerah sebaran kerbau Nili dan Ravi ada di antara 29,5 -32,5 °LU
dan 71 - 75 ° BT. Tidak terdapat perbedaan pokok diantara kedua
bangsa kerbau ini sehingga mulai tahun 1960 digabungkan sebagai
satu bangsa tersendiri khususnya di Pakistan, tetapi tidak di India.
Ciri- ciri dari kerbau NIlli dan Ravi yakni :
- Ukuran umum kerbau Nili : tinggi gumba, panjang badan dan
berat badan yang jantan adalah 137,2 cm; 157,4 cm; dan 589,7
kg sedangkan yang betina 127 cm; 147,3 cm, dan 453,6 kg.
- Kerbau ini mempunyai tanduk kecil, white eyes yakni iris mata
berwarna putih sebagai tanda khas bangsa kerbau perah ini.
- Warna putih pada bagian dahi, muka, moncong, paha, dan bulu
kipas ekor. Tidak disukai adanya warna putih pada bagian hock
dan knee, ekor hitam, tanduk tebal luas serta tanda putih di atas
leher dan bagian tubuh lainnya. Produksi susu dapat mencapai
20 - 24 Ibs per hari.
- Ukuran umum kerbau Ravi, tinggi gumba, panjang badan, dan
berat badan yang jantan 132,1 cm; 154,9 cm; dan 680,4 kg,
sedangkan yang betina 127 cm; 149,8 cm; dan 635 kg.
- Kerbau ini mempunyai dahi yang datar, wall eyes yaitu iris mata
berwarna putih, tanda putih pada bagian kepala, paha, ambing,
dan bulu kipas ekor.
- Produksi susu dapat mencapai 4.000 Ibs dalam masa laktasi 250
hari.
3. Kerbau Kundi
Kerbau Kundi pada mulanya ditemukan di daerah Sindhi
sehingga dikenal sebagai Sindhi Murrah. Nama Kundi bermula dari
5
istilah yang ditimbulkan oleh adanya bentuk tanduk kerbau ini yang
mirip dengan bentuk pancing
Ciri - ciri :
- Warna kulit biasanya hitam tetapi ada juga warna coklat Terang.
- Dasar tanduk tebal, mengarah ke belakang, atas dan pada
akhirnya melengkung membentuk ukiran seperti pancing.
- Dahi cukup menonjol, muka cekung dengan mata kecil dan
bercahaya.
- Bentuk badan kecil, lebih kecil dari pada Nili atau Ravi.
- Tubuh bagian belakang massive.
- Mempunyai ambing yang besar dengan vena susu menonjol dan
putingnya besar, seragam, dan berjarak lebar.
- Berat badan rata-rata 320 - 450 kg dan produksi susu dapat
mencapai 2.000 kg dalam masa laktasi 300 hari.
4. Kerbau Surti atau surati
Kerbau Surti atau Surati adalah bangsa kerbau perah yang
sangat dikenal di daerah Gujarat, Negara bagian Bombay di antara
sungai Mahi dan Sabarmati. Kerbau Surti dikenal sebagai penghasil
susu yang baik, produksi susu rala-rata 1655,5 kg per laktasi dengan
kadar lemak 7,5 %. Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki
agak pendek, tanduk termasuk menengah dan berbentuk bulan sabit,
dan kulit berwarna antara hitam atau coklat, Terdapat warna putih
berbentuk huru f V pada tubuhnya, Bulu kipas ekor berwarna putih.
Warna putih pada dahi, kaki dan bulu kipas ekor paling disukai. Muka
dan moncongnya bersih dengan lubang hidung yang relatif besar,
telinga berukuran sedang dengan warna kemerahan diba-gian sebelah
dalamnya. Leher cukup panjang dan pipih pada yang betina, tetapi
tampak tebal dan masssive pada yang jantan. Tubuh pada ternak
betina bagian depan sempit, semakin kebelakang semakin lebar dan
besar, punggung lurus dan lebar serta gumba segaris dengan garis
punggungnya. Ambing berkembang baik dengan Warna merah jambu
dan puting berukuran sedang dengan jarak yang cukup lebar, dan vena
6
susu kelihatan menonjol. Tinggi gumba, panjang badan dan berat
badan yang jantan 130,8 cm; 154,2 cm dan 670 kg, sedang pada
kerbau betina 124,5 cm, 138,4 cm; dan 540 kg.
2.2 Managemen Kerbau Perah
Managemen pemeliharaan kerbau perah hampir sama dengan
managemen pemeliharaan hewan ternak lainnya. Dimana kelayakan dan
sanistrasi kandang menjadi hal utama dalam pemeliharaan. Selain itu
pemeliharaan kerbau juga harus disesuikan dengan usia dan jenis kelamin
kerbau, sebagai berikut :
2.2.1 Pemeliharaan Anak Kerbau
Pemeliharaan anak kerbau jantan harus dilakukan untuk kelak
menjadi pejantan, sedangkan pemeliharaan anak kerbau betina untuk
dibesarkan guna kelak menjadi pengganti induk. Mortalitas kerbau
pada umur muda tinggi dan untuk mengurangi kematian anak, perlu
dilakukan pemeliharaan anak yang baik.
2.2.2 Pemelihataan Kerbau Dara
Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat
mempengaruhi penampilan produksi. Kerbau dara yang mendapat
pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30 – 36
bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi
pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru
bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan.
2.2.3 Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah
penting, begitu juga pada waktu beranak supaya kerbau dalam
keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah yang
mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur
30 – 36 bulan dan lama bunting 310 + 5 hari.
2.2.4 Pemeliharaan Kerbau Kering
Lama laktasi kerbau perah bervariasi dari 8 – 10 bulan dan selang
beranak 12 – 18 bulan. Jadi kerbau kering harus dipelihara dengan
baik selama 2 – 8 bulan atau rata-rata 5 bulan sebelum melahirkan.
7
Dengan pastura yang baik, kerbau yang mengalami masa kering tidak
perlu diberikan makanan konsentrat. Pada pastura yang baik lama
kerbau merumput setiap hari cukup 6 – 8 jam dimana kerbau bunting
(masa kering) tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, tetapi pada
keadaan pemberian rumput yang berkualitas rendah, maka perlu diberi
pakan tambahan (konsentrat) sebanyak 2 – 3 kg per ekor per hari.
2.2.5 Pemeliharaan Kerbau Pejantan
Pejantan harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang
optimum sejak dari lahir agar pejantan tersebut jinak dan baik
pertumbuhannya. Setelah berumur 9 – 10 bulan pejantan yang terpilih
dikandangkan secara individual pada kandang pejantan.
2.2.6 Pemeliharaan Anak Kerbau Jantan
Dalam kedaan normal anak kerbau jantan dibiarkan bebes
menyusui pada induknya selama 3 – 5 hari setelah lahir, selanjutnya
anak kerbau diberi kesempatan menyususi pada induknya hanya 2 – 3
menit pada saat sebelum diperah untuk merangsang keluarnya air
susu. Bobot lahir pada anak kerbau jantan rata-rata 30 kg, dengan
pemeliharaan yang kurang baik bobot badan pada umur 1 tahun hanya
mencapai 100kg. Tetapi pada anak kerbau jantan yang akan dipakai
sebagai bibit dipelihara dan diberi makanan yang baik sesuai dengan
kebutuhannya sehingga dapat mencapai bobot badan 250 – 300 kg
pada umur 24 bulan, dan dapat diambil semennya untuk I.B. Pada
umumnya pengambilan semen kerbau jantan dimulai pada umur 30
bulan.
2.3 Produksi Kerbau Perah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produksi susu dari setiap
ternak kerbau yang diperah berkisar antara 1,50-2,50 liter/ekor/hari dengan
lama pemerahan sekitar 7 bulan (Zulbardi, 2002). Malaysia sebagai
negara tetangga Indonesia yang iklimnya tidak jauh berbeda dengan
Provinsi Sumatera Barat, produksi susu kerbau lumpur di sana 1,7 - 3,4 liter
per hari (Ali 1980). Mason (1974) melaporkan produksi susu swamp buffalo
8
di Indonesia 1 - 2 liter per hari dan di Vietnam dapat mencapai 6 liter per hari
pada awal laktasi.
Nilai gizi susu kerbau terlihat lebih tinggi dari kandungan gizi susu
sapi dengan kadar protein 5,25 vs 3,27 %; kadar lemak 8,79 vs 3,45 %; kadar
air 82,42 vs 87,96 % (Sirait dan Setyanto, 1995). Kadar lemak susu kerbau
pada umumnya (tipe perah dan tipe daging) antara 6,6 – 9,0% di atas kadar
lemak susu sapi 3,6 – 4,9 % (Dhana, 2006) yang antara lain dipengaruhi oleh
bangsa ternak dan faktor pakan.
Menurut Chantalakhana (1980), lama laktasi Swamp Buffalo (kerbau
lumpur) di Asia Tenggara 7 – 11 bulan. Hal yang sama dilaporkan pula oleh
Madamba dan Eusebio (1980) Swamp Buffalo di Asia Tenggara lama
laktasinya 10 bulan. Akan tetapi Ali (1980) melaporkan swamp buffalo yang
dipelihara di Malaysia lama laktasinya 5 - 6 bulan.
Total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapat dihasilkan
oleh seekor kerbau berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbedanya bulan
dan tingkat laktasi, penampilan individu, latar belakang pemeliharaan dan
pemberian pakan. Pada bulan-bulan awal laktasi produksi susu kerbau
banyak, puncaknya dicapai pada bulan kedua (Chutikul,1975). Bulan-
bulan berikut produksi susu kerbau mulai menurun seiring dengan
meningkatnya umur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan periode laktasi
dapat menyebabkan berbeda jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa
laktasi. Jumlah produksi susu bertambah dari laktasi pertama ke laktasi
berikutnya, produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasi enam
(Chutikul, 1975). Produksi susu kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara
lain:
2.3.1 Breed atau Bangsa Kerbau
Produksi susu kerbau yang dipengaruhi adanya dari bangsa
itu sendiri. Beberapa bangsa kerbau perah dapat dilihat melalui
tabel berikut:
9
Tabel 1. Jumlah produksi susu kerbau menurut bangsanya
10
antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta
lama laktasi.
11
Tabel 3. Produksi susu kerbau berdasarkan masa laktasi
12
6 7,20 4,86 3,73 0,60 0,80
7 7,05 4,68 3,59 0,56 0,78
8 7,98 5,00 4,34 0,76 0,83
9 7,01 5,11 3,53 0,71 0,81
10 7,18 4,64 4,05 0,66 0,83
Sumber : Abd. E-Salam, M. H. dan S. El-Shibiny. 1966
13
waktu keluarnya susu semakin lama, maka itu berarti
jumlah produksi susu yang dihasilkan semakin sedikit /
turun.
2. Waktu pemerahan (milking time) : waktu sejak keluarnya
susu pertama hingga terakhir. Waktu pemerahan
dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Dan jumlah kadar
hormone yang dikeluarkan tergantung pada ukuran ternak,
tahapan laktasi, total produksi susu, berat badan ternak.
3. kecepatan lewat susu (rate of milk flow) : rasio antara
produksi susu dan waktu pemerahan total. Kecepatan
keluarnya susu yang lebih besar diperkirakan akan
menaikkan jumlah produksi susu.
Jika ternak tidak dikawinkan pada waktunya setelah
beranak, maka hal ini cenderung akan menyebabkan periode
laktasi yang lama, bahkan sampai 400 hari (minimalnya < 350
hari).
Selain unsur-unsur yang mempengaruhi produksi susu yang
telah dijelaskan di atas, susunan gizi susu kerbau pun dipengaruhi
oleh beberapa hal, yakni :
1. Spesies dan Ragam Jenis Bangsa. Susu kerbau perah pada
umumnya lebih kaya akan bahan dasar penyusunan susu
dibanding susu sapi, kecuali kadar air dan kandungan
karotennya. Tidak adanya karoten membuat warna susu
lebih putih daripada susu sapi.
2. Ragam Musim. Susunan gizi susu kerbau dapat berubah-
ubah sesuai musimnya, baik musim dingin, panas, semi,
maupun gugur. Hal ini sangat berkaitan dengan pakan yang
diberikan saat itu.
3. Banyaknya Pemerahan Setiap Harinya. Pada awal
pemerahan susu kerbau akan memiliki susunan gizi yang
berbeda dengan pertengahan ataupun akhir pemerahan.
Pada awal pemerahan, susu kerbau umumnya memiliki
14
kandungan lemak yang sedikit, ini dikarenakan kelenjar
ambing tidak menutup katup penutup untuk menghambat
kecepatan produksi susu tersebut. Sementara pada
pemerahan akhir, susu kerbau akan kaya lemak. Let down
of milk membutuhkan waktu 32 – 37 detik, sedangkan
akhir laktasi 62 – 67 detik.
4. Unsur Genetik. Kawin silang sangat mempengaruhi
jumlah protein susu. Walaupun dalam satu spesies, jika
terjadi kawin silang akan tetap mempengaruhi hasil dari
protein susu. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor
genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk
manajemen pemeliharaannya.Kerbau Sungai spesies
Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang
lebih baik dari Kerbau Lumpur, namun lama laktasi kedua
jenis kerbau tidak jauh berbeda. Di bawah ini dapat dilihat
produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan
Crossbred (persilangan).
Tabel 5. Jumlah produksi susu, laju pertumbuhan dan lama laktasi
kerbau berdasarkan breed
Kriteria Kerbau Kerbau Sungai Crossbred
Lumpur
Laju pertumbuhan 0,4 - 0,8 0,4 - 0,7 0,4 - 0,7
pedet (kg per hari)
15
5. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk
manajemen pemeliharaannya
2.4 Komposisi Susu Kerbau
Susu kerbau memiliki kandungan gizi tidak kalah dibandingkan
susu sapi. Susu kerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan
195 iu kalsium. Susu kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini
karena susu kerbau mengandung 16% bahan padat, sedang susu sapi bahan
padatnya 12%. Kandungan lemak susu kerbau juga lebih banyak, sehingga
kandungan energinya lebih tinggi dari susu sapi
Tabel 6. Komposisi susu beberapa jenis ternak
Zat Gizi Per 100 g Kerbau Sapi Kambing Domba
Protein g 4,5 3,2 3,1 5,4
Lemak g 8,0 3,9 5,5 6,0
Karbohidrat g 4,9 4,8 4,4 5,1
k cal 110 66 60 95
Energi
kJ 463 274 253 396
Gula g 4,9 4,8 4,4 5,1
Asam lemak g 4,2 2,4 2,3 4,2
Jenuh
Asam lemak g 1,9 1,2 0,9 1,9
Tidak jenuh
Kolestrol mg 8 14 10 8
Kalsium lu 195 120 100 195
Ada baiknya bila mengetahui beberapa susunan/komposisi dari jenis
masing – masing susu
16
Susunan air susu tidak selalu sama dan akan selalu berubah – ubah.
Hal ini dikarenakan berbagai macam faktor.
Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu,
potensi dan kandungan gizinya yang sangat besar, susu kerbau dijuluki
sebagai Emas Putih. Jika dilihat dari komposisi nilai gizi yang terdapat di
dalamnya, susu kerbau tidak kalah dengan susu asal ternak ruminansia
lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya sangat tinggi yaitu 5,5-
10,5% dua kali lipat dari susu lain.
Dalam susu terdapat beberapa komponen, salah satunya lemak. Lemak
susu adalah komponen yang paling beragam. Sebagian lemak susu terdiri dari
trigliserida. Bahan utama pembentuk lemak susu adalah glukosa, asam
asetat, asam beta hidroksobutirat, trigliserida dasri kilomikra dan LDL
serta darah. 75 – 90 % dari asam lemak berantai pendek (C4 – C14) dan
30 % dari asam palmitat yang disusun dalam kelenjar susu berasal dari asam
asetat. Dan sisanya berasal dari asam lemak. Asetil Co-A yang digunakan
oleh kelenjar susu dibentuk dari asetat yang terdapat dalam sitoplasma. Pakan
ternak pun sangat berperan dalam kualitas susu, sehingga di dalam pakan
ternak harus memenuhi criteria gizi yang baik, yakni terdapat jumlah protein
yang tinggi, energi (yang diperlukan untuk membentuk lemak susu) tinggi,
mineral yang kaya akan Ca dan P (tak lupa Na dan Cl karena cukup penting
bagi ternak), vitamin yang cukup.
Dibanding dengan jumlah laktasi yang sama, kerbau akan
menghasilkan lebih banyak lemak dan bahan padat bukan lemak (Solid Non
Fat/SNF) daripada sapi lokal.
Tabel 8. Produksi susu kerbau negara utama (000 Ton)
17
Pakistan 6383 8790 10538 5,4
Srilanka 55 67 55 -1,3
Sumber : Mudgal,1999
18
Manajemen pakan memiliki proporsi sebesar tujuh puluh persen
dalam produktivitas susu, dan sisanya adalah breeding dan manajemen
kandang. Dalam rangka meningkatkan efisiensi manajamen pemeliharaan
ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan strategi pemberian pakan
yang meliputi penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum, penyajian pakan
dan peran kelembagaan yang terkait. Penyediaan bahan pakan kerbau perah
harus mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan
tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Kerbau
perah hendaknya diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat.
Pakan hijauan merupakan pakan utama ruminansia karena melalui
fermentasi di dalam rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Sementara pakan konsentrat adalah
campuran bahan pakan yang kaya energi dan protein, yang berguna untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas susu kerbau perah laktasi. Penyusunan
ransum bagi kerbau perah haruslah seimbang dalam arti ransum yang
diberikan harus sesuai dengan jumlah dan proporsi semua kebutuhan nutrian
sapi perah dalam keadaan layak 24 jam. Salah satu strategi yang dapat
dilakukan adalah memperhatikan tingkat degaradasi pakan di dalam rumen.
Dalam hal penyajian pakan pada sapi perah, beberapa strategi yang dilakukan
diantaranya adalah pemberian pakan cara hijauan dan konsentrat secara
bersamaan, menghindari penggilingan pakan hijauan yang terlalu halus, dan
frekuensi pemberian pakan yang sering.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai salah satu ternak perah secara lebih optimal. Jumlah
produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti iklim, laktasi dan
manajemen.
Susu kerbau perah memiliki nilai gizi yang tinggi. Susu kerbau
mengandung 4,5 gprotein, 8 g lemak, 4,9 karbohidrat, 463 Kkal energi dan
195 iu kalsium. Susu kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Kerbau
mengandung 16% bahan padat, sedangkan susu sapi bahan padatnya sebesar
12%. Managemen pemeliharaan kerbau perah harus diperhatikan dari segi
pakan, dan kebersihan lingkungan.
3.2 Saran
Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang yang
sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Pemeliharaan kerbau oleh
petani dan peternak umumnya masih dilakukan secara ekstensif. Oleh sebab
itu diisarankan kepada mahasiswa dan para ilmuan untuk meneliti lebih lanjut
masalah pengemangan ternak kerbau, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan kuantisas ternak tersebut.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syed, A. B. 1980. Buffalo Production And Development In Malaysia. Dalam
Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No. 15, Taipei.
Chantalakhana, C. 1980. Breeding Improvement of Swamp Buffalo for Small
Farms.
InSoutheast Asia. Dalam Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No.
15,Taipei.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition. Dalam The Asiatic Water
Buffalo.FFTC, Taipei
Devendra , C. 1993.Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska,
I.M.Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.).
Produksi Kambingdan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.
Surakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta.El-Shibiny, S,.Abd
El-Salam,M.H & Ahmed, N.S., 1966. Milchwissensshalft, 27.217
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty.Yogyakarta.
Kusnadi , U. 2004. Kontribusi Ternak dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di
Lahan Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J.
PembangunanPeternakan Tropis . Special Edition Oktober 2004
Mahadevan, P. 1978. Water Buffalo Research-Possible Future Trends. World
AnimalReview 25: 2-7.
Mason, I.L. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food
AndA griculture Organization of The United Nation, Rome
Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes. In : BuffaloProduction. Ed.
NM.Tullohand J.H.G. Holmes. Elsevier-LondonMuhammad, Z. 2002.
Model Pengembangan Kerbau Perah. Laporan Direktorat Budidaya
Peternakan, Jakarta
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
21
Shafie , M.M. 1985. Physiological Responses and Adaptation of Water
Buffalo. In : Stress Physiology in Livestock, vol. 2: Ungulates. YOUSEF,
M.K. (Ed.). Florida, USA, CRC. pp. 1 – 4
Zulbardi, M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau bagi Ketersediaan
dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal: 186 – 189
22