Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

MANAJEMEN PADA KAMBING

Oleh :
Kelas: B
Kel: VI (enam)

Salim Abdusy

200110130079

Zhasa Nurlailya

200110130039

Aditya Wirabhakti

200110130237

Ayu Kamila

200110130230

LABORATORIUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan system usaha
tani di pedesaan. Hampir setiap rumahtangga memelihara kambing. Sebagian dari
mereka memang menjadikannya sebagai sumber penghasilan keluarga. Saat ini
pemeliharaan kambing bukan hanya di pedesaan saja, tetapi sudah menyebar ke
berbagai tempat. Semakin banyaknya peternakan kambing yang muncul di
sebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus mengalami
peningkatan.
Ternak kambing dengan sifat alaminya sangat cocok di budidayakan di
daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani berpenghasilan
rendah. Sebab ternak kambing sendiri memiliki sifat dapat beranak kembar dan
fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana di bandingkan dengan ternak
ruminansia besar.
Ditinjau dari aspek pengembangannya, ternak kambing sangat potensial
bila di usahakan secara komersial, antara lain : umur kedewasaan dan umur
kebuntingan ternak kambing lebih pendek bila di bandingkan dengan ternak sapi
atau kerbau sebagai ternak ruminansia besar. Keadaan yang demikian member
pengaruh positif bagi petani-peternak pedesaan dalam memanfaatkan waktu
luang, sebab usaha ternak kambing hanya memerlukan fasilitas dan pengelolaan
sederhana. Disamping daging, ternak kambing masih dapat memberikan hasil
sampingan berupa susu dan pupuk kandang. Khusus bagi petani-peternak yang
berdomisili di pedesaan, usaha ternak kambing berfungsi sebagai tabungan yang
dapat di manfaatkan setiap saat.Beternak kambing memang tidak selalu
memerlukan uang kontan yang besar jumlahnya. Petani-peternak sekala kecil
masih mampu membiayai pemeliharaan ternak kambing.

1.2 Identifikasi Masalah


a. Bagaimana manajemen perkandangan pada ternak kambing?
b. Bagaimana manajemen pakan pada ternak kambing?
c. Bagaimana manajemen pemeliharaan pada ternak kambing?
d. Bagaimana manajemen kesehatan pada ternak kambing?

1.3 Maksud dan Tujuan


a. Mengetahui manajemen perkandangan pada ternak kambing.
b. Mengetahui manajemen pakan pada ternak kambing.
c. Mengetahui manajemen pemeliharaan pada ternak kambing.
d. Mengetahui manajemen kesehatan pada ternak kambing.

II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama
dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit dan bulu
(Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan
hewan yang pertama didomestikasi di kawasan Asia Barat sekitar 10.000 tahun
lalu (Zeder and Hesse, 2000). Menurut Devandra dan Mcleroy (1982), sistematika
kambing adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animals

Phylum

: Chordata

Group

: Cranita (Vertebrata)

Class

: Mammalia

Order

: Artiodactyla

Sub Order

: Ruminantia

Famili

: Bovidae

Sub Famili

: Caprinae

Genus

: Capra

Spesies

: Capra hircus, Capra ibex, Capra caucasica, dll.

Kambing termasuk sub order ruminansia (karena memilik 4 bagian perut


dan mengunyah makanannya). Kambing betina biasanya bertanduk lebih kecil
dari kambing jantan. Kambing adalah salah satu hewan ruminansia terkecil yang
didomestikasi, dijinakkan dan dipelihara oleh manusia paling awal atau paling
tidak nomor dua setelah anjing. Berdasarkan informasi sisa fosil, kambing

merupakan hewan berkuku yang dijinakkan hampir bersamaan dengan domba


bahkan lebih dahulu dibandingkan sapi (Mulyono dan Sarwono, 2005)
Beberapa breed kambing di dunia dipelihara dengan cara domestikasi,
seperti Capra hircus (merupakan keturunan dari kambing bezoar). Kambing
didomestikasi dan dijadikan hewan ternak. Kambing juga merupakan hewan
pemenuh kebutuhan protein, serat dan kulit di dunia (Mulyono dan Sarwono,
2005).
Di Indonesia ada beberapa bangsa kambing yang sudah dikarakterisasi
fenotipenya. Dari bangsa kambing lokal Indonesia tersebut yang termasuk
kategori besar adalah kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Muara,
kategori sedang adalah kambing Kosta, Gembrong dan kategori kecil adalah
kambing Kacang, kambing Samosir dan kambing Marica. Diperkirakan masih
banyak lagi bangsa kambing lokal Indonesia yang belum dapat dikarakterisasi dan
sebagian mungkin sudah hampir punah atau jumlah populasinya sudah mendekati
punah yang belum sempat dieksplorasi potensi keragaman genetiknya untuk
dimanfaatkan sebagai sumber peningkatan mutu genetik kambing di Indonesia.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai
penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa
kambing yang paling populer

dan dipelihara secara luas di India dan Asia

Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu
belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang
bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang
terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1978). Kambing
PE telah beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

Sistem Pemeliharaan pada kambing dibedakan menjadi tiga yaitu :


Secara Ekstensif
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal
dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk
daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar
(Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang
sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi
persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata
pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat
mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem Pemeliharaan Secara Intensif
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus
atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan
yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak
(Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan
pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan
kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk
dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan
atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot
kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari
dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840
gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan
ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan
penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson
dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot
kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per
hari.

Manajemen pemeliharaan dalam usaha ternak kambing merupakan hal yang


sangat penting, mulai dari manajemen perkandangan, pakan, pemeliharaan dan
kesehatan.
Perkandangan
Ada beberapa tipe kandang kambing yang terbentuk karena perbedaan kondisi
daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha dan tingkat pengetahuan peternak.
Namun umumnya tipe kandang yang banyak digunakan peternak yaitu kandang
panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat
panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung
kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak
kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi
kandang yang lebih bagus (Mulyono, 2003).
Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatife lebih bersih
karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering dan
tidak becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang
dapat ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya
pembuatannya relative mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau
jatuh lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada diatasnya
(Ludgate, 2006).
Menurut Devendra dan Burns (1994), ada dua tipe kandang kambing yang
umum digunakan di daerah tropis yaitu tipe kandang pada tanah yang umum di
sebagian daerah tropis dan tipe kandang panggung yang sangat umum digunakan
di Indonesia dan Malaysia. Tipe kandang panggung sangat praktis untuk daerah
yang sangat lembab,daerah dengan curah hujan tinggi, sehingga kambing perlu
dilindungi dari hujan. Tipe kandang lemprak atau kandang beralaskan tanah
merupakan kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak kambing kereman.
Kandang lemprak tidak dilengkapi alas kayu (Murtidjo, 1993).

Menurut Ludgate (2006) kandang lantai tanah memiliki kelebihan yaitu biaya
pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan
dapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak,
sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak
kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur
berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.
Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak
ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi,
akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan
rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan
penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu
macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat
juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan,
ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau
hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerahdaerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada
rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap
pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi
setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan,
dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan
tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang
biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak,
air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien,
paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang
sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).

Kesehatan
Manajemen Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
peternakan baik ternak itu sendiri, kandang maupun dari peternaknya itu sendiri.
Menurut Sarwono (2005) menyatakan bahwa kegiatan pengendalian penyakit
yang meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan
perkandangan, dan sanitasi pekerja. Kandang dibersihkan setiap satu minggu
sekali. Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas di kandang. Sanitasi pekerja dilakukan agar
kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman
penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit. Pengedalian
penyakit merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak
dapat diabaikan begitu saja. (Kartadisastra,1997).
Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit atau bakalan ternak yang akan dipelihara tergantung dari
selera petani peternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Akan tetapi secara
umum yang menjadi pilihan petani peternak adalah kambing yang mudah
pemasarannya (Murtidjo, 1993). Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan
dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk
produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri
bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan
mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

III
PEMBAHASAN

3.1

Manajemen Perkandangan Ternak Kambing


Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat

keberhasilan suatu usaha peternakan kambing dan domba. Perkandangan yang


sering tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang sesungguhnya, cenderung akan
merugikan baik terhadap ternak itu sendiri, manusia dan lingkungan.
Fungsi kandang bagi ternak kambing
Kandang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan kambing yang
dilakukan secara intensif maupun semi intensif. Kandang dan perlengkapannya
termasuk tempat pakan, tempat minum, harus sudah disediakan sebelum
pengadaan ternak dilakukan.
Fungsi kandang adalah sebagai berikut :
1. Untuk melindungi ternak dari pemangsa (mis: binatang buas) dan
kondisi lingkungan yang ekstrim (mis: suhu terlalu panas/dingin, angin
kencang, dan lain lain) ;
2. Mencegah ternak kambing agar tidak merusak tanaman, mengingat
kambing suka memakan tanaman yang masih muda ;
3. Tempat untuk makan, minum dan istirahat kambing ;
4. Tempat untuk kawin dan beranak ;
5. Tempat untuk merawat ternak yang sakit ;
6. Untuk memudahkan pengontrolan ternak kambing.

10

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kandang kambing :


1. Dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan nilai ekonomi yang tinggi ;
2. Dinding kandang memiliki ventilasi yang cukup baik ;
3. Atap kandang terbuat dari bahan yang mempunyai daya pantul dan
penghantar panas yang baik ;
4. Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tidak keras, tidak
licin, tidak mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau
dingin ;
5. Kolong kandang; Pada kolong kandang dibuat lubang sedalam 10 15
cm untukmenampung kotoran. Bisa juga kolong kandang dibuat miring
dan disemen. Agar kotoran mudah digelontor. Air gelontoran dan
kotoran langsung masuk saluran pembuangan untuk diolah menjadi
pupuk organik ;
6. Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan ;
7. Mudah dalam pembersihan dan perawatan kandang ;
8. Penempatan Kandang;
9. Tempatkan kandang pada tempat yang kering atau tidak tergenang air ;
10. Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur , 10 meter;
11. Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.

11

Syarat dan lokasi kandang untuk pemeliharaan ternak kambing


Pemilihan lokasi Untuk menempatkan kandang, tempat yang dipilih adalah :
1. Tempat yang agak tinggi dan tidak tergenang air;
2. Agak jauh dari rumah atau sumur ;
3. Cukup mendapatkan sinar matahari pagi ; dan
4. Terlindung dari tiupan angin langsung (terutama pada malam hari)
5. Perawatan kandang Untuk kesehatan ternak, kandang harus dibersihkan secara
rutin seperti membersihkan lantai kandang dan kokopan tempat pakan . Jika
terdapat bagian yang rusak, segera diperbaiki
TIPE KANDANG
Ada 3 (tiga) tipe kandang kambing yang umum digunakan olehpeternak kambing,
yaitu:
Kandang Panggung
Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat
panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung
kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak
kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi
kandang yang lebih bagus. Kandang ini dapat dibuat tunggal atau ganda dengan
posisi saling membelakangi. Jarak antara lantai kandang dengan tanah minimal 50
cm. Alas kandang harus dibuat dari bahan yang tahan lapuk seperti kayu / bambu
yang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai panggung 1,5 - 2 cm agar
kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak terperosok.
Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatife lebih
bersih karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering
dan tidak becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang

12

dapat ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya


pembuatannya relative mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau
jatuh lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada
diatasnya.

Kandang Lemprak (Kandang Dengan Lantai Tanah/Semen)


Merupakan

tipe

kandang

yang

sering

digunakan

untuk

usaha

penggemukan/kreman. Kandang ini tidak dilengkapi dengan alas kayu tetapi


hanya beralaskan tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumut kering serta
sisa-sisa hijauan pakan.
Kandang lemprak memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih murah,
konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat dihindari dan
kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak, sedangkan kelemahannya
yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak kurang terjamin, lantai becek
dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur berkembang subur yang
menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.

Kombinasi Kandang Panggung dan Kandang Lemprak

13

Merupakan tipe kandang yang sebagian kandang bertipe panggung dan


sebagian berlantai tanah. Biasanya digunakan untuk ternak kambing dengan
tujuan untuk pembibitan. Keunggulan dari kandang kombinasi panggung dan
lemprak adalah dapat meminamalisir segala resiko yang ada pada kandang
panggung maupun kandang lemprak. Sedangkan kelemahannya adalah biaya
pembuatan kandang sangat mahal.

JENIS KANDANG
Kandang Koloni / Kelompok
Merupakan jenis kandang untuk memelihara ternak kambing secara
kelompok atau koloni. Ukuran kandang koloni / kelompok relatif luas, tidak ada
sekat antar ternak. Luas kandang disesuaikan dengan umur dan jumlah kambing
yang dipelihara.
1. Umur 3 7 bulan, luas kandang rata-rata 0,5 m / ekor
2. Umur 7 12 bulan, luas kandang rata-rata 0,75 m / ekor
3. Umur >12 bulan, luas kandang rata-rata 1 1,5 m / ekor

Kandang Individu/Baterai

14

Merupakan jenis kandang yang disekat-sekat , cukup untuk 1 ekor saja,


gerak kambing dibatasi, sehingga perkembangan ternak lebih cepat.
Kandang Induk / Utama
Merupakan tempat bagi induk ternak kambing untuk beristirahat, makan,
tidur dan membuang kotoran. Ukuran kandang induk/utama, per ekor ternak
kambing adalah 1 x 1 meter.
Kandang Beranak
Merupakan kandang untuk induk yang baru melahirkan dan menyusui
anaknya. Induk yang baru beranak dan sedang menyusui penting dipisahkan dari
ternak yang lain untuk menghidari anak terinjak oleh ternak lain.

Kandang Pejantan
Merupakan jenis kandang yang khusus digunakan untuk seekor jantan
pemacek. Kandang untuk pejantan sebaiknya cukup luas, memperoleh sinar
matahari pagi dan udara segar serta bersih. Selain itu diusahakan agar kandang
pejantan terpisah dari kandang lainnya, tetapi tidak terlalu jauh dengan kandang
kambing betina. Hal ini dimaksudkan agar tidak gaduh dan terjadi perkelahian.
Dianjurkan kandang pejantan dibuat bersekat-sekat. Luas kandang yang
diperlukan untuk seekor kambing pejantan pemacek adalah 1 x 1,5 m.
Kandang Kawin
Merupakan kandang yang khusus digunakan untuk proses perkawinan
ternak kambing. Kandang tersebut sebaiknya cukup luas dengan ukuran minimal
4 x 6 m atau digunakan untuk kapasitas tampung 4 ekor : 1 ekor pejantan dengan

15

3 ekor betina. Kandang ini digunakan untuk menampung ternak kambing betina
yang diduga sedang berada dalam masa birahi untuk dikawinkan. Umumnya pada
perkawinan alamiah, betina tersebut akan ditempatkan bersama pejantan selama
satu kali periode berahi/estrus.

SARANA DAN PRASARANA KANDANG


Dalam manajemen perkandangan ternak kambing, ada beberapa peralatan
kandang yang harus selalu ada dan dibutuhkan dalam sebuah lokasi kandang
kambing. Peralatan kandang yang dimaksud disini adalah alat-alat yang
penggunaannya dikhususkan di kandang. Berbagai Peralatan tersebut adalah
sebagai berikut :
Tempat Pakan dan Minum
Merupakan tempat pemberian makanan dan air minum pada ternak
kambing di dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan
yang diberikan tidak tercecer dan air minum tidak tumpah.
Gudang Makanan

16

Merupakan tempat penyimpanan sementara untuk pakan yang belum


diberikan kepada ternak. Umumnya gudang pakan akan disimpan konsentrat
maupun hijauan yang belum diberikan. Penanganan khusus terhadap hijauan perlu
dilakukan. Hijauan pakan yang disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam
ikatan agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan
mengurangi kualitas hijauan. Demikian pula terhadap makanan penguat
hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses pembusukan dan
serangan hama.
Tempat Umbaran
Merupakan bagian dari kelengkapan sistem perkandangan ternak kambing.
Tempat umbaran ini digunakan sebagai tempat excersice ketika kandang sedang
dibersihkan. Tempat umbaran akan sangat bermanfaat bagi ternak kambing yang
tidak pernah digembalakan (intensif) sehingga kesehatannya selalu terjaga
sekaligus merupakan tempat olahraga atau jalan-jalan bagi induk yang sedang
bunting. Kesulitan induk untuk beranak (Distokia) umumnya sering disebabkan
akibat kurangnya aktivitas bergerak dari induk yang sedang bunting.

Tempat Kotoran
Merupakan perlengkapan kandang yang sudah sewajarnya tersedia. Pada
kandang tipe lemprak, sisa makanan atau kotoran akan menumpuk jadi satu dan
sangat mengganggu kesehatan. Sebaliknya pada tipe panggung, kotoran akan
tertumpuk pada kolong kandang sehingga akan mudah diolah untuk pembuatan
pupuk. Oleh sebab itu jarak lantai kandang tidak boleh terlalu rapat.
Selain dari perlengkapan kandang yang telah disebutkan di atas, perlu juga
disediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, sikat, sabit, sekop, alat pengangkut
dan lain lain.

17

3.2

Manajemen Pemberian Pakan Ternak Domba


Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi ternak yang didalamnya

mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya). Pakan adalah bahan yang
dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau
nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,
reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1986).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak kambing
sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan
pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi.
Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan
penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti
konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti
merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Kambing sangat efisien dalam
mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas tinggi.
(Blakely dan Bade , 1994)

PEMBERIAN PAKAN HIJAUAN KAMBING


Menurut Pamungkas dkk (2009) jumlah kebutuhan hijauan pakan sebanyak 1020% dari bobot tubuh adalah sebagai berikut :
1. Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari
2. Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari
3. Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

18

Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain,


sehingga maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan. Pastikan alokasi
hijauan telah mencukupi (harus terdapat sisa).

Seekor kambing dewasa

membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, yaitu pagi
dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di
alam terbuka (browser) (Sasroamidjojo, 1978).
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 4%
bahan kering dari bobot hidup (Sianipar, dkk, 2003). Hijauan merupakan bahan
pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan
hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005).
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1995).
Sasroamidjojo (1978) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :
1. Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari
2. Imbangan daun/batang setinggi mungkin
3. Utamakan bagian daun dibandingkan batang
4. Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak
5. Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

Cara Pengolahan Hijauan Potongan:


1. Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja,
Panicum sp,) sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm

19

2. Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum


guenoarum, Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu
dicacah dan dapat langsung diberikan
3. Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari
4.
Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:
1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi
(efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat)
2. Upayakan konsumsi pakan maksimal
3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat
4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,
5. Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah
sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit
6. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya
untuk tenaga kerja.
7. Hindari pemberian 1 x dalam sehari
Jenis hijauan pakan yang ideal untuk cara potong-angkut umumnya memiliki
sifat tumbuh tegak dan memiliki ukuran batang dan daun yang relative besar atau
lebar. Rumput raja atau rumput gajah termasuk kedalam kategori tersebut. Untuk
jenis tanaman pakan seperti ini, maka sebaiknya dilakukan upaya pengolahan
sebelum diberikan kepada kambing agar pemanfaatnnya menjadi optimal Namun
demikian, terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk potong angkut

20

namun tidak membutuhkan proses pengolahan/pencacahan sebelum digunakan


sebagai

pakan

kambing,

seperti

Paspalum

guenoarum,

Paspalum

ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicola .


Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila
pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan
perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada
masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan
menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu
(Mulyono dan Sarwono, 2008).

PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT KAMBING


Hartadi et al, (1980) menyatakan konsentrat adalah bahan pakan atau
ramuan dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin,
mineral) dan energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan berat atau
volume. Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam
meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar saja
sering tidak mampu mencapai tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh
karena konsentrasi nutrisinya tinggi maka harga per satuan berat juga relatif
tinggi,sehingga jumlah pemberiannya juga perlu dibatasi untuk mencapai optima
biologis maupun optima ekonomik. Pada kambing pemberian konsentrat biasanya
berkisar antara 200-300 g per ekor per hari atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot
tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta ketersediaan
pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang diinginkan, dan 3)
harga pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan) baik, dan
tersedia dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan konsentrat dapat
disesuaikan menurut kebutuhan.

21

Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %,


pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan
garam dapur 4% (Alim, 2014). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam
konsentrat untuk penggemukan kambing protein minimal 16% dan serat kasar
kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya
pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair,
diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian
akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.
Chuzaemi dan Hartutik (1988), menyatakan walaupun pemberian
konsentrat akan meningkatkan laju pertumbuhan kambing, namun dalam
merancang sistem pakan dalam usaha produksi peningkatkan laju pertumbuhan
harus mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima
biologis dan optima ekonomis. Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan
menjadi sangat penting.

MANAJEMEN PEMBERIAN AIR MINUM KAMBING


Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat
dibutuhkan oleh ternak kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian besar
(70%) tubuh ternak merupakan unsur air. Oleh karena peran air sangat penting
untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain, maka kekurangan air dapat
berakibat fatal. Kekurangan air dalam volume yang lebih sedikit akan menggangu
proses metabolism nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas, terutama pada
induk yang sedang menyususi (laktasi). Kebutuhan akan air semakin meningkat
pada induk yang sedang menyesusi (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air
diperlukan untuk memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan
air akan menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan
mengganggu pertumbuhan anak (Sutama dan Budiarsana, 2009).

22

Mulyono dan Sarwono (2008) menyatakan kebutuhan air sesuai dengan


periode umur ternak yaitu ternak muda membutuhkan air lebih banyak
dibandingkan dengan ternak dewasa. Sesuaikan jumlah pemberian air minum
dengan status umur ternak. Ternak kambing seperti halnya jenis ternak lain
mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi.
Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi
kebutuhan metabolismanya. Oleh karena itu, air minum harus disediakan agar
dapat dikonsumsi setiap saat. Pemberian air minum semakin penting, apabila
kepada ternak diberikan pakan komplit yang umumnya kering. Pentingnya
penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada ternak kambing yang
digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam kandang
setiap
3.3

saat.
Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba
Perawatan merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak

yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa perawatan penting yang harus
dilakukan secara rutin dalam pemeliharaan ternak yaitu kambing antara lain:
1. Memandikan
Ternak yang tidak pernah dimandikan, maka bulunya akan kotor, gembel dan
lembab. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya
kuman penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap kesehatan
ternak. Tujuan memandikan ternak kambing yaitu untuk menjaga kesehatan dari
kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dalam bulu. Ternak kambing
yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan lebih sehat. Sebaiknya ternak
dapat dimandikan secara rutin untuk jantan seminggu sekali sedangkan betina
dapat dimandikan sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan dapat di
dalam kandang atau dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian

23

(sumur dan kolam renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam


kandang sekaligus untuk sanitasi kandang.
2. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan ternak
kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak, karena
anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggu oleh kuku. Cara berjalan
yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal ini akan
menurunkan nilai jual. Pada kambing dewasa, pemotongan kuku juga merupakan
langkah

preventif

terhadap

kemungkinan

terjangkitnya

penyakit

kuku

(pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela


kuku. Selain itu kuku yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu
proses perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku
tersebut patah maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada
anak dimulai sejak anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan seperti pada
induk betina dan pejantan, yaitu 3-6 bulan sekali.
3. Pemberian telur dan madu
Pemberian telur dan madu ini khusus dilakukan pada kambing pejantan
pemacek, dengan tujuan untuk meningkatkan stamina, menjaga kesehatan dan
memperbanyak sel telur yang dihasilkan. Pemberian telur ini biasanya diberikan
setelah jantan melakukan perkawinan atau pada saat menjelang pejantan tersebut
akan turun lapang (diadukan). Dosis pemberian yaitu 1 telur dicampur dengan
madu sebanyajk 3 sendok teh, dan pemberiannya dengan cara dicekokkan.

24

3.4

Manajemen Kesehatan Ternak Kambing


Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha

ternak kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam


usaha ternak kambing adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial
terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah
orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah
penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida
dari tanaman (Prabowo, Agung. 2010).
Manajemen Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Pada Ternak
Kambing
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan
harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang,
kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity
maupun otopsi (Prabowo, Agung. 2010).
Manajemen penanggulangan penyakit pada ternak dapat diartikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktorfaktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar
produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan
dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan
standar yang diinginkan (Agung Purnomoadi, 2003).
Menurut Yudi Effriansyah (2012), menyatakan bahwa manajemen
kesehatan ternak harus melalui suatu proses yang sistematis. Melalui penerapan
manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan
dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan.

25

Faktor kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan kita di dalam


suatu usaha peternakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi
salah satu prioritas utama disamping kualitas makanan ternak dan tata laksana
yang memadai. Sanitasi kandang ternak kambing merupakan usaha dalam rangka
membebaskan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan
mengunakan obat-obatan pengendali seperti disinfectan pada dosis yang
dianjurkan. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang akan
ditempati oleh ternak. Jika ternak mengalami sakit dikandang, maka harus dipilih
jenis disinfectan pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak
menyerang pada penyakit yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat,
sebab lingkungan yang kotor dapat memancing bibit penyakit. Sanitasi terhadap
kandang harus dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar
dan terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor
dan tidak terurus merupakan media yang baik bagi berbagai jenis serangga
penyebar penyakit. Kutu dan caplak penghisap darah dapat bersarang dicelahcelah kandang sehingga merupakan sasaran utama dalam melakukan

26

IV
KESIMPULAN

27

DAFTAR PUSTAKA

Alim, H. 2014. Pertambahan Bobot Badan Kambing Marica Jantan Dengan


Pemberian Pakan Komplit Pada Taraf Protein yang Berbeda. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Batubara, Leo P., Simon P. Ginting, K. Simanhuruk, J. Sianipar, dan A. Tarigan.
2003. Pemanfaatan Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelap Sawit
Sebagai Ransum Kambing Potong. Prosiding Seminar nasional: Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor
Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).
Chen, S. Y., Y. H. Su, S. F. Wu, T. Sha and Y. P. Zhang. 2005. Mitochondrial
diversity and phylogeographic structure of Chinese domestic goats.
Molecular phylogenetics and Evolution. 37: 804814
Chuzaemi, S dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia).
NUFFIC Universitas Brawijaya.
Davendra, C. dan Burn. 1994. Produksi Kambing di Daerah
Tropik,Diterjemahkan oleh IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. P.
32, 117- 122
Effriansyah Yudi. 2012. Sanitasi Kandang Ternak. http://anpet10.blogspot.
com/2012/04/laporan-tetap-ilmu-teknologi-produksi_27.html. Tanggal akses 20
April 2016
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan
Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. International
Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State
University, Logan.
Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak
Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta
Ludgate, P. J. 2006. Sukses Beternak Kambing dan Domba. Agro Inovasi, Jakarta.

28

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V.


Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan
kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B. A., 1992. Memelihara Ternak Domba. Kanisius, Yogyakarta
Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu dan E. Sihite. 2009. Potensi
Beberapa Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Petunjuk Teknis. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Prabowo, Agung. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing. Swadaya.
Jakarta.
Purnomoadi
Agung.
2003. Ilmu
Ternak
Potong
&
Kerja.http://eprints.undip-.ac.id/21200/1/1061-ki-fp-05.pdf. Tanggal akses
20 April 2016.
Reksohadiprodjo,S. H. Hartadi , D. Soetrisno, S. Padmowijoto and B.
Suhartanto.1995. The Pptency of Fiber Feeds and Their Needs by Ruminant
inIndonesia.
Buletin
of
Animal
Science.
Special
Edition.
FakultasPeternakanUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sasroamidjojo, S. M dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. CV. Yasaguna,
Jakarta.
Sarwono, B., 1994. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba : Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soetrisno, S. Padmowijoto and B. Suhartanto.1995. The Pptency of Fiber Feeds
and Their Needs by Ruminant inIndonesia. Buletin of Animal Science.
Special Edition. FakultasPeternakanUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Siregar, S. B. 1990. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y.B.1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

29

Sutama, I dan Budiarsana, IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.
Penebar Swadaya, Jakarta

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne, 1987. An Introduction to Animal Husbandry in
the Tropic, Second Edition, ELBS and Longman Group Limetid, London
Zeder, M.A. and B. Hesse. 2000. The initial domestication of goats (Capra
hircus) in the Zagros Mountain 10,000 years ago. Science 287: 2254-2257.

Anda mungkin juga menyukai