Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

GOOD MANAGEMENT PRACTICES PADA DOMBA DAN KAMBING

Oleh :

Kelas: F

Kelompok: 4

Fatmah Nur Anggraeni 200110150156

Maulana Yusuf Abdullah 200110150157

Syakir Fathul Mubin 200110150158

Muhammad Fulqi Labib 200110150159

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Domba dan domba dan kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab

dengan sistem usaha ternak di pedesaan. Hampir setiap rumah tangga di daerah

pedesaan memelihara domba dan kambing. Sebagian dari mereka memang

menjadikannya sebagai sumber penghasilan keluarga. Saat ini pemeliharaan domba

dan kambing bukan hanya di pedesaan saja, tetapi sudah menyebar ke berbagai

tempat. Semakin banyaknya peternakan domba dan kambing yang muncul di

sebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus mengalami

peningkatan.

Ternak domba dan kambing dengan sifat alaminya sangat cocok

dibudidayakan di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani

berpenghasilan rendah. Sebab ternak domba dan kambing sendiri memiliki

sifat dapat beranak kembar dan fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana di

bandingkan dengan ternak ruminansia besar.

Ditinjau dari aspek pengembangannya, ternak domba dan kambing sangat

potensial bila di usahakan secara komersial, antara lain: umur kedewasaan dan

umur kebuntingan ternak domba dan kambing lebih pendek bila dibandingkan

dengan ternak sapi atau kerbau sebagai ternak ruminansia besar. Keadaan yang

demikian memberi pengaruh positif bagi petani-peternak pedesaan dalam

memanfaatkan waktu luang, sebab usaha ternak domba dan kambing hanya

memerlukan fasilitas dan pengelolaan sederhana. Di samping daging, ternak domba

dan kambing masih dapat memberikan hasil sampingan berupa susu dan pupuk

1
kandang. Khusus bagi petani-peternak yang berdomisili di pedesaan, usaha ternak

domba dan kambing berfungsi sebagai tabungan yang dapat dimanfaatkan setiap

saat. Beternak domba dan kambing memang tidak selalu memerlukan uang kontan

yang besar jumlahnya. Petani-peternak skala kecil masih mampu membiayai

pemeliharaan ternak domba dan kambing.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana manajemen perkandangan pada ternak domba dan kambing.

2. Bagaimana manajemen pakan pada ternak domba dan kambing.

3. Bagaimana manajemen pemeliharaan pada ternak domba dan kambing.

4. Bagaimana manajemen kesehatan pada ternak domba dan kambing.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui manajemen perkandangan pada ternak domba dan

kambing.

2. Mengetahui manajemen pakan pada ternak domba dan kambing.

3. Mengetahui manajemen pemeliharaan pada ternak domba dan kambing.

4. Mengetahui manajemen kesehatan pada ternak domba dan kambing.

2
II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Domba dan Kambing

Domba (Ovis aries) dan kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis

ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging,

susu, kulit dan bulu (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa domba

dan kambing merupakan hewan yang pertama didomestikasi di kawasan Asia Barat

sekitar 10.000 tahun lalu (Zeder and Hesse, 2000).

Domba dan kambing termasuk sub ordo ruminansia (karena memilik 4

bagian perut dan mengunyah makanannya). Domba dan kambing betina biasanya

bertanduk lebih kecil dari domba dan kambing jantan. Domba dan kambing adalah

salah satu hewan ruminansia terkecil yang didomestikasi, dijinakkan dan dipelihara

oleh manusia paling awal atau paling tidak nomor dua setelah anjing. Berdasarkan

informasi sisa fosil, domba dan kambing merupakan hewan berkuku yang

dijinakkan hampir bersamaan dengan domba bahkan lebih dahulu dibandingkan

sapi (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Beberapa breed kambing di dunia dipelihara dengan cara domestikasi,

seperti Capra hircus (merupakan keturunan dari domba dan kambing bezoar).

Kambing didomestikasi dan dijadikan hewan ternak. Kambing juga merupakan

hewan pemenuh kebutuhan protein, serat dan kulit di dunia (Mulyono dan Sarwono,

2005).

3
2.2 Manajemen Perkandangan Ternak Domba dan Kambing

Ada beberapa tipe kandang domba dan kambing yang terbentuk karena

perbedaan kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha dan tingkat

pengetahuan peternak. Namun umumnya tipe kandang yang banyak digunakan

peternak yaitu kandang panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang

berkonstruksinya dibuat panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong

untuk menampung kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk

menghindari ternak kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar

penyakit, ventilasi kandang yang lebih bagus (Mulyono, 2003).

Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatif lebih bersih

karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering dan tidak

becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang dapat

ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya

pembuatannya relatif mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau jatuh

lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada diatasnya

(Ludgate, 2006).

Menurut Devendra dan Burns (1994), ada dua tipe kandang domba dan

kambing yang umum digunakan di daerah tropis yaitu tipe kandang pada tanah yang

umum di sebagian daerah tropis dan tipe kandang panggung yang sangat umum

digunakan di Indonesia dan Malaysia. Tipe kandang panggung sangat praktis untuk

daerah yang sangat lembab, daerah dengan curah hujan tinggi, sehingga domba dan

kambing perlu dilindungi dari hujan. Tipe kandang lemprak atau kandang

beralaskan tanah merupakan kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak

domba dan kambing kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi alas kayu

(Murtidjo, 1992).

4
Menurut Ludgate (2006) kandang lantai tanah memiliki kelebihan yaitu

biaya pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko

kecelakaan dapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari

ternak, sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan

ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur

berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.

2.3 Manajemen Pakan Ternak Domba dan Kambing

Menurut Sarwono (2005), domba dan kambing membutuhkan hijauan yang

banyak ragamnya. Domba dan kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan

seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal,

puteri malu, dan rerumputan. Selain pakan dalam bentuk hijauan, domba dan

kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.

Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi,

jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan

tersebut. Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, domba dan kambing

tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara

alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, domba dan

kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.

Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap

pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi

setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan,

dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan

tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).

5
Pakan sangat dibutuhkan oleh domba dan kambing untuk tumbuh dan

berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein,

karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan

dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan

merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra

dan Burns, 1994).

2.4 Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing

Sistem Pemeliharaan pada domba dan kambing dibedakan menjadi tiga

yaitu:

a. Secara Ekstensif

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah

yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang

menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas

ekor domba dan kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993). Sistem

pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak

domba dan kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang

memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan

domba dan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30

gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).

b. Semi Intensif

Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan

pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi

biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan

konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan

6
Sarwono (2005), pertambahan bobot domba dan kambing yang digemukkan

secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.

c. Secara Intensif

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus

menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor

lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan domba

dan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam sistem

pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina,

sehubungan dengan ini perlu memisahkan domba dan kambing betina muda

dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan,

sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan

terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot domba dan

kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per

hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-

rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).

2.5 Manajemen Kesehatan Ternak Domba dan Kambing

Manajemen Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam proses

peternakan baik ternak itu sendiri, kandang maupun dari peternaknya itu sendiri.

Menurut Sarwono (2005) menyatakan bahwa kegiatan pengendalian penyakit yang

meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan,

dan sanitasi pekerja. Pengedalian penyakit merupakan salah satu bagian daripada

pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. (Kartadisastra,1997).

7
III

PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Perkandangan Ternak Domba dan Kambing

Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat

keberhasilan suatu usaha peternakan domba dan kambing dan domba.

Perkandangan yang sering tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang sesungguhnya,

cenderung akan merugikan baik terhadap ternak itu sendiri, manusia dan

lingkungan. Kandang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan domba dan

kambing yang dilakukan secara intensif maupun semi intensif. Kandang dan

perlengkapannya termasuk tempat pakan, tempat minum, harus sudah disediakan

sebelum pengadaan ternak dilakukan.

Fungsi kandang adalah sebagai berikut:

 Untuk melindungi ternak dari pemangsa (mis: binatang buas) dan

kondisi lingkungan yang ekstrim (mis: suhu terlalu panas/dingin, angin

kencang, dan lain-lain);

 Mencegah ternak domba dan kambing agar tidak merusak tanaman,

mengingat domba dan kambing suka memakan tanaman yang masih

muda;

 Tempat untuk makan, minum dan istirahat domba dan kambing;

 Tempat untuk kawin dan beranak;

 Tempat untuk merawat ternak yang sakit;

 Untuk memudahkan pengontrolan ternak domba dan kambing.

8
3.1.1 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

 Dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan nilai ekonomi yang

terjangkau;

 Dinding kandang memiliki ventilasi yang cukup baik;

 Atap kandang terbuat dari bahan yang mempunyai daya pantul dan

penghantar panas yang baik;

 Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tidak keras, tidak

licin, tidak mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau

dingin;

 Kolong kandang; Pada kolong kandang dibuat lubang sedalam 10 – 15

cm untuk menampung kotoran. Bisa juga kolong kandang dibuat miring

dan disemen agar kotoran mudah digiring sehingga langsung masuk

saluran pembuangan untuk diolah menjadi pupuk organik;

 Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan;

 Mudah dalam pembersihan dan perawatan kandang;

 Penempatan Kandang;

 Tempatkan kandang pada tempat yang kering atau tidak tergenang air;

 Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur, ± 10 meter;

 Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.

3.1.2 Syarat dan Lokasi Kandang

 Tempat yang agak tinggi dan tidak tergenang air;

 Agak jauh dari rumah atau sumur;

 Cukup mendapatkan sinar matahari pagi;

 Terlindung dari tiupan angin langsung (terutama pada malam hari).;

9
3.1.3 Tipe Kandang

Ada 3 (tiga) tipe kandang domba dan kambing yang umum digunakan oleh

peternak domba dan kambing, yaitu:

a. Kandang Panggung

Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat

panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung

kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak

kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi

kandang yang lebih bagus. Kandang ini dapat dibuat tunggal atau ganda

dengan posisi saling membelakangi. Jarak antara lantai kandang dengan

tanah minimal 50 cm. Alas kandang harus dibuat dari bahan yang tahan

lapuk seperti kayu / bambu yang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai

panggung ± 1,5 - 2 cm agar kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak

terperosok.

b. Kandang Lemprak (Kandang Dengan Lantai Tanah/Semen)

Merupakan tipe kandang yang sering digunakan untuk usaha

penggemukan. Kandang ini tidak dilengkapi dengan alas kayu tetapi hanya

beralaskan tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumut kering serta sisa-

sisa hijauan pakan.

10
Kandang lemprak memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih

murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat

dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak,

sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan

ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit

dan jamur berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang

terjamin.

c. Kombinasi Kandang Panggung dan Kandang Lemprak

Merupakan tipe kandang yang sebagian kandang bertipe panggung

dan sebagian berlantai tanah. Biasanya digunakan untuk ternak domba dan

kambing dengan tujuan untuk pembibitan. Keunggulan dari kandang

kombinasi panggung dan lemprak adalah dapat meminamalisir segala resiko

yang ada pada kandang panggung maupun kandang lemprak. Sedangkan

kelemahannya adalah biaya pembuatan kandang sangat mahal.

3.1.4 Jenis Kandang

No. Jenis Kandang Deskripsi

1. Kandang Kandang untuk memelihara ternak domba

Koloni/Kelompok dan kambing secara kelompok atau koloni.

Ukurannya relatif luas yang disesuaikan

11
dengan umur dan jumlah ternaknya, tidak

ada sekat antar ternak.

 Umur 3 – 7 bulan, luas kandang

rata-rata 0,5 m² / ekor

 Umur 7 – 12 bulan, luas kandang

rata-rata 0,75 m² / ekor

 Umur >12 bulan, luas kandang rata-

rata 1 – 1,5 m² / ekor

2. Kandang Individu/Baterai Kandang yang disekat-sekat, cukup untuk


1 ekor saja, gerak domba dan kambing

dibatasi, sehingga perkembangan ternak

lebih cepat.

3. Kandang Induk/Utama Tempat bagi induk ternak domba dan

kambing untuk beristirahat, makan, tidur

dan membuang kotoran. Ukuran kandang

induk/utama, per ekor ternak domba dan


kambing adalah 1 x 1 meter.

4. Kandang Beranak Kandang untuk induk yang baru

melahirkan dan menyusui anaknya. Induk

yang baru beranak dan sedang menyusui

penting dipisahkan dari ternak yang lain

untuk menghidari anak terinjak oleh ternak

lain.

5. Kandang Pejantan Kandang yang khusus digunakan untuk

seekor jantan pemacek. Sebaiknya cukup

12
luas, rata-rata 1x1,5 m. Kandang

memperoleh sinar matahari pagi dan udara

segar serta bersih. Selain itu diusahakan

agar kandang pejantan terpisah dari

kandang lainnya, tetapi tidak terlalu jauh

dengan kandang domba dan kambing

betina. Hal ini dimaksudkan agar tidak

gaduh dan terjadi perkelahian.

6. Kandang Kawin Kandang yang khusus digunakan untuk


proses perkawinan ternak domba dan

kambing. Kandang tersebut sebaiknya

cukup luas dengan ukuran minimal 4 x 6 m

atau digunakan untuk kapasitas tampung 4

ekor : 1 ekor pejantan dengan 3 ekor

betina. Kandang ini digunakan untuk

menampung ternak domba dan kambing

betina yang diduga sedang berada dalam

masa birahi untuk dikawinkan. Umumnya

pada perkawinan alamiah, betina tersebut

akan ditempatkan bersama pejantan

selama satu kali periode berahi/estrus.

3.1.5 Sarana Dan Prasarana Kandang

Dalam manajemen perkandangan ternak domba dan kambing, ada beberapa

peralatan kandang yang harus selalu ada dan dibutuhkan dalam sebuah lokasi

13
kandang domba dan kambing. Peralatan kandang yang dimaksud disini adalah alat-

alat yang penggunaannya dikhususkan di kandang. Berbagai peralatan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Tempat Pakan dan Minum

Merupakan tempat pemberian makanan dan air minum pada ternak domba

dan kambing di dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga bahan

pakan yang diberikan tidak tercecer dan air minum tidak tumpah.

b. Gudang Makanan

Merupakan tempat penyimpanan sementara untuk pakan yang belum

diberikan kepada ternak. Umumnya gudang pakan akan disimpan konsentrat

maupun hijauan yang belum diberikan. Penanganan khusus terhadap hijauan

perlu dilakukan. Hijauan pakan yang disimpan dalam gudang sebaiknya tidak

dalam ikatan agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan

akan mengurangi kualitas hijauan. Demikian pula terhadap makanan penguat

hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses pembusukan dan

serangan hama.

c. Tempat Umbaran

Merupakan bagian dari kelengkapan sistem perkandangan ternak domba

dan kambing. Tempat umbaran ini digunakan sebagai tempat excersice ketika

kandang sedang dibersihkan. Tempat umbaran akan sangat bermanfaat bagi

ternak domba dan kambing yang tidak pernah digembalakan (intensif) sehingga

kesehatannya selalu terjaga sekaligus merupakan tempat olahraga atau jalan-

jalan bagi induk yang sedang bunting. Kesulitan induk untuk beranak (distokia)

umumnya sering disebabkan akibat kurangnya aktivitas bergerak dari induk

yang sedang bunting.

14
d. Tempat Kotoran

Merupakan perlengkapan kandang yang sudah sewajarnya tersedia. Pada

kandang tipe lamprak, sisa makanan atau kotoran akan menumpuk jadi satu dan

sangat mengganggu kesehatan. Sebaliknya pada tipe panggung, kotoran akan

tertumpuk pada kolong kandang sehingga akan mudah diolah untuk pembuatan

pupuk. Oleh sebab itu jarak lantai kandang tidak boleh terlalu rapat.

Selain dari perlengkapan kandang yang telah disebutkan di atas, perlu juga

disediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, sikat, sabit, sekop, alat pengangkut

dan lain – lain.

3.2 Manajemen Pemberian Pakan Ternak Domba

Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi ternak yang didalamnya

mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya). Pakan adalah bahan yang

dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau

nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,

reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1980).

Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak domba dan

kambing sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat

dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar

tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan.

Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna

seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti

merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Domba dan kambing sangat

efisien dalam mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas

tinggi. (Blakely dan Bade, 1998)

15
3.2.1 Pemberian Pakan Hijauan Domba Dan Kambing

Menurut Pamungkas dkk (2009) jumlah kebutuhan hijauan pakan sebanyak

10-20% dari bobot tubuh adalah sebagai berikut:

 Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari

 Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari

 Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain,

sehingga maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan. Pastikan alokasi

hijauan telah mencukupi (harus terdapat sisa). Seekor domba dan kambing dewasa

membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, yaitu pagi

dan sore. Tetapi domba dan kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya

sendiri di alam terbuka (grazing atau browsing) (Sasroamidjojo, 1978).

Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4%

bahan kering dari bobot hidup (Batubara, dkk, 2003). Hijauan merupakan bahan

pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan

hijauan untuk domba dan kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan

Arsa, 2005). Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng,

1995).

Sasroamidjojo (1978) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :

 Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari

 Imbangan daun/batang setinggi mungkin

 Utamakan bagian daun dibandingkan batang

 Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak

 Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

16
Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:

1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi

(efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat).

2. Upayakan konsumsi pakan maksimal.

3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat.

4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,

diberikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah

sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit.

5. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk

tenaga kerja.

6. Hindari pemberian 1 x dalam sehari

Domba dan kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari

hijauan bila pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur

dengan perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada

masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan

menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu

(Mulyono dan Sarwono, 2005).

3.2.2 Pemberian Pakan Konsentrat

Hartadi et al., (1980) menyatakan konsentrat adalah bahan pakan atau

ramuan dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin,

mineral) dan energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan berat atau

volume. Pemberian pakan konsentrat pada domba dan kambing sangat membantu

17
dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar

saja sering tidak mampu mencapai tingkat produktivitas yang tinggi akibat tidak

mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh

karena konsentrasi nutrisinya tinggi maka harga per satuan berat juga relatif tinggi,

sehingga jumlah pemberiannya juga perlu dibatasi untuk mencapai optima biologis

maupun optima ekonomik. Pada domba dan kambing pemberian konsentrat

biasanya berkisar antara 200-300 g / ekor / hari atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot

tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta ketersediaan

pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang diinginkan, dan 3) harga

pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan) baik, dan tersedia

dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan konsentrat dapat disesuaikan

menurut kebutuhan.

Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %,

pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan

garam dapur 4% (Alim, 2014). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam

konsentrat untuk penggemukan domba dan kambing protein minimal 16% dan serat

kasar kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya

pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair,

diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian

akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.

3.2.3 Manajemen Pemberian Air Minum

Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat

dibutuhkan oleh ternak domba dan kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian

besar (70%) tubuh ternak merupakan unsur air. Oleh karena peran air sangat penting

18
untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain, maka kekurangan air dapat

berakibat fatal. Kekurangan air dalam volume yang lebih sedikit akan menggangu

proses metabolism nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas, terutama pada

induk yang sedang menyususi (laktasi). Kebutuhan akan air semakin meningkat

pada induk yang sedang menyusui (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air

diperlukan untuk memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan

air akan menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan mengganggu

pertumbuhan anak (Sutama dan Budiarsana, 2009).

Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan kebutuhan air sesuai dengan

periode umur ternak yaitu ternak muda membutuhkan air lebih banyak

dibandingkan dengan ternak dewasa. Sesuaikan jumlah pemberian air minum

dengan status umur ternak. Ternak domba dan kambing seperti halnya jenis ternak

lain mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi.

Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi

kebutuhan metabolismanya. Oleh karena itu, air minum harus disediakan agar dapat

dikonsumsi setiap saat. Pemberian air minum semakin penting, apabila kepada

ternak diberikan pakan komplit yang umumnya kering. Pentingnya penyediaan air

minum juga perlu diperhatikan pada ternak domba dan kambing yang

digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam kandang

setiap saat. saat saat saat saar saat saat saat saat saat saat saat saat saat saat saat saat.

3.3 Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba

Perawatan merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang

tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa perawatan penting yang harus

19
dilakukan secara rutin dalam pemeliharaan ternak yaitu domba dan kambing antara

lain:

a. Memandikan

Ternak yang tidak pernah dimandikan, maka bulunya akan kotor, gembel

dan lembab. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk

bersarangnya kuman penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan

terhadap kesehatan ternak. Tujuan memandikan ternak domba dan kambing

yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit dan jamur yang

bersarang dalam bulu. Ternak domba dan kambing yang dimandikan tampak

lebih bersih, menarik dan lebih sehat. Sebaiknya ternak dapat dimandikan

secara rutin untuk jantan seminggu sekali sedangkan betina dapat dimandikan

sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan dapat di dalam kandang atau

dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian (sumur dan kolam

renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang sekaligus untuk

sanitasi kandang.

b. Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan

ternak domba dan kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu proses

pertumbuhan anak, karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat

terganggu oleh kuku. Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa

sampai dewasa, hal ini akan menurunkan nilai jual. Pada domba dan kambing

dewasa, pemotongan kuku juga merupakan langkah preventif terhadap

kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku (pododermatitis) akibat banyak

terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku. Selain itu kuku yang

panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses perkawinan karena

20
pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut patah maka akan

mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada anak dimulai sejak

anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan

pejantan, yaitu 3-6 bulan sekali.

c. Pemberian ramuan telur dan madu

Pemberian ramuan ini khusus dilakukan pada domba dan kambing pejantan

pemacek, dengan tujuan untuk meningkatkan stamina, menjaga kesehatan dan

memperbanyak sel telur yang dihasilkan. Pemberian telur ini biasanya diberikan

setelah jantan melakukan perkawinan atau pada saat menjelang pejantan

tersebut akan turun lapang (diadukan). Dosis pemberian yaitu 1 telur dicampur

dengan madu sebanyak 3 sendok teh, dan pemberiannya dengan cara

dicekokkan.

3.4 Manajemen Kesehatan Ternak Domba dan kambing

Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha

ternak domba dan kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk

diatasi dalam usaha ternak domba dan kambing adalah penyakit parasiter, terutama

skabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk

penyakit bakterial terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang

penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu

diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan

keracunan sianida dari tanaman (Prabowo, Agung. 2010).

21
3.4.1 Manajemen Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan

penting dalam usaha ternak domba dan kambing. Adapun upaya yang dilakukan

untuk menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan

kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi

kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosekuriti

maupun otopsi (Prabowo, Agung. 2010).

Manajemen penanggulangan penyakit pada ternak dapat diartikan sebagai

proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-

faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar

produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan

dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan

standar yang diinginkan (Agung Purnomoadi, 2003).

Menurut Effriansyah (2012), menyatakan bahwa manajemen kesehatan

ternak harus melalui suatu proses yang sistematis. Melalui penerapan manajemen

kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif

dari penyakit ternak dapat diminimalkan.

Faktor kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan kita di dalam suatu

usaha peternakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah

satu prioritas utama di samping kualitas makanan ternak dan tata laksana yang

memadai. Sanitasi kandang ternak domba dan kambing merupakan usaha dalam

rangka membebaskan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya

dengan mengunakan obat-obatan pengendali seperti disinfektan pada dosis yang

dianjurkan. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang akan

ditempati oleh ternak. Jika ternak mengalami sakit di kandang, maka harus dipilih

22
jenis desinfektan pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak

menyerang pada penyakit yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat,

sebab lingkungan yang kotor dapat memancing bibit penyakit. Sanitasi terhadap

kandang harus dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan

terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan

tidak terurus merupakan media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar

penyakit. Kutu dan caplak penghisap darah dapat bersarang di celah-celah kandang

sehingga merupakan tempat yang ideal untuk berkembangbiak. Oleh karena itu,

kandang dan celah-celahnya harus dibersihkan secara menyeluruh dan berkala

untuk mencegah tumbuh dan kembangbiak dari kutu maupun caplak.

23
IV

KESIMPULAN

1. Perkandangan untuk ternak domba dan kambing berfungsi sebagai tempat

hidup untuk melindungi ternak tersebut. Terdapat 3 tipe kandang, namun

umunya yang digunakan bertipe kandang panggung.

2. Pakan domba dan kambing terdiri atas hijauan, konsentrat, dan pakan

tambahan serta air minum yang selalu tersedia.

3. Manajemen pemeliharaan domba dan kambing terdapat 3 perawatan, mulai

dari memandikan, memotong kuku, sampai pemberian ramuan kepada

pejantan.

4. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan domba-kambing

meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan harian, penanganan

kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol

ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosekuriti maupun

otopsi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alim, H. 2014. Pertambahan Bobot Badan Domba dan kambing Marica Jantan

Dengan Pemberian Pakan Komplit Pada Taraf Protein yang Berbeda.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Batubara, Leo P., Simon P. Ginting, K. Simanhuruk, J. Sianipar, dan A. Tarigan.

2003. Pemanfaatan Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelap Sawit

Sebagai Ransum Domba dan kambing Potong. Prosiding Seminar nasional:

Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono).

Burn, dan Davendra, C. 1994. Produksi Domba dan kambing di Daerah Tropik,

Diterjemahkan oleh IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. P. 32,

117- 122

Effriansyah, Yudi. 2012. Sanitasi Kandang Ternak. http://anpet10.blogspot.

com/2012/04/laporan-tetap-ilmu-teknologi-produksi_27.html. Tanggal

akses 20 April 2016

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan

Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. International

Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State

University, Logan.

Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia

(Sapi, Kerbau, Domba, Domba dan kambing). Kanisius, Yogyakarta

Ludgate, P. J. 2006. Sukses Beternak Domba dan kambing dan Domba. Agro

Inovasi, Jakarta.

25
Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Domba dan kambing dan Domba. Cetakan

Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Domba dan kambing Potong.

Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1992. Memelihara Ternak Domba. Kanisius, Yogyakarta

Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu dan E. Sihite. 2009. Potensi

Beberapa Plasma Nutfah Domba dan kambing Lokal Indonesia. Petunjuk

Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Prabowo, Agung. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba dan kambing.

Swadaya. Jakarta.

Purnomoadi Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong & Kerja.http://eprints.undip-

.ac.id/21200/1/1061-ki-fp-05.pdf. Tanggal akses 20 April 2016.

Sasroamidjojo, S. M dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. CV. Yasaguna,

Jakarta.

Sarwono, B., 2005. Beternak Domba dan kambing Unggul. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Domba dan kambing Perah Peranakan

Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba: Kiat Mengatasi

Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Siregar, S. B. 1990. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Sugeng, Y.B.1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutama, I dan Budiarsana, IGM. 2009. Panduan Lengkap Domba dan kambing dan

Domba. Penebar Swadaya, Jakarta

26
Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Zeder, M.A. and B. Hesse. 2000. The initial domestication of goats (Capra hircus)

in the Zagros Mountain 10,000 years ago. Science 287: 2254-2257.

27

Anda mungkin juga menyukai