Anda di halaman 1dari 53

KURVA PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM

DOMBA GARUT JANTAN UMUR 1 TAHUN PADA IMBANGAN 80%


HIJAUAN DAN 20% KONSENTRAT

SKRIPSI

RAIHAN NAUFAL RASYIQ SYALEH

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KURVA PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM
DOMBA GARUT JANTAN UMUR 1 TAHUN PADA IMBANGAN 80%
HIJAUAN DAN 20% KONSENTRAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana


pada Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran

RAIHAN NAUFAL RASYIQ SYALEH


200110160016

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

NAMA : Raihan Naufal Rasyiq Syaleh


NPM : 200110160016
JUDUL SKRIPSI : Kurva Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum
Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80%
Hijauan dan 20 % Konsentrat

Menyatakan bahwa tulisan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis,
data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah
ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari


pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila
ditemukan kesalahan dalam pernyataan ini.

Dibuat di Jatinangor, Juli 2020

Penulis,

(Raihan Naufal Rasyiq Syaleh)


KURVA PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM
DOMBA GARUT JANTAN UMUR 1 TAHUN PADA IMBANGAN 80%
HIJAUAN DAN 20% KONSENTRAT

Oleh:

RAIHAN NAUFAL RASYIQ SYALEH

200110160016

Menyetujui :

Dr. Ir. Dedi Rahmat, MS.


NIP. 1958061 198403 1 003

Dr. Ir. Iman Hernaman, M. Si., IPU


NIP. 19680615 199601 1 001

Mengesahkan :

Dr. Denny Rusmana, S. Pt., M.S., IPM


Ketua Panitia Sidang Sarjana

Dr. Ir. Iman Hernaman, M.Si., IPU.


Wakil Dekan Fakultas Peternakan
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kurva Pertambahan Bobot Badan Domba

Garut Jantan Umur 1 Tahun Pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah

Sallallahu’alaihiwasalam dengan seluruh kemuliaan akhlaknya. Penulisan skripsi

ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan studi

Progam Sarjana di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Hambatan dan kesulitan tidak luput dalam penulisan ini, akan tetapi berkat

bimbingan, nasihat, saran, dan kerja sama dari berbagai pihak, khususnya

pembimbing, dapat diatasi dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dr. Ir. Dedi Rahmat, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ir.

Iman Hernaman, M.Si., IPU. selaku dosen pembimbing anggota yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama proses penulisan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan termakasih kepada para pembahas bapak Dr. Johar

Arifin, S. Pt, MP., bapak Dr. Ir. Denie Heriyadi, SU., dan ibu Ir. Budi Ayuningsih,

MSi., serta panitia sidang yang telah meluangkan waktunya dan akan memberikan

saran serta masukan kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ir Husmy Yurmiati, MS., IPU., dan

Wakil Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Iman Hernaman, M. Si., IPU, serta

kepada seluruh staf dan pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

v
yang telah membimbing kegiatan akademik. Terima kasih juga kepada drh. F.

Teguh Santoso, selaku Kasubag Pengujian UPTD BPPTDK Margawati.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta, ibunda

Renny Merlanty, kakek Mochamad Soleh dan nenek Pipih S. Puspitasari serta

keluarga besar Soemantri yang selalu memberikan doa, perhatian, dan dukungan

moril maupun materi. Ucapan terima kasih kepada rekan satu penelitian penulis

Destu Putra R, Raja Novyanda R, Indra Wijaya, Aldio Furqon, dan teman-teman

Ostrich 2016, KSPTP 17, camp ceria serta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberi dorongan dalam

proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi pedoman

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

Sumedang, Juli 2020

Penulis

vi
KURVA PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM
DOMBA GARUT JANTAN UMUR 1 TAHUN PADA IMBANGAN 80%
HIJAUAN DAN 20% KONSENTRAT

Raihan Naufal Rasyiq Syaleh

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di UPTD-BPPTDK Margawati, Garut, Jawa Barat,


pada bulan November 2019 sampai Februari 2020. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui kurva pertambahan bobot badan dan konversi ransum Domba Garut
jantan umur 1 tahun pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat. Objek
yang digunakan dalam penelitian adalah Domba Garut jantan umur 1 tahun
sebanyak 8 ekor. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan aplikasi Curve
Expert untuk mencari persamaan dan menggambarkan bentuk kurvanya. Hasil
model kurva terbaik ditentukan berdasarkan persamaan regresi yang memiliki
nilai koefisien determinasi (R2) terbesar dengan nilai standar eror (SE) terkecil.
Model matematik kurva pertambahan bobot badan Domba Garut jantan umur 1
tahun yang digunakan dalam penelitian didapatkan tiga model kurva yang terbaik
yaitu model kurva polynomial derajat 4, model kurva sinusoidal, dan model kurva
reciprocal quadratic. Berdasarkan ketiga model tersebut model yang paling baik
adalah model kurva polynomial derajat 4, karena memiliki koefisien determinasi
(R2) paling tinggi dengan standar eror paling rendah yaitu 0,95 dan 7,28.
Sementara itu untuk konversi ransum diperoleh nilai sebesar 20,45.

Kata kunci: Domba Garut, konversi ransum, kurva pertambahan bobot badan.

vii
THE WEIGHT GAIN CURVE AND FEED CONVERSION OF GARUT
SHEEP MALE AGE 1 YEAR ON BALANCE 80% FORAGE AND 20%
CONCENTRATE

Raihan Naufal Rasyiq Syaleh

ABSTRACT

The research was conducted at UPTD-BPPTDK Margawati, Garut, West


Java in November 2019 to February 2020. The research aims to knews weight
gain curve and feed conversion of Garut Sheep male age 1 year on balance 80%
forage and 20% concentrate. The object used in this research is Garut Sheep male
age 1 year as 8 heads. The data obtained is analyzed using the Curve Expert
application to search equations and illustrate curve shapes. The best curve models
is determined based on regression equation that have largest coefficient
determination (R2) with the smallest standart error (SE). Mathematical models of
weight gain curve Garut Sheep male age 1 year in the research obtained the best
three model 4th degree polynomial curve, sinusoidal model curve, and reciprocal
quadratic curve. Based on the three models that are the best curve models is 4 th
degree polynomial curve, because it have the highest coefficient determination
(R2) with the lowest standart error (SE) is 0,95 and 7,28. Meanwhile for the feed
conversion obtained a value of 20,45.

Keywords: Garut Sheep, daily gain curve, feed conversion

viii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR············································· v
ABSTRAK ··························································· vii
ABSTRACT ························································· viii
DAFTAR ISI ························································ ix
DAFTAR TABEL ·················································· xi
DAFTAR GAMBAR ·············································· xii
DAFTAR LAMPIRAN ··········································· xiii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ················································· 1
1.2 Identifikasi Masalah ··········································· 3
1.3 Maksud dan Tujuan············································· 3
1.4 Kegunaan Penelitian ··········································· 4
1.5 Kerangka Pemikiran ··········································· 4
1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian ································· 7

II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Domba Garut ··················································· 8
2.2 Taksonomi Domba·············································· 9
2.3 Karakteristik Domba Garut···································· 9
2.4 Pertambahan Bobot Badan Domba··························· 9
2.5 Pakan Domba···················································· 11
2.6 Imbangan Hijauan dan Konsentrat··························· 12
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian ······························ 13
3.1.1 Domba Garut Jantan ···································· 13
3.1.2 Ransum Peneltian ······································· 13
3.1.3 Bobot Badan Domba Garut Penelitian················ 14
3.1.4 Peralatan Penelitian······································ 14
ix
Bab Halaman

3.2 Metode Penelitian··············································· 14


3.3 Peubah yang Diamati ·········································· 15
3.4 Analisis Data ···················································· 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Keadan Umum Lokasi Penelitian ···························· 18
4.2 Konsumsi Ransum·············································· 20
4.3 Bobot Badan ···················································· 21
4.4 Konversi Ransum··············································· 25
4.5 Kurva Pertambahan Bobot Badan ···························· 26

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ····················································· 28
5.2 Saran ····························································· 28

RINGKASAN ······················································· 29
DAFTAR PUSTAKA ·············································· 31
LAMPIRAN ························································· 34
BIODATA ··························································· 40

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian .................................... 13


2. Bobot Badan Awal Domba Garut Jantan Penelitian ................. 14
3. Model Matematik Kurva Pertambahan Bobot Badan ............... 16
4. Rataan Konsumsi Bahan Kering Ransum Mingguan Domba
Garut Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan
20% Konsentrat..........................................................................

5. Rataan Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada


Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat............................

6. Rataan Konversi Ransum Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun


pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat....................

7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Garut


Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20%
Konsentrat..................................................................................

8. Hasil Analisis Kurva Pertambahan Bobot Badan Domba


Garut Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan
20% Konsentrat .........................................................................

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Pertambahan Bobot Badan Domba Garut ..................... 23

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada


Imbangan 80 % Hijauan dan 20% Konsentrat..........................

2. Analisis Data Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1


Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat ........

3. Data Pertambahan Bobot Badan Mingguan Domba Garut


Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20%
Konsentrat .................................................................................

4. Data Konsumsi Bahan Kering Mingguan Domba Garut Jantan


Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20%
Konsentrat..................................................................................

5. Data Konversi Ransum Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun


pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat .................
6. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 38

xiii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Domba Garut merupakan salah satu ruminansia kecil yang banyak

dikembangbiakan oleh masyarakat khususnya di Jawa Barat. Domba Garut

memiliki potensi sebagai ternak untuk memenuhi kebutuhan protein nasional,

karena Domba Garut memiliki keistimewaan di antaranya daya adaptasi yang baik

terhadap lingkungan, memiliki sifat prolifik, masa subur yang panjang, dan

memiliki pertumbuhan yang relatif cepat. Berdasarkan data populasi domba

menurut Dirjen Peternakan (2017) populasi domba nasional pada Tahun 2017

sebanyak 16.462.274 ekor, populasi domba di Jawa Barat pada tahun yang sama

sebanyak 10.714.663 ekor.

Faktor utama penentu keberhasilan dalam usaha peternakan adalah

penyediaan pakan. Pakan utama Domba Garut adalah hijauan dan konsentrat.

Hijauan diberikan sebagai sumber pakan yang mengandung banyak serat kasar.

Pemberian konsentrat dalam pakan diperlukan agar kebutuhan nutrien ternak

dapat terpenuhi, karena konsentrat merupakan sumber protein yang mudah

dicerna oleh ternak dibandingkan dengan hijauan. Pemberian pakan dengan

nurtrien yang tidak terpenuhi menyebabkan Domba Garut tidak dapat mencapai

bobot yang ideal. Pemberian pakan dengan nutrien yang sesuai akan berpengaruh

terhadap produktivitas ternak dan nilai guna ternak itu sendiri. Pemberian pakan

dengan imbangan yang tidak tepat akan berdampak pada terhambatnya

pertambahan bobot badan ternak tersebut.


2

Domba Garut pada umumnya masih dipelihara secara tradisional oleh para

peternak, sehingga perlu diadakan kajian lebih lanjut untuk para peternak agar

produktivitas ternak dapat meningkat. Domba Garut selain sebagai penghasil

daging, sebagian besar masyarakat menjadikannya sebagai domba tangkas.

Pemberian pakan untuk Domba Garut baik untuk penghasil daging ataupun

domba tangkas masih secara tradisional dan pemberian pakan belum dapat

memenuhi kebutuhan untuk kehidupan pokok dan produktivitas Domba Garut.

Peternak pada umumnya memberikan pakan pada domba tanpa memperhatikan

imbangannya, sehingga pertambahan bobot badan domba tidak dapat maksimal.

Imbangan antara pemberian hijauan dan konsentrat untuk Domba Garut belum

dapat mencapai titik pertambahan bobot badan yang maksimal. Oleh karena itu

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pada imbangan 80%

hijauan dan 20% konsentrat. Pemberian hijauan yang lebih tinggi dibandingkan

konsentrat diharapkan dapat mendukung aktivitas mikroba yang terdapat di dalam

rumen domba sehingga dapat mendegradasi ransum lebih baik, yang

menyebabkan pertambahan bobot badan akan meningkat.

Seiring dengan permintaan akan daging domba yang terus meningkat,

maka produktivitas domba harus terus ditingkatkan agar dapat memenuhi

kebutuhan daging domba. Perbaikan mutu genetik domba lokal melalui seleksi

untuk produktivitas yang tinggi dan domba pedaging berkualitas perlu

dikembangbiakan secara nasional untuk memenuhi kebutuhan protein hewani

nasional.

Ternak jantan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat daripada ternak

betina, sehingga domba jantan pada umur yang sama memiliki bobot badan yang

lebih besar dibandingkan domba betina. Umur pada domba sangat berpengaruh
3

terhadap pertumbuhan domba. Domba akan mengalami pertumbuhan yang

signifikan sebelum mencapai dewasa, sehingga pada awal pertumbuhan perlu

didukung dengan pemberian pakan yang dapat mencukupi kebutuhan untun

domba. Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak, hal

ini disebabkan oleh adanya pertambahan bobot badan yang signifikan pada domba

jantan sebelum sapih. Pertambahan bobot badan Domba Garut jantan berkaitan

dengan kecepatan laju pertumbuhannya yang mencerminkan pertambahan bobot

badan hingga mencapai bobot maksimal.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti Kurva

Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum pada Domba Garut jantan pada

Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat. Hasil dari penelitian ini bertujan

untuk memberikan gambaran informasi tentang penggunaan kurva pertambahan

bobot badan dan pemberian pakan seimbang untuk mendapatkan bobot badan

Domba Garut jantan yang dapat meningkatkan produktivitas ternak.

1.2 Identifikasi Masalah

1) Bagaimana kurva pertambahan bobot badan Domba Garut jantan umur 1

tahun yang diberi imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat.

2) Berapa konversi ransum Domba Garut jantan umur 1 tahun yang diberi

imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat.

1.3 Maksud dan Tujuan

1) Mengetahui kurva pertambahan bobot badan Domba Garut jantan umur 1

tahun yang diberi imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat.


4

2) Mengetahui konversi ransum Domba Garut jantan umur 1 tahun yang

diberi imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah bagi

insan akademik dan praktisi peternakan mengenai kurva pertambahan bobot badan

dan konversi pakan Domba Garut jantan umur 1 tahun yang diberikan imbangan

80% hijauan dan 20% konsentrat. Hasil penelitian ini juga menjadi petunjuk

pemberian imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat dalam susunan ransum dan

menjadi solusi agar bobot badan domba dapat mencapai bobot badan yang

maksimal.

1.5 Kerangka Pemikiran

Domba Garut merupakan salah satu sumber daya genetik ternak Jawa

Barat, yang keberadaannya perlu dilestarikan dan menjadi salah satu ruminansia

kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat di Jawa Barat. Domba

Garut sangat erat kaitannya dengan budaya di masyarakat Jawa Barat dan Domba

Garut juga berperan dalam menunjang perekonomian masyarakat (Anang dkk.,

2013). Domba Garut merupakan domba lokal yang dianggap memiliki tingkat

produktivitas yang tinggi dan memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang

baik (Sudarmono dan Sugeng, 2011). Pemeliharaan Domba Garut di masyarakat

pada umumnya mengarah pada dua tujuan yaitu domba yang dipelihara sebagai

penghasil daging (tipe pedaging) dan sebagai ternak fancy (Heriyadi, 2001).

Pertumbuhan ternak adalah peningkatan perubahan ukuran yang meliputi

pertambahan bobot dan komposisi tubuh termasuk perubahan organ jaringan dan

komponen jaringan dengan fase pertumbuhan yang berbeda. Pertambahan bobot


5

badan (PBB) merupakan salah satu faktor untuk mengetahui laju pertumbuhan

dari suatu ternak (Anang dkk., 2013). Pertumbuhan ternak sangat dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan, pada kondisi yang ideal bobot badan akan

memperlihatkan laju pertumbuhan lebih besar sebelum mencapai pubertas dan

semakin lambat saat menjelang dan telah mencapai dewasa tubuh (Sudarmono

dan Sugeng, 2011).

Individu yang mengalami pertumbuhan adalah individu yang tumbuh dan

mengalami perubahan, baik dari segi konformasi tubuh, ukuran-ukuran tubuh,

maupun pertambahan bobot badan secara teratur dan serempak. Pertambahan

bobot badan secara ideal mengikuti pola kurva huruf S (sigmoideal atau S-

shaped), laju pertambahan bobot badan mula-mula terjadi lambat, kemudian

cepat, selanjutnya berangsur-angsur menurun dan berhenti setelah mencapai

kedewasaan (Sodiq, 2008).

Kurva pertambahan bobot badan merupakan gambaran kemampuan suatu

ternak untuk menampilkan potensi genetik dan sebagai hasil ukuran akan

berkembangnya bagian-bagian tubuh sampai mencapai ukuran dewasa. Kurva

pertambahan bobot badan memiliki bermacam model yaitu, kurva regresi linier

dan kurva regresi non-linier. Kurva regresi linier memiliki kelemahan yaitu

adanya salah penafsiran karena tidak menggambarkan laju pertumbuhan yang

akan mulai berkurang setelah mengalami titik infleksi, sedangkan pada kurva

regresi non-linier menjelaskan hubungan pertumbuhan dengan waktu untuk

mengatasi masalah fenomena secara biologis. Model matematik kurva regresi

non-linier yang sering digunakan diantaranya model Gompertz, Logistik, dan

Richards (Inounu dkk., 2007). Model – model kurva non linier ini memiliki

kelebihan dalam tingkat akurasi yang baik dan mampu menjelaskan titik infleksi.
6

Pertambahan bobot badan ternak domba sangat dipengaruhi oleh kualitas

dan kuantitas pakan, yang berarti penilaian pertambahan bobot badan domba

sebanding dengan ransum yang dikonsumsi (Thalib dkk., 2000). Konsumsi

adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk

mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi (Tillman dkk.,

1998).

Bobot badan merupakan salah satu kriteria pengukuran yang penting pada

seekor hewan dalam menentukan perkembangan pertumbuhannya dan juga

merupakan salah satu dasar produksi di samping jumlah anak yang dihasilkan

dalam menentukan nilai ekonomisnya. Pertambahan bobot badan dipengaruhi

beberapa faktor yaitu total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis kelamin,

umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi setiap individu, dan manajemen tata

laksana. Bobot badan domba dipengaruhi oleh bangsa ternak, jenis kelamin,

umur, jenis kelahiran, dan jenis pakan (National Research Council, 2006).

Pakan ternak ruminansia pada umumnya dapat dikelompokan menjadi dua

jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan ternak yang

berupa rumput-rumputan dan leguminosa. Hijauan memiliki kandungan serat

kasar yang cukup tinggi pada bahan keringnya. Konsentrat adalah suatu bahan

pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan

keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk dicampurkan

sebagai pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Pemberian imbangan hijauan 80%

dan konsentrat 20% dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi

ransum Sapi Aceh jantan, hal ini dikarenakan imbangan tersebut memiliki daya

toleransi yang baik dan sangat mendukung aktivitas rumen dalam mendegradasi

ransum (Yunasri dkk., 2013). Apabila dalam ransum terdapat keseimbangan


7

protein dan energi yang baik maka pertambahan bobot badan ternak akan

meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Tillman dkk., 1998).

Penelitian kurva pertambahan bobot badan dan konversi ransum ini

diperlukan untuk mengetahui dengan persentase pemberian imbangan dan hijauan

yang tepat maka pertambahan bobot badan Domba Garut dapat maksimal dan

dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk pakan.

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data ini telah dilaksanakan pada bulan

November 2019 sampai Februari 2020, dan berlokasi di UPTD-BPPTDK

Margawati Kabupaten Garut, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat.
8

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Domba Garut

Domba Garut merupakan rumpun domba asli dari Jawa Barat, yang

memiliki ciri khas yaitu telinga rumpung (<4 cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm)

dengan bentuk ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong atau kombinasinya

(Heriyadi, 2001). Selain memiliki ciri khas, Domba Garut juga memiliki sifat

kuantitatif yaitu bobot badan jantan 57,74 kg dan betina 36,89 kg; panjang badan

jantan 63,41 cm dan betina 56,37 cm; lingkar dada jantan 88,73 cm dan betina

77,41 cm; tinggi pundak jantan 74,34 cm dan betina 65,61 cm; lebar dada jantan

22,08 cm dan betina 16,04 cm; bobot lahir jantan 2,8 kg dan betina 2,4 kg; serta

bobot sapih 90 hari jantan 11,5 kg dan betina 9,1 kg. Sifat kualitatif Domba Garut

meliputi bentuk ekor segitiga terbaik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor

(lebih dari 11 cm) dan mengecil pada bagian pangkal ekor, serta Domba Garut

memiliki pola warna bulu hitam, putih coklat, dan kombinasinya (Heriyadi, 2001).

Domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai sumber daya

genetik ternak (SDGT) asli Jawa Barat, yaitu berasal dari daerah Cibuluh,

Cikandang, dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja.

Keyakinan yang berkembang di masyarakat peternak di daerah Kecamatan

Cikajang dan Kecamatan Wanaraja ini cukup sesuai dengan fakta dan sejarah

Domba Garut yang dilandasi oleh teori genetika dan logika yang dapat diterima

bahwa Domba Garut yang popular saat ini merupakan domba asli dari Kecamatan

Cikajang, khususnya domba dengan ciri warna dominan hitam pada bagian muka

(Heriyadi, 2001). Populasi domba di Indonesia setiap tahunnya semakin


9

meningkat, populasi domba di Indonesia Tahun 2018 mencapai 17.397.696 ekor

dan Jawa Barat sebagai penyumbang terbanyak dengan populasi domba sebanyak

11.608.559 ekor (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018).

2.2 Taksonomi Domba

Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang

memiliki kuku genap dan termasuk sub-family Caprinae dari family Bovidae.

Semua domba termasuk kedalam genus Ovis dan domba yang didomestikasi

adalah Ovis aries. Menurut Heriyadi dkk., (2002) taksonomi domba adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Sub Ordo : Ruminansia

Family : Bovidae
Sub Family : Caprinae

Genus : Ovis

Species : Ovis aries

2.3 Pertambahan Bobot Badan

Bobot badan merupakan salah satu indikator pengukuran pada ternak

untuk menentukan perkembangan, pertumbuhan, dan sebagai salah satu dasar

pengukuran untuk produksi di samping jumlah anak per kelahiran dalam

menentukan nilai ekonomisnya (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Ternak domba


10

yang dipelihara dengan sistem yang sederhana mempunyai pertambahan bobot

badan harian sebesar 20-30 gram/hari, akan berbeda jika domba dipelihara secara

intensif yang pertambahan bobot badan harian dapat mencapai 50-150 gram/hari

(Sudarmono dan Sugeng, 2003). Pertambahan bobot ternak sangat dipengaruhi

oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, maksudmya penilaian terhadap

pertambahan bobot badan ternak akan sebanding dengan ransum yang dikonsumsi

(Thalib dkk., 2001). Pakan yang diberikan pada ternak domba pada umumnya

dibagi menjadi dua, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan yang

memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi seperti rumput dan

leguminosa. Konsentrat merupakan campuran dari beberapa bahan pakan yang

memiliki kandungan protein kasar tinggi. Pertambahan bobot badan dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan, jenis ternak, umur ternak,

genetik ternak, keadaan lingkungan, fisiologis dari ternak, dan tatalaksana

pemeliharaanya (Ilham, 2015).

2.4 Kurva Pertambahan Bobot Badan

Kurva pertambahan bobot badan merupakan cerminan kemampuan

individu ternak dalam menampilkan potensi genetik dan hasil ukuran

berkembangnya bagian-bagian tubuh hingga mencapai ukuran maksimal. Bobot

badan aktual suatu ternak apabila dimasukan ke dalam persamaan fungsi maka

akan didapatkan bentuk kurva pertumbuhan yang mengikuti pola kurva

sigmoideal (Lawrance dan Fowler, 2002). Kurva pertumbuhan memiliki

berbagai model, diantaranya model kurva regresi linier dan kurva regresi non-

linier. Kurva regresi linier memiliki kekurangan dalam menjelaskan laju

pertumbuhan yang tidak mengalami penurunan setelah titik infleksi. Model kurva
11

non-linier digunakan sebagai model matematik untuk mengatasi salah penafsiran

dalam laju pertumbuhan sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat. Model

kurva non-linier yang banyak digunakan diantaranya model Logistic, Gompertz,

dan Richard karena model ini memiliki keakuratan dalam menjelaskan titik

infleksi (Inounu dkk., 2007).

2.4 Pakan Domba

Pada umumnya pakan domba dibagi menjadi dua jenis yaitu hijauan dan

konsentrat. Hijauan merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan serat

kasar relatif tinggi. Hijauan umumnya terdiri atas berbagai jenis rumput-

rumputan, leguminosa, dan hasil ikutan pertanian (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Jenis hijauan yang umumnya diberikan pada ternak domba adalah rumput Gajah.

Salah satu varietas dari rumput Gajah yakni rumput Gajah varietas Taiwan

(Pennisetum purpureum cv. Taiwan). Rumput Gajah varietas Taiwan memiliki

karakteristik ukuran batang yang lebih kecil dan lunak, pangkal batang berwarna

kemerah-merahan, dan tinggi mencapai 4-5 meter. Ukuran batang yang lebih

kecil dan lunak menjadikan rumput ini memiliki tingkat palatabilitas yang cukup

tinggi dan cocok sebagai pakan untuk Domba Garut (Kusnadi dkk., 2015).

Konsentrat merupakan salah satu jenis pakan penguat yang memiliki

kandungan serat kasar rendah, kandungan energi dan BETN yang tinggi (Tillman

dkk., 1998). Konsentrat yang diberikan pada ternak ruminansia digunakan untuk

menyempurnakan kandungan yang terdapat pada ransum untuk memperoleh

protein yang berasal dari protein mikroba dan juga sebagai sumber energi yang

digunakan mikroorganisme untuk mensintesa protein mikroba (Williamson dan

Payne, 1987). Pemberian konsentrat yang terlalu banyak akan meningkatkan


12

energi konsentrasi pakan yang akan berdampak pada menurunnya tingkat

konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi menjadi rendah (Parakkasi, 1999).

Pemberian hijauan dan konsentrat pada ternak domba diusahakan tidak

diberikan secara bersamaan karena akan berpengaruh terhadap kecernaan pakan.

Pola pemberian pakan untuk ternak domba harus diperhatikan, karena jika pola

pemberian tidak sesuai akan menyebabkan domba terkena acidosis (Sudarmono

dan Sugeng, 2003).

2.5 Imbangan Hijauan dan Konsentrat

Pemberian pakan hijauan dan konsentrat perlu diperhatikan imbangannya

sebagai upaya untuk meningkatkan performa ternak, serta meningkatkan laju

pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian imbangan hijauan dan

konsentrat yang sesuai diharapkan akan meningkatkan laju pertumbuhan

mikroorganisme rumen (Yunasri dkk., 2013). Hijauan dan konsentrat yang

diberikan dengan imbangan yang berbeda dalam ransum mempresentasikan

perbedaan kandungan nutrien yang diberikan (Supratman dkk., 2016).

Pemberian hijauan yang lebih banyak dibandingkan konsentrat dalam

ransum diharapkan dapat mendukung aktifitas mikroorganisme rumen dalam

mendegradasi ransum (Yunasri dkk., 2013). Laju pertumbuhan mikroorganisme

rumen yang meningkat akan memberikan berpengaruh pada meningkatnya laju

degradasi pakan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap produk akhir

fermentasi yang terjadi di dalam rumen (Teti dkk., 2018).


13

III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian


3.1.1 Domba Garut Jantan
Objek penelitian yang digunakan adalah Domba Garut jantan umur 1

tahun sebanyak 8 ekor yang diberi imbangan pakan 80% hijauan dan 20%

konsentrat yang terdapat di UPTD Balai Pengembangan dan Pembibitan Domba

dan Kambing Margawati Kabupaten Garut. Domba tersebut dipelihara selama 12

minggu untuk masa penelitian.

3.1.2 Ransum Penelitian

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hijauan yang

berupa rumput Gajah varietas Taiwan (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan

konsentrat yang tersusun dari berbagai bahan pakan. Kandungan nutrien ransum

penelitian yang digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian


No Kandungan Hijauan (%) Konsentrat (%)
.
1 Abu 11,33 12,40
2 Protein Kasar 12,22 16,59
3 Lemak Kasar 3,79 10,94
4 Serat Kasar 30,05 16,07
5 BETN 42,61 44,00
6 TDN 52,85 65,20
Sumber : Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminasia dan Kimia Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2019).
14

3.1.3 Bobot Badan Awal Domba Garut Penelitian

Data bobot badan awal Domba Garut yang digunakan dalam penelitian,

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot Badan Awal Domba Garut Penelitian


No Domba Garut Bobot Badan (kg)
1. T1 26,35
2. T2 21,15
3. T3 27,65
4. T4 26,65
5. T5 25,90
6. T6 25,80
7. T7 26,95
8. T8 23,40

3.1.4 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:

1) Tag ternak, digunakan untuk penomoran domba yang digunakan.

2) Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang pakan.

3) Timbangan ternak, digunakan untuk menimbang bobot badan Domba

Garut.

4) Alat tulis kerja, untuk mencatat hasil pengukuran dan mencatat kegiatan

yang dilakukan.

5) Kamera/HP, untuk dokumentasi saat penelitian.

6) Laptop, untuk mengolah data yang didapat dari hasil pengumpulan data.

3.2 Metode Penelitian


15

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode

penelitian korelasional digunakan untuk mencari tahu keeratan dan bentuk

hubungan antara dua variabel ataupun lebih. Data ini diambil dari 8 ekor ternak

Domba Garut jantan yang digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data

pertambahan bobot badan Domba Garut dan konversi ransum dilakukan setiap

minggu selama 12 minggu.

3.3 Peubah yang Diamati

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot

badan Domba Garut dan konversi ransum.

1. Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi

bobot badan awal, dibagi dengan lama pemberian pakan. Pengamatan

dilakukan selama 12 minggu.

PBB (g/ekor/hari) = Bobot akhir (g) – Bobot awal (g)

Lama pemberian pakan (minggu)

2. Konversi ransum dihitung dengan membandingkan konsumsi ransum dan

pertambahan bobot badan.

Konversi Ransum = Konsumsi ransum (g/ekor/minggu)


PBB (g/ekor/minggu)

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yang

meliputi:

1. Rata-rata ( x )
x=
∑ Xi
N
16

Keterangan:
x = Rata-rata

N = Banyaknya data populasi

xi = Data ke-i

2. Simpangan Baku (σ)

σ =√ σ =
2


Σ(x i−x)2
n−1
Keterangan:

σ2 = Ragam

Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dianalisa menggunakan aplikasi

Curve expert. Model persamaan yang digunakan adalah model Gompertz,

Logistic, Richard, dan MMF. Penggunaan model ini karena model kurva tersebut

telah banyak digunakan dalam berbagai studi kurva pertumbuhan pada ternak dan

memiliki tingkat keakuratan yang baik serta dapat menjelaskan titik infleksi

pertumbuhan. Model kurva yang terbaik ditentukan berdasarkan nilai persamaan

regresi yang memiliki koefisien determinasi (R2) terbesar dengan nilai standar

error (SE) yang paling kecil.


Model matematik kurva yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Model Matematik Kurva Pertambahan Bobot Badan


Model Persamaan
Gompertz y=a ×e (−e ( b−cx ))
Logistic a (−cx)
y= +b × e
1
Richards a
y=
¿¿
d
Morgan Mercer Floden (MMF) ab+ cx
y= d
b+x
2 3
Polynomial Fit y=a+bx +cx +dx
17

Sinusoidal Fit y=a+bcos (cx +d )


Reciprocal Quadratic 1
y= 2
a+ bx+ cx
Sumber: Curve Expert 1.4

Keterangan:

Y = Parameter yang diamati

a = Konstanta

b = Nilai skala parameter (konstanta integrasi)

e = Bilangan natural (e = 2,718282)

x = Waktu pengamatan
c = Laju pertambahan bobot badan

d = Parameter yang menentukan titik belok (-1 hingga 1)


18

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba dan Kambing

(BPPTDK) Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah di

Lingkungan Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang

memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengujian

dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat.

Fungsi dari UPTD BPPTDK Margawati adalah sebagai penyelengaraan

pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan pengebangan perbibitan ternak,

sebagai percontohan, tempat magang, praktek kerja lapangan (PKL), dan tempat

untuk penelitian bagi siswa, mahasiswa, dan instansi serta tempat pelatihan untuk
peternak. Eksistensi UPTD BPPTDK Margawati ditetapkan berdasarkan Perda

Nomor 15 Tahun 2000 Perda Nomor 05 Tahun 2002 atas perubahan Perda Nomor

15 Tahun 2000 tentang Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Balai

Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba dan Kambing (BBPTDK)

Margawati berlokasi di Kelurahan Sukanegla Kecamatan Garut Kota Kabupaten

Garut yang memiliki lahan seluas ± 26 ha yang status lahannya milik Pemerintah

Kabupaten Garut. Batas wilayah UPTD BPPTDK Margawati, yaitu:

Sebelah Utara : Kelurahan Pakuwon

Sebelah Selatan : Kelurahan Margawati


19

Sebelah Barat : Sukanegla

Sebelah Timur : Kelurahan Karacak

Lokasi ini memiliki suhu berkisar antara 16-260C, dengan ketinggian 1050

mdpl dengan tingkat curah hujan 2.020 mm/tahun dan kelembapan udara 85-95%,

sehingga lingkungannya cocok sebagai tempat pengembangan bibit Domba Garut.

Pemanfaatan lahan UPTD BPPTDK Margawati sebagai berikut:

Luas lahan : 26,5 ha

Perkandangan dan Perkantoran : 2,5 ha

Kebun Rumput : 22 ha

Lahan Kritis (kemiringan curam) : 2 ha

Sistem pemeliharaan ternak Domba Garut di UPTD BPPTDK Margawati

dilakukan secara intensif yakni ternak Domba Garut dikandangkan secara individu

atau koloni dan pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan

yang diberikan di UPTD BPPTDK Margawati yakni rumput Gajah cv. Taiwan,

pemberian hijauan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul

07.00, pukul 13.00, dan pukul 17.00. Pakan hijauan yang diberikan untuk ternak

didapatkan dari kebun rumput yang berada disekitar UPTD BPPTDK Margawati.

Pemberian konsentrat diberikan sebanyak satu kali dalam sehari pada pukul 10.00.

Sistem kandang yang digunakan untuk pemeliharaan domba selama

penelitian di UPTD BPPTDK Margawati menggunakan model kandang panggung

dengan jarak alas kandang dengan tanah 1 meter. Kandang yang digunakan

merupakan kendang individu berukuran 1 x 1,5 meter, alas kandang dibuat

bercelah dengan ukuran antar celah 2 cm untuk memudahkan dalam pembersihan

kandang dan agar feses dapat langsung terjatuh ke tanah. Bak pakan terbuat dari

material kayu dengan ukuran panjang 60 cm dengan kedalaman 30 cm yang diberi


20

alas berupa terpal untuk memudahkan pengambilan sisa pakan dan saat pemberian

konsentrat tidak ada pakan yang tercecer.

4.2 Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum Domba Garut jantan umur 1 tahun pada imbangan 80%

hijauan dan 20% konsentrat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering Ransum Mingguan Domba Garut Jantan
Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat
Minggu ke- Rata-rata Konsumsi Bahan Kering Ransum
………...g/ekor/hari............
1 1341
2 1282
3 1267
4 1275
5 1201
6 1070
7 963
8 921
9 899
10 879
11 931
12 903
Rata-rata Keseluruhan 1078

Rata-rata konsumsi bahan kering (BK) Domba Garut jantan pada

penelitian sebesar 1078 g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan

hasil penelitian Supratman dkk., (2016) yang menyatakan konsumsi BK domba

Priangan jantan dengan pemberian imbangan hijauan 73,70% dan konsentrat

26,30% memiliki konsumsi BK sebesar 646 g/ekor/hari. Nurjannah dkk., (2019)

menambahkan bahwa rata-rata konsumsi BK Domba Garut jantan yang diberi

ransum dan indigofera memiliki konsumsi BK bekisar antara 429,94 g/ekor/hari -

508,80 g/ekor/hari. Berdasarkan dari dua penelitian tersebut, konsumsi BK


21

ransum Domba Garut hasil penelitian dianggap baik. Konsumsi pakan yang baik

dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan, kondisi fisiologis ternak, dan kondisi

lingkungan ternak dipelihara (Astuti, dkk., 2015).

Supratman dkk., (2016) menyatakan bahwa peningkatan imbangan

konsentrat terhadap hijauan akan meningkatkan konsumsi BK. Hal ini

menunjukan bahwa konsentrat yang digunakan dalam penelitian memiliki

palatabilitas dan kandungan BK yang tinggi dibandingkan dengan hijauan.

Palatabilitas pakan akan menentukan jumlah pakan yang dimakan, ternak akan

memilih pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan karakteristik dari pakan itu

sendiri. Ternak domba merupakan ternak yang pemilih, domba cenderung

memilih memakan bagian daun dibanding bagian batang karena nutrien dan daya

cerna lebih tinggi (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

4.3 Bobot Badan

Bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk

mengetahui perkembangan dari suatu ternak dan untuk mengukur nilai

ekonominya. Bobot badan Domba Garut Jantan umur 1 tahun yang diberi

imbangan pakan 80% hijauan dan 20% konsentrat berdasarkan hasil penelitian

disajikan pada Tabel 6, dan untuk data keseluruhan disajikan pada Lampiran 1.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6), didapatkan rata-rata bobot badan

Domba Garut pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat memiliki rata-rata

bobot akhir sebesar 30,02 ± 2,29 kg. Hasil tersebut lebih kecil dari SNI Nomor

7523 (2015) yang menyatakan bahwa bobot badan Domba Garut jantan umur 12-

18 bulan sebesar 33 kg. Menurut Supratman dkk., (2016) pemberian pakan

hijauan yang tinggi pada ransum domba menyebabkan pertambahan bobot badan
22

domba kurang maksimal jika dibandingkan dengan domba yang diberi imbangan

konsentrat yang lebih tinggi.

Tabel 6. Rataan Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan
80% Hijauan dan 20% Konsentrat
Minggu ke- Rata-rata Bobot Badan
…...........................Kg…………………..
0 25,48
1 25,71
2 25,96
3 26,24
4 26,54
5 26,88
6 27,21
7 27,69
8 28,18
9 28,76
10 29,36
11 29,72
12 30,02

Rata-rata bobot badan Domba Garut penelitian masih dibawah standar

SNI, hal ini dikarenakan pemberian hijauan lebih banyak dibandingkan dengan

konsentrat. Menurut Purbowati dkk., (2009) pemberian konsentrat yang lebih

tinggi dalam pakan dapat meninggkatkan pertambahan bobot badan yang lebih

signifikan, hal ini dikarenakan konsentrat memiliki nilai gizi yang tinggi dan

mudah dicerna. Tillman dkk., (1998) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah kandungan serat kasar.

Kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan kerja enzim pencernaan

kurang optimal sehingga menurunkan kecernaan pakan. Pemberian hijauan pada

ternak akan meningkatkan bulky atau voluminous, serta gerak laju digesti yang

lebih lama di dalam rumen (Astuti dkk., 2015).

4.4 Konversi Ransum


23

Berdasarkan hasil penelitian konversi ransum Domba Garut jantan umur 1

tahun pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Konversi Ransum Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada
Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat
Minggu ke- Rata-rata Konversi Ransum
1 25,44
2 24,27
3 23,97
4 24,12
5 22,79
6 20,32
7 18,29
8 17,48
9 17,09
10 16,37
11 17,73
12 17,22
Rata-rata Keseluruhan 20,45

Konversi pakan menunjukan efisiensi ternak dalam penggunaan pakan.

Nilai konversi yang kecil menunjukan penggunaan pakan yang efisien dan

sebaliknya angka konversi yang kecil menunjukan penggunakan pakan yang


kurang efisein (Purbowati, dkk., 2009). Rata-rata konversi pakan Domba Garut

jantan umur 1 tahun pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat sebesar

20,45. Sihotang dkk., (2012) menyatakan bahwa konversi ransum domba lokal

jantan yang diberi hijauan berupa rumput lapang 70% menghasilkan konversi

ransum sebesar 18,24. Menurut Purbowati dkk., (2009) konversi pakan domba di

daerah tropis berkisar antara 7-15. Hasil dari penelitian dikatakan kurang baik

karena nilai konversi pakan Domba Garut terbilang cukup tinggi. Konversi pakan

dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering pada ransum yang diberikan, semakin

tinggi konsumsi bahan kering semakin rendah pula konversi ransumnya.


24

Imbangan hijauan yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat pada perlakuan

penelitian (hijauan 80% dan konsentrat 20%) mempengaruhi terhadap konsumsi

bahan kering dan konversi ransum. Menurut Sihotang dkk., (2012) menyatakan

bahwa pemberian hijauan yang lebih banyak bagi domba lokal jantan berpengaruh

nyata terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan, dan konversi

pakan.

4.5 Kurva Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

pertumbuhan seekor ternak. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) Domba

Garut pada penelitian dilakukan dengan menghitung bobot badan domba setiap

minggu dibagi 7 hari. Penimbangan bobot badan Domba Garut pada penelitian

dilakukan pada pagi hari sebelum domba diberi pakan. Penimbangan bobot badan

domba setiap minggu untuk mendapat bobot yang lebih akurat dibandingkan

penimbangan bobot pada awal dan bobot akhir saja. Berdasarkan hasil penelitian

pertambahan bobot badan harian Domba Garut jantan pada imbangan 80%

hijauan dan 20% konsentrat diperoleh data dalam Tabel 7.

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) Domba Garut hasil penelitian

memiliki rata-rata kenaikan PBBH sebesar 54,02 gram/ekor/hari. Hasil tersebut

lebih besar dibandingkan dengan pernyataan Prawoto dkk., (2001) yang mendapat

PBBH domba priangan jantan sebesar 43,25 gram/ekor/hari. Hasil penelitian

Sihotang dkk., (2012) menyatakan bahwa domba lokal yang diberi pakan hijauan

70% memiliki PBBH sebesar 43,95 gram/ekor/hari. Berdasarkan dari dua

penelitian tersebut PBBH Domba Garut jantan pada imbangan hijauan 80% dan

konsentrat 20% dikatakan baik.


25

Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Garut Jantan Umur 1
Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat
Minggu ke- Rata-rata PBBH
………...g/ekor/hari............
1 32,14
2 35,71
3 41,07
4 42,85
5 47,32
6 48,21
7 67,85
8 70,53
9 83,03
10 84,82
11 51,78
12 42,85
Rata-rata Keseluruhan 54,02

Hasil PBBH pada penelitian ini terus meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah pemberian pakan. PBHH akan terus meningkat jika ternak

diberi pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik, sehingga pemberian pakan

bagi ternak mampu mencukupi kebutuhan pokok dan produksinya. Kualitas

ransum yang digunakan pada penelitian memiliki kualitas yang cukup baik karena

memiliki palatabilitas yang baik serta mampu meningkatkan PBBH Domba Garut

jantan. Nurjannah dkk., (2019) menyatakan bahwa ransum yang memiliki

kualitas dan nilai palatabilitas yang tinggi dapat mempercepat laju pertumbuhan

dan pertambahan bobot badan.

Kurva pertambahan bobot badan mingguan Domba Garut penelitian

menggambarkan peningkatan PBB setiap minggunya. Bobot badan Domba Garut

yang terus meningkat dapat dilihat dari bentuk kurva pertambahan bobot badan

seperti ditujukan pada Gambar 1. Keakuratan model kurva yang digunakan

diamati berdasarkan nilai koefisien determinasi (R 2) dan standar error (SE). Nilai
26

koefisien determinasi (R2) dan standar eror (SE) hasil analisa disajikan dalam

Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Kurva Pertambahan Bobot Badan Domba Garut Jantan
Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% konsentrat
No. Model Persamaan SE R2
Kurva
1 Polynomial y = 2,61+9,53x-3,50 x 2 +6 , 76 x 3 7,27 0,94
Fit
2 Sinusoidal y = 5,39+2,19cos(5,20 x+1 , 81 ¿ 9,19 0,90
Fit
3 Reciprocal 1 9,47 0,87
y=
Quadratic 4,90-8,37x+4,90 x
2

Kemampuan model kurva dalam menaksir pertambahan bobot badan


mingguan Domba Garut penelitian ditentukan berdasarkan nilai standar eror (SE)
dan koefisien determinasi (R2). Persamaan dengan nilai koefisien determinasi
(R2) terbesar menentukan tingkat keakuratan hasil yang diperoleh, sedangkan nilai
standar eror (SE) terkecil menentukan seberapa besar sampel mewakili data
penelitian. Nilai koefisien determinasi (R 2) berdasarkan model polynomial, model
sinusoidal dan model reciprocal quadratic adalah 0,94; 0,90; dan 0,87 Nilai
standar error berdasarkan tiga model tersebut berturut-turut adalah 7,27; 9,19; dan
9,47.
Kurva polynomial derajat 4 (Tabel 8) memiliki nilai koefisien determinasi
(R2) paling besar dengan standar eror (SE) yang paling kecil, sehingga model
kurva polynomial derajat 4 dapat mewakili sampel data penelitian. Adapun kurva
model tersebut ditunjukan pada Gambar 1. Pertambahan bobot badan mingguan
Domba Garut penelitian ditunjukan oleh titik biru, sedangkan garis hijau
menunjukan laju pertambahan bobot badan mingguan Domba Garut jantan umur 1
tahun yang diberi ransum yang mengandung 80% hijauan dan 20% konsentrat.
27

Gambar 1. Kurva Pertambahan Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun
pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat
28

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

(1) Model kurva pertambahan bobot badan terbaik untuk Domba Garut jantan

umur 1 tahun pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat merupakan

model kurva polynomial derajat 4, yang memiliki nilai standar error (SE)

sebesar 7,28 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95.

(2) Konversi ransum Domba Garut jantan umur 1 tahun pada imbangan 80%

hijauan dan 20% konsentrat memiliki rataan konversi ransum sebesar

20,45.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan bahwa perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai kurva pertambahan bobot badan Domba Garut

jantan dan menentukan titik infleksi kurva pertambahan bobot badan. Imbangan

pemberian hijauan yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat pada pakan Domba

Garut jantan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki nilai

konversi ransum yang masih tergolong tinggi untuk ternak domba.


29

RINGKASAN

Domba Garut merupakan salah satu ruminansia kecil yang banyak


dikembangbiakan oleh masyarakat khususnya di Jawa Barat. Domba Garut
memiliki keistimewaan di antaranya daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan,
memiliki sifat prolifik, masa subur yang panjang, dan memiliki pertumbuhan yang
relatif cepat. Pakan utama Domba Garut adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan
diberikan sebagai sumber pakan yang mengandung banyak serat kasar.
Pemberian konsentrat dalam pakan diperlukan agar kebutuhan nutrien ternak
dapat terpenuhi, karena konsentrat merupakan sumber protein yang mudah
dicerna oleh ternak dibandingkan dengan hijauan. Pemberian pakan dengan
nurtrien yang tidak terpenuhi menyebabkan Domba Garut tidak dapat mencapai
bobot yang ideal. Peternak pada umumnya memberikan pakan pada domba
tanpa memperhatikan imbangannya, sehingga pertambahan bobot badan domba
tidak dapat maksimal. Imbangan antara pemberian hijauan dan konsentrat untuk
Domba Garut belum dapat mencapai titik pertambahan bobot badan yang
maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pada imbangan 80% hijauan dan 20% konsentrat, pemberian hijauan
yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat diharapkan dapat mendukung aktivitas
mikroba yang terdapat di dalam rumen domba sehingga dapat mendegradasi
ransum lebih baik, sehingga pertambahan bobot badan akan meningkat.

Penelitian dan pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan November

2019 sampai Februari 2020, dan berlokasi di UPTD-BPPTDK Margawati

Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk memberi

gambaran dan mengetahui kurva pertambahan bobot badan dan konversi ransum

Domba Garut jantan umur 1 tahun yang diberi imbangan hijauan 80% dan

konsentrat 20%. Penelitian menggunakan metode korelasional. Metode penelitian

korelasional digunakan untuk mencari tahu keeratan dan bentuk hubungan antara
30

dua variabel ataupun lebih. Data diambil dari 8 ekor ternak Domba Garut jantan

umur 1 tahun yang diberi imbangan hijauan 80% dan konsentrat 20% yang

digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data pertambahan bobot badan Domba

Garut dan konversi ransum dilakukan setiap minggu selama 12 minggu.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata bobot badan Domba Garut pada

imbangan hijauan 80% dan konsentrat 20% memiliki rata-rata bobot akhir sebesar

30,02 ± 4,47 kg. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) Domba Garut hasil

penelitian memiliki rata-rata kenaikan PBBH sebesar 54,02 gram/ekor/hari.

Model kurva yang pada penelitian ini adalah model polynomial, model sinusoidal

dan model reciprocal quadratic. Model kurva terbaik adalah model kurva

polynomial derajat 4 dengan nilai koefisien determinasi (R 2) 0,95 dan nilai standar

error (SE) 7,28. Rataan konsumsi bahan kering Domba Garut yang diberi

imbangan hijauan 80% dan konsentrat 20% sebesar 1078 gram/ekor/hari, dan

konversi ransum Domba Garut sebesar 20,45. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa model kurva terbaik adalah model kurva polynomial derajat 4, dengan

PBBH sebesar 54,02 gram/ekor/hari yang sudah dianggap cukup baik untuk

Domba Garut, namun konversi ransum masih dianggap kurang baik karena masih

di atas rata-rata konversi ransum domba di daerah tropis.

.
31

DAFTAR PUSTAKA

Anang, A., Dudi, H. Indrijani dan D. Rahmat. 2013. Laporan Akhir Penelitian Uji
Performance Domba Garut di UPTD BPPTD Margawati Garut Jawa
Barat. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Astuti, A., Erwanto., dan Purnama. E. S. 2015. Pengaruh Cara Pemberian


Konsentrat-Hijauan Terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi
Peranakan Simmental. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 202-
206.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian. 2018.


Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.
http://ditjenpkh.pertanian.go.id/userfiles/File/Buku Statistik 2017
(ebook).pdf (Diakses pada tanggal 11 Juni 2020, Pukul 20.10)

_________. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.


http://ditjenpkh.pertanian.go.id/userfiles/File/Buku_Statistik_2017_(ebook
).pdf (Diakses pada tanggal 11 Juni 2020, Pukul 20.20 WIB).

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosoekojo, dan A. D. Tillman. 1991.


Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Heriyadi, D., A. Anang., D.C Budinuryanto., dan M. H. Hadiana. 2002.


Stadarisasi Mutu Bibit Domba Garut. Lembaga Penelitian Unpad. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung. 9-10.

__________. 2001. Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif Domba Garut Jantan Tipe


Tangkas. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. 5-7.

Ilham, F. 2015. Pertumbuhan Pra dan Pascasapih Domba Garut Lokal pada
Padang Penggembalaan di Musim yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 15-25.

Inounu, I., D. Mauluddin., R. R. Noor., dan Subandriyo. 2007. Analisis Kurva


Pertumbuhan Domba Garut dan Persilangannya. JITV. 12 (4): 286-299.

Kusnadi, H., Wahyuni., A. W., dan Zul. E. 2015. Teknologi Pengawetan Hijauan
Makanan Ternak (HMT) dan Limbah Pertanian. Balai Pengkaji Teknologi
Bengkulu. Bengkulu. 15-17.
32

Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminasia dan Kimia Makanan Ternak. 2019. Hasil
Analisis Pakan. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran.

Lawrance, T. L. J., dan Fowler. VR. 2002. Growth of Farm Animals. 2th Edition.
CABI Publishing. Oxon, UK. 193-195.

National Research Council. 2006. Nutrient Requirements of Small Ruminant


(Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids. National Academic
Press. Washington DC. National Academy Press.

Nurjannah, S., B. Ayuningsih., I. Henaman., dan I. Susilawati. 2019. Pengaruh


Kaliandra (Calliandara Calothyrsus), Indigofera sp. dan Campurannya
dalam Ransum Sebagai Pengganti Konsentrat terhadap Produktivitas
Domba Garut Jantan. Jurnal Ilmial Peterakan Terpadu Vol. 7 (3): 294-
298.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas


Indonesia Press. Jakarta. 102-106.

Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. 42-


48.

Prawoto, J. A., C. M. S. Lestari., dan E. Purbowati. 2001. Keragaan dan Kinerja


Produksi Domba Lokal yang Dipelihara Secara Intensif dengan
Memanfaatkan Ampas Tahu Sebagai Bahan Pakan Campuran. Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis. 277-280.

Sihotang, A., D. Sudrajat., dan E. Dihansih. 2012. Performa Pertumbuhan Domba


Lokal Jantan yang Mendapat Pakan Tepung Kulit Kopi. Jurnal Pertanian
Vol. 3 (2): 84-88.

Sodiq, Akhmad. 2008. Sukses Menggemukan Domba. AgroMedia Pustaka.


Jakarta. 42.

Sudarmono, A.S dan B.Y. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya.
Jakarta. 19-24.

_________. 2009. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. 15-20.

_________. 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. 59-64.

Supratman, Hery., Hendi. S., Dwi. C. B., Anita. F., dan Dicky. R. 2016. Pengaruh
Imbangan Hijauan dan Konsentrat Pakan Komplit terhadap Konsumsi,
33

Pertambahan Bobot Badan, dan Konversi Pakan Domba. Jurnal Ilmu


Ternak. Vol. 16 (2): 99-100.

Teti, N., R. Latvia., I. Hernaman., B. Ayuningsih., D. Ramdani., dan Siswoyo.


2018. Pengaruh Imbangan Protein dan Energi terhadap Kecernaan
Nutrien Ransum Domba Garut Betina. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
Vol. 6 (2): 34.

Thalib, A., Y. Widiawati, H. Hamid, dan Mulyani. 2000. Identifikasi Morfologis


Uji Aktivitas Mikroba Rumen dari Hewan – Hewan Ruminansia yang
Telah Teradaptasi pada Substrat Selulosa dan Hemiselulosa. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor 18 – 19 September
2000. Pusat Penelitian Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. 341 – 348.

_____., H. Hartadi., D. Suherman., dan Mulyani. 2001. Pengaruh Kombinasi


Deafunator dan Probiotik terhadap Ekosistem Rumen dan Performa
Ternak Domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. 6: 83-88.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumu dan S.


Lebdosoekojo., 1998. Ilmu Makanan ternak Dasar. Gajah Mada
University Press. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Williamson, G., dan Payne, W. J. A. 1987. An Intoduction to Animal Husbandry


in the Tropic. 2th Edition. ELBS and Longman Group Limited. London.

Yunasri, U., Eka M.S., Nuzul, F., 2013. Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Sapi
Aceh Jantan yang Diberi Imbangan Antara Hijauan dan Konsentrat di
Balai Pembibitn Ternak Unggul Indrapuri. Jurnal Agripet Vol. 1 (2) : 41-
46.
34

LAMPIRAN
35

Lampiran 1. Data Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1 Tahun pada
Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat

Minggu ke- Perlakuan


T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
.................................................kg………………………………
1 26,35 21,15 27,65 26,65 25,90 25,80 26,95 23,40
2 26,55 21,30 28,15 26,95 26,10 26,05 27,00 23,55
3 26,75 21,50 28,70 27,25 26,25 26,35 27,10 23,75
4 26,95 21,65 29,35 27,55 26,50 26,60 27,20 24,15
5 27,30 21,90 29,50 27,80 26,85 27,10 27,35 24,55
6 27,40 22,60 29,70 28,10 27,15 27,65 27,40 25,00
7 27,75 23,15 30,15 28,40 27,60 27,80 27,55 25,30
8 28,35 23,95 30,40 28,60 28,15 28,40 27,75 25,90
9 28,60 24,10 30,90 28,85 29,25 29,10 28,60 26,05
10 29,10 24,40 31,45 29,65 30,00 29,95 29,35 26,20
11 29,60 24,75 32,00 30,55 30,65 30,90 30,05 26,35
12 30,10 25,15 32,45 30,70 31,25 31,15 30,15 26,80
13 30,55 25,50 32,85 31,00 31,40 31,45 30,25 27,15

Lampiran 2. Analisis Data Bobot Badan Domba Garut Jantan Umur 1


Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat

Minggu ke- Analisis Data


Rata-rata Bobot Badan Standar Deviasi Koefisien Variasi
1 25,48 2,01 7,89
2 25,71 2,07 8,05
3 25,96 2,12 8,18
4 26,24 2,19 8,35
5 26,54 2,16 8,15
6 26,88 2,02 7,50
7 27,21 1,97 7,25
8 27,69 1,82 6,58
9 28,18 1,98 7,03
10 28,76 2,15 7,48
11 29,36 2,33 7,92
12 29,72 2,31 7,76
13 30,02 2,29 7,63
Rata-rata 27,52 2,11 7,67
36

Lampiran 3. Data Pertambahan Bobot Badan Mingguan Domba Garut


Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20%
Konsentrat

Minggu ke- T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
………………………..g/minggu…………………………
1 200 150 500 300 200 250 50 150
2 200 200 550 300 150 300 100 200
3 200 150 650 300 250 250 100 400
4 350 250 150 250 350 500 150 400
5 100 700 200 300 300 550 50 450
6 350 550 450 300 450 150 150 300
7 600 800 250 200 550 600 200 600
8 250 150 500 250 1100 700 850 150
9 500 300 550 800 750 850 750 150
10 500 350 550 900 650 950 700 250
11 500 400 450 150 600 250 100 450
12 450 350 400 300 150 300 100 350
Rata-rata 350 362,5 433,3 362,5 458,3 470,8 275 312,5

Lampiran 4. Data Konsumsi Bahan Kering Ransum Mingguan Domba


Garut Jantan Umur 1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan
20% Konsentrat

Minggu ke- T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
………………………..g/minggu…………………………...
1 1301 1265 1393 1451 199 1418 1323 1181
2 883 1260 1383 1438 1390 1409 1305 1192
3 848 1250 1375 1430 1385 1399 1297 1153
4 858 1269 1387 1433 1388 1413 1314 1139
5 902 1182 1273 1312 1272 1299 1243 1125
6 877 1019 1138 1176 1103 1160 1109 978
7 836 896 1019 1051 987 1042 1003 869
8 793 848 976 1012 945 1003 961 825
9 896 788 938 975 908 963 932 788
10 986 737 900 934 868 927 898 779
11 1045 760 952 983 925 977 938 865
12 1006 741 923 947 898 942 899 871
Rata-rata 936 1001 1138 1179 1122 1163 1102 980
37

Lampiran 5. Data Konversi Ransum Mingguan Domba Garut Jantan Umur


1 Tahun pada Imbangan 80% Hijauan dan 20% Konsentrat

Minggu ke- T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
1 26,02 24,43 22,50 28,02 21,37 21,08 33,68 26,45
2 17,66 24,33 22,34 27,77 21,22 20,95 33,23 26,69
3 16,97 24,13 22,21 27,62 21,16 20,80 33,02 25,83
4 17,17 24,50 22,40 27,68 21,19 21,01 33,45 25,52
5 18,04 22,82 20,56 25,33 19,43 19,32 31,64 22,21
6 17,54 19,67 18,39 22,70 16,85 17,24 28,23 21,90
7 16,73 17,31 16,46 20,30 15,07 15,49 25,52 19,47
8 15,86 16,38 15,77 19,55 14,44 14,92 24,46 18,48
9 17,92 15,22 15,15 18,83 13,87 14,31 23,74 17,64
10 19,72 14,22 14,54 18,04 13,25 13,78 22,86 17,45
11 20,90 14,67 15,38 18,99 14,12 14,52 23,87 19,37
12 20,12 14,31 14,91 18,28 13,72 14,01 22,89 19,51
Kumulatif 18,72 19,33 18,38 22,76 17,14 17,29 28,05 21,96
38

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Foto 1. Kandang yang digunakan Foto 2. Kandang yang digunakan


penelitian (Tampak luar) penelitian (Tampak dalam)

Foto 3. Pengambilan sisa pakan Foto 4. Penimbangan dan pencatatan


sisa pakan
39

Foto 5. Penimbangan Bobot Badan Foto 6. Penimbangan Pakan Hijauan


Domba Garut

Foto 7. Penimbangan Pakan Konsentrat Foto 8. Pemberian Pakan untuk


Domba Garut
40

BIODATA

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 06 Mei 1999 sebagai anak pertama

dari pasangan Bapak Mulyadi Setiadi dan Ibu Renny

Merlanty. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan

Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Ciporeat 1. Penulis

melanjutkan Pendidikan menengah pertama di SMPN 17

Bandung dan lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis

melanjutkan Pendidikan menengah atas di SMAN 24

Bandung dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, Penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai