Anda di halaman 1dari 75

SKRIPSI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWA D-III KEBIDANAN
TINGKAT I DI POLTEKKES
KEMENKES MEDAN TAHUN 2018

OLEH:
EKA DARMAYANTI PUTRI SIREGAR
P07524517045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI


MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV
KEBIDANAN TAHUN
SKRIPSI
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWA D-III
KEBIDANAN
TINGKAT I DI POLTEKKES

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

OLEH:
EKA DARMAYANTI PUTRI SIREGAR
P07524517045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV
KEBIDANAN TAHUN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN
SKRIPSI, 24 Juli 2018

Eka Darmayanti Putri Siregar

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III
Kebidanan Tingkat I Di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018

viii+31 halaman, 6 tabel, 11 lampiran

Abstrak

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia di Indonesia


sebesar 21,7% dengan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun dan remaja putri
merupakan subjek paling berisiko sementara, indeks massa tubuh yang kurang
merupakan salah satu penyebab anemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian anemia pada mahasiswa D-III
Kebidanan tingkat I Poltekkes Kemenkes Medan.
Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional dan
sampel penelitian diambil dengan metode sampel jenuh yaitu 90 orang
mahasiswa D-III Kebidanan tingkat I. Instrumen pengumpulan data berupa
timbangan, microtoise, dan alat cek Hb digital. Analisis bivariat menggunakan uji
korelasi kendall’s tau.
Hasil penelitian diperoleh, 3 orang (100,0%) dengan IMT kurang dan
seluruhnya mengalami anemia, 70 orang dengan IMT normal mayoritas tidak
anemia yaitu 64 orang (91,4%) dan 6 orang (8,6%) mengalami anemia dan tiada
mahasiswa dengan IMT berlebih dan obesitas mengalami anemia. Hasil analisis
kendall’s tau menunjukkan ada hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian
anemia (ρ value = 0,001) <0,05.
Disarankan untuk memotivasi dan memberikan penyuluhan pada mahasiswa
tentang pola makan bergizi seimbang dan menganjurkan untuk mengonsumsi
tablet zat besi sekali dalam seminggu dan satu kali sehari selama haid serta
membuat program ekstrakurikuler bagi mahasiswa dengan IMT berlebih dan
obesitas agar memiliki IMT normal.

Kata kunci : Indeks Massa Tubuh, Kejadian Anemia


Daftar bacaan : 37 buah (2005-2017)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION
PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, 24 July 2018

Eka Darmayanti Putri Siregar

Relation of Body Mass Index with Anemia Prevalence in Students of Midwifery


Associate Program of Medan Health Polytechnic Of Ministry Of Health 2018

viii + 31 pages, 6 tables, 11 attachments

Abstract

The results of Riskesdas (Basic Health Research) in 2013 showed that the
prevalence of anemia in Indonesia was 21.7%, in which 18.4% of the sufferers
aged from 15-24 where female adolescents were the most risky subjects.
Insufficient body mass index is one anemia cause. The purpose of this study was
to determine the relation of body mass index with anemia prvalence in students
of Midwifery Associate Program of Medan Health Polytechnic Of Ministry Of
Health 2018.
This research was an observational study with cross sectional design and
the samples were taken with saturated sampling method, all populations were
used as the samples. The data collection instruments were microtoise scales and
digital Hb check tools. Bivariate analysis was tested with the correlation of
kendall's tau.
Through the research, the following data were found: 3 people (100.0%)
with insufficient BMI had anemia, 70 people with normal BMI, 64 people (91.4%)
did not experience anemia and 6 people (8.6%) experienced anemia and no
students with excessive BMI and obese experienced anemia. The results of
Kendall's tau analysis showed that there was a correlation between body mass
index and the prevalence of anemia (ρ value = 0.001) <0.05.
The campus is advised to provide motivation and counseling to students
about a balanced nutritious diet and recommend consuming iron tablets once a
week, once a day during menstruation, and make extracurricular programs for
students with excessive BMI to gain the normal BMI.

Keywords : Body Mass Index, Anemia Prevalence


Reference : 37 pieces (2005-2017)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan
Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III
Kebidanan Tingkat I Di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”, sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan Kebidanan
pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Tugas Ketua Jurusan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun
skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan menyusun skripsi ini.
4. Arihta Sembiring, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dan Dosen Ketua Penguji
yang telah memberikan kesempatan dan masukan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik
5. Hj. Idau Ginting, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Eva Mahayani Nasution, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
7. Bebaskita Br Ginting, SSiT, MPH, selaku Dosen Pembimbing
Akademik (PA) yang telah memberikan semangat dan dukungan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yang sangat terkasih yaitu
Ayahanda tercinta Supratman Siregar dan Ibunda tercinta Mahdalena

i
serta adik tersayang Jimmy N.R Siregar yang selalu memberikan cinta,
semangat, doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Rekan seangkatan dan satu bimbingan skripsi serta pihak terkait yang
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas
segala amal baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Medan, 24 Juli 2018

Eka Darmayanti Putri Siregar

i
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH...............................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
D.1 Manfaat Teoritis...........................................................................5
D.2 Manfaat Praktis............................................................................5
E. Keaslian Penelitian.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8


A. Anemia...............................................................................................8
A.1 Pengertian Anemia.......................................................................8
A.2 Gejala Anemia.............................................................................8
A.3 Dampak Anemia..........................................................................8
A.4 Klasifikasi Anemia........................................................................9
A.5 Penyebab Anemia Gizi Besi Pada Remaja..................................10
B. Hemoglobin........................................................................................12
B.1 Pengertian Hemoglobin................................................................12
B.2 Fungsi Hemoglobin......................................................................12
C. Status Gizi..........................................................................................13
C.1 Pengertian Status Gizi...............................................................13
C.2 Gizi Pada Remaja Putri..............................................................13
C.3 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh.........................14
C.4 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Gizi Pada Proses Tubuh......15
C.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi........................15
C.6 Penilaian Status Gizi..................................................................16
D. Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT dengan Anemia..................17
E. Kerangka Teori...................................................................................18
F. Kerangka Konsep...............................................................................18
G. Defenisi Operasional..........................................................................19
H. Hipotesis Penelitian............................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................20


A. Jenis Penelitian...................................................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................20
B.1 Lokasi...........................................................................................20

B.2 Penelitian.....................................................................................20
i
C. Populasi dan Sampel..........................................................................20
C.1 Populasi.......................................................................................20
C.2 Sampel.........................................................................................20
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data....................................................21
D.1 Jenis Data....................................................................................21
D.2 Cara Pengumpulan Data..............................................................21
E. Alat Ukur/Instrumen Penelitian............................................................21
F. Prosedur Penelitian.............................................................................21
G. Pengolahan dan Analisis Data............................................................22
G.1 Pengolahan Data.........................................................................22
G.2 Analisis Data................................................................................22
H. Etika Penelitian...................................................................................23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................25


A. Hasil Penelitian...................................................................................25
A.1 Analisis Univariat..........................................................................25
A.2 Analisis Bivariat............................................................................26
B. Pembahasan.......................................................................................26
B.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................26
B.2 Indeks Massa Tubuh....................................................................27
B.3 Kejadian Anemia..........................................................................28
B.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia.........29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................31


A. Kesimpulan.........................................................................................31
B. Saran..................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

i
DAFTAR

Halam
Tabel 2.1: Batas Kadar Normal Hemoglobin Menurut Kelompok Usia..............12

Tabel 2.2: Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT...........................................17

Tabel 2.3: Defenisi Operasional........................................................................19

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa


D-III Kebidanan Tingkat I Tahun 2018..............................................25

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Mahasiswa


D-III Kebidanan Tingkat I Tahun 2018..............................................25

Tabel 4.3: Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia


Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I Tahun 2018..................26

v
DAFTAR

Halam
Gambar 2.1: Kerangka Teori........................................................................18
Gambar 2.2: Kerangka Konsep....................................................................18

v
DAFTAR SINGKATAN DAN

ADB : Anemia Defisiensi Besi


BB : Berat Badan
Hb : Hemoglobin
IMT : Indeks Massa Tubuh
PPAGB : Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi
Besi
TB : Tinggi Badan
WHO : World Health Organization

v
DAFTAR

Lampiran 1 : Permohonan Persetujuan Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Surat Izin Survei Penelitian
Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Survei Penelitian
Lampiran 5 : Etical Clearance
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Penelitian
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 8 : Lembar Observasi
Lampiran 9 : Master Tabel
Lampiran 10 : Output Data SPSS
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi

vi
BA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan generasi penerus sekaligus aset bangsa untuk
terciptanya generasi muda mendatang yang baik. Masa remaja menurut para
tokoh psikologis dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode masa puber
usia12-18 tahun dan remaja adolence usia 19-21 tahun. Masa remaja (adolence)
merupakan masa terjadinya perubahan yang berlangsung cepat meliputi
pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial dan perkembangan segala aspek
atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Andriani dan Bambang, 2014).
Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi dan mengandung unsur gizi
yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh. Bila dikelompokkan
manfaat zat gizi bagi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputi sebagai
pemberi energi, pendukung pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh serta
pengatur proses tubuh sehingga pada masa remaja sangat dibutuhkan asupan
gizi yang baik dan optimal (Mitayani dan Wiwi, 2013).
Remaja putri membutuhkan asupan gizi yang lebih besar dikarenakan adanya
peningkatan fisik dan perkembangan, berubahnya gaya hidup, kebiasaan makan,
aktifitas olahraga, dan kehilangan darah tiap bulan (Adriani dan Bambang, 2014).
Remaja putri membutuhkan lebih banyak asupan gizi terutama zat besi
dikarenakan setiap bulannya mengalami haid yang berdampak pada kurangnya
asupan zat besi dalam darah, sehingga bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
defisensi zat besi. Defesiensi ini akan menjadi faktor penyebab anemia sehingga
mempengaruhi aktifitas dan sistem reproduksi, dan menyebabkan mudah
keletihan, sulit berkonsentrasi dan berkurangnya produktivitas (Sibagariang,
2014; Istiany dan Rusilanti, 2013).
Salah satu masalah gizi yang dialami para remaja adalah kelebihan dan
kekurangan Berat badan (BB). Kemenkes menyebutkan dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, salah satu indikator penilaian status gizi pada
remaja usia >18 tahun yaitu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT dapat

1
2

diperoleh dari hasil BB dalam satuan kilogram dibagi dengan tinggi badan (TB)
kuadrat dalam satuan meter sehingga kita dapat menggolongkan status gizi ke
dalam beberapa kategori yaitu kurus, normal, BB lebih, atau obesitas
(Kemenkes, 2013).
Data World Health Organinization (WHO) mencatat prevalensi BB kurang
pada wanita usia >18 tahun secara global adalah 9,4% dan 12,6% di Indonesia,
prevalensi BB lebih secara global sebesar 39,2% dan di Indonesia sebesar
31,2%. Prevalensi obesitas secara global 15,1% dan 8,9% di Indonesia
(WHO, 2016). Di Sumatera Utara persentase gizi wanita usia >18 tahun dengan
status gizi kurus sebesar 6,1%, normal 57,3%, BB lebih 13,7%, dan obesitas
22,9% selanjutnya untuk Kota Medan status gizi kurus 6,3%, normal 48,6%,
BB lebih 14,9% dan obesitas 30,2% (Kemenkes, 2013).
Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di penjuru
dunia dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Anemia
Defisiensi Besi (ADB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
negara-negara berkembang dan prevalensinya masih sangat tinggi. Prevalensi
anemia diperkirakan 30 % dari populasi dunia dan sekitar 500 juta orang diyakini
menderita ADB. Estimasi prevalensi anemia adalah 47,5% pada anak berusia <5
tahun, 41,8% pada wanita hamil dan 30,2% pada wanita yang tidak hamil
(Webster dkk, 2016) .
Prevalensi anemia yang tinggi menjadikan masalah ini sebagai masalah
sorotan dunia. Berdasarkan pedoman diagnosis anemia menurut WHO, anemia
dikategorikan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat (severe) bila
prevalensi >40%. Bila kejadian anemia mencapai >20-39,9% maka anemia
merupakan masalah kesehatan derajat sedang (WHO,2016).
Prevalensi anemia di kawasan Asia Tenggara pada Wanita Usia Subur
(WUS) menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 45,8%. WUS dengan
penggolongan 48,1% pada wanita hamil dan 45,6% pada wanita tidak hamil.
Angka ini menduduki peringkat pertama kejadian anemia pada wanita tidak hamil
dibandingkan 5 kawasan lain seperti Afrika 38,5%, wilayah Mediterania Timur
39,8%, Eropa 22,5%, Pasifik Barat 25,1% dan Amerika 18,8%. Data WHO
menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kategori anemia sedang dengan
prevalensi 28,8% pada wanita usia reproduksi dan 28,2% pada wanita tidak
hamil (WHO, 2016).
3

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia


di Indonesia sebesar 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun dan remaja putri
merupakan wanita yang paling berisiko terkena anemia (Kemenkes, 2013).
Anemia yang sering dijumpai pada remaja putri adalah ADB karena pada
remaja putri terjadi proses menstruasi yang menyebabkan keluarnya sebagian
zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel
darah merah yang kemudian akan dikonversi menjadi Hemoglobin (Hb) (Mitayani
dan Wiwi, 2013). Tingginya ADB dikarenakan berbagai faktor yaitu kehilangan
besi, faktor nutrisi, peningkatan kebutuhan zat besi, serta gangguan absorpsi
besi (Ani, 2015).
Anemia pada remaja putri merupakan cikal bakal anemia lanjutan pada masa
usia subur. Anemia pada remaja putri didefenisikan sebagai suatu keadaan
ketika kadar Hb dalam darah ≤12 g/dl (Kemenkes, 2013). Prevalensi anemia
yang tinggi pada remaja jika tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga
dewasa dan akan berkontribusi terhadap perubahan siklus ovulasi dan
menstruasi dan yang lebih jauh lagi akan menyebabkan keguguran, persalinan
prematur, perdarahan, kematian janin dalam kandungan, kecacatan dan bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah (Pujiningsih, 2014).
Kekurangan gizi merupakan penyebab anemia dengan persentasi sekitar
85,5%. Asupan gizi sehari-hari dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan,
pola makan, dan peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah
merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan (Wibowo, 2013).
Cara terbaik untuk mencegah anemia khususnya ADB menurut WHO adalah
dengan mengatasi semua faktor risiko secara bersamaan dengan memperbaiki
asupan zat besi misalnya fortifikasi/suplemen/edukasi, pengendalian infeksi
misalnya membasmi cacing tambang dan malaria, dan perbaikan umum dalam
gizi dan keragaman diet (Webster dkk, 2016).
Upaya penanggulangan anemia remaja di Indonesia memiliki tiga strategi,
yaitu suplementasi besi, pendidikan gizi dan fortifikasi pangan. Program
suplementasi yang dilakukan pemerintah adalah Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) dengan sasaran kelompok anak
sekolah menengah. Program bagi remaja putri dilakukan melalui promosi dan
kampanye melalui sekolah secara mandiri dengan cara suplementasi zat besi
4

dosis 1 tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum
1 tablet setiap hari selama haid (Ani, 2015; Kemenkes, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Indartanti (2016) dengan menggunakan uji chi
square menunjukkan tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia
pada pada remaja putri di SMP 9 Semarang dengan ρ=0,289 sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariana dan Nur Khafidhoh (2013)
dengan menggunakan uji continuity correction menunjukkan tidak ada hubungan
status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Swadaya Wilayah
Kerja Puskesmas Karangdoro Kota Semarang dengan ρ value = 0,089 dan
<α=0,05 (Indartanti, 2016; Mariana dan Nur Khafidhoh, 2013).
Poltekkes Kemenkes Medan merupakan salah satu kampus negeri di
Nusantara yang berwujud Politeknik, dikelola oleh Kementrian Kesehatan, dan
beralamat di Jln. Jamin Ginting KM 13,5 Kel. Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
Salah satu Jurusan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Medan adalah Jurusan
Kebidanan yang terdiri dari dua Program Studi (Prodi) yaitu Prodi D-III dan D-IV
Kebidanan. Jumlah mahasiswa kebidanan tingkat I seluruhnya adalah 206 orang
dengan rincian mahasiswi Prodi D-III sebanyak 90 orang dan D-IV 116 orang.
Penulis memilih mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Medan sebagai subjek
penelitian dengan beberapa alasan yaitu seluruh mahasiswa prodi D-III tingkat I
tinggal di asrama sehingga akan lebih memudahkan penulis dalam melakukan
penelitian. Alasan lain yaitu dari segi jumlah mahasiswa Prodi D-III tingkat I telah
mencukupi kriteria untuk jumlah sampel penelitian dan alasan terakhir yaitu
mahasiswa D-III Kebidanan belum pernah dijadikan subjek penelitian ilmiah
mengenai IMT dan anemia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia
Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun
2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat


adalah “adakah” Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di Poltekkes Kemenkes
Medan Tahun 2018 ?
5

C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di Poltekkes Kemenkes
Medan Tahun 2018.

C.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui Indeks Massa Tubuh Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018.
2. Mengetahui Kejadian Anemia Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018.
3. Mengetahui Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia
Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di Poltekkes Kemenkes
Medan Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan
dan pengetahuan serta pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan khususnya metodologi penelitian dan menambah
pengetahuan tentang cara berfikir secara ilmiah.

D.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi
Manfaat hasil penelitian bagi institusi pendidikan yaitu dapat dijadikan
bahan informasi, referensi, dan dokumentasi serta sebagai masukan dan
bahan perbandingan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Responden
Sebagai pemberi dan penambah wawasan dan informasi pada
mahasiswa tentang indeks massa tubuh dan anemia. Disamping itu, juga
dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang bagi
remaja untuk kebutuhan perkembangan tubuh dan terhindar dari anemia.
6

E. Keaslian Penulisan

Penelitian tentang judul hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian


anemia belum pernah dilakukan, akan tetapi sudah ada penelitian yang dilakukan
dan terkait dengan indeks massa tubuh dan kejadian anemia yaitu:
1. Mariana dan Nur Khafidhoh (2013) melakukan penelitian hubungan
antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri SMK
Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro Kota Semarang. Hasil
penelitian tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia
pada remaja putri SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro
Kota Semarang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah tempat penelitian, jenis penelitian sebelumnya studi korelasi
sedangkan pada penelitian ini observasional, teknik pengambilan sampel
pada penelitian sebelumnya menggunakan dengan simple random
sampling sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode sampel
jenuh. Analisa data bivariat pada penelitian sebelumnya dengan uji Chi-
square sedangkan pada penelitian ini dengan uji korelasi kendall’s tau.
Persamaannya dengan penelitian ini adalah desain penelitian yaitu cross
sectional.
2. Indartanti (2016) melakukan penelitian hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada pada remaja putri di SMP 9 Semarang.
Hasil penelitian tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
anemia pada pada remaja putri di SMP 9 Semarang. Perbedaan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah tempat penelitian, jenis
penelitian sebelumnya analitik korelasi sedangkan pada penelitian ini
observasional, variabel independen yang diteliti sebelumnya adalah
status gizi berdasarkan IMT/U dan asupan zat gizi sedangkan pada
penelitian ini hanya IMT saja, teknik pengambilan sampel pada penelitian
sebelumnya menggunakan dengan consecutive sampling sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan metode sampel jenuh. Analisa data
bivariat pada penelitian sebelumnya dengan uji Chi-square sedangkan
pada penelitian ini dengan uji korelasi kendall’s tau. Persamaannya
dengan penelitian ini adalah desain penelitian yaitu cross sectional.
7

3. Sari (2017) melakukan penelitian hubungan antara status gizi dengan


kejadian anemia pada remaja putri di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan
Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada pada remaja putri di SMK Muhammadiyah
1 Moyudan Sleman Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah tempat penelitian, jenis penelitian sebelumnya
analitik korelasi sedangkan pada penelitian ini observasional, teknik
pengambilan sampel pada penelitian sebelumnya menggunakan dengan
purposive sampling sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
metode sampel jenuh, analisa data bivariat pada penelitian sebelumnya
menggunakan uji spearman ranks sedangkan pada penelitian ini dengan
uji korelasi kendall’s tau. Persamaannya dengan penelitian ini adalah
desain penelitian yaitu cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia
A.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah,
atau konsentrasi Hb turun di bawah batas normal yang ditetapkan, sehingga
mengakibatkan terganggunya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen di
sekitar tubuh. Anemia merupakan indikator gizi kesehatan yang buruk
(WHO, 2017). Anemia pada remaja putri merupakan suatu keadaan ketika kadar
Hb dalam darah kurang dari nilai normal yaitu ≤12 g/dl (Kemenkes, 2013).
Prevalensi anemia dapat digolongkan dalam empat bagian masalah
kesehatan masyarakat yaitu bila prevalensinya ≤4,9% maka tidak dianggap
sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat, 5,0-19,9% sebagai masalah
kesehatan masyarakat tingkat ringan, 20,0-39,9% sebagai masalah tingkat
sedang, dan ≥40,0% sebagai masalah tingkat berat (De Benoist, 2008).

A.2 Gejala Anemia


Gejala anemia antara lain: lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L), sering
mengeluh sakit kepala dan mata berkunang-kunang, kesulitan bernafas,
palpitasi. Gejala lebih lanjut adalah wajah, kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan, kuku dan konjungtiva menjadi pucat (Irianto, 2014).

A.3 Dampak Anemia


Dampak anemia pada anak-anak, remaja putri, dan ibu hamil serta ibu
menyusui dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pada anak-anak
Dampak anemia pada anak-anak adalah menghambat pertumbuhan fisik,
mudah lelah, menurunnya tingkat inteligensia atau Intelligence Quotient (IQ),
menurunnya konsentrasi belajar, daya tangkap serta kecerdasan, dan
meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.

8
9

2. Pada remaja putri


Dampak anemia pada remaja putri adalah menurunkan kemampuan dan
konsentrasi belajar, menggangggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapai optimal, perkembangan motorik, mental, kecerdasan terhambat,
tingkat kebugaran menurun dan menurunnya kesehatan reproduksi.
3. Pada ibu hamil dan menyusui
Dampak anemia pada kelompok ini adalah terjadinya kelahiran prematur,
terhambatnya pertumbuhan janin, lamanya waktu partus karena daya dorong
rahim, menimbulkan perdarahan postpartum, rentan terkena infeksi,
kematian janin dalam kandungan, dan meningkatkan risiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, menurunnya produksi ASI, dan bahkan
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi jika menderita anemia berat
(Adriani dan Bambang, 2014).

A.4 Klasifikasi Anemia Gizi


Klasifikasi atau jenis anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Anemia gizi asam folat
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia makrositik, dalam hal ini
keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya
lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Padahal kedua zat itu
diperlukan dalam pembentukan nucleoprotein untuk proses pematangan sel
darah merah dalam sumsum tulang. Biasanya anemia ini terjadi pada orang
yang kurang makan sayuran, dan buah-buahan (Tarwoto dan Wasnidar,
2014).
2. Anemia gizi besi
Penyebab anemia ini yaitu kurang suplai besi (Fe) dalam darah,
kehilangan banyak darah dan juga adanya penyakit kronis lainnya.
Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga
konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan
mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan
tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa 2-4 gram besi,
kira-kira 50mg/kg BB pada laki-laki dan 35 mg/kg BB pada wanita. Untuk
pengobatan biasanya diberi tablet zat (Tarwoto dan Wasnidar, 2014)
1

Remaja perempuan membutuhkan zat besi yang tinggi sampai dengan


usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat
menstruasi. Terdapat kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg per bulan atau
0,4-0,5 mg zat besi per hari dalam darah menstruasi (WHO, 2011).
3. Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA. Penyebabnya
adalah malnutrisi dan infeksi yang kronis (Pujiningsih, 2014).
4. Anemia aplastik
Anemia ini dsebabkan oleh menurunnya kemampuan sumsum tulang
belakang memproduksi tiga jenis sel darah yaitu eritrosit, leukosit, dan
trombosit (Briawan, 2014).
5. Anemia gizi vitamin B12
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Anemia ini disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan menjaga kenormalan
fungsi saraf (Wijaya dan Yessie, 2013).
6. Anemia hipoplastik
Anemia ini disebabkan oleh ketidaksanggupan organ sumsusm tulang
belakang membentuk sel darah merah baru. Penyakit anemia ini
memerlukan pemeriksaan darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal,
dan pemeriksaan retikulosit (Pujiningsih, 2014).
7. Anemia hemolitik
Kelompok penderita ini mengalami kerusakansel darah merah yang lebih
cepat daripada pembentukannya. Penyakit darah tertentu mengakibatkan
kerusakan sel darah merah sehingga terjadi gangguan imunitas yang
menyebabkan tubuh memproduksi antibodi dan merusaknya lebih awal.
Anemia ini menyebabkan kulit berwarna kuning (ikhterus) dan limfa
membesar (Briawan, 2014).
8. Anemia bulan sabit (sickle cell anemia)
Anemia ini disebabkan faktor keturunan yaitu kerusakan bentuk Hb yang
menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk yang
tidak normal ini menyebabkan sel darah mati lebih awal dan terhambatnya
aliran pembuluh darah kecil di dalam tubuh, sehingga menimbulkan gejala
penyakit lainnya (Briawan, 2014).
1

A.5 Penyebab Anemia Gizi Besi pada Remaja


Berikut ini beberapa penyebab anemia gizi besi pada remaja menurut
Fikawati, dkk (2017):
1. Meningkatnya kebutuhan gizi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada remaja putri memuncak pada usia
14-15 tahun. Remaja perempuan akan mengalami menstruasi yang terjadi
satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat
besi akan tetap tinggi sampai dengan usia reproduktif untuk mengganti
kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.
2. Kurangnya asupan besi
Asupan besi yang rendah dan buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang
dikonsumsi menjadi salah satu penyebab anemia gizi besi selain itu
kebiasaan makan yang tidak teratur dan rendahnya konsumsi sumber
makanan hewani berkontribusi terhadap anemia.
3. Kehamilan pada usia remaja
Pernikahan dini umumnya berhubungan dengan kehamilan dini.
Kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi yang berpengaruh pada
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami
remaja putri.
4. Penyakit Infeksi dan infeksi parasit
Penyakit infeksi seperti demam, diare, dan sakit kulit dialami sebesar 30%
dari remaja. Penyakit infeksi memengaruhi metabolisme dan penggunaan
zat besi yang berguna untuk pembentukan hemoglobin. Infeksi cacing
tambang juga dapat berkontribusi terhadap perdarahan dalam pencernaan
sehingga mengakibatkan defisiensi zat.
5. Sosial ekonomi
Beberapa literatur juga menunjukkan faktor demografi maupun sosial
yang dianggap berhubungan dengan kejadian anemia, misalnya tingkat
pendidikan dan temapat tinggal. Tingkat pendidikan memiliki hubungan
dengan anemia, dimana remaja yang tidak sekolah memiliki peluang 3,8 kali
lebih besar, sedangkan remaja yang bersekolah namun tidak sesuai dengan
usianya memiliki risiko 2,9 kali lebih besar menderita anemia. Tempat tinggal
juga berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang tinggal di wilayah
1

perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan makanan


dikarenakan ketersediannya lebih luas dibandingkan di pedesaan.

B. Hemoglobin
B.1 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat warna yang terdiri dari gabungan suatu protein
yang kompleks dan zat besi, yang berguna sebagai pengangkut oksigen dan zat
gizi lainnya ke jaringan tubuh yang memerlukan (Par’i, 2016). Hb adalah
parameter yang paling mudah digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia
secara luas. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia (Adriani dan
Bambang, 2013).

B.2 Fungsi Hemoglobin


Hemoglobin berperan sebagai pengangkut jaringan oksigen dan zat gizi
lainnya ke jaringan yang memerlukan. Hemoglobin mengangkut glukosa sebagai
sumber energi tubuh sehingga berperan dalam energi yang menghasilkan
kemampuan kerja fisik (Par’i, 2016).

B.3 Batas Kadar Normal Hemoglobin


Batas normal terendah nilai Hb tiap usia berbeda-beda. Perbedaan batas
nilai normal Hb itu dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini

Tabel 2.1
Batas Kadar Normal Hemoglobin Menurut Kelompok Usia

Kelompok Usia Kadar Hb (g/dl)


Balita usia 12-59 bulan 11
Anak sekolah usia 5-12 tahun 12
Remaja umur 13-14 tahun 12
Remaja laki-laki usia 15-18 tahun 13
Remaja perempuan usia 15-18 tahun 12
Laki-laki usia ≥15 tahun 12
WUS usia 15-49 tahun 12
Wanita hamil 11
Wanita tidak hamil 12

Sumber: Kemenkes. 2013.


1

C. Status Gizi
C.1 Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan
metabolisme dan penyerapan zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ serta menghasilkan energi
(Sibagariang, 2014). Status gizi merupakan suatu tampilan keadaan
keseimbangan nutrisi dengan variabel spesifik (Supariasa dkk, 2012).

C.2 Gizi pada Remaja Putri


Kebutuhan zat gizi sangat berhubungan dengan besarnya tubuh, hingga
kebutuhan gizi terdapat pada periode pertumbuhan cepat. Pada anak
perempuan pertumbuhan sudah dimulai pada umur antara 10 dan 12 tahun,
sedangkan pada anak laki-laki pada umur 12 sampai 14 tahun. Pada periode
tertentu tinggi badan anak perempuan melebihi tinggi badan anak laki-laki.
Penambahan tinggi pada anak perempuan berhenti setelah umur 17 tahun.
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih
dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu
yang harus didapatkan dari makanan (Adriani dan Bambang, 2014).
Fungsi zat gizi dalam tubuh dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu
sebagai berikut:
1. Memberi energi
Zat-zat yang dapat memberi energi adalah karbohidrat, lemak dan
protein. Ketika zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan
pangan.Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi yang dinamakan sebagai
zat pembakar.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena
itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel yang baru, memelihara dan
mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembangun.
1

3. Mengatur proses tubuh


Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer
dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai
penangkal organisme yang bersifat infeksi dan bahan-bahan asing yang
dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai
pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta
banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air
diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti di dalam
darah, cair pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran
darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam
fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin
dinamakan zat pengatur (Mitayani dan Wiwi 2013).

C.3 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh


Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan
efek toksis atau membahayakan. Baik status gizi kurang maupun status gizi lebih
menjadi gangguan gizi.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer
adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas
yang disebabkan oleh: kurang penyediaan makanan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan
sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat
gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi, misalnya:
tergantungnya pencernaan, gigi geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran
cerna dan kekurangan enzim (Mitayani dan Wiwi, 2013).
1

C.4 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Gizi pada Proses Tubuh


Akibat gizi kurang pada proses tubuh secara umum menyebabkan gangguan
seperti pertumbuhan fisik dan otot terhambat, kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas dan menyebabkan kerja sistem imun
menurun sehingga mudah terserang penyakit dan infeksi, sementara asupan gizi
lebih menyebabkan obesitas atau kegemukan. Risiko lainnya yaitu dalam
ternjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, tekanan darah
tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu (Par’i, 2016).

C.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari faktor langsung dan
faktor tidak langsung yaitu:
1. Faktor langsung
Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung
ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor
ekonomi keluarga, pola makan/diet, kondisi lingkungan, dan pelayanan
kesehatan yang kurang baik.
2. Faktor tidak langsung
a. Faktor pendidikan dan pengetahuan
Banyak remaja kurang mengetahui pentingnya zat gizi yang
terkandung dalam makanan serta fungsinya terhadap tubuh. Remaja
kadang tidak peduli terhadap kandungan zat gizi dalam makanan
sehingga ia akan kesulitan memilih jenis makanan yang sesuai dengan
kebutuhan dirinya. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya zat gizi
tertentu.
b. Faktor budaya
Meliputi prasangka buruk terhadap makanan tertentu, adanya
kebiasaan atau pantangan yang merugikan.
c. Faktor fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status
kesehatan. Dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh informasi
kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan
rehabilitatif (Patimah, 2017). .
1

C.6 Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung
1. Penilaian status gizi secara langsung meliputi pemeriksaan klinis,
antropometri, pemeriksaan biokimia, dan pemeriksaan biofisik.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).

C.6.1 Pengukuran Status Gizi


Pengukuran status gizi individu secara langsung dapat melalui ukuran
antropometri yang telah dianggap tepat. Secara internasional yang diakui yaitu:
1. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran yang terpenting dan paling banyak
digunakan dalam memeriksa kesehatan. Berat badan merupakan hasil
peningkatan (penjumlahan) seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan
tubuh dan lain-lain (Adriani dan Bambang, 2014). Penimbangan berat
badan remaja dan orang dewasa dapat menggunakan timbangan badan
misalnya timbangan injak (bathroom scale), timbangan elektrik, detecto
standart namun secara umum pengukuran berat badan pada orang
dewasa menggunakan timbangan injak (bathroom scale). Kelebihan alat
ukur ini adalah mudah, sederhana dan murah dengan ketelitian 0,5-
1,0 kg. Pengukuran dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan
tanpa alas kaki (Par’i, 2016).
2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan
linear dan digunakan untuk menilai pertumbuhan panjang badan.
Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan
yaitu microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Kelebihan alat ini mudah
digunakan, tidak memerlukan tempat khusus, dan memiliki harga yang
relatif terjangkau. Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan
tanpa menggunakan alas kaki (Par’i, 2016).

C.6.2 Penentuan status Gizi berdasarkan IMT


IMT adalah salah satu cara atau pengukuran antropometri yang berguna
1

untuk mengetahui status gizi bagi seseorang berusia >18 tahun. Cara untuk
menentukan status gizi dengan menghitung IMT dari pengukuran berat badan
dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter
(Morris, 2014). Rumus menghitung IMT dapat dilihat di bawah ini

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 Badan (kg)


𝐼𝑀𝑇 = (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Badan (m))2

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 2.2 di
bawah ini:

Tabel 2.2
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT

No IMT Status Gizi


1 <18.5 BB Kurang/kurus
2 >18,5-25 BB normal
3 >25-30 BB lebih
4 >30 Obesitas

Sumber: Morris, Jacqueline. 2014.

D. Hubungan IMT dengan Anemia

Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan hubungan antara status gizi


dengan kejadian anemia. Kekurangan zat gizi memberi kontribusi 50% dari
semua tipe anemia. Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko
mengalami anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal
(Permaesih dan Herman, 2005).
Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kadar Hb artinya semakin buruk
status gizi seseorang makan semakin rendah kadar Hbnya (Thompson, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Briawan dan Hardiansyah (2010)
menyimpulkan bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif
anemia. Perempuan usia subur dengan IMT >18,5 kg/m2 cenderung tidak anemia
dibandingkan kelompok dengan IMT <18,5 kg/m2. Perempuan usia subur dengan
IMT <25 kg/m2 berpeluang untuk mengalami anemia 1,3 kali lebih besar
dibandingkan dengan IMT >25 kg/m2 (Fikawati dkk, 2017).
1

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1
di bawah ini:

Defesiensi nutrisi BB dan TB kurang

Menstruasi IMT kurang


Faktor gizi dan non gizi Status Gizi

Penyakit kronis
Hb turun

Anemia
Infeksi cacing

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Keterangan : Diteliti

Tidak diteliti

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah hubungan indeks massa tubuh
dengan kejadian anemia

Variabel Independen Variabel Dependen

Indeks Massa Tubuh (IMT) Anemi


Gambar 2.2 Kerangka Konsep
1

G. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3
Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukuran

IMT Hasil pengukuran Timbangan Ordinal 0. Kurang /kurus bila


status gizi berdasarkan dan IMT<18,5 kg/m2
berat badan dalam microtoise 1. Normal bila IMT
satuan kilogram dan ≥18,5-25,0 kg/m2
tinggi badan kuadrat 2. Berlebih bila
dalam satuan meter IMT >25-30,0 kg/m2
3. Obesitas bila
IMT>30,0 kg/m2
Anemia Situasi yang Alat cek Hb Ordinal 0. Anemia bila Hb
menggambarkan digital (easy <12,0 gr/dl
kadar Hb di bawah touch Hb) 1. Tidak Anemia bila
batas normal Hb ≥12,0 g/dl

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dijadikan sebagai dugaan sementara dalam penelitian ini


adalah “Ada hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian anemia pada
mahasiswa D-III Kebidanan tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan tahun 2018”.
BAB III
METODE
PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada peneitian ini adalah penelitian


observasional dengan desain korelasional yaitu mengkaji hubungan indeks
massa tubuh dengan kejadian anemia pada mahasiswa D-III Kebidanan tingkat I
di Poltekkes Kemenkes Medan tahun 2018. Pendekatan yang dilakukan pada
penelitian ini adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali
waktu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


B.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Kebidanan
Prodi D-III Kebidanan Medan. Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Medan
khususnya tingkat I dipilih karena mahasiswa di kampus ini belum pernah
menjadi subjek penelitian mengenai IMT dan anemia selain itu lokasi penelitian
mudah dijangkau oleh peneliti.

B.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dimulai dari bulan Februari tahun 2018 yaitu penyusunan
proposal dan seminar proposal bulan April tahun 2018 kemudian melakukan
pengumpulan data dan pengolahan data dari bulan Mei hingga Juni dan sidang
akhir dilaksanakan bulan Juli tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel


C.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa D-III Kebidanan
Tingkat I Poltekkes Kemenkes Medan sebanyak 90 mahasiswa.

C.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan teknik sampel jenuh. Sampel penelitian
adalah seluruh mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I sebanyak 90 mahasiswa.

20
2

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


D.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua
yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung di lapangan dan data ini meliputi BB, TB, dan kadar Hb responden.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan
data ini meliputi jumlah mahasiswa yang diketahui dari absensi.

D.2 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data primer dilakukan dengan mengukur langsung BB,
TB, dan kadar Hb responden dan data sekunder dengan menanyakan jumlah
mahasiswa D-III Kebidanan tingkat I dan yang didukung dengan daftar absensi.

E. Alat Ukur/Instrumen Penelitian

Alat/instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah


lembar observasi hasil pengukuran BB, TB dan kadar Hb, timbangan injak
kapasitas maksimum 120 kg, microtoise kapasitas 200 cm, dan satu set alat cek
Hb digital.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Mendefenisikan dan merumuskan masalah yang akan diteliti dan peneliti
melakukam survey awal dengan mengajukan surat izin survey ke bagian
pendidikan agar diizinkan melakukan penelitian pada mahasiswa Prodi D-
III Kebidanan Tingkat I.
2. Mencari dan mengumpulkan sumber-sumber kepustakaan dan data
penunjang agar diperoleh data dan informasi yang relevan dan
menentukan sampel penelitian.
3. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, cara
pengumpulan data, dan bila responden sudah mengerti dan setuju maka
peneliti mengajukan informed consent.
4. Peneliti melakukan pengukuran BB, TB, dan pemeriksaan kadar Hb
responden.
2

5. Melakukan pengolahan dan penganalisisan data secara univariat dan


bivariat sesuai dengan uji analisis yang tepat.
6. Membuat kesimpulan sesuai hipotesis yang diajukan dan membuat
laporan penelitian.

G. Pengolahan dan Analisis Data


G.1. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012) dilakukan dengan
empat langkah yaitu sebagai berikut :
1. Editing
Melakukan kegiatan pengecekan hasil pengukuran BB, TB, dan kadar
Hb tiap responden yang telah ditulis di lembar observasi. Memastikan hasil
pengukuran tiap variabel yang terkait telah jelas dan lengkap.
2. Coding
Melakukan kegiatan merubah data berbentuk angka menjadi kata.
Indeks massa tubuh diberi dengan system pengkodean yaitu kode 0 untuk
IMT kurang/kurus, kode 1 untuk normal, kode 2 untuk berlebih, dank ode 4
untuk obesitas sementara kejadian anemia diberi pengkodean dengan
system kode 0 untuk anemia dan kode 1 untuk tidak anemia.
3. Processing
Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan pemasukan atau
pemprosesan data hasil pengukuran IMT dan kadar Hb yang telah diubah
melalui proses pengkodean ke dalam program komputer pengolah data
statistik.
4. Cleaning
Melakukan pengecekan kembali data yang telah diproses dan
memastikan tidak ada data yang hilang atau mengalami missing data.

G.2 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang
dan salah satu program komputer.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakterisitik setiap
indeks massa tubuh dan kadar Hb responden dengan tabel tunggal.
2

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tabel silang.
Uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau.
Berikut rumus uji korelasi Kendall’s Tau:

Keterangan
T = Koefisien korelasi Kendall’s Tau
S = Selisih jumlah rank X dan Y
N = Banyaknya sampel

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki kebebasan dalam


menentukan dirinya maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Pada
penelitian ini menjunjung tinggi prinsip etika penelitian sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil risiko dan
memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau
masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan
perlindungan dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi.
2. Prinsip menghormati martabat manusia meliputi:
a. Hak menentukan pilihan yaitu hak untuk memutuskan dengan sukarela
apakah akan ikut ambil bagian dalam penelitian ini tanpa risiko yang
merugikan. Hak ini meliputi hak mendapat pertanyaan,
mengungkapkan keberatan, dan menarik diri.
b. Hak mendapat data yang lengkap yaitu meliputi hak untuk memberi
informasi, keputusan sukarela untuk dilakukan pengukuran
antropometri dan kadar Hb.
2

3. Prinsip keadilan
Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak- hak memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk
menjaga privasi. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam hal ini antara
lain:
a. Dalam mengambil karya orang lain selalu mencantumkan nama dan
sumbernya.
b. Mengaplikasikan informed consent dan tidak mencantumkan nama
responden namun kode saja pada lembar observasi data.
c. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh
peneliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil


peneltian sebagai berikut:
A.1 Analisis Univariat

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Mahasiswa D-III
Kebidanan Tingkat I Tahun 2018

F Total %
No Indeks Massa Tubuh
1 Kurang/kurus 3 3,3
2 Normal 70 77,8
3 Berlebih 13 14,4
4 Obesitas 4 4,4
Total 90 100,00

Distribusi frekuensi berdasarkan IMT dalam tabel 4.1 di atas menunjukkan


mahasiswa lebih banyak memiliki IMT normal sebanyak 70 orang (77,8%), IMT
berlebih sebanyak 13 orang (14,44%), IMT obesitas sebanyak 4 orang (4,44%),
dan paling sedikit dengan IMT kurang/kurus sebanyak 3 orang (3,3%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I
Tahun 2018

F Total %
No Kejadian Anemia
1 Anemia 9 10,00
2 Tidak Anemia 81 90,00
Total 90 100,00

Distribusi frekuensi kejadian anemia dalam tabel 4.2 di atas menunjukkan


mahasiswa yang tidak mengalami anemia sebanyak 81 orang (90,00%) dan yang
mengalami anemia sebanyak 9 orang (10,00%).

25
2

A.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan indeks massa
tubuh dengan kejadian anemia. Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian
anemia pada mahasiswa D-III kebidanan tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan
tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III
Kebidanan Tingkat I Tahun 2018

Kejadian Anemia (g/dl)


Indeks Total ρ
Massa Tubuh Anemia Tidak Anemia value
n % n % n %
Kurang/kurus 3 100,0 0 0 3 100,0
Normal 6 8,6 64 91,4 70 100,0
0,001
Berlebih 0 0 13 100,0 13 100,0
Obesitas 0 0 4 100,0 4 100,0
Total 9 10,0 81 90,00 90 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan IMT dan kejadian anemia dalam tabel 4.3 di
atas menunjukkan bahwa dari 3 orang mahasiswa dengan IMT kurang/kurus
seluruhnya mengalami anemia (100,0%), 70 mahasiswa dengan IMT normal
mayoritas tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 64 orang (91,4%) sedangkan
tiada satupun mahasiswa dengan IMT berlebih dan obesitas yang mengalami
anemia.
Hasil uji korelasi antara IMT dan kejadian anemia menggunakan uji korelasi
Kendalls tau, didapatkan nilai signifikansi atau ρ value = 0,001. Nilai ρ<0,05
menyebabkan Ho ditolak sehingga kesimpulannya Ada Hubungan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I di
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018.

B. Pembahasan
B.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Medan Prodi D-III
Kebidanan Medan pada mahasiswa D-III tingkat I. Alamat tempat penelitian
terletak di Jl. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
2

B.2 Indeks Massa Tubuh


Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan mayoritas mahasiswa
memiliki IMT normal sebanyak 70 orang (77,8%), IMT berlebih sebanyak
13 orang (14,4%), IMT obesitas sebanyak 4 orang (4,4%), dan paling sedikit
dengan IMT kurang/kurus sebanyak 3 orang (3,3%). Penulis berasumsi bahwa
hal ini dipengaruhi oleh hasil pengukuran antropometri meliputi berat badan dan
tinggi badan yang berbeda pada setiap responden. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Kemenkes (2013) bahwa IMT merupakan salah satu cara indikator
penilaian status gizi remaja usia >18 tahun.
Seseorang yang memiliki status kesehatan yang baik cenderung akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula. Mayoritas
mahasiswa memiliki IMT normal merupakan sesuatu yang baik karena status gizi
seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi dan status kesehataan
seseorang.
Status gizi merupakan suatu tampilan keseimbangan nutrisi yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan
dalam jangka waktu lama (Supariasa dkk, 2012). Konsumsi makanan sangat
berpengaruh terhadap IMT seseorang dan akan optimal perkembangannya bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi yang cukup, hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Mitayani dan Wiwi (2013) bahwa status gizi yang optimal atau
nutrisi yang baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan yang baik.
Tiga orang responden (3,3%) memiliki IMT kurang/kurus. Ketika responden
ditanyai mengenai kemungkinan penyebab kurangnya IMT di bawah batas
normal, responden mengatakan bahwa ia sedang menjalankan program diet dan
makan dengan pola tak teratur. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Patimah (2017) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
status gizi seseorang meliputi kurangnya penyediaan makanan, pola makan/diet
yang buruk, dan penyakit infeksi. Remaja putri sering mendambakan tubuh yang
langsing, hal ini sering menjadi faktor penyebab terjadinya defesiensi zat gizi,
karena untuk memelihara kelangsingan tubuh para remaja menerapkan
pembatasan makanan secara keliru sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi.
2

B.3 Kejadian Anemia


Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah,
atau konsentrasi Hb di bawah batas normal yang ditetapkan, sehingga
mengakibatkan terganggunya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen di
sekitar tubuh (WHO, 2017).
Data yang tertulis dalam tabel 4.2 menunjukkan dari 90 orang responden,
9 orang diantaranya mengalami anemia (10,0%) dan selebihnya yaitu 81 orang
(90,0%) tidak anemia. Prevalensi anemia pada mahsiswa D-III Kebidanan tingkat
I yang hanya 10,0 %, menurut De Benoist (2008) termasuk dalam masalah
kesehatan masyarakat tingkat ringan artinya prevalensi ini belum mencapai atau
melampaui batas kategori sebagai masalah. Hal ini sejalan dengan ketetapan
yang dibuat oleh Kemenkes (2013) yang mengkategorikan anemia menjadi
sebuah masalah bila prevalensinya mencapai ≥20,0%. Situasi ini merupakan
sebuah hal yang cukup baik melihat prevalensi yang tidak anemia jauh lebih
banyak dibandingkan dengan yang anemia.
Peneliti menemukan bahwa penyebab responden mengalami anemia salah
satunya adalah mengalami menstruasi setiap bulannya namun lebih banyak
dikarenakan pola diet yang keliru, dan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat
saji. Keadaan ini sesuai dengan pendapat WHO (2011) yang menyatakan bahwa
pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi setiap bulannya terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi untuk mengganti zat besi yang hilang sebesar
12,5-15 mg per bulan atau 0,4-0,5 mg per hari saat menstruasi. Hal ini juga
didukung Patimah (2017) yang menyatakan penyebab anemia pada remaja putri
diantaranya menstruasi setiap bulannya dan pola makan/diet yang keliru.
Remaja yang tidak memperdulikan kebutuhan akan zat gizi terutama zat
besi dapat menyebabkan terjadinya anemia. Menurut Adriani dan Bambang
(2014) bahwa dampak anemia diantaranya menurunkan kemampuan dan
konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan motorik dan
mental, kecerdasan terhambat, menurunkan tingkat kebugaran dan menurunnya
kesehatan reproduksi.
Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi pada wanita usia subur
masih diprioritaskan pada ibu hamil denagn memberi sembilan puluh tablet zat
besi selama masa kehamilannya. Hal ini hendaknya terjadi juga pada kaum
remaja perempuan karena remaja perempuan nantinya merupakan calon
2

seorang ibu sehingga kejadian anemia dapat dicegah sedini mungkin. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk wanita usia subur khusunya remaja perempuan
adalah dengan mengonsumsi tablet zat besi sebanyak satu kali seminggu dan
satu kali sehari selama menstruasi (Kemenkes, 2014).

B.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia


Responden yang diteliti berjumlah 90 orang. didapatkan 9 orang (10,00%)
responden mengalami anemia, sedangkan 81 responden (90,00%) lainnya tidak
mengalami anemia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden
yang anemia masuk dalam kategori IMT yang berbeda-beda sesuai dalam
tabel 4.3. Tiga orang (100,0%) diantaranya tergolong ke dalam IMT
kurang/kurus, sedangkan 6 orang (8,6%) lainnya memiliki IMT normal.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Sari (2017) di SMK
Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta yang menemukan bahwa status
gizi berdasarkan IMT berhubungan dengan kejadian anemia dengan nilai
ρ value=0,000 (ρ<0,05).
Hasil penelitian tentang hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian
anemia pada mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I dalam tabel 4.3 menunjukkan,
mayoritas responden dengan IMT normal tidak mengalami anemia, yaitu
sebanyak 64 orang (91,4%). Hal ini menunjukkan bahwa IMT yang normal
merupakan merupakan salah satu faktor penunjang seseorang untuk tidak
mengalami anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Briawan dan Hardiansyah (2010) yang menyatakan bahwa IMT normal
merupakan faktor protektif anemia.
Penulis berasumsi responden yang memiliki IMT normal dan tidak
mengalami anemia disebabkan oleh karena makanan yang dikonsumsi sudah
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sehingga terjadi
keseimbangan antara zat gizi yang dikonsumsi dengan yang diperlukan tubuh.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa
keseimbangan zat gizi yang diperoleh tubuh berkontribusi 85% dalam mencegah
terjadinya anemia.
Responden yang memiliki IMT normal namun mengalami anemia sebanyak
6 orang (8,6%). Penulis berasumsi bahwa anemia yang dialami disebabkan
asupan nutrisi yang berbeda pada setiap responden dan pada saat pengambilan
3

sampel darah, responden sedang menstruasi serta bisa jadi responden memiliki
IMT normal berdasarkan pengukuran, namun zat gizi terutama zat besi tidak
terpenuhi dengan baik. Asumsi ini juga didukung oleh Fikawati (2017) yang
menyatakan bahwa penyebab anemia pada remaja putri diantaranya karena
mengalami menstruasi setiap bulannya, kebiasaan makan yang tak teratur,
penyakit infeksi dan infeksi parasit.
Responden yang memiliki IMT kurang/kurus dan mengalami anemia
sebanyak 3 orang (100,0%). Hal ini disebabkan karena asupan gizi dalam tubuh
kurang sehingga kebutuhan gizi dalam tubuh tidak terpenuhi misalnya zat besi.
Zat besi merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembentukan Hb,
dengan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh akan menyebabkan
berkurangnya bahan pembentuk sel darah merah, sehingga sel darah merah
tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen yang akan
mengakibatkan anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permaesih dan Herman (2005), menyatakan bahwa remaja dengan IMT yang
kurang mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali dibandingkan remaja
dengan IMT normal.
Responden yang memiliki IMT berlebih dan obesitas tidak ada yang
mengalami anemia, yaitu sebanyak 17 orang (100,0%). Hal ini berarti bahwa,
IMT menunjukkan cukup atau tidaknya nutrisi dalam tubuh pada remaja dengan
IMT berlebih dan obesitas dapat diartikan bahwa asupan nutrisi terpenuhi
dengan baik. Hal ini didukung oleh Thompson (2010) yang menyatakan bahwa
status gizi mempunyai korelasi positif dengan kadar Hb artinya semakin buruk
status gizi seseorang makan semakin rendah kadar Hbnya. Perlu juga
diwaspadai gizi yang lebih menurut Par’i (2016) dapat menyebabkan kegemukan
atau obesitas dan kelebihan energi ini akan disimpan dalam jaringan dalam
bentuk lemak, dan kegemukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
degeneratif .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai mengenai Hubungan


Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan
Tingkat I Di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Mahasiswa D-III kebidanan tingkat I yang memiliki IMT normal sebanyak
70 orang (77,8%), IMT berlebih 13 orang (14,4%), IMT obesitas 4 orang
(4,44%), dan IMT kurang/kurus 3 orang (3,3%).
2. Mahasiswa D-III kebidanan tingkat I yang mengalami anemia sebanyak
9 orang (10,0%) dan tidak mengalami anemia 81 orang (90,0%).
3. Ada Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada
Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I Di Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2018 dengan nilai ρ value = 0,001 (ρ<0,05).

B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan institusi dapat menambah referensi bacaan dan pustaka
terbaru mengenai hal – hal yang berhubungan dengan indkes massa tubuh
dan anemia.
2. Bagi Prodi D-III Kebidanan Medan
Diharapkan Prodi D-III Kebidanan dapat memotivasi dan memberikan
penyuluhan pada mahasiswa tentang pola makan bergizi seimbang dan
menganjurkan mahasiswa mengonsumsi tablet zat besi sekali dalam
seminggu dan satu kali sehari selama haid serta membuat program
ekstrakurikuler bagi mahasiswa dengan IMT berlebih dan obesitas agar
memiliki IMT normal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperluas dan menambah
variabel lain yang mungkin terkait dengan indeks massa tubuh dan anemia
misalnya menstruasi, pola makan, pola istirahat dan lain sebagainya.

3
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2014. Peranan Gizi Dalam Silkus
Kehidupan. Jakarta: KENCANA

. 2013. Pengantar Gizi Dalam Masyarakat. Jakarta: KENCANA

Ani, Luh Seri. 2015. Anemia Defesiensi Besi Masa Prahamil & Hamil. Jakarta:
EGC

Briawan, Dodik dan Hardiansyah. 2010. Faktor Risiko Non-Makanan terhadap


Kejadian Anemia pada Perempuan Usia Subur (15-45 Tahun) di Indonesia.
PGM:33 (2), 102-109.

De Benoist et al. 2008. Worldwide Prevalence Of Anaemia 1993-2005: WHO


Global Database on Anaemia. Geneva: World Health Organization.

Fikawati, dkk. 2017. Gizi Anak Dan Remaja. Depok: Rajawali Pers.

Indartanti, Dea. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri di SMP Negeri 9 Semarang. Jurnal of Nutrition Collage 3(2):
33-39.

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: CV. Alfabeta.

Istiany dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Kemenkes. 2014. Peraturan Mententeri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013


tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Bangsa Indonesia.

. 2013a Riskesdas Biomedis Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:


Badan Litbangkes .

. 2013b Riskesdas Dalam Angka Provinsi Sumut Tahun 2013. Jakarta:


Badan Litbangkes.

.2013c. Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan


Litbangkes

Mariana, Wina dan Nur Khafidhoh. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMK Swadaya Wilayah Kerja
Puskesmas Karangdoro Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan
2(4): 35-42.

Mitayani dan Wiwi Sartika. 2013. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: TIM

Morris, Jacqueline C. 2014. Pedoman Gizi Pengkajian & Dokumentasi. Jakarta:


EGC.

3
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Par’i, Holil M. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Patimah, Sitti. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Bandung: PT Refika Aditama.

Permaesih, Dewi dan Herman, Susilowati. 2005. Faktor-Faktor yang


Memengaruhi Anemia pada Remaja. Buletin Penelitian Kesehatan:33 (4),
162-171.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi.


Prodi D-IV Kebidanan. Medan: Poltekkes Kemenkes Medan.

Pujiningsih, Sri. 2014. Permasalahan Kehamilan Yang Sering Terjadi. Jakarta


Selatan: Oryza.

Sari, Reni Yulina. 2017. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di Smk Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta.
Skripsi. Universitas Aisyiyah. Yogyakarta.

Sibagariang, Eva E. 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: TIM.

Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wasnidar. 2014. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta: TIM.

Thompson. 2010. Nutrition and Diit Theraphy. Jakarta: EGC.

Webster, dkk. 2016. Gizi & Dietika. Jakarta: EGC.

Wibowo. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri
di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang. Skripsi.
Program sarjana fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah.
Semarang.

Wijaya, Andra S. dan Yessie Mariza P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. 2017. Global Nutrition Targets 2025 Anaemia Policy Brief


http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/148556/1/WHO_NMH_NHD_14.4_en
g.pdf. 04 Maret 2018.

. 2016a. Prevalence Of Anaemia In Women - Estimates By WHO Region


http://apps.who.int/gho/data/view.main.GSWCAH28REG?lang=en.04 Maret
2018.

3
. 2016b. Prevalence Of Anaemia In Women - Estimates By Country
http://apps.who.int/gho/data/view.main.GSWCAH28v. 04 Maret 2018.

. 2016c. Prevalence Of Underweight Among Adults, BMI < 18, Age-


Standardized - Estimates By Country
http://apps.who.int/gho/data/view.main.NCDBMILT18Av. 04 Maret 2018.

. 2016d. Prevalence Of Overweight Among Adults, BMI ≥ 25, Age-


Standardized - Estimates By Country.
http://apps.who.int/gho/data/view.main.CTRY2430A?lang=en.04 Maret 2018.

. 2016e. Prevalence Of Obesity Among Adults, BMI ≥ 30, Age-


Standardized – Estimates By Country
http://apps.who.int/gho/data/node.main.A900A?lang=en. 04 Maret 2018.

. 2011. Prevention of Iron Defeciency Anaemia In Adolescents: Role of


Weekly Iron and Folic Supplementation. New Delhi: South East Asia
Regional Office.

3
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes MEDAN, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eka Darmayanti Putri Siregar


NIM : P07524517045
Program Studi : D-IV
Jurusan : Kebidanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada


Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I Di Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2018.

Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 24 Juli 2018

(Eka Darmayanti Putri Siregar)

3
PERNYATAAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA MAHASISWA D-III KEBIDANAN TINGKAT I
DI POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 24 Juli 2018

Eka Darmayanti Putri


Siregar P07524517045

3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA MAHASISWA D-III KEBIDANAN TINGKAT I
DI POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
TAHUN 2018

Saya adalah mahasiswa program D-IV kebidanan Poltekkes


Kemenkes RI Medan. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan, tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian
Anemia Pada Mahasiswa D-III Kebidanan Tingkat I Di Poltekkes
Kemenkes Medan Tahun 2018”.
Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi
oleh orang lain. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan
untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk
bermaksud lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat
sukarela, saudara bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi
apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini silahkan
saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah
disediakan dibawah ini sebagai bukti sukarela saudara.
Medan, 21 Mei 2018
Peneliti

(Eka Darmayanti Putri Siregar)

3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA MAHASISWA D-III KEBIDANAN TINGKAT I
DI POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
TAHUN 2018

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian,


saya bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti
saya akan mendatangani surat persetujuan penelitian

Medan, 21 Mei 2018


Hormat saya sebagai responden

( )

3
3
4
4
4
4
4
LEMBAR OBSERVASI
Hasil Pengukuran BB, TB, IMT, dan Kadar Hb pada Mahasiswa D-III Kebidanan
Tingkat I Poltekkes Kemnkes Medan Tahun 2018

Hasil Pengkuran
No BB
TB (cm) IMT (kg/m2) Hb (g/dl)
1 65 154,0 27,4 15,0
2 50 154,5 20,9 12,8
3 54 154 22,8 14,5
4 59 156 24,2 12,4
5 55 151 24,1 13,6
6 60 150 26,7 13,7
7 45 152 19,5 12,9
8 56 154 23,6 13,8
9 60 157,5 24,2 13,5
10 58 155 24,1 14,7
11 66 156 27,1 16,7
12 55 157,4 22,2 13,2
13 51 150,5 22,5 14,7
14 54 157,5 21,8 12,1
15 50 153 21,4 15,0
16 54 150 24,0 12,5
17 52 151 22,8 13,3
18 50 154 21,1 13,5
19 53 156 21,8 13,8
20 48 154 20,2 13,6
21 56 155 23,3 12,5
22 50 155,5 20,7 12,6
23 63 157 25,6 12,3
24 55 153 23,5 12,4
25 54 154,5 22,6 11,8
26 53 163 19,9 12,3
27 49 150,5 21,6 13,7
28 53 156,5 21,6 15,4
29 49 150,5 21,6 13,7
30 44 155 18,3 9,9
31 56 155 23,3 13,3
32 75 154 31,6 15,5
33 44 156 18,1 10,5
34 62 156 25,5 12,1

4
35 80 160 31,3 15,7
36 46 152 19,9 13,8
37 59 150 26,2 14,0
38 68 154 28,7 13,6
39 55 158 22,0 13,1
40 52 157 21,1 12,2
41 48 157 19,5 11,1
42 70 154 29,5 13,3
43 58 153 24,8 14,0
44 58 161 22,4 13,8
45 54 164 20,1 12,6
46 60 151,5 26,1 13,4
47 67 158 26,8 15,4
48 51 156,5 20,8 16,6
49 55 163 20,7 13,6
50 51 158,5 20,3 15,4
51 47 150 20,9 11,4
52 51 157 20,7 15,6
53 70 150 31,1 14,8
54 43 155 17,9 11,7
55 52 156 21,4 13,3
56 52 158 20,8 14,4
57 54 150 24,0 12,9
58 55 155 22,9 13,7
59 48 151 21,1 14,5
60 54 157 21,9 11,6
61 55 164 20,4 14,3
62 55 162 21,0 11,9
63 50 164 18,6 13,8
64 48 153,5 20,4 17,5
65 50 158 20,0 13,9
66 56 153 23,9 12,5
67 78 156 32,1 12,4
68 48 158 19,2 14,1
69 52 157 21,1 14,6
70 58 162,5 22,0 12,4
71 58 157,4 23,4 14,0
72 56 152 24,2 16,9
73 45 152 19,5 12,9
74 52 156 21,4 16,7
75 67 155 27,9 14,7

4
76 65 151 28,5 13,5
77 47 152,5 20,2 13,8
78 62 157 25,2 13,0
79 52,5 153 22,4 12,8
80 52 153 22,2 14,4
81 54 158 21,6 12,6
82 53 153 22,6 11,8
83 46 153 19,7 12,1
84 60 155 25,0 15,7
85 59 164 21,9 13,8
86 49 155 20,4 14,1
87 54 152 23,4 14,2
88 55 151 24,1 17,1
89 57 157 23,1 13,6
90 45 152 19,5 13,3

4
MASTER TABEL

Hasil Pengukuran BB, TB, IMT, dan Kadar Hb pada Mahasiswa D-III Kebidanan
Tingkat I Poltekkes Kemnkes Medan Tahun 2018

Hasil Pengkuran
No
BB (kg) TB (cm) Kode IMT Kode Hb
1 65 154,0 2 1
2 50 154,5 1 1
3 54 154 1 1
4 59 156 1 1
5 55 151 1 1
6 60 150 2 1
7 45 152 1 1
8 56 154 1 1
9 60 157,5 1 1
10 58 155 1 1
11 66 156 2 1
12 55 157,4 1 1
13 51 150,5 1 1
14 54 157,5 1 1
15 50 153 1 1
16 54 150 1 1
17 52 151 1 1
18 50 154 1 1
19 53 156 1 1
20 48 154 1 1
21 56 155 1 1
22 50 155,5 1 1
23 63 157 2 1
24 55 153 1 1
25 54 154,5 1 0
26 53 163 1 1
27 49 150,5 1 1
28 53 156,5 1 1
29 49 150,5 1 1
30 44 155 0 0
31 56 155 1 1
32 75 154 3 1
33 44 156 0 0
34 62 156 2 1

4
35 80 160 3 1
36 46 152 1 1
37 59 150 2 1
38 68 154 2 1
39 55 158 1 1
40 52 157 1 1
41 48 157 1 0
42 70 154 2 1
43 58 153 1 1
44 58 161 1 1
45 54 164 1 1
46 60 151,5 2 1
47 67 158 2 1
48 51 156,5 1 1
49 55 163 1 1
50 51 158,5 1 1
51 47 150 1 0
52 51 157 1 1
53 70 150 3 1
54 43 155 0 0
55 52 156 1 1
56 52 158 1 1
57 54 150 1 1
58 55 155 1 1
59 48 151 1 1
60 54 157 1 0
61 55 164 1 1
62 55 162 1 0
63 50 164 1 1
64 48 153,5 1 1
65 50 158 1 1
66 56 153 1 1
67 78 156 3 1
68 48 158 1 1
69 52 157 1 1
70 58 162,5 1 1
71 58 157,4 1 1
72 56 152 1 1
73 45 152 1 1
74 52 156 1 1
75 67 155 2 1

4
76 65 151 2 1
77 47 152,5 1 1
78 62 157 2 1
79 52,5 153 1 1
80 52 153 1 1
81 54 158 1 1
82 53 153 1 0
83 46 153 1 1
84 60 155 1 1
85 59 164 1 1
86 49 155 1 1
87 54 152 1 1
88 55 151 1 1
89 57 157 1 1
90 45 152 1 1

Keterangan

Kode IMT Kode Hb


0: Kurang/Kurus 0: Anemia
1: Normal 1: Tidak Anemia
2: Berlebih
3: Obesitas

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
NAMA : EKA DARMAYANTI PUTRI SIREGAR
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : SIREGAR, 06 JULI 1996
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : KATOLIK
ANAK KE : 1 DARI 2 BERSAUDARA
TELEPON 082166077579
EMAIL : ekadarmayanti96@gmail.com
ALAMAT : DUSUN II DESA SIALANG BUAH KEC.
TELUK MENGKUDU KAB.SERDANG
BEDAGAI

II. DATA ORANG TUA `


NAMA AYAH : SUPRATMAN SIREGAR
NAMA IBU : MAHDALENA

III. RIWAYAT PENDIDIKAN


FORMAL
TAHUN 2002 – 2008 : SD NEGERI NO.107443 KP.TAIWAN
TAHUN 2008 – 2011 : SMP NEGERI 1 TELUK MENGKUDU
TAHUN 2011 – 2014 : SMA NEGERI 1 TEBING TINGGI
TAHUN 2014 – 2017 : DIII KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES RI MEDAN
TAHUN 2017 – 2018 : DIV KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES RI MEDAN

Anda mungkin juga menyukai