Anda di halaman 1dari 74

UPAYA PASIEN DALAM MENURUNKAN

KADAR ASAM URAT

Di Kecamatan Junrejo Kota Batu

STUDI KASUS

Oleh:
RIZKY ANDARINI
(NIM:201610300511088)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
UPAYA PASIEN DALAM MENURUNKAN
KADAR ASAM URAT

Di Kecamatan Junrejo Batu

STUDI KASUS

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malanag Untuk


Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
RIZKY ANDARINI
(NIM:201610300511088)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tuis Ilmiah ini. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku Dekan Fakultas


Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Ibu Reni Ilmiasih,M.Kep., Sp.Kep.An Selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh dosen, staff, dan pegawai administrasi Program Studi Diploma III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang.
5. Orang tua saya (Bapak Suwarno dan Ibu Suliyah), saudari (Wahyu Renda
serta keluarga) dan keluarga besar saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral serta doa sehingga karya tulis ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
6. Saudari-saudari saya selama di perantauan Badriatus, Dwi Ratna, Dwi Irma,
Crisnita, Vivi Ulylya, Izzatus, serta Qurratul Aini yang telah banyak
membantu saya dalam mencari referensi selama menyelesaikan karya tulis
ini.
7. Sahabat-sahabat saya Diah Wulan, Talitha Nariswari, Dewi Herlenda,
Nadhia Ariyani, Riani, Anisa Rahmayanti, Dwi Nur serta Luthfi Rangga
Cahyadipati atas dukungan serta doanya untuk menyelesaikan karya tulis
ini
8. keluarga besar DIII Keperawatan B dan angkatan 2016 atas suka dukanya
selama tiga tahun ini.
9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

v
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat.
Malang, 08 juli 2019

penulis

vi
ABSTRAK

Andarini, Rizky. 2019. Upaya Pasien Dalam Menurunkan Kadar Asam Urat.
Progaram Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : Faqih Ruhyanudin,
M.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Asam urat (gout) merupakan penyakit kelainan metabolisme dimana terjadi


produksi asam urat berlebihan atau penumpukan asam urat dalam tubuh secara
berlebihan. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang
memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar
asam urat dalam darah lebih dari 8 mg/dl. Asam urat tidak dapat di sembuhkan
secara total namun dapat di kendalikan dengan beberapa upaya penanganan yang
di lakukan penderita dengan kadar asam urat yang tinggi.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kulitatif dengan strategi
penelitian studi kasus atau disebut dengan CSR (Case Study Research). Partisipan
yang diambil sebanyak 2 partisipan yaitu klien dengan asam urat, dan cucu dari
klien. Pengambilan data di lakukan dirumah klien yang terletak di Desa Dadaprejo
kecamatan Junrejo, kota Batu. pada tanggal 30-01 juli 2019. Data penelitian di
ambil menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi keadaan pasien.
Hasil penelitian disajikan dalam 5 tema yaitu : alasan menangani penyakit akibat
nyeri, tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang, melakukan aktifitas dan
rehabilitasi, mengikuti arahan pengobatan, dan mencoba pengobatan alternatif.
Disarankan klien untuk terus mempertahankan upaya yang telah di jalani dalam
mengendalikan kadar asam urat agar tidak terjadinya ke kambuhan berulang.
Kata kunci : Upaya Penanganan, Asam Urat, Gout

vii
ABSTRACT

Andarini, Rizky. Efforts 2019. Patients In Lowering Uric Acid Levels. The program
of the Diploma of Nursing Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang. Supervisor: Faqih Ruhyanudin, M. Kep, M.
Kep., Sp.Kep.MB

Uric acid (gout) is a metabolic disorder where there is excessive production of uric
acid or a buildup of uric acid in the body excessively. Gout is closely related to
purine metabolism disorders that trigger increased levels of uric acid in the blood
(hyperuricemia), ie if the level of uric acid in the blood more than 8 mg / dl. Uric
acid can not be cured completely but can be controlled with some effort undertaken
handling patients with high uric acid levels.
The study design used is descriptive qualitative with case study research strategy
called CSR (Case Study Research). Participants were taken by 2 participants are
clients with uric acid, and the grandson of the client. Data retrieval is done at home
clients located in the village Dadaprejo Junrejo subdistrict, Batu. on 30-01 July
2019. The research data was taken using the in-depth interviews and observation of
the patient's condition. The results of the research presented in five themes, namely:
the reasons dealing with the disease due to the pain, do not consume foods that are
prohibited, activity and rehabilitation, following the direction of the treatment, and
try alternative treatments. Advised clients to continue to maintain the effort that has
been lived in controlling the levels of uric acid in order not to relapse occurrence of
recurrent.
Keywords: Adapting Handling, Uric Acid, Gout

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................iv
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...........................iv
ABSTRAK ........................................................................................................................vii
ABSTRACT ..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi ........................................................................................ 4
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti......................................................................................... 4
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat .................................................................................. 4
1.4.4 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 5
2.1 Konsep Asam Urat .................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Asam Urat ............................................................................................ 5
2.1.2 Etiologi Asam Urat ............................................................................................ 5
2.1.3 Faktor Risiko Terjadinya Asam Urat ................................................................. 6
2.1.4 Patofisiologi ....................................................................................................... 8
2.1.5 Tanda Dan Gejala............................................................................................. 10
2.1.6 Manifestasi Klinis ............................................................................................ 10
2.2 Upaya Penanganan Asam Urat................................................................................ 14
2.2.1 Diet................................................................................................................... 14
2.2.2 Farmakologi ..................................................................................................... 16
2.2.3 Non Farmakologi ............................................................................................. 18
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................................. 23
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 23

ix
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. 23
3.3 Setting Penelitian .................................................................................................... 24
3.4 Subjek Penelitian .................................................................................................... 24
3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 24
3.5.1 Wawancara ....................................................................................................... 25
3.5.2 Observasi.......................................................................................................... 26
3.6 Metode Uji Keabsahan Data ................................................................................... 26
3.7 Metode Analisa Data............................................................................................... 27
3.8 Etika Penelitian ....................................................................................................... 28
3.8.1 Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human dignity) ...... 28
3.8.2 Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek (respect for privasy and
confidentially) ........................................................................................................... 28
3.8.3 Menghormati Keadilan Dan Insklusivitas (respect for justice inclusiveness) . 29
3.8.4 Memperhitungkan Manfaat Bagi Subjek Penelitian ........................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 30
4.1 Informasi Umum Partisipan .................................................................................... 30
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................................... 31
1. Alasan Menangani Penyakit Akibat Nyeri........................................................ 32
2. Tidak Mengkonsumsi Makanan Yang di Larang .............................................. 32
3. Melakukan Aktifitas dan Rehabilitasi ............................................................... 33
4. Mengikuti Arahan Pengobatan.......................................................................... 34
5. Mencari Alternatif Pengobatan Lain ................................................................. 35
4.3 Pembahasan....................................................................................................... 36
1. Alasan Menangani Penyakit Akibat Nyeri........................................................ 36
2. Tidak Mengkonsumsi Makanan Yang di Larang .............................................. 37
3. Melakukan Aktifitas dan Rehabilitasi ............................................................... 38
4. Mengikuti Arahan Pengobatan.......................................................................... 38
5. Mencari Alternatif Lain .................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 41
5.2 Saran ....................................................................................................................... 41
5.2.1 Bagi Partisipan ................................................................................................. 41
5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan .................................................................................... 41
5.2.3 Bagi Peneliti Lain............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 43

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 daftar dan keterangan partisipan ....................................................................... 30


Tabel 4.2 tema yang ditemukan ........................................................................................ 31

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Analisa Data .................................................................................................. 45


Lampiran 2.Pedoman Wawancara .................................................................................... 49
Lampiran 3.Transkip Wawancara ..................................................................................... 50
Lampiran 4.Inform Consent .............................................................................................. 57
Lampiran 5.Lembar Konsultasi Pembimbing ................................................................... 59
Lampiran 6.Surat Kesediaan Pembimbing KTI ................................................................ 60
Lampiran 7.Dokumentasi .................................................................................................. 61

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat merupakan penyakit kelainan metabolisme dimana terjadi


produksi asam urat berlebihan atau penumpukan asam urat dalam tubuh secara
berlebihan.Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan pada
sendi dan pembengkakan sendi. Prevalensi World Health Organization (WHO)
(2013) penyakit gout pada populasi di USA diperkirakan 13,6/100.000
penduduk. Sedangkan, di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000
orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Perlu
diketahui di Indonesia gout diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan
negara barat. 32% serangan gout terjadi pada usia dibawah 34 tahun. Kadar
darah asam urat normal pada laki-laki yaitu 3,6–8,2 mg/dl,sedangkan pada
perempuan yaitu 2,3–6,1 mg/dl (Fadlilah & Sucipto, 2018).

Asam urat dihasilkan dari pemecahan sisa-sisa pembuangan bahan


makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin yang diproduksi oleh
tubuh. Zat asam urat dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi
normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat
asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah
(hiperurisemia). Mekanisme yang menyebabkan terjadinya kelebihan asam
urat dalam darah karena adanya kelebihan produksi asam urat didalam tubuh
dan penurunan ekskresi asam urat melalui urin. Tingginya kadar asam urat
merupakan kondisi kesehatan yang menurun sebagai akibat dari terbentuknya
kristal karena kadar purin yang tinggi dan terjadi penumpukan kristal asam urat
pada persendian.

Pada saat terjadinya penumpukan kristal pada sendi-sendi dan jaringan


sekitarnya kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini akan mengakibatkan
reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat, terjadi

1
2

pembengkakan terkonsentrasi pada sendi terutama sendi perifer (jempol kaki


atau tangan). Sendi-sendi tersebut akan menjadi bengkak, kaku, kemerahan,
terasa panas, dan nyeri. Rasa sakit pada pembengkakan tersebut terjadi akibat
endapan kristal monosodium urat yang menimbulkan rasa nyeri pada daerah
tersebut (Bobaya, Badjuni, & Kallo, 2016).

Sebagian besar faktor penyebab kasus artritis gout yaitu Faktor primer,
faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi oleh
faktor genetik/riwayat keluarga, makan-makanan yang tinggi purin sehingga
produksi uric acid menjadi lebih banyak, mengkonsumsi obat-obatan tertentu
seperti obat diuretik jangka panjang, serta kondisi medis tertentu (obesitas,
hipotiroidisme, dsb) sehingga meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
faktor sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu produksi asam urat yang
berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada faktor predisposisi
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim. Sehingga banyak masyarakat
melakukan berbagai upaya dalam penatalaksanaan menurunkan kadar asam
urat (Jaliana, Suhadi, Muh, & Sety, 2018).

Dalam penatalaksanaan kadar asam urat banyak upaya yang dilakukan


masyarakat. penanganan krisis gout biasanya dilakukan dengan pemberian obat
dan bantuan istirahat. Tanpa pemberian obat, rasa sakit yang dirasakan akan
menghilang sendiri meskipun memerlukan waktu yang lama. dengan
memperbaiki pola makan serta pola hidup, mencegah arthritis gout akut,
mencegah komplikasi salah satunya yaitu dengan membatasi asupan purin,
asupan energi sesuai dengan kebutuhan, mengonsumsi lebih banyak
karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak, mengonsumsi banyak cairan, tidak
mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi cukup vitamin dan mineral,
mengonsumsi buah dan sayuran, dan olahraga ringan serta menjalani
pengobatan cara farmakologi. Dengan farmakologi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan kimia seperti: NSAIDs, colchicine, corticosteroid,
probenecid, allopurinol dan urocisuric yang biasanya didapat dengan resep
dokter. Tetapi pada dasarnya terapi farmakologi gout memiliki beberapa efek
samping yang serius sehingga banyak usaha yang dilakukan masyarakat atau
penderita asam urat untuk menemukan alternatif lain (non farmakologi) yang
3

lebih aman dari obat-obatan terutama sumber-sumber tanaman tradisional yang


berasal dari alam atau sering juga disebut dengan terapi herbal.

Terapi herbal merupakan pengobatan dengan cara memanfaatkan


tanaman asli indonesia untuk mnegatasi kadar asam urat. Terapi ini banyak
dilakukan masyarakat karena masyarakat beranggapan bahwa pengobatan
dengan tanaman herbal lebih praktis, murah, serta bisa dilakukan sendiri.
secara teratur serta menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi herbal
untuk menurunkan kadar asam urat. Terapi herbal merupakan bentuk
penyembuhan atau pengurangan kadar asam urat dengan menggunakan
tanaman atau buah-buahan yang berkhasiat sebagai obat. Obat penurunan
kadar asam urat lebih banyak diolah oleh masyarakat dari bahan alami karena
bahan-bahan herbal terbukti dapat berkhasiat dengan baik serta tidak memberi
efek samping yang tidak terlalu besar pada pengguna terapi, terapi herbal juga
dianggap lebih mudah dilakukan oleh masyarakat karena dianggap mudah
mencari bahan serta dapat dilakukan sendiri.

Berdasar fenomena dan studi pendahuluan diatas, maka peneliti


bermaksud mengetahui mengenai upaya pasien dalam menurunkan kadar asam
urat dengan cara farmakologi atau dengan cara non farmakologi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran Upaya Pasien Dalam Menurunkan Kadar Asam
Urat?

1.3 Tujuan Penelitian


Mendapat gambaran secara utuh tentang upaya pasien dalam menurunkan
kadar asam urat.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa/i
Fakultas Ilmu Kesehatan jurusan Keperawatan, dapat menjadi tambahan
pengetahuan, dan sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu
keperawatan.

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti


Memperoleh pengalaman riset mengenai upaya pasien dalam
menurunkan kadar asam urat.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi ilmu
tambahan dalam pengetahuan mengenai upaya untuk menurunkan kadar
asam urat.

1.4.4 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan


Menambah wawasan bagi perawat agar lebih memahami dan
mampu memberikan pendidikan kesehatan yang tepat mengenai upaya
pasien dalam menurunkan kadar asam urat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asam Urat


2.1.1 Definisi Asam Urat
Asam urat atau arthritis gout adalah suatu sindrom klinis yang
mempunyai gambaran khusus yaitu arthritis akut. Kelainan ini berhubungan
dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia. Arthritis gout
disebabkan karena adanya proses peradangan (inflamasi) jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat yang terbentuk dalam
persendian, bursa dan sinovial (Mubin, 2010).

Menurut (Mubin, 2010), Gout adalah pengendapan kristal


monosodium urate pada sendi dan tendon dari satu rasi cairan tubuh yang
mengalami hiperurisemia (asam urat darah tinggi), asam urat dalam plasma
darah sebesar 7,0 mg/dl atau 0,41 mmoL/ul dalam Ph 7,4 dalam bentuk garam
dalam suhu 37oC.

2.1.2 Etiologi Asam Urat


Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat
dalam serum darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang
terkumpul didalam didalam sendi. Keterkaitan antara gout dengan
hiperurisemia yaitu adanya produksi asam urat yang berlebih, menurunnya
ekskresi asam urat melalui ginjal, atau mungkin karena keduanya (Yatim,
2006).

Berdasarkan penyebabnya penyakit asam urat (gout) di golongkan


menjadi 2 yaitu:

1. Penyakit gout primer


Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktorhormonal yang menyebabkan

5
6

gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningatnya produksi


asam urat. Atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnyapengeuaran
asam urat dari tubuh.
2. Penyakit gout sekunder
Penyebab penyakit gout sekunder ada beberapa macam:
a. Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang
tidak terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang berkadar
purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, yang merupakan unsur pembentukan protein
b. Produksi asam urat juga dapat meningkat karena penyakit pada darah
(penyakit sumsum tulang, anemia hemolitik), obat-obatan (alkohol,
obat-obatab kanker, vitamin B12, diuretik, dosis rendah asam, salisilat).
c. Obesitas (kegemukan)
d. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontol dengan baik.
Dimana akan ditemukan (hasil buangan metabolisme lemak) dengan
kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan kadar asam urat juga meninggi.

2.1.3 Faktor Risiko Terjadinya Asam Urat


Penyakit asam urat dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
memiliki potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa disebut
dengan faktor resiko. Beberapa faktor yang dapat memicu penyakit asam urat
seperti:

1. Keturunan (genetik)
keturunan atau genetik merupakan salah satu faktor risiko penyakit asam
urat. Orang dengan riwayat keluarga menderita asam urat memiliki resiko
lebih besar untuk terkena penyakit asam urat. Faktor ini dapat lebih berisiko
jika didukung dengan faktor lingkungan.
7

2. Jenis kelamin
jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit asam urat. Pria
lebih berisiko terkena penyakit asam urat dari pada wanita karena kadar
asam urat dalam darah pada pria lebih besar dibandingkan dengan wanita.
Selain itu, pria juga tidak memiliki hormon estrogen seperti wanita. Hormon
estrogen merupakan hormon yang hanya ada pada wanita dan hormon inilah
yang membantu pengeluaran asam urat melalui urine.

3. Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit asam urat. Seiring dengan
bertambahnya usia kadar asam urat dalam tubuh terutama pada pria akan
meningkat. Sedangkan pada wanita peningkatan kadar asam urat cenderung
terjadi pada masa menopouse.

4. Obesitas
Obesitas dapat memicu penyakit asam urat akibat pola makan yang tidak
seimbang. Orang dengan obesitas cenderung tidak menjaga pola makan
termasuk asupan protein, lemak dan karbohidrat yang tidak seimbang
sehingga menyebabkan peningkatan kadar purin, sehingga terjadi kondisi
hiperurisemia dan terjadi penumpukan asam urat. Selain itu, orang dengan
obesitas tentu mengalami penumpukan lemak dibeberapa bagian tubuh.
Penumpukan terutama pada bagian perut dapat meningkatkan tekanan darah
dan mengacaukan sistem pengaturan asam urat dalam tubuh. Lemak dalam
perut juga dapat mengganggu kinerja ginjal dalam membuang kelebihan
asam urat.

5. Konsumsi makanan tinggi purin


Asam urat merupakan hasil metabolisme dari purin. Tubuh manusia sendiri
sebenarnya telah mengandung purin sebesar 85% sehingga purin yang
hanya diperlukan oleh manusia dari luar tubuh (makanan) hanya sebesar
15%. Ketika besarnya purin yang didapatkan dari luar tubuh (makanan)
8

manusia secara terus menerus melebihi batas normal tidak menutup


kemungkinan akan menyebakan asam urat.

6. Kondisi medis
Kondisi medis tertentu seperti kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan
tingginya kadar asam urat pada manusia. Asam urat juga rentan terjadi pada
penderita obesitas, diabetes, serta hipertensi, semuanya berkaitan dengan
sindrom metabolik. Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang
terdiri dari peningkatan tekanan darah, peningkatan gula dalam darah,
kelebihan lemak tubuh, serta terjadinya peningkatan kolestrol. Gabungan
dari kondisi sindrom metabolik tersebut dapat berpengaruh terhadap
tingginya kadar asam urat.

7. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan juga menjadi salah satu faktor risiko tingginya
kadar asam urat. Beberapa obat diketahui dapat meningkatkan kadar asam
urat, seperti obat diuretik thiazide, cyclosporine, asam asetilsalisilat atau
aspirin dosis rendah dan obat kemoterapi di ketahui dapat mempengaruhi
tingginya kadar asam urat.

2.1.4 Patofisiologi
Peningkatan kadar asam serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun ataupun keduanya.
Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin (Helmi, 2016).
Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan
sebagai berikut.
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nekleotida purin (asam inositat,
asam guanilat, asam adenilat).
9

Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme komplek, dan terdapat


beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu : 5-fosforibosilpirofosfat
(PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat
suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini
tidak melalui zat-zat perantara seperti jalur de novo. Basa purin bebas
(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk
membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis
oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan
adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glumerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal.
Sebagian
kecil asam urat yang diresorbsi kemudian diekskresikan di nefron distal
dan dikeluarkan melalui urine (Helmi, 2016).
Pada penyakit arthritis gout, terdapat gangguan keseimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi
hal-hal berikut.
a. penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
b. penurunan eksreksi asam urat sekunder, misal karena gagal ginjal
c. peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular ternover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
d. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar
asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
10

2.1.5 Tanda Dan Gejala


Gejala dan keluhan gout akut, timbul gejala tanpa ada tanda
sebelumnya. Gejala yang timbul berawal dari trauma kecil dan terlalu banyak
makan kesukaan, makanan yang tinggi purin, minum alkohol, dan kurang
olahraga. Tiba-tiba timbul nyeri sendi pada suatu persendian biasanya awal
sakit terjadi pada malam hari. Penyakit ini semakin hari semakin berat. Sendi
antara jari kaki dan telapak kaki sering diserang sakit gout dan di sebut
podagra (pod=kaki, agra=serangan berarti serangan pada ibu jari kaki).

Tetapi gout tidak hanya menyerang pada area jari kaki atau telapak
kaki, bisa saja sendi yang diserang seperti sendi pada lutut, tumit,
pergelangan tangan, dan siku. nyeri sendi tersebut disertai gejala antara lain:
demam,menggigil, denyut jantung cepat, badan lemah, jumlah sel darah putih
meningkat. Pada minggu pertama serangan biasanya mengenai satu sendi dan
berakhir dalam beberapa hari. Tetapi semakin lama menyerang sendi secara
bersamaan. Mungkin serangan ini bisa berlalu dalam beberapa minggu
dengan gejala lokal berkurang dan sendi mulai tidak sakit serta bisa
digerakkan kembali meskipun tanpa pengobatan.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut (Helmi, 2016), Manifestasi klinis dibagi menjadi dua jenis
yaitu arthritis gout tipikal dan arthritis gout atipikal.

1. Arthritis gout tipikal

Gambaran klinis sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut:

 Beratnya serangan arthitis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, tidak


dapat menggunakan alas kaki seperti sepatu dan dapat mengganggu tidur
penderita. Rasa nyeri digambarkan sebagai excruciating pain dan
mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan pada serangan
permulaan dapat sembuh dalam 3-4 hari.
11

 Serangan biasanya bersifat monoartikuler dengan tanda inflamasi yang


jelas seperti merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan sakit jika
digerakkan. Prediksi metatarsophalangeal pertama (MTP-1).
 Hiperurisemia. Biasanya berhubungan dengan serangan arthritis gout
akut, tetapi diagnosis arthritis tidak harus disertai hiperirikemia.
Fluktuasi asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout.
 Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol, obat-
obatan, tindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini sudah diketahui
penderita
2. Arthritis gout atipikal
Gambaran klinik yang khas seperti arthritis berat, monoartikuler, dan
remisi sempurna tidak ditemukan. Tofi (suatu pengumpulan kristal dijaringan
bawah kulit yang sejak mulai terlihat pada pemeriksaan rontgen sendi, yang
kemudian berbentuk benjolan dibawah kulit, pada Ph urine, kristal asam urat
biasanya berkumpul membentuk piringan atau batu yang menyumbat saluran
urine) yang biasanya timbul beberapa tahun sesudah serangan
pertamaternyata ditemukan bersama dengan serangan akut, jenis atipikal ini
jarang ditemukan. Dalam menghadapi kasus gout yang atipikal, diagnosis
harus dilakukan secara cermat. Untuk hal ini diagnosis dapat dipastikan
dengan melakukan punksi cairan sendi dan selanjutnya secara mikroskopis
dilihat kristal urat.

2.1.7 Gambaran klinik asam urat

Menurut (Misnadiarly, 2007), Gambaran klinik gout pada umumnya


melalui 4 fase, yaitu sebagai berikut:

1. Artritis gout tipikal akut


Manifestasi serangan akut memberikan gambaran yang khas dan
dapat langsung menegakkan diagnosis. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi metatarsophalangeal pertama (75%). Pada sendi yang
terkena jelas lebih terlihat gejala inflamasi yang lengkap.
12

2. Artritis gout interkritikal


Fase ini adalah fase antara dua serangan akut tanpa gejala klinik.
Meskipun pada pemeriksaan darah ditemukan kadar asam urat lebih
tinggi dari normal (>7 mg/dl) tetapi belum menunjukkan gejala penyakit
sendi. Begitu juga topus dan batu belum ada. Pada lelaki, resiko asam
urat tinggi dan terjadi gout biasanya mulai pada usia pubertas, sedangkan
pada perempuan resiko biasanya lebih lama sampai pada masa
monopouse, asam urat tinggi karena gangguan enzim. Keadaan asam urat
tinggi dengan tanpa gejala gout biasanya berlangsung selama hidup tanpa
menunjukkan gejala apapun.resiko timbul batu ginjal biasanya karena
terjadi gangguan resiko pengeluaran asam urat melalui urine. Masa asam
urat tinggi tanpa gejala gout berakhir, bila timbul gejala nyeri sendi yang
akut atau terbentuk batu saluran air seni (urotlithiasis).
3. Hiperurekimia asimtomatis
Fase ini tidak identik dengan arthritis gout. Pada penderita dengan
keadaan ini sebaiknya diperiksa juga kadar kolestrol darah karena
peninggian asam urat darah hampir selalu disertai peninggian kolestrol
4. Artritis gout menahun dengan tofi
Tofi adalah penimnunan kristal urat subkutan sendi dan terjadi
pada artritis gout menahun, yang biasanya sudah berlangsung lama
kurang lebih antara 5-10 tahun. 10 tahun setelah serangan topus pertama
½ penderita masih belum menunjukkan terbentuk topus, setengahnya
baru terjadi pengendapan sedikit kristal asam urat, tidak terjadi
pembentukan topus menjadi 28% setelah 29 tahun setelah serangan
pertama kali. Tidak semua penderita dengan kadar asam urat tinggi
menderita topus. Begitu juga penderita yang sudah mengalami serangan
gout pertama, juga tidak semua akan menderita gout.

2.1.8 Komplikasi

Meskipun manifestasi gout dapat terjadi pada hampir semua


kombinasi, urutan yang khas melibatkan perkembangan hiperurisemia tidak
13

bergejala, artritis gout akut, gout interkritikal atau interval dan gout tofus
atau kronik. Nefrolitiasis dapat terjadi sebelum atau sesudah serangan
pertama artritis gout.

Gout kronik bertopus adalah serangan gout yang disertai tofi


(benjolan) disekitar sendi sehingga sering meradang. Nefropati gout kronik
pada jaringan ginjal dapat terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan
merusak glumerulus. Persendian menjadi rusak higga menyebabkan
pincang, peradangan tulang, kerusakan ligamen dan tendon, batu ginjal atau
gagal ginjal.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik pada artritis gout ada 4 yaitu:

1. Laboratorium
a. Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya kristal monosodium
intraseluler
b. Analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan cairan sendi dibawah
adanya peradangan, infeksi bakteri, dan kristal asam urat.
c. Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dl.
d. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
Kadar asam urat dalam urin berlebihan jika kadarnya >800 mg pada
diit biasa atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diit bebas urine.
Urinalis untuk mendeteksi resiko batu asam urat. Pemeriksaan kimia
darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati, hipertrigliseridemia,
tingginya LDL, dan adanya diabetes mellitus.
2. Leukositosis didapatkan pada fase akut
3. Radiodiagnostik
a. Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
b. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi
4. Pemeriksaan lain
14

Jenis pemeriksaan lain adalah MRI (magnetic resonance imaging) dan


computer tomograpy scan (CT Scan) yang dapat menggambarkan
anatomi tubuh sehingga dapat mendeteksi kelainan dan ketidak
normalan organ dan jaringan tubuh secara terperinci adalah
arthrograpy, biopsi dan arthroskopi.

2.2 Upaya Penanganan Asam Urat


Dalam upaya penanganan asam urat, sasaran yang digunakan penderita
asam urat yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam serum dibawah
60mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat. Tujuan
terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri yang
ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Selain
itu, terapi gout juga bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit
lebih lanjut.

2.2.1 Diet
Penyebab kelebihan asam urat/hiperurisemia adalah buruknya pola
makan/diet pada penderita sehingga menyebabkan kadar asam urat tinggi
seperti mengkonsumsi diet tinggi purin, obesitas, mengkonsumsi alkohol dan
beberapa hal yang dapat menyebabkan kadar asam urat dalam tubuh menjadi
lebih tinggi. (1) keadaan hiperurisemia dapat terjadi karena pemecahan
jaringan tubuh yang berlebihan sehingga banyak purin yang dibebaskan untuk
kemudian dimetabolisir dengan zat sisa berupa asam urat, (2) ekskresi asam
urat yang menurun karena air seni yang asam (misalnya akibat konsumsi
lemak atau alkohol yang tinggi) dan (3) konsumsi makanan yang kaya purin
secara berlebihan (jerohan, sardencis, burung, kaldu, kacang, emping, tape).
Dalam penelitian tentang hubungan diet dengan arthritis gout dapat
disimpulkan bahwa konsumsi daging merah dan makanan laut (seafood)
dapat meningkatkan resiko penyakit gout sedangkan konsumsi produk susu
yang lebih tinggi berkaitan dengan penurunan resiko tersebut. Sementara itu
15

konsusmsi sayuran yang kaya akan purin disimpulkan tidak ada kaitannya
dengan peningkatan resiko penyakit gout.

Menurut (Helmi, 2016), Diet bagi penderita gangguan asam urat atau
artritis gout mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

a. pembatasan purin. Apabila terjadi pembengkakan sendi, maka penderita


gangguan asam urat harus melakukan diit bebas purin, namun hampir
semua makanan sumber protein mengandung nucleoprotein, maka hal ini
tidak mungkin dilakukan. Tindakan yang harus dilakukan adalah
membatasi asupan protein menjadi 100-150 mg purin per hari (diit
normal mengandung 600-1000 mg purin per hari)
b. kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat
badan. Penderita gangguan asam urat yang berlebihan berat badan, berat
badannya harus diturunkan dan tetap memperhatikan jumlah konsumsi
kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar
asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran
asam urat melalui urin.
c. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, roti, dan
ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. Konsumsi
karbohidrat komplek ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram perhari.
Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis,
gulali dan sirup sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.
d. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewan dalam jumlah yang tinggi misalnya, hati,
ginjal, otak, paru, dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi
penderita gangguan asam urat adalah seesar 50-70g/hari. Sumber protein
yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan
telur.
16

e. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui


urine. Makanan yang digoreng dan bersantan serta margarine, dan
mentega sebaiknya sebanyak 15% dari total kalori.
f. Tinggi cairan. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu untuk
membuang asam urat melalui urine. Oleh karena itu, disarankan minum
sebanyak 10 gelas sehari. Air yang diminum bisa berupa air putih, teh
atau kopi. Selain dari minuman cairan juga bisa didapatkan dari buah-
buahan yang segar dan mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah buah semangka, melon, blewa, nanas, blimbing manis,
dan jambu air. selain buah-buahan tersebut buah buahan yang lain juga
boleh dikonsusmi kecuali buah alpukat dan durian karena mengandung
lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa, kadar asam urat
mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka yang tidak mengkonsusmi alkohol. Hali ini, karena alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat
pengeluaran asam urat dalam tubuh.

2.2.2 Farmakologi
Secara umum upaya dalam menurunkan kadar asam urat selain dengan
memberikan edukasi mengenai diet pada penderita asam urat yaitu dengan
menggunakan obat-obatan secara rutin agar tidak terjadi kerusakan sendi
ataupun komplikasi lain. Tujuan pemberian terapi farmakologi yaitu
mencegah serangan akut, mengurangi rasa sakit serta membantu untuk
mencegah komplikasi seperti terbentuknya tofi, batu ginjal, dan athropathi
destruktif. Kesulitan dalam penaalaksanaan asam urat adalah kepatuhan dari
rutinnya penderita meminum obat. Namun dengan pemberian edukasi sejak
awal kepada penderita dan keluarga, pemantauan dalam kepatuhan minum
obat dengan cermat, prognosisnya baik.

Secara umum, asam urat dapat diatasi dengan enam jenis obat kimia.
Setiap obat memiliki fungsi sebagai berikut:
17

1. nonsteroid anti-inflmasy drungs (NSAIDs), terdapat beberapa jenis


NSAID namun tidak semua memiliki efektifitas da keamana yang baik
untuk terapi gout akut. Beberapa NSAID yang diindikasikan untuk
mengatasi gout artritis akut dengan kejadian efek samping yang terjadi
yaitu nefroxen dan natrium diklofenak.
2. Colchicines. Colchicines tidak direkomendasikan untuk terapi jangka
panjang gout akut. Colchicines hanya digunakan selama saat krisis untuk
mencegah serangan gout.
3. Corticosteroid, sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut
dan akan mengontrol serangan. Ini sangat berguna bagi pasien yang
dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika goutnya
moartikultural, pemberian anti-artikultural yang paling efektif.
4. Prebenecid. Digunakan terutama insufisiensi ginjal (GFR<50mL/min)
5. Allopurinol. Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurional segera
menurunkan plasma urat dan konsentrasi asam urat di saluran urine, serta
memfasilitasi bagi pasien gagal ginjal atau batu urat yang tidak dapat
diberikan urocisonic.
6. Uricosiric. Obat ini memblok reabsorbsi tubular dimana urat disaring
sehingga mengurangi jumlah urat metabolik, mencegah pemebntukan
benjolan baru, dan memperkecil ukuran benjolan yang ada.

Selain obat-obatan tersebut, pengoatan secara medis dapat juga dilakukan


melalui program rehabilitasi. Rehabilitasi ini berfungsi untuk mengembalikan
kemampuan penderita seperti semula sehingga dapat menjalankan aktifitas
seperti biasa. Caranya dengan mengistirahatkan sendi yang sakit,
mengompres bagian tubuh yang sakit dengan kompres dingin atau hangat
secara berulang-ulang terbukti mengurangi rasa sakit ketika serangan telah
memasuki tahap akut.
18

2.2.3 Non Farmakologi


Terapi herbal merupakan pengobatan dengan cara memanfaatkan
tanaman asli indonesia untuk mnegatasi kadar asam urat. Terapi ini banyak
dilakukan masyarakat karena masyarakat beranggapan bahwa pengobatan
dengan tanaman herbal lebih praktis, murah, serta bisa dilakukan sendiri
secara teratur serta menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi herbal
untuk menurunkan kadar asam urat. Terapi herbal merupakan bentuk
penyembuhan atau pengurangan kadar asam urat dengan menggunakan
tanaman atau buah-buahan yang berkhasiat sebagai obat. Obat penurunan
kadar asam urat lebih banyak diolah oleh masyarakat dari bahan alami karena
bahan-bahan herbal terbukti dapat berkhasiat dengan baik serta tidak
memberi efek samping yang tidak terlalu besar pada pengguna terapi, terapi
herbal juga dianggap lebih mudah dilakukan oleh masyarakat karena
dianggap mudah mencari bahan serta dapat dilakukan sendiri (Saraswati,
2014).

Berikut adalah tumbuhan dari beberapa hasil penelitian yang dapat di


gunakan dan aplikasikan untuk mengatasi asam urat:

1. Daun Sirsak

(Kemenkes, 2018)
Daun sirsak mengandung senyawa fruktosa, lemak, protein,
kalsium, fosfor, besi, vitamin Adan vitamin B. Daun sisrak juga memiliki
kandungan senyawa monotetrahidrofuran asetogenik; seperti amonurisin
A dan anomurisin B, gigantetrosin A, annonasin-10-one, murikatosin A
dan B, annonasin dan gonniotalamisin. Senyawa yang paling penting
19

adalah tannin, resin dan magostine yang mampu mengatasi nyeri sendi
pada penyakit gout. Pada penelitian Ilkafah (2017), efektifitas air rebusan
daun sirsak efektif dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Nilai rata-rata asam urat dalam penelitian ini setelah diberikan rebusan
daun sisrsak yaitu 5,9 mg/dl. Hasil ini menunjukkan ada penurunan kadar
asam urat melalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase. Enzim
ini berperan penting dalam perubahan basa purin menjadi asam urat.
Tanin dan resin merupakan suatu senyawa yang mengandung flavonoid
yaitu antioksidan pada sirsak (Ilkafah, 2017).
2. Daun Salam

(Kemenkes, 2018)

Daun salam mengandung tanin, flavonoid, alkoloid, dan minyak


atsiri yang terdiri dari sitrat dan eugenol. Daun salam mampu
memperbanyak produksi urin (diuretik) sehingga dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah. Pada penelitian Setianingrum,
Kusumaningrum, dan Rini (2019), pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat. Nilai rata-
rata yang didapatkan dari 18 responden dengan meminum air rebusan
daun salam 2 kali sehari selama 3 hari mendapatkan hasil yaitu 6,0 mg/dl.
Sebanyak 14 responden kadar asam uratnya turun dan sebanyak 4
responden kadar asam uratnya naik. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar
asam urat dengan presentase keberhasilan 77,8%. Flavonoid yang
terkandung pada daun salam dapat mengikat senyawa enzim xathine
oxidase sehingga dapat menurunkan pembentukan xathine yang dapat
20

membentuk asam urat. Hal ini berpengaruh dalam kadar asam urat dalam
darah yang dapat berangsur-angsur menurun (Setianingrum,
Kusumaningrum, & Rini, 2019). Senyawa flavonoid yang terkandung
pada daun salam berperan menghambat kinerja enzim xathine oxidase.
Dimana struktur dengan mudah mengikat enzim xathine oxidase
sehingga pembentukan xathine berkurang dan produksi asam urat pun
berkurang (Harismah & Chusniatun, 2016).

3. Kemangi

(Kemenkes, 2018)

Kemangi memiliki kandungan senyawa flavonoid yang dapat


menghambat terbentuknya asam urat dalam tubuh. Flavonoid adalah
substansi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan
antioksidan yang potensial. senyawa flavonoid pada sayuran indigenous
menyatakan bahwa jenis flavonoid yang terkandung dalam kemangi
antara lain luteolin, quercetin, apigenin, dan kaemferol. Dalam
penelitian lain tentang structure-activity relationship and classification
of flavonoids as inhibitors of xanthine oxidase and superoxide
scavengers menyatakan bahwa luteolin, quercetin, apigenin, kaemferol
termasuk dalam jenis flavonoid yang berpotensi menghambat aktivitas
enzim xanthine oksidase sehingga dapat menghambat pembentukan
asam urat dalam tubuh. Dan luteolin merupakan jenis flavonoid yang
memiliki daya hambat terkuat diantara semua jenis flavonoid. Pada
penelitian yang dilakukan Anggun, Ismati dan Masi (2016), pengaruh air
rebusan daun kemangi terhadap kadar asam urat darah pada penderita
21

hiperirusemia. Selama penelitian berlangsung sebanyak 30 orang


menjadi responden dan dibagi 2 kelompok dalam penelitian yang
dilakukan yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari 15
responden dalam kelompok eksperimen, 11 orang diantaranya
mengalami penurunan kadar asam urat dan 4 orang lainnya mengalami
peningkatan kadar asam urat. Sedangkan dari 15 responden dalam
kelompok kontrol, 7 orang diantaranya mengalami penurunan kadar
asam urat dan 8 orang lainnya mengalami peningkatan kadar asam urat.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami
penurunan kadar tampak lebih banyak pada kelompok eksperimen yang
mengkonsumsi air rebusan kemangi dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak mengonsumsi air rebusan daun kemangi. Meski
kemampuan kemangi dalam menurunkan kadar asam urat masih
tergolong lemah dibandingkan dengan obat konvensional yang rata-rata
nilai hanya menurunkan sekitar 1,0mg/dl, namun kemangi masih layak
untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Kemampuan kemangi akan lebih efektif jika
disertai dengan diet rendah purin. Kemangi juga tidak memiliki efek
samping yang membahayakan sehingga aman untuk dikonsumsi sebagai
obat penurun kadar asam urat (Anggun, Ismati, & Masi, 2016).

4. Daun Suruhan

(Kemenkes, 2018)
Tumbuhan suruhan secara tradisional telah dimanfaatkan dalam
mengobati beberapa penyakit, seperti abses, bisul, jerawat, radang
22

kulit, penyakit ginjal, dan sakit perut. Masyarakat di beberapa daerah


di sulawesi utara telah memanfaatkan tanaman ini untuk penurunan
kolestrol darah. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba
suruhan mempunyai efek antihiperurisemia terhadap mencit.
Kemampuan tanaman suruhan sebagai obat diduga berkaitan erat
dengan kandungan antioksidan pada tanaman tersebut. Setelah di
ekstrak suruhan kering memiliki kandungan total antioksidan yang
lebih tinggi daripada ekstrak suruhan segar, dengan konsentrasi ekstrak
suruhan kering 3,25 mmol/100g dan ekstrak suruhan segar dengan
konsentrasi 0,21 mmol/100g (Sitorus, Momuat, & Katja, 2013).
Dengan demikian, banyaknya kandungan antioksidan alami yang
terdapat pada tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai obat yang
digunakan secara tradisional untuk menurunkan kolestrol serta kadar
asam urat dalam darah.
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
yang alamiah atau secara natural, yang memandang realitas sebagai sesuatu
yang holistik/utuh dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang memusatkan pada deskriptif data yang berupa
kalimat-kalimat yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan
perilaku yang diamati Analisa data yang dilakukan bersifat induktif
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan oleh peneliti dilapangan dan
kemudian menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2015). Studi kasus adalah
salah satu cara metode penelitian kualitatif dengan mendalami suatu kasus
yang datanya diperoleh dari pihak yang bersangkutan atau dengan melakukan
pengumpulan beraneka sumber informasi namun terbatas dalam kasus yang
akan diteliti (Ahmadi, 2014).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di rumah P1 yang merupakan penderita asam urat
kurang lebih 2 tahun yang tinggal di wilayah desa Dadaprejo kecamatan
junrejo, kota Batu. Kemudian waktu penelitian pada tanggal 30 juni sampai
dengan 01 juli 2019. Penelitian dengan P1 dilakukan pada tanggal 30 juni 2019
dengan waktu kurang lebih 1 jam. Sedangkan dengan P2 dilakukan pada 01 juli
2019 dengan waktu kurang lebih 45 menit.

23
24

3.3 Setting Penelitian


Penelitian dilakukan dirumah P1 di desa dadaprejo kecamatan junrejo
kota batu. Kondisi pasien terlihat sehat bugar saat di lakukan wawancara, saat
di observasi pemeriksaan kadar asam urat pada tanggal 30 juni terdapat hasil
5,3mg/dL. P1 juga menunjukkan cara mengelolah minuman herbal yang di
konsumsi saat malam untuk mengendalikan tingginya kadar asam urat dalam
darah. Pada saat dilakukan wawancara pada salah satu partisipan, partisapan
lain tidak boleh berada pada satu ruangan yang sama, agar didapatkan data
yang valid dari hasil wawancara dan wawancara juga dilakukan pada waktu
yang berbeda. Dalam proses wawancara yang dilakukan, hasil wawancara
direkam menggunakan perekam suara. Dalam proses wawancara partisipan
tidak melihat daftar pertanyaan, daftar pertanyaan hanya dapat dilihat oleh
peneliti.

3.4 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah konsep peneliti dalam penelitian kualitatif
untuk memilih responden yang dapat memberikan informasi yang adekuat
mengenai pengelaman-pengalaman sesuai dengan topik yang akan di angkat
oleh peneliti.

Subjek utama dari penelitian ini adalah P1 berumur 63 tahun yang


merupakan partisipan pertama yang menderita asam urat. Kemudian, partisipan
kedua P2 berumur 22 tahun yang merupakan cucu dari P1.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ada tiga,
diantaranya adalah wawancara, observasi, dan triagulasi/gabungan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi untuk
mendapatkan gambaran tentang bagaimana pasien mengatasi masalah
25

penyakitnya. Peneliti mencoba menggali respon yang muncul pada partisipan


dalam upaya menurunkan kadar asam urat.

Peneliti memilih menggunakan metode ini dengan harapan agar peneliti


dapat memperoleh gambaran yang mendalam dan menyeluruh tentang upaya
pasien dalam menurunkan kadar asam urat, sehingga data bisa dikumpulkan
berupa hasil dari wawancara dan observasi cara pasien dalam mengatasi kadar
asam uratnya.

3.5.1 Wawancara
Dalam study kasus ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam tentang upaya pasien dalam menurunkan kadar asam urat. Dalam
wawancara, peneliti tidak hanya sekedar mengajukan pertanyaan, tetapi juga
mendapatkan pengalaman hidup orang lain yang diperoleh dengan indepth
interview. Peneliti menggunakan teknik wawancara yang bersifat terstruktur
(structured interview), yaitu teknik pengumpulan data, bila penelitiatau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang di
peroleh. Oleh karena dalam melakukan wawancara. Pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan
ketika wawancara terlaksana tidak menutup kemungkinan pertanyaan yang
mendalam akan membuat pertanyaan serta jawaban akan menjadi
berkembang hal ini yang dapat membuat garis besar permasalahan yang
ditemukan pada saat dilakukan wawancara.

Pertanyaan utama pada penelitian ini akan ditanyakan kepada


partisipan yang terdiri dari sebanyak 2 orang partisipan. Seluruh partisipan
yang diwawancarai akan diberi pertanyaan berdasarkan pertanyaan yang telah
dibuat, yang tidak menutup kemungkinan akan muncul pertanyaan yang lebih
mendalam dalam proses wawancara tersebut. Selanjutnya, hasil wawancara
akan divalidasi. Adapun perkiraan waktu yang dibutuhkan saat wawancara
sekitar 30-45 menit selama proses wawancara. Dalam proses wawancara
tersebut, penelitian akan merekam wawancara dengan dengan alat perekam
voice recorder. Adapun tujuan akhir dalam proses penelitian adalah
mengumpulkan data selengkapnya mungkin dari berbagai sumber untuk
26

mendapat gambaran secara utuh mengenani upaya pasien dalam menurunkan


kadar asam urat.

3.5.2 Observasi
Dalam study kasus ini penelitian juga menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu observasi, jenis teknik observasi yang digunakan
adalah observasi partisipasif, yaitu dalam pengumpulan data penelitian ikut
melihat apa yang dilakukan oleh responden.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu melihan bagaimana


kondisi pasien saat ini, apa saja usaha yang dilakukan pasien selama
mengatasi asam uratnya saat di observasi. peneliti juga melakukan
pengecekan kadar asam urat pada tanggal 30 juni 2019 dan di dapatkan hasil
kadar asam urat dalam darah pasien yaitu 5,3mg/dL. Partisipan juga
menunjukkan cara mengelola minuman herbal yang di percaya dapat
mengendalikan kadar asam uratnya. Sehingga didapat data yang berhubungan
dengan hasil wawancara.

3.6 Metode Uji Keabsahan Data


Metode keabsahan data yang digunakan adalah metode triagulasi
sumber, yaitu suatu teknik untuk menguji kualitas, kapasitas atau kekuatan dari
data yang didapatkan melalui berbagai sumber. Triagulasi dalam bukunya,
Sugiyono (2015) merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada.

Menurut (Saryono & Anggraeni, 2011), dibutuhkan beberapa cara


menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kreadibilitas (creadibily)
Kreadibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenarandari fdata
dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat
27

dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai
informan.
2. Transfeberabilitas(transfeberability)
Kriteria ini digunakan untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian yang
dilakukan dalam konteks(setting) tertentu dapat ditransfer ke subyek lain
yang memiliki tipologi yang sama.
3. Dependabiliti(dependability)
Dependabiliti mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan
data, membentuk, dan dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat
interprestasi untuk menarik kesimpulan.kriteria dapat digunakan untuk
menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, apakah
membuat kesalahan dalam pengkonseptualisasikan rencana penelitiannya,
pengumpulan data, dan penginterpestasinya.
4. Konfirmability (confirmability)
Konfirmability merupakan kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil
penelitian. Apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana
hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam laporan atau hasil wawancara.

3.7 Metode Analisa Data


Analisa data merupakan proses dalam mencari data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan data dari sumber lain.
Kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami yang setlahnya
dapat dipublikasikan ke khalayak luas.

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa domain.


Analisa domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian.
Selanjutnya peneliti akan mendengarkan dan membuat transkip hasil rekaman
wawancara. Setelah semua data terpenuhi, peneliti melakukan identifikasi dari
data untuk menentukan beberapa kata kunci dan dapat diperoleh sub tema dan
tema hasil wawancara dan observasi tersebut.
28

3.8 Etika Penelitian


Ethical clearence adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
menjelaskan status kesesuaian dan memperoleh perlakuan dalam berbagai
bidang, khususnya dalam dunia penelitian. Masalah etika penelitian merupakan
masalah yang sangat penting, bagian ini menjelaskan masalah etika dalam
penelitian keperawatan seperti informed consert sebelum melakukan
penelitian, anominity (tanpa nama), dan confidentianly (kerahasiaan) (Alimul
& Hidayat, 2011).

Etika penelitian yang menjadi pedoman ketika peneliti terjun ke


lapangan, atau secara langsung berinteraksi dengtan partisipan sebagai sumber
data atau informan. Secara umum, terdapat empat prinsip utama dalam etik
penelitian keperawatan:

3.8.1 Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human


dignity)
Dalam menjalankan proses penelitian, peneliti harus tetap
menghormati dan menjunjung tinggi harkat serta martabat manusia atau
individu sebagai partisipan. Partisipan berhak mendapatkan informasi yang
terbuka tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat
penelitian, prosedur penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan
informed consent yaitu persetujuan untuk partisipan sebagai subjek penelitian
setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti
tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.

3.8.2 Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek (respect for privasy and
confidentially)
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Prinsip ini dapat diterapkan
dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudia
diganti dengan kode tertentu.
29

3.8.3 Menghormati Keadilan Dan Insklusivitas (respect for justice


inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara
professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa
penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan subjek.

3.8.4 Memperhitungkan Manfaat Bagi Subjek Penelitian


Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian yang
dilakukan, peneliti harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan berbagai data yang merupakan
hasil dari wawancara dan observasi yang dimulai pada tanggal 30 juni sampai
dengan 01 juli 2019 terhadap upaya pasien dalam menurunkan kadar asam urat, di
desa dadaprejo kecamatan junrejo, kota batu.

4.1 Informasi Umum Partisipan


Informasi umum partisipan yang digali dan dijelaskan sebagaimana
pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 daftar dan keterangan partisipan

R Jenis Usia Pendidikan Status Keterangan


Kelamin (tahun) Terakhir
P1 P 65 SD Janda Pasien
Tahun
P2 P 22 SLTA Mahasiswa Cucu Pasien
Tahun
Sumber: Partisipan 1

Adapun informasi umum dari partisipan sebagai berikut, partisipan


pertama adalah P1 berusia 65 tahun yang bertempat tinggal di desa dadaprejo
kecamatan junrejo, kota batu. P1 adalah penderita asam urat selama kurang
lebih 2 tahun. Dalam menangani asam uratnya P1 bercerita bahwa menjalani
dan meminum obat rutin serta berusaha mencari alternatif lain seperti
meminum obat ramuan/tanaman herbal agar asam uratnya tetap terkontrol serta
mencoba menghindari pantangan-pantangan dalam mengkonsumsi makanan
agar dapat menjalani aktifitas seperti biasa. Dalam sehari-hari P1 tidak bekerja
tetapi memiliki usaha kecil-kecilan menjual jajanan anak-anak seperti cilok
dirumahnya.

30
31

Partisipan kedua ini adalah P2 berusia 22 tahun adalah cucu dari anak
dua P1. Sehari-hari tinggal dengan P1. sehingga P2 juga membantu dalam
merawat dan mengingatkan P1 saat meminum obat selama terkena asam urat.
Sehari-harinya P2 sebagai mahasiswa disalah satu universitas di malang.

Saat peneliti datang kerumah pasien yaitu pada tanggal 30 - 01 Juli


2019, peneliti melakukan cek asam urat dalam darah. Dan di dapatkan hasil
pemeriksaan kadar asam urat partisipan saat di cek 5,3 mg/dl yang merupakan
masih dalam batas normal.

Kedekatan kedua partisipan tersebut adalah P1 sebagai nenek yang


menderita asam urat dari P2 yang merupakan cucunya, partisipan ini adalah
partisipan utama sebagai sumber data yang akan dilakukan oleh peneliti. P2
sebagai cucu yang membantu dan merawat pasien selama menjalani
pengobatan asam urat. Oleh karena itu peneliti mengambil partisipan utama
sebagai sumber data atau validasi dan sumber data pendukung didapatkan dari
P2 sebagai cucu yang membantu dan merawat pasien saat menjalani
pengobatan asam urat.

4.2 Hasil Penelitian


Dari hasil analisa data didapatkan gambaran umum tentang upaya
pasien (partisipan 1) dalam menurunkan kadar asam urat yang dapat di
simpulkan dalam tema sebagai berikut:

Tabel 4.2 tema yang ditemukan

No Tema

1 Alasan menangani penyakit akibat nyeri

2 Tidak mengkonsumsi makanan yang di larang

3 Melakukan Aktifitas dan Rehabilitasi

4 Mengikuti Arahan Pengobatan

5 Mencoba Pengobatan Alternatif Lain


32

Berdasarkan hasil yang analisa data di atas, didapatkan lima tema yaitu
gambaran rasa sakit yang di derita, menghindari pantangan makanan,
melakukan aktifitas fisik dan rehabilitasi, mengikuti arahan pengobatan, serta
mencoba pengobatan alternatif lain. Kelima tema tersebut akan di jelaskan
sebagai berikut.

1. Alasan Menangani Penyakit Akibat Nyeri

Rasa sakit yang dirasakan setiap individu memiliki batasan yang


berbeda-beda. Dan hal ini yang akan membuat individu bereaksi untuk
menghilankan rasa nyeri. Hal ini di buktikan dengan pernyataan berikut:

“...karena gak tahan sama rasa cekot-cekotnya saya periksa mbak ke dokter
besuk harinya di puskesmas’’(P1/3 juni 2019)
“...anak anak saya jauh soalnya kalau saya sakit malah ngerepotin anak
anak, Takut kambuh mbak”(P1/7 Juni 2019)
“...dia sudah gak betah paling ya ngerasa cekot-cekot itu terus besoknya itu
minta antar saya ke puskesmas mbak. Alasannya takut ngerepotin anak
kalau sakit”(P2/4 juli 2019)
“soalnya mbah itu orang nya takut sakit takut kambuh jadi kalau sudah
begitu rutin dia minum obat tanpa disuruh gak betah sakit mbah itu
mbak”(P2/4 juli 2019)

2. Tidak Mengkonsumsi Makanan Yang di Larang

Tidak mengkonsumsi makanan yang di larang pada penderita asam


urat bisa menjaga bahkan merunkan kadar asam urat dalam darah. Pada
dasarnya asam urat yang diderita tidak dapat disembuhkan hanya dengan
tidak mengkonsumsi makanan yang di larang, namun resiko terjadi serangan
asam urat berulang bisa di turunkan. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan
sebagai berikut:

“...ngehindari tape karena ada raginya, terus jeroan juga mba gak boleh
jare dokternya bisa bikin penyakit saya kambuh. Jadi sudah gak pernah
makan lagi mbak”(P1/5 juni 2019)
“..gak pernah wes mbak, selama gak puengen saya gak makan mbak biar
gak kambuh. Takut kambuh mbak”(P1/8 juni 2019)
33

“makan sih tapi cuma sekali kali dan itu sedikit banget. alhamdulillah
menghindari banget sudah dia mbak makan tape atau jeroan hati ampla
itu.”(P2/7 juli 2019)
Saat dilakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap
kebiasaan makan yang dilakukan pasien selama dirumah. Dari hasil
observasi yang didapatkan pada tanggal 30 juni 2019 pada pukul 09.00.
pasien sudah mematuhi untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang
oleh tenaga medis akibat kondisi asam urat yang dialami. Kebiasaan makan
pasien dari pagi hari – hingga malam tidak didapatkan makanan yang
mengandung tinggi purin seperti jeroan dan sebagainya. Pasien banyak
mengkonsumsi jenis sayuran daun pepaya, daun singkong yang kebanyakan
direbus oleh pasien untuk di konsumsi.

3. Melakukan Aktifitas dan Rehabilitasi

Melakukan tindakan aktifitas kecil dan rehabilitasi dapat membantu


dalam menurunkan kekambuhan berulang serta dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasa saat terjadi serangan kadar asam urat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan pernyataan sebagai berikut:

“Ya biasanya cuma jalan jalan ngelilingi rumah aja mbak kan katanya harus
sering dipake gerak..”(P1/12 juni 2019)
“ya tiap pagi jalan jalan pagi mbak sekitar 10-15 menitan gitu..”(P1/12 juni
2019)

“ngerebus banyu dipanci mbak terus tak taruh dikaleng tak bawa ke kamar
mandi terus tak seponi mbak, penak rasanya. pake banyu anget iku rasanya
penak agak berkurang kalo tak seponi banyu anget.”(P1/3 juni 2019)

“setelah habis periksa iku mbak ya sering saya seponi sama banyu anget
mbak, biasanya 2kali sehari, enak mbak kalau pas kerasa cekot cekot di
seponi sama banyu anget.”(P2/8 juni 2019)

“mbah kan orangnya gak bisa diam sih mbak pokoknya maunya gerak gitu
dia gak suak kalau cuma diam aja gak ngapa-ngapain, tiap hari ya senengnya
ngelilingi rumah mbak mondar mandir kan ya itungannya udah
olahraga.”(P2/4 juli 2019)
34

Saat dilakukan penelitian, peneliti juga mengobservasi bagaimana


pasien melakukan aktifitas dan rehabilitasi untuk mengatasi asam uratnya.
Dan didapatkan hasil penelitian pada tanggal 01 juli 2019 pukul 18.00.
Pasien menunjukkan cara mengompres bagian sendi yang nyeri untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakannya saat asam uratnya kambuh.

4. Mengikuti Arahan Pengobatan

Mengikuti arahan pengobatan rutin selama mengalami asam urat


dapat mengendalikan kadar asam urat dalam darah dan terkontrol. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:

“ya minum obat yang dikasih dokternya rutin mbak, setiap obatnya habis beli
lagi di apotik setelah minum obat tu ya cekot-cekotnya berkurang biar pun
gak ilang total.”(P1/8 juni 2019)

“..minum obat terus yang dikasih sama dokter. Kurang lebih 3 sampai 5
bulan minum obat rutin, gak pernah putus mbak takut kambuh soalnya kalau
putus obatnya.”(P1/9 Juni 2019)

“..minum obat yang dikasih dokternya rutin mbak, setiap obatnya habis beli
lagi di apotik setelah minum obat tu ya cekot-cekotnya berkurang biar pun
gak ilang total”(P2/4 juli 2019)

Saat melakukan penelitian, peneliti juga mengobservasi obat apa


saja yang di dapatkan pasien untuk mengatasi asam uratnya. Dan didapatkan
hasil observasi pada tanggal 30 juni 2019 pada pukul 09.00. Pasien mendapat
obat Allopurinol dengan dosis 100mg dan di konsumsi 1 kali sehari setiap
pagi hari. Dan pasen masih mengkonsumsi saat mulai timbul rasa nyeri yang
dirasakan pada area sendi yang sakit.
35

5. Mencari Alternatif Pengobatan Lain

Mencari alternatif lain selama menjalani pengobatan cukup membantu


dalam menurunkan kadar asam urat, hal ini dapat di buktikan dengan
pernyataan sebagai berikut:

“..coba minum itu lo mbak air rebusan daun suruhan yg kecil-kecil daune itu
lo mbak yang merambat biasanya. Nah saya coba ya minum air rebusannya ya
lumayan rutin tapi gak tentu mbak saya minumnya. Setelah nyoba minum
beberapa hari gitu lo mbak agak enteng mbak setelah minum air rebusannya
itu.”(P1/9 juni 2019)

“..saya minum air rebusan suruhan 1 kali mbak setiap sebelum tidur itu saya
minum.”(P1/11 juni 2019)

“Ya saya cuma rutin minum rebusan suruhannya itu aja mbak sampe
sekarang”(P1/13 juni 2019)

“..gak tau ya dia dapat info dari mana jadi dia konsumsi air rebusan suruhan
itu mbak kalau gak salah namanya. Daunya kecil kecil yang persis kayak
daun sirih. Dari info yag dia dapat katanya itu bisa buat ngobatin asam urat.
Minum itu dia mbak tiap hari setiap malam sebelum tidur ya dia konsumsi
itu.”(P2/5 juli 2019)

“..dia ya minum air rebusan itu terus mbak sampai sekarang..”(P2/8 juli 2019)

Saat melakukan penelitian, peneliti juga melakukan observasi


terhadap pengobatan herbal yang dilakukan pasien untuk mengatasi asam
uratnya. Dan didapatkan hasil saat melakukan penelitian pada hari kedua pada
tanggal 01 juli 2019 sekitar pukul 20.00 pasien membuat rebusan daun suruhan
yang digunakan untuk mengendalikan kadar asam uratnya dan menunjukkan
caranya kepada peneliti. Daun suruhan di ambil sebanyak sekitar 8 lembar di
cuci bersih dan lalu direbus kurang lebih 3-5 menit setelah direbus, air rebusan
daun tadi di konsumsi oleh P1.
36

4.3 Pembahasan
1. Alasan Menangani Penyakit Akibat Nyeri

Partisipan mengatakan, saat tingginya kadar asam urat yang


dirasakan area yang terserang dan paling terasa sakit adalah area tangan dan
lutut partisipan. Terasa sakit dengan tiba-tiba dan sering dirasakan
partisipan saat tidur bahkan bangun tidur. Nyeri yang dirasakannya juga
terasa hingga berhari-hari membuat partisian menjadi tidak nyaman.

Menurut peneliti, pada saat kadar asam urat tinggi akan membuat
area yang terserang terasa panas pada area sekitar sendi karena panas pada
area tersebut sehingga menimbulkan rasa nyeri tiba-tiba yang sebelumnya
tidak pernah di alami. Partisipan juga merupakan seseorang yang memiliki
kegiatan aktifitas tinggi dalam artian lain pasien adalah tipe orang yang
tingkat gerak yang cukup banyak daripada orang seusianya walaupun bukan
melakukan aktivitas gerak yang tergolong berat, merasa nyeri tiba-tiba
seperti yang dirasakan saat terjadi serangan asam urat membuatnya cukup
tidak nyaman dan di dukung juga dengan jauhnya jarak kota partisipan
dengan anak-anak partisipan yang membuat partisipan juga termotivasi
untuk menghilangkan rasa nyeri yang membuat tidak nyaman agar tidak
menimbulkan keadaan kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari. Hal ini
yang membuat partisipan segera mencari penanganan untuk merdakan
bahkan menghilangkan rasa sakit yang dirasakan seperti mengenjungi
fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan atas nyeri yang
dirasakan. Diangkatnya tema ini untuk mencari tau seberapa berat gambaran
nyeri yang di rasakan oleh partisipan saat serangan tingginya kadar asam
urat yang dirasakan sehingga partisipan berupaya untuk menurunkan kadar
asam urat yang di alami.

Menurut teori (Bahrudin, 2017), sakit adalah mekanisme


perlindugan diri dalam tubuh manusia yang akan muncul saat suatu jaringan
mengalami kerusakan. Dan hal ini yang akan membuat individu bereaksi
untuk menghilankan rasa nyeri. hal ini membuktikan bahwa masing-masing
individu memiliki reaksi sakit yang berbeda walaupun menerima
37

rangsangan nyeri yang sama. nyeri adalah pengalaman sensorik dan


emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan,baik aktual
maupun potensial atau yang digambarkan dengan bentuk kerusakan.
Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan
emosional, yang di gambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Rasa nyeri
digambarkan sebagai excruciating (Helmi, 2016).

2. Tidak Mengkonsumsi Makanan Yang di Larang

Partisipan mengatakan tidak mengkonsumsi makanan yang di larang


seperti jeroan, tape dsb. Hal ini merupakan salah satu aspek penting dari
penyakit yang di deritanya karena cukup membantu mempertahankan kadar
asam urat selama ini tetap terkontrol dengan baik.

Menurut peneliti, pasien dengan asam urat akan mencoba


menghindari ke kambuhan berulang terhadap penyakit dengan tidak
megkonsumsi makanan yang menjadi pantangannya pada makanan. Karena
dengan menghindari makanan dengan jenis tinggi purin dan lain-lain serta
menjaga pola makanannya, dapat menurunkan efek ke kambuhan berulang
terhadap penyakit. Walaupun asam urat tidak akan sembuh dengan hanya
menghindari pantangan makanan tetapi dengan menghindari pantangan
makanan setidaknya dapat membantu asam urat dalam darah menurun
bahkan dapat berada pada batas normal.

Sesuai dengan penelitian (Nurhayati, 2018), 50% orang dengan


penderita asam urat dengan pola makan baik akan menurunkan bahkan
mengurangi resiko kambuhnya asam urat. Apabila penderita tidak
melakukan diet rendah purin atau melakukan pola makan yang buruk, maka
akan terjadi penumpukan kristal asam urat pada sendi. Penyebab kelebihan
asam urat/hiperurisemia adalah buruknya pola makan/diet pada penderita
sehingga menyebabkan kadar asam urat tinggi seperti mengkonsumsi diet
tinggi purin, obesitas, mengkonsumsi alkohol dan beberapa hal yang dapat
menyebabkan kadar asam urat dalam tubuh menjadi lebih tinggi (Helmi,
2016).
38

3. Melakukan Aktifitas dan Rehabilitasi

Partisipan mengatakan selama terjadi serangan asam urat melakukan


aktifitas seperti berjalan-jalan agar nyeri yang drasakan dapat teralihkan dan
agar tubuh tetap dalam keadaan sehat untuk terus di gunakan dalam
beraktifitas dan melakukan kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri
pada saat serangan asam urat terjadi.

Menurut peneliti, melakukan aktifitas fisik seperti jalan-jalan


terbukti dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan bertahap
bahkan untuk mendekati normal (hatayama, et al., 2015). serta tindakan
rehabilitasi sederhana dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah
dengan melakukan tindakan tersebut secara teratur dan berulang. Selain
dapat mengurangi nyeri saat terjadi serangan asam urat, dengan melakukan
aktifitas fisikseperti berjalan- jalan serta tindakan rehabilitasi seperti teknik
kompres hangat mampu memberi efek relaksasi otot pada area yang sakit.

Berdasarkan teori (pursriningsih & panunggal, 2015), kemampuan


penderita asam urat dalam menjalankan aktifitas seperti biasa cukup rawan.
Selama menjalani pengobatan diharapkan penderita asam urat dapat
mengistirahatkan sendi yang sakit, mengompres bagian tubuh yang sakit
dengan kompres dingin atau hangat secara berulang-ulang terbukti
mengurangi rasa sakit ketika serangan telah memasuki tahap akut.

4. Mengikuti Arahan Pengobatan

Partisipan mengatakan selama mengalami asam urat partispan


berusaha untuk mengikuti arahan pengobatan seperti meminum obat rutin
selama proses pengobatan berlangsung, hal ini di lakukan untuk menjaga
kadar asam urat dalam darah dapat terkendali. Hingga saat ini pasien masih
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter untuk tetap menjaga keadaan
kadar asam uratnya agar tetap terkendali.

Menurut peneliti, pasien asam urat dengan mengkonsumsi obat


farmakologi yang telah dianjurkan oleh tenaga madis secara rutin dapat
membantu dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah, karena dengan
39

mengkonsumsi obat secara rutin dapat mengurangi risiko kembuhnya asam


urat dikemudian hari.

Hal ini sesuai dengan teori (Pameli, Halim, & Yustika, 2016),
kepatuhan digambarkan sebagai ketaatan seseorang dalam mengikuti arahan
dari tenaga medis. Dengan meminum obat yang telah di anjurkan oleh
tenaga medis secara rutin akan mempengruhi hasil kadar asam urat pada
pemeriksaan selanjutnya, hal ini juga dapat dilihat dari berkurangnya rasa
sakit yang dirasakan oleh penderita asam urat setelah meminum obat secara
rutin dan berkala.

5. Mencari Alternatif Lain

Partisipan mengatakan selama mengalami kondisi kadar asam urat


tinggi partisipan mencoba menghindari pantangan dalam makanan,
meminum obat farmakologi rutin, melakukan tindakan rehabilitasi serta
aktifitas fisik, serta mencoba menggunakan pengobatan alternatif. Menurut
partisipan dengan mencoba pengobatan alternatif seperti mengkonsumsi
rebusan tanaman herbal seperti yang di lakukan partisipan dipercaya dapat
segera menurunkan serta menstabilkan kadar asam urat yang di alami.

Menurut peneliti, dengan adanya penggunaan pengobatan alternatif


lain dapat membantu dalam menangani tingginya kadar asam urat yang di
derita. Penggunaan pengobatan alternatif lain di rasa cukup mudah
dilakukan dan tidak mengeluarkan banyak biasa karena tumbuhan yang di
gunakan cukup mudah di cari serta efek samping dari pengobatan alternatif
relatif kecil dan tingkat bahayanya pada tubuh cukup rendah di bading
dengan efek samping obat farmakologi.

Hal ini sesuai dengan teori Saraswati (2014), pengobatan alternatif


seperti terapi herbal banyak dilakukan masyarakat karena masyarakat
beranggapan bahwa pengobatan dengan tanaman herbal lebih praktis,
murah, serta bisa dilakukan sendiri secara teratur serta menggunakan bahan-
bahan alami sebagai terapi herbal untuk menurunkan kadar asam urat. Obat
penurunan kadar asam urat lebih banyak diolah oleh masyarakat dari bahan
40

alami karena bahan-bahan herbal terbukti dapat berkhasiat dengan baik serta
tidak memberi efek samping yang tidak terlalu besar pada pengguna terapi,
terapi herbal juga dianggap lebih mudah dilakukan oleh masyarakat karena
dianggap mudah mencari bahan serta dapat dilakukan sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingginya


kadar asam urat merupakan kondisi kesehatan yang menurun sebagai akibat
dari terbentuknya kristal karena kadar purin yang tinggi dan terjadi
penumpukan kristal asam urat pada persendian. upaya pasien dalam
menurunkan kadar asam urat pada penderita asam urat didapatkan lima tema
yaitu, alasan menangani penyakit akibat nyeri, tidak mengkonsumsi makanan
yang dilarang, melakukan aktifitas fisik dan rehabilitasi, mengikuti arahan
pengobatan, serta mencari alternatif lain dalam menangani penyakit yang
diderita.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Partisipan
Agar penderita serta keluarga dapat terus melaksanakan tindakan
dalam mengendalikan asam urat yang dideritanya, dengan selalu melakukan
pola makan yang baik, melakukan aktifitas seperti olahraga kecil, rutin
mengkonsumsi obat saat terjadi ke kambuhan serta tetap menggunakan obat-
obatan herbal dalam mengontrol kadar asam urat.

5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan


Memberikan informasi dalam pemberian asuhan keperawatan,
terutama bagi perawat yang sering menemukan kasus dengan pasien asam
urat dalam pemberian edukasi dalam mengatasi tingginya kadar asam urat.

41
42

5.2.3 Bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
peneliti yang ingin melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama
seperti mengetahui gambaran secara utuh mengenai upaya pasien daalam
menurunkan kadar asam urat.
43

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R. (2014). Metodologi penelitian Kualitatif. yogyakarta: AR-RUZZ


MEDIKA.
Alimul, A. A., & Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. jagakarsa, jakarta 126110: salemba medika.
Anggun, Ismati, A. Y., & Masi, G. (2016). pengaruh air rebusan daun kemangi
terhadap kadar asam urat darah pada penderita hiperurisemia di wilayah
kerja puskesmas wolaang. jurnal keperawatan, volume 4 nomor 1.
Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Jurnal Kedokteran, volume 13
nomor 1.
Bobaya, P., Bidjuni, H., & Kallo, V. (2016). Hubungan Tingkat Stres Dengan
Kejadian Gout Arthritis di Puskesmas Tobelo Kecamatan Tobelo
Kabupaten Halmahera Utara. jurnal keperawatan, volume 4 nomor 1.
Fadlilah, S., & Sucipto, A. (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Asam Urat Pada Masyarakat Dusun Demangan Wedortami, Ngeplak,
Sleman, Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta.
Harismah, K., & Chusniatun. (2016). pemanfaatan daun salam sebagai obat herbal
dan rempah. jurnal keperawatan, vol.19 no.2.
hatayama, m. k., kodaya, m., okazaki, h., kurajoh, m., shoji, t., koyama, h., . . .
yamamoto, t. (2015). Nonpharmacological Managemen of Gout and
Hyperuricemia: Hints for Better Lifestyle. american journal of lifestyle
medicine, vol.11.no.4.
Helmi, Z. N. (2016). buku ajar gangguan muskuloskeletal. jakarta: salemba
medika.
Ilkafah. (2017). efektifitas daun sirsak dalam menurunkan nilai asam urat dan
keluhan nyeri pada penderita gout di kelurahan tamalanrea makassar. jurnal
ilmiah farmasi, vol.6 no.2.
Jaliana, Suhadi, Muh, L. O., & Sety. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asam Urat pada Usia 20-44 tahun diRSUD Bahtermas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, Vol. 3 No. 2.
Kemenkes. (2018). Tumbuhan Obat Indonesia. the juornal of indonesia medical
plant, Volume 11.No.2.
Misnadiarly. (2007). REMATIK (asam urat-hiperurisemia-arthritisgout). Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
44

Mubin, H. (2010). pandua praktis kedaruratan penyakit dalam diagnosis & terapi.
jakarta: ECG.
Nurhayati. (2018). hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit gout (asam
urat) di desa limran kelurahan pantoloan boya kecamatan taweli. jurnal
kesmas, vo.7.No.6.
Pameli, P., Halim, A., & Yustika, L. (2016). Tingkat kepatuhan penggunaan obat
pada pasien tuberkulosis du Rumah Sakit Mayjen H.A.Thalib Kabupaten
Kerinci. Jurnal Sains Farmasi & klinis, Vol.02.No.2.
pursriningsih, s. s., & panunggal, b. (2015). Hubungan Asupan Purin, Vitamin C
dan Aktifitas Fisik Terhadap Kadar Asam Urat Pada Remaja Laki-Laki.
Journal of Nutrition College, Volume 4, nomor 1, halaman 24-29.
Saraswati, S. (2014). diet sehat untuk penyakit asam urat, diabetes, hipertensi dan
stroke. yogyakarta: A PLUS BOOKS.
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2011). metodologi penelitian kualitatif dalam
bidang kesehatan. yogyakarta: nuha medika.
Setianingrum, P. D., Kusumaningrum, I. D., & Rini, D. K. (2019). pemberian air
rebusan daun salam (syzygium poluanthum) terhadap penurunan kadar
asam urat pada penderita asam urat di dusun kadisoro desa gilangharjo
kecamatan pandak kabupaten bantul DIY tahun 2017. jurnal kesehatan,
ISSN 2620-7761.
Sitorus, E., Momuat, L., & Katja, D. G. (2013). Aktifitas Antioksidan Tumbuhan
Suruhan (pepromia pellucida [L,.] Kunth). jurnal ilmiah sains, Vol.13 No.2.
Sugiyono. (2015). metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Yatim, F. (2006). Penyakit Tulang dan Persendian (arthritis dan arthralgia).
jakarta: Pustaka Populer Obor.
45

Lampiran 1.Analisa Data

Partisipan Pernyataan Kata kunci tema


P1/3 “..karena gak tahan sama rasa - cekot-cekot 1. Alasan Menangani
cekot-cekotnya saya periksa - kambuh Penyakit Akibat Nyeri
mbak ke dokter besuk harinya - obat 2.Menghindari Pantangan
dipuskesmas” - makanan Makanan
- jalan-jalan 3.Melakukan Aktifitas dan
P1/7 “..anak anak saya jauh soalnya - suruhan Rehabilitasi
kalau saya sakit malah 4.Mengikuti Arahan
ngerepotin anak anak. takut Pengobatan
kambuh mbah.” 5.Mencoba Pengobatan
Alternatif Lain
P2/4 “..dia sudah gak betah paling ya
ngerasa cekot-cekot itu terus
besoknya itu minta antar saya
ke puskesmas mbak, alasannya
takut ngerepotin anaknya kalau
sakit”

P2/4 “soalnya mbah itu orangnya


takut sakit, takut kambuh jadi
kalau sudah begitu rutin dia
minum obat tanpa disuruh gak
betah sakit orangnya”

P1/5 “sama dokternya disuruh


jangan makan tape mbak, kan
saya seneng tape. Katanya
disuruh ngehindari tape karena
ada raginya. Terus jeroan juga
mba gak boleh jare dokternya.
46

gak pernah wes mbak, selama


gak puengen saya gak makan
mbak biar gak kambuh.Takut
kambuh mbak. Jadi sudah gak
pernah makan lagi mbak”

P1/12 “cuma jalan jalan ngelilingi


rumah aja mbak kan katanya
harus sering dipake gerak”

P1/3 “ngerebus banyu dipanci mbak


terus tak taruh dikaleng tak
bawa ke kamar mandi terus tak
seponi mbak, penak rasanya.
pake banyu anget iku rasanya
penak agak berkurang kalo tak
seponi banyu anget.”

P1/8 “setelah habis periksa iku mbak


ya sering saya seponi sama
banyu anget mbak, biasanya
2kali sehari, enak mbak kalau
pas kerasa cekot cekot di seponi
sama banyu anget

P1/8 “Terus ya minum obat yang


dikasih dokternya rutin mbak,
setiap obatnya habis beli lagi di
apotik”

P1/9 “minum itu lo mbak air rebusan


daun suruhan”
47

P1/14 “ya itu mbak sudah gak tau


makan tape lagi sama jeroan,
makan tapi dikit sekali, terus
minum obat dari dokter itu rutin
tapi tak jarang jarang mbak
sekarang kan minum air
rebusan suruhan itu seh tiap
malem, sama anu mbak ya tak
pake gerak mbak ya jalan jalan
ngeresik i rumah biar badannya
ya gerak itungannya kan ya
olahraga mbak”

P2/7 “Ya makan sih tapi cuma sekali


kali dan itu sedikit banget.
alhamdulillah menghindari
banget sudah dia mbak makan
tape atau jeroan hati ampla itu.
setelah kena pertama kali 2
tahun yang lalu sampai
sekarang ya gak penah
kambuh”

P2/4 “...mbah kan orangnya gak bisa


diam sih mbak pokoknya
maunya gerak gitu dia gak suak
kalau cuma diam aja gak ngapa-
ngapain, tiap hari ya senengnya
ngelilingi rumah mbak mondar
mandir kan ya itungannya udah
olahraga juga ya”
48

P2/4 “Jadi ya minum obat allopurinol


1 kali sehari. Rutin mbak”

P2/5 “Minum itu dia mbak tiap hari


setiap malam sebelum tidur ya
dia konsumsi itu. Jadi dia kan
kalau minum obat tu pagi
biasanya nah malamnya minum
yang rebusan suruhan itu.”
49

Lampiran 2.Pedoman Wawancara

1. Bagaimana asal mulanya ibu terkena asam urat?sudah berapa lama ibu
mengalami sakit asam urat?Ceritakan pengalaman ibu selama mengalami
asam urat?
2. Bagaimana pendapat ibu mengatasi asam urat ibu?ceritakan
3. Apakah ibu menjalani pengobatan lain selain pengobatan dari
dokter?mengkonsumsi obat herbal dan mengatur pola makan?
4. Bagaimana perasaan ibu setelah sekian lama tidak kambuh?ceritakan
50

Lampiran 3.Transkip Wawancara

Penelitian Dengan Partisipan 1


Peneliti : Kode P
Partisipan 1 : Kode P1
Nama : Ny.W
Usia : 65 Tahun
Alamat : Jl. Mertorejo No. 6a Dadaprejo, Batu

PELAKSANAAN
P: “Assalammualaikum wr.wb, mbah perkenalkan nama saya Rizky Andarini
mahasiswa d3 keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang, kedatangan
saya disini ingin menanyakan beberapa hal mengenai asam urat mbah. Apakah
boleh?

P1/1:“nggeh monggo mbak (iya, silahkan mbak)”

P: “kita langsung saja nggeh mbah, sudah lama mbah punya asam urat?”

P1/2 : “iya, 2 tahunan ee mbak, sekitar 2 tahun seinget saya”

P : “kurang lebih 2 tahun nggeh, selama punya asam urat itu apa langsung terasa
nyeri atau awalnya bagaimana mbah?”

P1/3: “jadi waktu kena awale iku tiba-tiba cekot-cekot gini (memegang area
pergelangan tangan dan lutut) lo mba, rasanya cekot-cekot. Kalau malam juga
rasanya cekot-cekot lagi. Habis tidur ini (memegang pergelagan tangan dan
lutut) ya kerasa cekot cekot itu berhari-hari. Saya ya bertanya-tanya kenopo yo
aku iki kok nyeri (memegang area pergelangan tangan dan lutut) saya takut.
Habis gitu saya ngerebus banyu dipanci mbak terus tak taruh dikaleng tak bawa
ke kamar mandi terus tak seponi mbak, penak rasanya. pake banyu anget iku
rasanya penak agak berkurang kalo tak seponi banyu anget. Habis gitu lagi
tandang gae, lagi masak-masak kerasa cekot-cekot lagi. Itu timbulnya sekitar
sore. Terus karena gak tahan sama rasa cekot-cekotnya saya periksa mbak ke
dokter besuk harinya di puskesmas. Saya tanya sama dokter saya ini kenapa
kok cekot-cekot, terus kata dokternya karena memang sudah tua terus di cek
suruh cek gula, kolestrol, sama asam urat. Setelah hasile keluar kata dokternya
51

asam urat saya tinggi seingat saya sekitar 8 atau 7 gitu lo ya mbak, saya lupa
tapi kalau gak salah 8 mbak waktu itu asam urat saya. kalau gula sama kolestrol
saya gak ingat. Terus sama dokternya dikasih obat buat diminum katanya kalau
obatnya habis bisa beli di apotik.”

P : “obatnya ada berapa macam waktu itu mbah?”

P1/4: “3 macem waktu itu mbak, saya lupa itu obatnya apa aja tapi kata dokter e
salah satunya obat asam urat mbak”

P : “terus mbah, setelah periksa ada larangan makanan gak dari dokternya?”

P1/5 : “sama dokternya disuruh jangan makan tape mbak, kan saya seneng tape.
Katanya disuruh ngehindari tape karena ada raginya, terus jeroan juga mba
gak boleh jare dokternya bisa bikin penyakit saya kambuh. pesan dokternya
jangan makan makanan yang golongane jeroan, ikan asin. Jadi sudah gak
pernah makan lagi mbak”

P : “waktu sebelum sakit itu mbah, kebiasaan makannya mbah gimana?”

P1/6: “ya gimana ya mbak, ya gak gimana gimana seh cuma saya tiap hari seneng
mbak makan tape. Tape ketan tape singkong seneng saya mbak, kan
biasanya ada seh mbak yang jualan tape lewat lewat depan rumah biasanya
saya beli tiap pagi itu. Terus ya jeroan saya juga suka mbak tapi ya kadang
kadang.

P : “setelah sakit itu sudah gak pernah ya berarti mbah makan-makanan yang
dilarang?”

P1/7: “ya gak pernah wes mbak, selama gak puengen saya gak makan mbak biar
gak kambuh. Takut kambuh mbak, anak anak saya jauh soalnya kalau saya
sakit malah ngerepotin anak anak”

P : “nah setelah mbah kena asam urat itu mbah melakukan apa aja mbah biar
cekot cekotnya berkurang selain minum obat yang dikasih dokter?”

P1/8 : “ya setelah habis periksa iku mbak ya sering saya seponi sama banyu anget
mbak, biasanya 2kali sehari, enak mbak kalau pas kerasa cekot cekot di
52

seponi sama banyu anget. Terus ya minum obat yang dikasih dokternya rutin
mbak, setiap obatnya habis beli lagi di apotik setelah minum obat tu ya
cekot-cekotnya berkurang biar pun gak ilang total. Ya cucu saya itu
biasanya yg belikan. Habis itu ya gak tau wes an mbak makan tape saya
takut soalnya nanti kambuh lagi makan jeroan ya sudah gak pernah. padahal
ya seneng tapi ya dari pada kambuh mbak. Takut kambuh.”

P: “terus mbah pernah gak mbah minum obat herbal selama kena asam urat?”

P1/9: “nah gini mbak, jadi kan setelah kena asam urat itu ya saya minum obat terus
yang dikasih sama dokter. Kurang lebih 3 sampai 5 bulan minum obat rutin,
gak pernah putus mbak takut kambuh soalnya kalau putus obatnya. Tapi saya
ya sebener e takut mbak minum obat terus terusan. Takut ginjal saya gak kuat
kan sudah tua seh mbah. terus saya dikasih tau sama tetangga tetangga waktu
ke pasar, saya disuruh coba minum itu lo mbak air rebusan daun suruhan yg
kecil-kecil daune itu lo mbak yang merambat biasanya. Nah saya coba ya
minum air rebusannya ya lumayan rutin tapi gak tentu mbak saya minumnya.
Setelah nyoba minum beberapa hari gitu lo mbak agak enteng mbak setelah
minum air rebusannya itu. Cekot-cekot saya yang kadang masih suka timbul
sudah berkurang”

P: “setelah minum air rebusannya itu sempat cek lagi gak mbah asam uratnya?”

P1/10: “iya mbak sempet, kan saya juga punya darah tinggi ya saya juga ikut
posyandu yang buat orang-orang tua itu mbak yang biasanya diadakan di
depan rumah situ (menunjukkan arah rumah). katanya kalau mau cek ke
puskesmas. Saya cek ya gula, kolestrol, sama asam urat lagi di puskesmas,
terus katanya kolestrol saya baik, gula juga baik, terus asam urat juga turun
e mbak kata dokternya itu cucu saya mbak yang ngerti coba nanti samean
tanya aja. Cekot-cekot saya ya masih kadang muncul kadang gak”

P : “biasanya kalau minum air rebusan suruhnya itu berapa kali mbah sehari?”

P1/11: “ya gak tentu mbak, kan saya masih minum obat juga yang dari dokter tapi
obat yang rutin diminum. Jadi sehari saya minum obat 1 kali yang dari
53

dokter terus saya minum air rebusan suruhan 1 kali mbak setiap sebelum
tidur itu saya minum”

P: “berarti sudah mulai terkontrol nggeh mbah asam uratnya?biasanya olahraga


mboten mbah kalau dirumah ya mungkin jalan jalan santai?”

P1/12: “iya mbak, alhamdulillah wes jarang jarang. Malah sekarang udah gak
pernah ngerasa cekot cekot yang seperti waktu awal kena asam urat itu
mbak. Ya biasanya cuma jalan jalan ngelilingi rumah aja mbak kan katanya
harus sering dipake gerak, mau ikut senam kadang kadang ngos ngosan, ya
badan sudah tua mbak”

P: “jadi sampai sekarang apa masih mengkonsumsi obat sama minum air
rebusan suruhannya mbah?”

P1/13: “obatnya yg dari dokter jarang jarang wes an mbak minumnya, takut saya
mbak minum obat terus. Kalau keroso cekot cekot yang parah baru tak
minum. Ya saya cuma rutin minum rebusan suruhannya itu aja mbak sampe
sekarang. Soalnya dibadan juga enteng mbak.

P : “ jadi secara keseluruhan usahanya mbah biar gak kambuh lagi asam uratnya
apa aja mbah?’’

P1/14 : “ya itu mbak sudah gak tau makan tape lagi sama jeroan, makan tapi dikit
sekali, terus minum obat dari dokter itu rutin tapi tak jarang jarang mbak
sekarang kan minum air rebusan suruhan itu seh tiap malem, sama anu mbak
ya tak pake gerak mbak ya jalan jalan ngeresik i rumah biar badannya ya
gerak itungannya kan ya olahraga mbak”

P: “hmm gitu nggeh mbah, baik mbah kalau begitu terima kasih nggeh atas
informasinya. Maaf sudah mengganggu jenengan”

P1/15 : “nggeh mbak, sama sama.”


54

Peneliti Dengan Partisipan 2


Peneliti : Kode P
Partisipan 2 : Kode P2
Nama : Sdr.D
Usia : 22 Tahun
Alamat : Jl. Mertorejo No. 6a Dadaprejo, Batu

PELAKSANAAN

P : “assalamualaikum wr.wb mbak, sebelumnya perkenalkan saya Rizky Andarini


mahasiswa D3 Keperawatan UMM, kedatangan saya kesini mau nanya nanya
sama mbak tentang penyakit asam uratnya mbah. Bagaimana, apa mbak
bersedia?”

P2/1: “oh iya mbak silahkan, mau tanya tanya apa?”

P: “mbah sakit asam uratnya sudah berapa lama mbak?”

P2/2 : “kurang lebih 2 tahun mbak, orangnya sakit asam urat tu waktu awal kena
sekitar 2 tahun yang lalu”

P: “sebelum sakit pola makan orangnya tu gimana mbak?”

P2/3: “gimana ya mbak, sebener e pola makan mbah tu gak aneh aneh. Paling ya
makannya tu sayur di kulup itu lo mbak. Terus orangnya juga gak begitu
seneng ikan, telur tu gak begitu seneng tapi kalau hati ayam, ampla tu dulu
masih mau makan mbak. Tapi senengnya beli tape mbak tiap hari ya tape
ketan atau tape singkong. Kan ada sih mbak orang lewat lewat tu lo yg jualan
tape. Tiap hari beli tape”

P: “terus waktu awal kena asam urat tu gimana mbak?”

P2/4 : “ya kan awalnya tu dia ngeluh mbak setiap mau tidur kok bagian tangan
sama lututnya kalau gak salah tu rasanya cekot-cekot, terus kalau mau
kegiatan tu ya katanya masih sakit juga, mbah kan orangnya gak bisa diam
sih mbak pokoknya maunya gerak gitu dia gak suak kalau cuma diam aja
gak ngapa-ngapain, tiap hari ya senengnya ngelilingi rumah mbak mondar
mandir kan ya itungannya udah olahraga juga ya. Mungkin karena dia sudah
gak betah paling ya ngerasa cekot-cekot itu terus besoknya itu minta antar
saya ke puskesmas mbak, ya orangnya inisiatif sendiri mau ke puskesmas
55

bukan karena saya yg nyuruh. Ya saya anter kan terus di puskesmas di cek
darahnya kata dokternya buat ngecek gula, kolestrol, sama asam uratnya.
Seinget saya waktu itu asam uratnya tinggi mbak sekitar 8. Terus ya dikasih
obat itu sama dokternya obat allopurinol pertama kali dapat yang 100mg
mbak. Jadi ya minum obat yang dikasih dokternya rutin mbak, setiap
obatnya habis beli lagi di apotik setelah minum obat tu ya cekot-cekotnya
berkurang biar pun gak ilang total., tanpa disuruh gak betah sakit mbah itu
mbak alasannya takut ngerepotin anaknya kalau sakit, takut kambuh. Terus
sama dokternya dilarang makan tape lagi mbak sama hati ayam tu juga kata
dokternya gak boleh. Sama mbah itu mbak minum air putihnya saya rasa
kurang, soalnya dia kalau minum air putih terlalu banyak malah flu mbak
biarpun airnya udah direbus tetap flu”

P: “oh gitu. selain minum obat mbak, ada gak yg mungkin di lakukan mbah buat
asam uratnya?”

P2/5: “itu mbak, gak tau ya dia dapat info dari mana jadi dia konsumsi air rebusan
suruhan itu mbak kalau gak salah namanya. Daunya kecil kecil yang persis
kayak daun sirih. Dari info yag dia dapat katanya itu bisa buat ngobatin asam
urat. Minum itu dia mbak tiap hari setiap malam sebelum tidur ya dia
konsumsi itu. Jadi dia kan kalau minum obat tu pagi biasanya nah malamnya
minum yang rebusan suruhan itu. Dia mulai minum rebusan itu setelah
5bulanan minum obat dari dokter rutin setelah kena asam urat itu mbak.
Soalnya dia bilang dia takut kalau mau minum obat dari dokter terus, takut
ginjalnya gak kuat jadi cari alternatif lain. Padahal ya maksud saya minum
obat dari dokter aja gitu ya gak papa seh sebenernya.”

P : “itu minum air rebusannya terus terusan mbak?setelah minum air rebusan tadi
apa mbah masih minum obat dari dokter juga?”

P2/6: “nah kan waktu setelah minum air rebusan itu mbak minum obat dari
dokternya dia jarang jarangin. Jadi yang tiap hari diminum ya air rebusan
suruhan itu. Dia minum obat tu ya kalau pas lagi parah parahnya atau
mungkin gak betah sama cekot-cekotnya ya di minum itu obat dari dokter.
56

Dan setelah cek asam urat lagi turun sudah mbak asam uratnya 6,3mg/dl.
Nanti coba saya carikan hasil cek labnya.”

P : “terus mbak, selama sudah kena asam urat mbah sudah gak pernah makan
makanan pantangannya?”

P2/7: “Ya makan sih tapi cuma sekali kali dan itu sedikit banget. alhamdulillah
menghindari banget sudah dia mbak makan tape atau jeroan hati ampla itu.
setelah kena pertama kali 2 tahun yang lalu sampai sekarang ya gak penah
kambuh atau parah juga gitu lo mbak. Soalnya mbah itu gak betah sakit
mbak.”

P : “berarti dari awal kena asam urat 2 tahun lalu sampai sekarang asam uratnya
sudah mulai terkontrol mbak?”

P2/8: “alhamdulillah mbak iya, terakhir cek itu beberapa bulan yang lalu kata dokter
asam uratnya bagus. Mungkin ya cocok sama obatnya kan diminum rutin
terus ya dia menjaga makannya juga sama juga minum air rebusan itu. Dia
bilang kalau minum itu badannya juga jadi lebih enakan lebih enteng, ya udah
mulai jarang jarang juga ngeluh cekot-cekot di tangannya atau lutut. Jadi dia
ya minum air rebusan itu terus mbak sampai sekarang, cuma efek sampingnya
mbah jadi lebih sering buang air kecil mbak kalau minum air rebusan itu. Itu
kata si mbah sih.”
57

Lampiran 4.Inform Consent


58
59

Lampiran 5.Lembar Konsultasi Pembimbing


60

Lampiran 6.Surat Kesediaan Pembimbing KTI


61

Lampiran 7.Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai