Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA

DI WILAYAH UPT PUSKESMAS PASUNDAN

KOTA BANDUNG TAHUN 2015

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk menyelesaikan Pendidikan

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

AAN ANDRIYANTO

NIM 4002140029

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2015
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena kehendak serta kasih sayang-

Nya saya diberi kemampuan untuk menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

Gambaran Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Lanjut Usia Yang Mengalami

Hipertensi Di Wilayah Upt Puskesmas PasundanKota Bandung Tahun 2015.

Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, perhatian, pengertian, bimbingan,

arahan, dan kesabaran dari berbagai pihak yang terkait akhirnya proposal ini dapat

terselesaikan. Oleh sebab itu, saya mengucapkan penghargaan dan terima kasih

kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal Skripsi.


2. Dr.Hj. Suryani Soepardan, Dra., MM. selaku Ketua STIKes Dharma Husada

Bandung
3. Asri Handayani, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung


4. Kuslan Kusnandar, M.Kep. Sp. Kom selaku Pembimbing I yang telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan, arahan, dan nasihat dengan

penuh kesabaran selama proses pembuatan proposal skripsi.


5. Ejeb Ruhyat, S.KM., M.KM selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, semangat, bimbingan, arahan, dan nasihat dengan penuh kesabaran

selama proses pembuatan proposal skripsi.


6. Segenap Dosen S1 Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi.


2
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam proposal skripsi.


8. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2014 S1 Keperawatan STIKes Dharma

Husada Bandung.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandung, 19 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Contents

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian..........................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................9

E. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................9

TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................11
3
A. Konsep Lansia..........................................................................................11

B. Hipertensi.................................................................................................16

C. Diet Rendah Garam.................................................................................23

D. Kerangka Teori.........................................................................................30

METODE PENELITIAN.......................................................................................31

A. Kerangka Konsep.....................................................................................31

B. Definisi Operasional................................................................................31

C. Rancangan Penelitian...............................................................................32

D. Populasi dan Sampel................................................................................32

E. Metode Pengumpulan Data......................................................................35

F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data....................................................36

G. Jadwal Penelitian.....................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43

References..............................................................................................................43

DAFTAR TABE

TABEL 0.1 KLASIFIKASI TEKANAN DARAH PADA LANSIA...................................16


TABEL 0.1 DEFINISI OPERASIONAL..................................................................30

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta

jiwa yang artinya satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun (Nugroho,

2008). Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebanyak

14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut

usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%) (Biro Pusat Statistik, 2013).

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional terutama

bidang medis dan keperawatan dapat meningkatkan kualitas kesehatan

kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Di Indonesia

ditahun 1980 jumlah lansia peringkat ke-10 akan beranjak menjadi peringkat

ke-6 pada 2020 (Wahid Iqbal Mubarak 2013). Komposisi penduduk Lansia

Indonesia tahun 2012 sebesar 7,59% atau 18.584.905 jiwa(Profil Kesehatan

Indonesia 2012)

Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia,

yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas, Batasan Lansia. Depkes RI (2003), lansia dibagi atas : a).

Pralansia : 45-59 tahun. b). Lansia : 60 tahun atau lebih, c). Lansia resiko

tinggi : 70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

Di Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi Penyakit infeksi

masih tinggi sementara penyakit degeneratif mulai meningkat. Data Penyakit

Tidak Menuar (PTM) dalam Riskesdas 2013 meliputi : 1)Asma 2)Penyakit


2
paru obstruktif kronis (PPOK), 3)Kanker, 4)Diabetes Melitus, 5)Hipertiroid,

6)Hipertensi, 7)Jantung coroner, 8)Gagal jantung, 9)Stroke, 10)Gagal ginjal

kronis, 11)Batu ginjal, 12)Penyakit sendi/rematik. Perubahan gaya hidup

terutama aktifitas dan pola makan serta faktor keturunan turut berkontribusi

dalam peningkatan penyakit degeratif (Riskesdas 2013).

Dewasa ini penyakit degeneratif telah menduduki peringkat pertama

penyebab kematian di Indonesia. Data 10 penyakit terbesar pada usia lanjut

(Lansia) penyakit hipertensi ada di urutan pertama sebanyak 45,9% di usia 55-

64 tahun, usia 65-74 tahun ada 57,6% dan usia lebih dari 75 tahun sebanyak

63,3 (Heny Lestari 2013).

Hipetensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit

yang paling sering muncul di Negara berkembang seperti Indonesia.

Seseorang dikatakan hipertensi apabila setelah dilakukan beberapa kali

pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi yaitu 140/90 mmHg

(Prasetyaningrum 2014).

Prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun yang didapat melalui

diagnosis tenaga kesehatan sebesar secara nasional adalah 9,5 persen

sedangkan di Jawa Barat 10,5 persen. Prevalensi hipertensi di Jawa Barat yang

pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi

sendiri sebesar 10,6 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang minum

obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh nakes.

Prevalensi hipertensi di Jawa Barat berdasarkan hasil pengukuran pada umur

18 tahun sebesar 29,4 persen. Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi

3
pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki (Heny Lestari

2013).

Jumlah penderita hipertensi yang datang kontrol selama tahun 2014

sebanyak 1059 pasien dengan total kunjungan 2806 kali kunjungan, usia

penderita antara 20-92 tahun. 374 (35,31%) penderita hipertensi memiliki

asuransi kesehatan dengan 1197 kali kunjungan dan 685 (64,69%) penderita

tidak memiliki asuransi dengan 1609 kali kunjungan. Jumlah lansia penderita

hipertensi sebanyak 488 penderita dengan jumlah kunjungan sebanyak 1664

kali dan yang memiliki asuransi kesehatan sebanyak 237 lansia dengan jumlah

kunjungan 803 kali kunjungan. Ini menunjukkan 46,08% penderita hipertensi

ada diusia lebih dari 60 tahun(Laporan Tahunan 2014 UPT Puskesmas

Pasundan 2014). Jumlah penderita hipertensi pada lansia terjadi penurunan

tetapi masih pada angka 46,08% dari total penderita hipertensi

Jumlah penderita hipertensi yang datang control bulan januari sampai

bulan agustus tahun 2015(hasil survey data rekam medis UPT Puskesmas

Pasundan) sebanyak 1111 pasien dengan total kunjungan 2482 kali kunjungan,

usia penderita antara 18-93 tahun. 521 (46,89%) penderita hipertensi memiliki

asuransi kesehatan dengan 1381 kali kunjungan dan 590 (53,11%) penderita

tidak memiliki asuransi dengan 1101 kali kunjungan. Jumlah lansia penderita

hipertensi sebanyak 603 penderita dengan jumlah kunjungan sebanyak

1537kali dan yang memiliki asuransi kesehatan sebanyak 341 lansia dengan

jumlah kunjungan 981 kali kunjungan. Ini menunjukkan 54,28% penderita

hipertensi ada diusia lebih dari 60 tahun

4
Pencegahan primer dan penanganan komplikasi pasien hipertensi

adalah dengan memodifikasi gaya hidup, Intervensi yang tepat untuk

mendukung pasien hipertensi dalam mengontrol tekanan darah adalah melalui

promosi kesehatan(Lewis 2007). Promosi Kesehatan adalah upaya

memberdayakan perorangan, kelompok dan masyarakat agar memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan

pengetahuan, kemauan dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang

mendukung, dilakukan dari oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan factor

budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan keterampilan untuk berprilaku hidup

bersih dan sehat(KemenkesRI 2015). Kepatuhan diet hipertensi dipengaruhi

beberapa faktor, diantaranya faktor demografi (usia, jenis kelamin, suku,

sosial ekonomi dan tingkat pendidikan), pengetahuan, psikososial, dan

dukungan keluarga. Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan

terhadap aturan perawatan hipertensi(Niven 2007). Permasalahan yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu seberapa pengaruh program pengelolaan penyakit

kronis terhadap kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan diet rendah

garam.

Pelayanan ideal untuk penderita hipertensi adalah pelayanan dengan

pendekatan tim dan terstruktur dengan melibatkan tenaga professional seperti

Dokter, Perawat dan Apoteker. Perawat memiliki program edukasi pasien,

konseling medic dan prilaku dan penilaian kepatuhan. Pada suatu tinjauan

terhadap 33 RTC yang diterbitkan pada tahun 2005 dan 2009, target Tekanan

5
Darah lebih banyak tercapai ketika melibatkan perawat dalam algoritma

penatalaksanaan hipertensi(BPJS 2014).

UPT Puskesmas Pasundan terletak di jalan Pasundan No. 99 Kota

Bandung, UPT Puskesmas Pasundan merupakan Puskesmas yang ada di

wilayah Kecamatan Regol dan memiliki dua Puskesmas jejaring yaitu

Puskesmas Mochammad Ramdhan dan Puskesmas Pasirluyu.

Asuhan keperawatan kelompok lansia di UPT Puskesmas Pasundan

melibatkan dua program pengembangan yaitu Program Penyakit Tidak

Menular (PTM) dan Program Kesehatan Lansia dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan kelompok lansia ada pada dua kelompok, yaitu Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)yang berfokus kegiatan di dalam

gedung dan Progradi UPT Puskesmas Pasundan menangani kelompok

penyakit kronis Hipertensi dan Diabetes Melitus dan kelompok pembinaan

Posbindu PTM.

Dilatarbelakangi oleh terselenggaranya Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis) berdiri bulan Desember 2014 yang melibatkan Upaya

Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Kesehatan Masyarat yang

mengintegrasikan semua program esensial dengan konsep 7 Pilar Prolanis

yang menjadi inti kegiatan yaitu : Konsultasi Medis dan penyuluhan, Panduan

klinis, Pelayanan Obat yang cepat dan terintegras, Pemantauan

Kesehatan,Klub Risti, Home Visite, Reminder. Tujuan umum kegiatan

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

6
Hasil pengkajian ASKEP Kelompok lansia di Posbindu wilayah kerja

UPT Puskesmas Pasundan bersamaan dengan skrining Penyakit Tidak

Menular yang dilakukan dibulan Februari 2015 di RW.04 dan RW.06

Kelurahan Pungkur dan RW.03 dan RW.06 Kelurahan Balonggede dengan

total sampel 126 lansia yang melakukan diet rendah garam sesuai anjuran

petugas kesehatan ada 8, yang menjalankan diet rendah garam kadang ada 98

dan yang tidak melakukan diet rendah garam ada 20(Pasundan, Laporan

Penjaringan Lansia 2015).

Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 orang

(56,7%) responden tidak patuh dalam pemenuhan diet hipertensi dan

sebanyak 26 orang (43,3%) yang patuh dalam pemenuhan diet hipertensi.

Hal ini yang menjadi penyebab semakin bertambahnya penderita hipertensi

dan kambuhnya penyakit hipertensi pada penderita hipertensi. Faktor

makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

pada penderitahipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh

menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih lanjut. Penderita hipertensi harus tetap menjalankan diet

hipertensi setiap hari, dengan ada atau tidaknya sakit dan gejala yang

timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah penderita

hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan

komplikasinya(Agrina 2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di UPT Puskesmas Pasundan

peserta yang ikut kegiatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis kelompok

7
hipertensi ada 104 peserta.Berdasarkan hasil wawancara dengan penderita

hipertensi saat konseling, sebagian besar penderita hipertensi menyadari

bahwa mereka rentan terkena komplikasi akan tetapi sebagian penderita

menganggap bahwa hipertensi yang dideritannya belum memerlukan diet

secara terus menerus.

Hasil survey askep individu di UPT Puskesmas Pasundan didapat data

sebagian peseta program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) melakukan

diet rendah garam jika mengetahui tekanan darah sedang tinggi atau

merasakan pusing dan terasa berat dibagian tengkuk. Dari makanan yang

dikonsumsi, penderita hipertensi masih kesulitan untuk menjalankan diet yang

berisiko meningkatkan tekana darah seperti garam dan memak. Sebagian

penderita menjelaskan tidak selalu mengelola makanan di rumah tetapi

membeli makanan yang sudah jadi

Berdasarkan data dan keterangan hasil studi tersebut, fenomena di

UPT Puskesmas Pasundan dan adanya program pengelolaan penyakit kronis

(prolanis) kelompok hipertensi yang sudah berjalan dari bulan desember 2014,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan

Kepatuhan Diet Rendah Garam Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lanjut

Usia Di Wilayah Upt Puskesmas Pasundan Kota Bandung Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas

maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah Adakah Hubungan

8
Kepatuhan Diet Rendah Garam Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lanjut

Usia Di Wilayah UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung Tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam Terhadap

Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Wilayah UPT Puskesmas

Pasundan Kota Bandung Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui Gambaran Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Lanjut

Usia Di Wilayah UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung Tahun

2015.

b. Mengetahui Gambaran Tekanan Darah Pada Lanjut UsiaDi Wilayah

UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung Tahun 2015.

c. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam Dengan Dengan Tekanan

Darah Pada Lanjut Usia Di Wilayah UPT Puskesmas Pasundan Kota

Bandung Tahun 2015

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi bidang ilmu keperawatan

Memberi masukan bagi professional perawat yang berperan sebagai health

educator untuk klien penderita hipertensi dalam mengontrol pola hidup

9
sehat terutama diet rendah garam, agar dapat memberikan asuhan

keperawatan dengan metode yang lebih tepat sesuai kondisi klien.

2. Bagi Institusi Pelayanan / Puskesmas Pasundan

Hasil penelitian ini dapat sebagai evaluasi dan informasi bagi pihak

institusiUPT Puskesmas Pasundan terhadap program yang lebih efektif,

sehingga dapat memberikan informasi kepada UPT Puskesmas Pasundan

tentang perbedaan kepatuhan diet rendah garam dengan keikutsertaan

program pengelolaan penyakit kronis lansia dengan hipertensi dan dapat

mencegah kejadian lebih lanjut.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

daninformasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai Gambaran Kepatuhan

Diet Rendah Garam Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Hipertensi Di

Wilayah UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung Tahun 2015.

E. Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini akan dilaksanakan di bulan November-Desember 2015.

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung.

Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan Gerontik, hipertensi dan

program pengelolaan penyakit kronis

10
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa lanjut usia

adalah usia 60 tahun. Dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran fisik yang

ditandai dengan kulit yang mngendur, rambut memutih, gigi mulai

ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional(Wahjudi 2008).

Proses menua merupakan proses terjadinya kehilangan jaringan pada otot,

susunan saraf, dan jaringan lain.

1. Batasan lanjut usia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia

berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi empat kelompok :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-95 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

11
Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., lanjut usia

(geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :

a. Young old (usia 70-75 tahun)

b. Old (usia 75-80 tahun)

c. Very old (usia >80 tahun)


2. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan
a. Perubahan kondisi fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi : perubahan dari tingkat

sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya system

pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiokular, system pengaturan

tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin,dan

integument. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada

lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental,

nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan

aktifitas/bekerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang

atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sring pusing, berat

badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran dan

sulit menahan BAK.


b. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini berkaitan dengan

perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan, dan situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum

makin mundur terutama factor penolakan abstrak, mulai lupa terhadap

12
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental

dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan

tidak aman, dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa

terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan

karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu mandiri

serta cenderung bersifat introvert


c. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap

perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu

yang bersangkutan. Orang yang telah menjalani kehidupannya dengan

bekrja, mendadak dihadapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan

masa pension. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan

mempersiapkan diri dengan menciptakan berbagai bidang minat untuk

memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan

kesempaatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak

pekerja, pension berarti terputus dari lingkungan, teman-teman yang

akrab, dan disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah.


3. Permasalahan yang terjadi pada lansia
a. Permasalahan umum.
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga

yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.


3) Lahirnya kelompok masyarakat industry
4) Masih rendah nya kualitasdan kuantitas tenaga professional

pelayanan usia lanjut.


5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan pada lansia


b. Permasalahan khusus..

13
1) Berlangsungnya proses penuaan yang berakibat pada timbulnya

masalah fisik, mental, maupun sosial.


2) Berkurangnya integrasi social lansia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
5) Berubahnya nilai social masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistic.
6) Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat

menggangu kesehatan fisik lansia.


c. Masalah Kesehatan
1) Penyakit jantung
2) Penyakit keganasan seperti kanker.
3) Penyakit ginjal.
4) Penyakit paru akut seperti pneumonia dan edema paru.
5) Penyakit vascular seperti CVA dan penyakit pembuluh perifer
6) COPD atau PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun).
7) Arthritis.
8) Kelainan pada kulit dan kecelakaan.
d. Peningkatan stressor.
Hal ini dapat diakibatkan adanya hemiplegi, deficit sensorik,

hospitalisasi, tinggal di rumah perawatan, kesulitan berbicara,

kehilangan anak dan teman, pemindahan benda yang memiliki arti,

serta cara kerja yang tidak bias dilakukan sebagaimana pada waktu

muda.
e. Respon obat
1) Menurunnya absorpsi obat, hal ini disebabkan oleh menurunnya

HCL, asam lambung, dan perubahan pergerakan gastrointestinal.


2) Perubahan distribusi obat, hal ini disebabkan oleh menurunnya

serum albumin yang mengikat obat dan tersimpannya obat pada

jaringan lunak.
3) Perubahan metabolism obat, akibat menurunnya aktifitas enzim

hati.

14
4) Menurunnya ekskresi obat, terjaadi akibat menurunnya aliran darah

ke ginjal, menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus, dan

menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal.


f. Post power sindrom
Post power sindrommerupakan suatu keadaan maladjustment mental

dari seseorang yang mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak

ada dan menunjukkan gejala-gejala diantaranya frustrasi, depresi, dan

lain-lain pada orang yang bersangkutan(Wahid Iqbal Mubarak 2013).

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh

darah untuk melawan dinding pembuluh darah arteridan bias diukur dalam

satuan millimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan darah dinyatakan dalam

dua angka yaitu sistolik dan diastolic. Tekanan darah sistolik merupakan

nilai tekanan darah saat fase kontraksi janting, sedangkan tekanan darah

diastolik merupakan tekanan darah saat fase relaksasi jantung.

Hipetensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang

paling sering muncul di Negara berkembang seperti Indonesia. Seseorang

dikatakan hipertensi apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran,

nilai tekanan darah tetap tinggi yaitu 140/90 mmHg (Prasetyaningrum

2014)

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Preassure (JNC)VII 2003

sebagai tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun

15
diklasikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya

140 159 mmHg dan tekanan sistoliknya 90-99 mmHg. Diklasifikasikan

menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih dari 160

mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg. Dan diklasifikasikan

stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan

diastoliknya lebih dari 116 mmHg.

Berdasarkan tinggi tekanan darah, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 0.1Klasifikasi tekanan darahpada lansia

Kategori Sistolik Diastolik


Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130 139 mmHg 85 89 mmHg
Hipertensi Tingkat 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
Hipertensi Tingkat 2 160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
Hipertensi Tingkat 3 180 mmHg 110 mmHg
Hipertensi isolated systolic 140 mmHg >90 mmHg
Sumber : Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi, 2014

2. Jenis hipertensi

Menurut Muhamad Ardianyah(2012), etiologi hipertensi dibagi

menjadi 2 macam yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang

90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:

16
1) Genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini

ketimbang mereka yang tidak.

2) Jenis kelamin dan usia, laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pascamenopouse berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Diet, konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi

4) Berat badan/obesitas (25% lebih berat diatas berat badan ideal)

juga sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap

diterapkan).

b. Hipertensi Sekunder (5-10%)

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini

antara lain:

1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta

abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui

lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah

diatas area kontriksi.

17
2) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal. Penyakit ini merupakan

penyebab utana hipertensi.

3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi

yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui

mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion.

4) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks

adrenal dapat dapat menyebabkan hipertensi sekunder.

5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktof (malas

berolahraga).

6) Stress, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah

untuk sementara waktu.

7) Kehamilan.

8) Luka bakar.

9) Peningkatan volume intravascular.

10) Merokok.

3. Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan atau

dimodifikai dengan perbaikan gaya hidup dan faktor yang tidak dapat

dimodifikasi

a. Faktor yang dapat dimodifikasi


18
1) Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan menstimulus aktifitas saraf simpatetik. Stres

dapat berhubungan denga pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan

karakter personal. Mekanisme hubungan stress dengan hipertensi

disuga melalui aktivitas saraf simpatis. Syaraf simpatis merupakan

saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktifitas. Penigkatan aktifitas

saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak tentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi.Walaupun hal ini belum terbukti, akan

tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami masyarakat yang tinggal di kota

2) Obesitas

Penelitian epidemiologi sebanyak 30-60% penderita hipertensi

tergolong obesitas, mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan

dara. Indek Massa Tubuh (IMT) normal untuk orang Asia adalah 18,5-

22,9 kg/m2. Obesitas terutama pada tubuh bagi bagian atas dengan

peningkatan jumlah lemak pada bagian perut. Penilaian obesitas

sentral dengan pengukuran lingkar pinggang dibandingkan dengan

IMT atao rasio pinggang panggul. Definisi obesitas sentral orang asia

adalah lingkar pinggang >90cm pada laki-laki dan >80cm pada

perempuan
19
3) Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan

garam yang tinggi lebih dari 14 gram atau 2 sendok makan garam per

hari akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon

natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan

darah.

4) Merokok

Rokok merupakan factor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi

5) Kurang olah raga

Berbagai penelitian membuktikan bahwa hidup aktif yaitu melakukan

latihan fisik sedang selama 30 menit setiap hari dapat menurunkan

risiko terjadinya hipertensi sebanyak 30-50%.Gaya hisup yang tidak

akti dapat berisiko terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki

kepekaan yang diturunkan.

Penderita hipertensi meningkat seiring pertambahnya usia individu 50-

60% ada pada usia di atas 60 tahun. Faktor risiko usia laki-laki 55 tahun

b. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

1) Genetik

70-80% kasuss hipertensi primer, didapat riwayat hipertensi di dalam

keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,

maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga dijumpai

20
pada penderita kembar monozigot (satu telor), apabila salah satunya

menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa factor genetic

mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

2) Umur

Penderita hipertensi meningkat seiring pertambahnya usia individu 50-

60% ada pada usia di atas 60 tahun. Faktor risiko usia laki-laki 55

tahun dan usi perempuan 65 tahun. Hal ini merupakan pengaruh

degeneratif bertambahnya usia.

3) Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita hipertensi dan lebih

awal terkana hipertensi yaitu dibandingkan perempuan. Laki-laki juga

mempunyai risiko yang lebih besar terhadap mobilitas dan mortalitas

korciovaskuler.

4) Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yan

berkulit putih walaupun belum diketahui secara pasti penyebabnya,

namun dalam orang bekulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih

rendah dan sensitivitas terhdap vasopressin lebih besar.

5) Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara :

21
a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran

garam dan air, yang akan menurunkan volume cairan dalam aliran

darah dan mengembalikan tekanan darah normal.

b) Jika tekanan darahmenurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air sehingga darah bertambah dan tekanan darah menjadi

normal.

c) Ginjal juga meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan

enzimrenin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin yang

selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosterone.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah,

gangguan pada ginjal dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah,

misalnya penyempitan arteri kearah ginjal (stenosis arteri renalis) bisa

menyebabkan hipertensi.

C. Diet Rendah Garam

Diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam

garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate,

dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam keadaan normal jumlah natrium

yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi,

sehingga terdapat keseimbangan.

Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang

dibutuhkan sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO

22
(1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram

sehari ekivalen dengan 2400 mg Na. Asupan natrium yang berlebihan

terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan

atau hipertensi.

Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Syarat diet rendah garam adalah cukup energy, protein,

mineral dan vitamin, bentuk makanan sesuai denga keadaan penyakit, jumlah

natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau

hipertensi(Almatsiar 2005).

Almatsier (2006) membagi diet rendah garam menjadi:

1. Diet rendah garam I (200-400 mg Na)

Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites

atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur. Dihindari makanan yang tinggi kadar natriumnya.

2. Diet rendah garam II (600-800 mg Na)

Diit rendah garam II diberikan kepada pasien dengan edema, asites

atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan

diit rendah garam I. Pada pengolahan makanannya menggunakan

sendok teh garam dapur atau 2 gram. Dihindari bahan makanan yang

tinggi kadar natriumnya.

23
3. Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na)

Diit rendah garam III diberikan pada pasien dengan edema atau penderita

hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam

rendah 1. Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh atau 4

gram garam dapur. ;

Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Tabel 2.2. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


sumber karbohidrat beras, kentang, roti, biskuit dan kue-
singkong,terigu, tapioka, kue yangdimasak
hunkwe, gula, makanan dengan garam dapur
yang diolah dari bahan atau baking powder dan
makanan tanpa garam soda
dapur dan soda seperti:
makaroni, mi, bihun, roti,
biscuit dan roti kering
sumber protein hewani daging dan ikan maksimal otak, ginjal,
100 gram sehari; telur lidah,sardine; daging,
maksimal 1 butir sehari ikan, susu dan telur
yang diawet dengan
garam dapur
sepertidaging asap,
ham, bacon, dendeng,
abon, keju, ikan asin,
ikan kaleng, kornet,ebi,
udang kering, telur asin
dan telur pindang
sumber protein nabati semua kacang-kacangan keju kacang tanah dan

24
dan hasilnya diolah dan semua
dimasak tanpa garam kacang-kacangan dan
dapur hasilnya yang dimasak
dengan garam dapur
dan lain ikatan natrium
Sayuran semua sayuran segar, sayuran yang dimasak
sayuran yang diawet tanpa dan diawet dengan
garam dapur dan natrium garam dapur dan lain
benzoate; ikatan natrium, seperti
sayuran dalam kaleng,
sawi asin, asinan dan
acar
Buah-buahan semua buah-buahan segar, Buah-buahan yang
buah yang diawet tanpa diawet dengan garam
garam dapur dan natrium dapur dan lain ikatan
benzoat; natrium, seperti buah
dalam kaleng
Lemak minyak goreng, margarin ;
dan mentega tanpa garam margarin dan mentega
biasa
Minuman Teh dan kopi minuman ringan
Bumbu semua bumbu-bumbu garam dapur untuk Diet
kering yang tidak Rendah Garam I,
mengandung garam dan baking powder, soda
lain ikatan natrium. kue, vetsin dan bumbu-
Garam dapur sesuai bumbu yang
ketentuanuntuk Diet mengandung garam
Rendah Garam II dan III) dapur seperti kecap,
magi, tomato ketchup,
petis dan tauco
Sumber : Almatsier, 2006

25
Pengurangan penggunaan garam yang dimaksud bukanlah dilaksanakan

pada semua jenis garam, namun pengurangan yang ada lebih kepada

maksud pembatasan jumlah garam atau natrium klorida (NaCl) dalam

makanan selain penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), serta

sodium karbonat. Sangat dianjurkan pada pelaku diet ini untuk

mengonsumsi garam dapur (garam yang mengandung iodium) tidak lebih

daripada 6 gram per hari atau setara dengan satu sendok teh. Untuk

memudahkan diet ini cobalah untuk :

1. Tidak meletakkan garam di atas meja makan.

2. Pilihlah sayuran yang segar. Makanan yang terdapat di kemasan kaleng

banyak mengandung garam. Jika pun mau tidak mau harus mengonsumsi

sayuran kaleng maka cuci bersih sayuran dengan air sebelum dikonsumsi

untuk mengurangi kandungan garam yang melekat di sayuran tersebut.

3. Pilihlah buah yang segar, karena umumnya buah-buah yang segar

memiliki kandungan rendah natrium namun kaya akan kandungan kalium.

4. Menambahkan rasa di makanan dengan bumbu atau rempah lainnya

seperti bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, salam, gula, atau cuka

selain garam.

5. Untuk makanan camilan pilihlah kacang, biskuit, dan makanan camilan

lainnya yang tidak mengandung banyak garam.

26
Hindarilah penggunaan saus tomat, terasi, petis, MSG, tauco pada

makanan yang akan anda konsumsi (Sapardan, 2009).


a. Metode recall
Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering
digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini
mengharuskan pelaku mengingat semua makanan dan jumlahnya
sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung,
pengingatan sering dilakukan untuk 1 -3 hari.Pada dasarnya metode ini
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahanmakanan yang
dikonsumsi pada masa lalu.Wawancara dilakukansedalam mungkin
agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan
yangdikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Berikut ini merupakan
langkah-langkah dalam melakukan Recall Nutrition:
1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat
semua makanan atauminuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran
rumah tangga (URT) selama kurunwaktu 24 jam, 48 jam hingga 3 hari yang
lalu tergantung pada tujuan survey konsumsi makanan, kemudian petugas
melakukan konversi dari Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam ukuran
berat (gram).
2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar KomposisiBahan Makanan (DKBM).
3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan(DKGA)atau AngkaKecukupan Gizi (AKG ) untuk Indonesia.

Kelebihan dari metode Recall Nutrition adalah mudah melaksanakannya


serta tidak terlalu membebani responden biaya relatif murah, karena
tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk
wawancara cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. Dapat
digunakan untuk responden yang buta huruf . Dapat memberikan
gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehinggadapat
dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangannya adalah ketepatannya
sangat tergantung pada daya ingat responden oleh karena itu reponden

27
harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak
cocok di lakukan pada anak usia di bawah 7 tahun dan orang tua
berusia di atas 70 tahun serta sering terjadi the flat slope sindrome,
yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan
konsumsinya lebih banyak atau responden yang kelebihan berat badan
untuk melaporkan konsumsinya lebih sedikit (Daphane, 2011).
4) Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dengan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi
Kepatuhan diet rendah garam berpengaruh pada kestabilan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Pasien yang secara teratur mematuhi diet rendah garam
yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan hanya mengkonsumsi makanan
yang diberikan dan menghabiskan makanan tersebut cenderung terjaga
kestabilan tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang tidak
mematuhi secara teratur diet rendah garam dengan sama sekali tidak
mengkonsumsi makanan yang diberikan atau mengkonsumsi makanan yang
diberikan juga mengkonsumsi makanan dari luar. Hal ini dapat terlihat dari
asupan natrium pasien sesuai atau tidaknya dengan tingkat retensi garam atau
hipertensi. Pasien yang menjalani diet Rendah Garam I dengan tekanan darah
180 / 110 mmHg asupan natriumnya maksimal 400 mg Na/hari, diet
Rendah Garam II dengan tekanan darah 160-179/100-109 mmHg asupan
natriumnya maksimal 800 mg Na/hari dan diet Rendah Garam III dengan
tekanan darah 140-159/90-99 mmHg asupan natriumnya maksimal 1200 mg
Na/hari(Almatsiar 2005).
Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium
dalam cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik
keluar banyak cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut
memenuhi ruang diluar sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume
darah dalam sistem sirkulasi meningkat. Hal ini menyebabkan jantung bekerja
lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan
tekanan darah meningkat sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi
(Apriadji, 2007).

28
Pasien yang secara teratur mematuhi diet rendah garam cenderung
terjaga kestabilan tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang tidak
mematuhi secara teratur diet rendah garam tersebut. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Aris Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet
Natrium dengan kestabilan tekanan darah pada hipertensi primer menunjukan
tekanan darah stabil lebih banyak pada diet Natrium baik, sedangkan tekanan
darah tidak stabil lebih banyak pada responden yang diet natriumnya kurang
baik (Sobirin. A, 2005).
Dr. Gregg C. Fonarow, profesor Kardiologi di Universitas Carolina, Los
Angeles, setuju bahwa garam dapat berperan di dalam resistensi hipertensi.
Penelitian ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa pasien hipertensi
resisten, dengan diet rendah garam yang dilakukan dan dikonsumsi secara
teratur memiliki pengaruh besar di dalam menurunkan tekanan darahnya
dengan cara mengurangi retensi atau penumpukan cairan di intravaskuler dan
memperbaiki fungsi vaskularisasi atau pembuluh darah (Sapardan, 2012).

D. Kerangka Teori

Faktor risiko yang tidak dapat


ubah :
1. Genetis
2. Usia
3. Jenis Kelamin
Faktor risiko yang dapat ubah:
1. Merokok Tekanan Darah Pasien
Hipertensi
2. Obesitas
3. Kurang Olahraga
4. Kafein
Kepatuhan diet Rendah Garam
5. Alkohol
Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Casey dan Benson, 2012


29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Diet Rendah
Lanjut Usia Hipertensi
Garam

: Diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Ho diterima : Tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

Ha diterima : Ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan darah

pada pasien hipertensi

B. Definisi Operasional

Untuk dapat melihat secara jelas definisi operasional dari penelitian

ini dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 0.2Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian
Hipertensi Tekanan darah yang Spygmanometer Optimal: <120/80 mmHg Nominal
melibihi batas normal Normal :<130/85 mmHg
(Sistole diatas 140, Hipertensi 1: 140/90 mmHg
Diastole diatas 90). Hipertensi 2: 160/100 mmHg
Hipertensi 3:>180/110 mmHg
Diet Diet yang dilakukan Wawancara Patuh menjalankan diet rendah Patuh
rendah seseorang yang garam
garam mengalami hipertensi Tidak patuh menjalankan diet

30
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian
dengan menurunkan rendah garam
konsumsi garam.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif yaitu

hanya melihat gambaran dari yang akan diteliti.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya

merupakan penelitian populasi.Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah karakteristik dari seluruh unit yang akan

diteliti(Arikunto 2010). Populasi dari penelitian ini adalah 104 lansia

dengan hipertensi yang mengikuti program pengelolaan penyakit kronis

(Prolanis) di wilayah UPT Puskesmas Pasundan

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari seluruh objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi(Notoatmodjo

2012).

1) Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pada

garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-sampel

probabilitas (probability sampling) dan sampel-sampel


31
nonprobabilitas (non probability sampling)(Notoatmodjo 2012).

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan teknikNon Probability Sampling yaitu Purposive Sampling.

Pengambilan sampel dengan Purposive Sampling, yaitu didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dbuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi

semua karakteristik populasi kemudian menetapkan sebagian dari

anggota populasi menjadi sampel penelitian(S. Notoatmodjo 2014).


kriteria inklusi:
a) Pasien hipertensi yang berkunjung dipuskesmas
b) Pasien hipertensi dengan usia lanjut diatas 60 tahun
c) Pasien dengan tingkat hipertensi derajat I dan derajat II
d) Pasien hipertensi dengan indek masa tubuh dibawah 25
e) Pasien hipertensi dengan tidak berprilaku berisiko seperti

merokok, konsumsi yang mengandung alcohol dan kafein.


f) Pasien hiperensi tidak mengalami stress
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini:

a. Pasien hipertensi lansia


b. Pasien hipertensi yang disertai dengan komplikasi

2) Besar Sampel

Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian

tergantung atas dua hal, yaitu: adanya sumber-sumber yang dapat

digunakan untuk menentukan batas maksimal dari sampel dan

kebutuhan data penelitian, serta rencana analisis yang menentukan

batas minimal dari besarnya sampel(Notoatmodjo 2012).

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

rumus slofin dalam sugiono (2009) sebagai berikut:

32
N
n=
1+ N ( d2 )

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d :Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

104
n=
1+104 (0,05 ) = 83
2

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 83 responden.

3. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen spgymanometer untuk

mengukur tekanan darah pasien hipertensi.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendataan langsung dengan mengukur tekanan darah dan

wawancara dengan responden untuk mencari keterangan tentang kepatuhan

diet rendah garam.

Langkah-lanhkah pengumpulan data

a. MemohonizinKepada Kepala UPT Puskesmas Pasundan Kota Badung

untukmengadakanpenelitian tentang Hubungan Kepatuhan Diet

Rendah Garam Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia dan tim

Pengelolaan Penyakit Kronis Hipertensi (Prolanis) yang terdiri dari

33
perawat dan dokter UPT Puskesmas Pasundan untuk terlibat dalam

pelaksanaan pengumpulan data dengan metode wawancara.


b. Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusif
c. Kegiatan pengumpulan data dilakukan saat kegiatan Prolanis, jika ada

responden yang terlewat maka pengumpulan data dilakukan dengan

kunjungan rumah dan saat kegiatan posbindu


d. Meminta persetujuan kepada responden yangyang dijadikan

onjekdalampenelitian.
e. Jelaskankepadarespondententangtujuanpenelitian
f. Melakukan pengumpulan data dengan cara pemeriksaan tekanan darah

dan wawancara kepada responden dengan dibantu perawat yang ada di

UPT Puskesmas Pasundan untuk empercepat proses pengumpulan

data.
g. Poin wawancara berupa pertanyaan tentang apakah responden

melakukan diet rendah garam sesuai anjuran petugas kesehatan selama

satu minggu terakhir dan apakah responden sedang tidak mengalami

stress
h. Mengumpulkan catatan hasil wawancara dari tim kemudian meneliti

jawaban yang terkumpul apabila ada responden yang belum

diwawancara, maka akan dilakukan wawancara susulan dengan

melakukan kunjungan rumah atau dilakukan saat ada kegiatan

posbindu.
i. Mengolah data yang telah terkumpul untuk disajikan dalam bentuk

tabel atau grafik sehingga mudah dianalisis dan menarik kesimpulan.

F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

1. Tekhnik Pengolahan Data

34
Analisa data dilakukan setelah kuesioner dikumpulkan oleh peneliti

dengan cara(Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan 2010):

a. Editingdisini adalahpeneliti memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh dari responden

b. Coding dengan mengcodingvariable hasil penelitian diet rendah garam

dengan kode 0 = tidak patuh diet rendah garam, kode 1 = patuh diet

rendah garam, untuk pengcoding variable hipertensi ,kode hasil ukur

berupa 0 = Optimal <120/80mmHg, 1=Normal <130/85mmHg,

2=Hipertensi 1 : 140/90mmHg, 3=Hipertensi 2 : 160/100mmHg,

4=Hipertensi 3 : >180/110mmHg

c. Entrydisini adalah peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau database komputer, yaitu dengan

menggunakan bantuan sistem komputer SPSS 20.

d. Cleaningdisini adalah peneliti mengecek kembali dataada kesalahan

atau tidak.

2. Analisis Data
1) AnalisisUnivariat
Analisis univariat adalah analisa data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan serta disajikan dalam bentukyang

digunakandalampenelitianiniadalahdistribusifrekuensipersentasedilaku

kandenganmembagifrekuensi (f) denganjumlahseluruhobservasi (N)

dandikali 100.Rumusdistribusifrekuensi (Budiarto, 2001)

35
f
x x100% = f 100
n N

Keterangan :
x = hasil presentase
f = frekuensi hasil pencapaian
N = jumlahseluruhobservasi
100%= bilangan genap

2) AnalisaBivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel. baik berupa komparatif asosiatif maupun korelatif. Pada uji

bivariat ini menggunakan rumus chi square. Uji Chi Square berguna

untuk menguji hubungan ataupengaruh dua buah variabel nominal dan

mengukurkuatnya hubungan antara variabel yang satu denganvariabel

nominal lainnya dengan rumus :

(f tj E tj )2
X p=
2
E tj

G. Etika Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etika penelitian

keperawatan (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGgrath, Polit & Bek, 2004

dalam Dharma, 2011). Yakni :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (resfect for human dignity)


Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk

menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy)Subjek

dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan


36
lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat,

prosedur, risiko, keuntungan dan kerahasiaan informasi


2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)


Manusia sebagai subjekpenelitian memiliki privasi dan hak

asasiuntuk mendapatkan kerahasiaan informasi tetapi penelitian

menyebabkan terbukanya informasi tentang subjek. Sehingga peneliti

perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyakut subjek yang

menyangkut identitas. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara

meniadakan identitas nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan

kode tertentu
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas(resfect for justice an

inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati, dan dilakukan

secara professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna

bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.


4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms dan benefict)


Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(beneficience). Kemudian meminimalisir risiko/dampak yang merugikan

bagi subjek penelitian (nonmaleficience) (Dharma 2011).

37
H. Jadwal Penelitiann

Untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian proposal ini, peneliti

menyusun jadwal pelaksanaan penelitian, antara lain peneliti melakukan

penyusunan proposal, pengajuan seminar dan melakukan perbaikan,

melakukan penelitian dimulai dari pengumpulan data, analisa dan interpretasi

data, dan pengajuan usul ujian skripsi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

I.

38
J. JADWAL PENELITIAN

A. B. Kegiatan C. Septemb D. Oktober E. Novemb F. Desembe G. Januari H. Februari I. Maret


No er er r
L. M. N. O. P. Q. R. S. T. U. V. W. X. Y. Z. AA.AB.AC.AD.AE.AF.AG.AH.AI.AJ.AK.AL.AM
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
AN. AO. Penyus AQ.AR.AS.AT. AU.AV.AW.AX.AY.AZ.BA.BB.BC.BD.BE.BF.BG.BH.BI.BJ.BK.BL.BM.BN.BO.BP.BQ.BR
1. unan
proposal
AP.
BS. BT.Pengajuan BV.BW.BX.BY.BZ.CA.CB.CC.CD.CE.CF. CG.CH.CI. CJ. CK. CL.CM.CN.CO.CP.CQ.CR.CS.CT.CU.CV.CW
2. seminar
dan
perbaikan
proposal
BU.
CX. CY. Penelit DA.DB.DC.DD.DE.DF.DG.DH.DI. DJ. DK.DL.DM.DN.DO.DP.DQ.DR.DS.DT.DU.DV.DW. DX.DY.DZ.EA.EB
3. ian,
Pengumpu
lan data
CZ.
EC. ED. Analis EF. EG.EH.EI. EJ. EK.EL.EM.EN.EO.EP. EQ.ER.ES. ET. EU.EV.EW.EX.EY.EZ.FA.FB.FC.FD.FE.FF.FG
4. a dan
interpresta
si data
EE.
FH. FI. Pengajuan FJ. FK. FL. FM. FN. FO. FP. FQ. FR. FS. FT. FU. FV. FW. FX. FY. FZ. GA. GB. GC. GD. GE. GF. GG. GH. GI. GJ. GK.
5. usul ujian
skripsi

K.
L.

39
M.

DAFTAR PUSTAKA

References

Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama. "Kepatuhan Lansia Penderita
Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi." Diet Hipertensi, 2011: 52.
Almatsiar. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Ardiansyah, Muhamad. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva
Press, 2012.
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: EGCRineka Cipta,
2010.
BPJS, Kesehatan. Panduan Klinis Prolanis Hipertensi. Jakarta: BPJS Kesehatan,
2014.
Dharma, Kusuma Kelana. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil penelitian). Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media, 2011.
Heny Lestari, DKK. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa
Barat 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kemenkes RI, 2013.
KemenkesRI. Pedoman Promosi kesehatan Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2015.
Lewis, et al. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problem. St. Louis: Mosby, 2007.

40
Muhammad. Hidup Bersama Darah Tinggi, Seringai Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sekejap. Yogyakarta: In-Books, 2010.
Niven, N. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Buku KedokteranEGC, 2007.
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta, 2010.
. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Pasundan, UPT Puskesmas. Laporan Penjaringan Lansia. Bandung: UPT
Puskesmas Pasundan, 2015.
. Laporan Tahunan 2014 UPT Puskesmas Pasundan. Bandung: UPT Puskesmas
Pasundan, 2014.
Prasetyaningrum, Yunita Indah. Hiperrtensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta:
FMedia, 2014.
RI, Depkes. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI, 2012.
Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin, Bambang Adi Santoso. Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika, 2013.
Wahjudi, Nugroho. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC,
2008.

41

Anda mungkin juga menyukai