Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan limpahan karunia-Nya Karya Tulis
Ilmiah sederhana ini dapat terselesaikan secara maksimal dan didukung oleh keluarga saya,bapak
dan ibu guru
Karya wisata ini memberikan banyak sekali tambahan wawasan dan pengetahuan kepada
siswa siswi SMAN 1 Pagaden,khususnya bagi saya selaku penulis. Didalam karya tulis ini saya
selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan,sebagai tuntutan tugas dengan topik
STUDY TOUR KE YOGYAKARTA MALIOBORO .Dimana didalam topik tersebut ada
beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya malioboro
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang kota
yogyakarta, menjadikan keterbatasan saya pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam
tentang masalah ini.Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan saya, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang kota Yogyakarta. Saya juga berharap Karya
tulis ini bermanfaat dan memberikan kesan positif terhadap pembaca. Untuk menumbuhkan daya
nalar,kreativitas,dan pola berpikir,saya sajikan aktivitas yang menuntut peran aktif dalam
melakukan suatu kegiatan.
Demikian persembahan karya tulis ini untuk dunia pendidikan.

Pagaden , Februari 2017

Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yogyakarta atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai ibukota provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau jawa yang berbatasan langsung dengan
provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan samudra Hindia. Kota Jogja sering disebut juga
sebagai kota budaya dan pelajar.
Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta
merupakan pusat kerajaanMataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang
masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia
ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya
adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.Selain warisan
budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan atmosfir kesenian yang sangat
kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan propinsi Yogyakarta masih sangat kental dengan
budaya Jawanya. Dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat
Dalam berkomunikasi, bahasa pengantar sehari-hari umumnya masyarakat Yogyakarta
menggunakan bahasa Jawa. Propinsi Yogyakarta merupakan salah satu pusat bahasa dari sastra
Jawa seperti bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala serta lisan dalam
bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara Jawa.
Tempat-tempat pariwisatanya pun juga sangat mengesankan. Tak ayal turis mancanegara
banyak yang singgah di tengah-tengah pulau jawa yang eksotik ini. Karena itulah sudah
sepantasnya generasi muda khususnya siswa SMPN 1 PRIGEN berkunjung untuk menimba ilmu
ke Yogyakarta. Paling tidak bisa mengetahui sedikit seluk beluk mengenai Yogyakarta. Karena
itulah kita sebagai generasi muda sangat tidak etis jika kita tidak pernah berkunjung ke
Yogyakarta dan tidak mengenal history tentang jogja,karena jogja mempunyai sejarah yang
panjang dalam terbentuknya pemerintahan NKRI mulai zaman kerajaan sampai sekarang . Jogja
tetap istimewa dimata dunia .

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.


1.2.2 Mengenal tempat-tempat wisata di jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia.
1.2.3 Mengetahui asal usul dari Malioboro
1.2.4 Menumbuhkan rasa cinta tanah air
BAB II
WAKTU DAN PELAKSANAAN

Hari : Kamis
Tanggal : 16 Februari 2017
Tempat : SMAN 1 Pagaden
Wisata yang akan Di Kunjungi : Borobudur, Dataran Tinggi Dieng, Telaga warna Maliobo
Lama Perjalanan : 3 Hari 4 Malam Dari Kamis Hingga Mingu pagi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Malioboro
Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang membentang
mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga pertigaan
pojokan Gedung Agung diujung Selatan.
Malioboro adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan
kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong maupun warga
Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah
toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar kaki limanya dijejali
lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada pasar
Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan
kehidupan perekonomian warga Yogyakarta.
Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma berbagai sajian kuliner yang
menggugah selera, yang terhampar di ratusan tikar Warung lesehan dengan menu khas Gudeg
Yogya, Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar dan goreng.
Keriuhan suasana lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang melantunkan musik
dan lagu secara nomaden.dalam istilah kuno disebut sebagai mbarang atau pengamen.

B. Sejarah Asal usul malioboro Jogja


Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg berarti
karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I pada th 1758,
kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu di
kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika
kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya, Malioboro berada
berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai parang tritis jogja.
Malioboro terletak 800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro
yogyakarta dulunya pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer
belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran dan gedung pertokoan
sehingga malioboro bisa berkembang menjadi pusat bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta.
Malioboro juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah
yang bermukim di Yogyakarta.

C. Fungsi Malioboro
Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi. Biasanya masayarakat
mengunjungi tempat-tempat pariwisata yang menarik, mulai dari gunung, pantai, perkotaan, dll.
Manusia modern sekarang ini menjadikan pariwisata sebagai kebutuhan pokok setelah
disibukkan oleh urusan pekerjaan. Sedangkan menurut Purwadi pariwisata adalah kegiatan
melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, kepuasan, pengetahuan,
kesehatan, olahraga, istirahat, dan ziarah.
Pariwisata dapat dibedakan berdasarkan letak geografis dan berdasarkan jenis.
Berdasarkan jenisnya wisata dibagi lagi menjadi wisata alam, wisata budaya, wisata keagamaan,
serta wisata belanja. Sedangkan jenis wisata yang sedang digandrungi oleh banyak orang
terutama kaum hawa saat ini adalah jenis wisata belanja. Indonesia memiliki banyak tempat
pariwisata yang harus dikunjungi oleh para pelancong dari dalam maupun dari luar negeri yang
sedang berlibur di Indonesia. Termasuk juga dengan tempat wisata belanjanya. Dari jenis ini,
Indonesia memiliki tempat wisata belanja seperti: beberapa daerah dengan relief sungai-sungai
panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai
Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula yang khusus
menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar Sukawati di Gianyar yang
menjual berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual
kain kain batik, Kota gede dengan hasil kerajinan perak dan kawasan Malioboro
di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan khas Yogya. Salah satu tempat belanja yang ada di
Indonesi yang akan dibahas dalam artikel ini adalah tempat wisata belanja yang sudah dikenal
oleh banyak orang bahkan sampai mancanegara, yaitu Malioboro.
Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara
keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani.
Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek
bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung,
Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini
didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para
pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada
sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan
dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari
barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika,
mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas
dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima
hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki
lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang
ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.
Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit,
batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan,
wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas
Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang
kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya
menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar
pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup
padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke
pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing
juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya
Malioboro berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, di sini
Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cideramata unik,
batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata,
Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar
aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka
cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit,
blangkon, miniatur kendaraan tradisional, aksesoris, hingga gantungan kunci semua bisa
ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa anda bawa pulang
dengan harga yang terbilang murah. Sultan menyatakan bersyukur bahwa penataan Malioboro
yang telah dilakukan sudah bisa mengembalikan kesadaran semua pihak untuk menata kota
dengan mengedepankan unsur manusiawi. Hal ini dapat tercermin dari penataan Malioboro
secara vertikal dan horizontal. Penataan vertikal menyangkut pengembalian wajah bangunan
budaya asli dengan membersihkan papan reklame melintang. Hal ini bertujuan menampilkan
kembali serta meletarikan cagar budaya bangunan bergaya Hindis dan China yang jumlahnya
mencapai puluhan.
Disini telah terjadi interaksi yang cukup baik antara Pemerintah yang telah menyediakan
tempat yang manusiawi untuk para pedagang mencari rejeki dan antara pedagang dengan
konsumen. Konsuemn masih dibolehkan untuk menawar harga barang yang akan dibelinya. Hal
tersebut merupakan salah satu ciri khas dari Malioboro. Yaitu, harga yang ditawarkan oleh
pedagang bukan harga pas tetapi konsumen masih dibolehkan untuk menawarnya lagi.

D. Manfaat Malioboro
Berkembang pesatnya Malioboro sebagai denyut nadi perdagangan dan pusat belanja,
menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat baik jumlah dan
ragamnya. Hal ini memberi dampak positif dari segi ekonomi bagi penduduk, pengusaha dan
pemerintah setempat seperti:
1. Penerimaan Devisa : Masuknya wisatawan mancanegara akan membawa valuta asing, yang
berarti akan memperkuat neraca pembayaran dan perdagangan. Penerimaan devisa negara dari
pariwisata bersumber dari : Uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh wisatawan asing
selama yang bersangkutan melakukan kunjungan, berupa pengeluaran untuk penginapan
(akomodasi), makan dan minum, transportasi lokal dan tour, cenderamata, tip, dan lain-lain.
Biaya yang diterima oleh perusahaan penerbangan dimana wisatawan yang berkunjung
dimasukkan sebagai penerimaan sektor pariwisata. Investasi bidang pariwisata. Biaya promosi
pariwisata dari negara lain.
2. Kesempatan Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik usaha yang langsung
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan usaha langsung
seperti usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro perjalanan, toko cenderamata, sanggar-
sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Lapangan
usaha tidak langsung seperti pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan,
industri olah raga, industri pakaian jadi, dan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan
kebutuhan manusia.
3. Terbukanya Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan membuka
lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung memenuhi kebutuhan
wisatawan maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata merupakan sektor padat karya, karena
kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa yang membutuhkan tenaga manusia. Lapangan kerja
yang tidak langsung seperti peternak, petani sayur mayur, pengrajin, seniman, penjual eceran,
dan lain-lain yang menyerap banyak tenaga kerja.

4. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Dan Pemerintah : Wisatawan yang datang berkunjung


akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama perjalanannya. Hal ini akan
menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti biaya penginapan, angkutan local, makan
minum, cenderamata dan pembelian jasa-jasa, dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah
setempat pun akan memperoleh pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan dari uang
asing yang dibelanjakan oleh wisatawan.
5. Mendorong Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di daerah akan mendorong
pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana dan sarana yang
diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan
obyek dan daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan
kelembagaan dan pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor
untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
akomodasi, usaha jasa biro perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.
Dengan adanya tempat pariwisata Malioboro ini maka pembangunan dan pengembangan
pariwisata akan mempunyai dampak positif dalam bidang sosial budaya, seperti : Pelestarian
budaya dan adat istiadat salah satu sasaran wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah untuk
menikmati, mengagumi dan mempelajari kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu
bangsa.
Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas perlu
dipertahankan dan dikembangkan. Apalagi Yogyakarta terkenal dengan kota yang penuh dengan
seniman jalanan serta orang-orangnya yang ramah. Itu menyebabkan akan lebih banyak lagi
wisatawan yang ingin berkunjung ke Yogyakrta. Hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan
masyarakat yang dikunjungi karena penduduk asli akan banyak belajar dari wisatawan yang
berkunjung, demikian pula dengan yang datang berkunjung akan banyak belajar dari
kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang dijumpai
selama dalam perjalanannya. Dengan demikian, pengembangan pariwisata merupakan salah satu
cara untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
Dampak positif lainnya dengan adanya tempat pariwisata yaitu dapat mengurangi konflik
sosial sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk dengan penduduk lainnya, karena
kurang saling mengenal, baik dalam soal adatistiadat, budaya sejarah, kebiasaan maupun
perbedaan tingkat sosial. Salingberkunjung melalui berwisata dapat mengurangi atau
menghilangkan saling curiga dan kecemburuan sosial, karena terjadinya komunikasi dan saling
mengenal satu sama lainnya.
BOROBUDUR

A. Candi Borobudur

a. Lokasi Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten


Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan
Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan
Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur
didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

b. Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun oleh Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang juga
keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi Borobudur ini pertama
kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada saat itu, Candi Borobudur
ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi yang terdiri dari 10
tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter. Namun setelah dilakukan restorasi,
tinggi keseluruhan candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas bangunan candi secara
keseluruhan 123 x 123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi Borobudur ini dari lantai
pertama sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi, sedangkan mulai dari lantai ke tujuh
sampai lantai ke sepuluh berbentuk bulat.

Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut Prasasti
Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau
hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung
yang berteras - teras atau biasa juga disebut dengan budhara. Namun ada juga yang mengatakan
bahwa Borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa posisi Candi Borobudur berada pada ketinggian 235
meter diatas permukaan laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli Geologi yang mampu
membuktikan bahwa Candi Borobudur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar
sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi Borobudur berada pada
ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.

Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa
Borobudur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Dimana dalam prasasi tersebut
mengandung kata "Kawulan i Bhumi Sambhara" yang berarti asal kesucian dan Bhumi Sambara
merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudur
ini mengandung tema yang berbeda - beda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan
tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang
yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tingkatan
kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudur terdapat relief - relief yang bila dibaca dengan
runtut akan membawa kita memutari Candi Borobudur searah dengan jarum jam.

c. Bentuk Bangunan Candi Borobudur

Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.

Tinggi 35,40 meter.

Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri
dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.

Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.

Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur
dengan ber-pradaksina.

Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume
seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)

d. Nama Candi Borobudur

Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:

- Raffles: Budur yang kuno (Boro: kuno, budur: nama tempat) Sang Budha yang agung
(Boro: agung, budur: Buddha) Budha yang banyak (Boro: banyak, budur: Buddha)

- Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha

- Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan


dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan
kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.

- Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur: nama tempat/desa)

- Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono
fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran
Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, karya ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dengan diadakanya study tour atau karya wisata akan menambah pengalaman dan
memperluas wawasan siswa.
Dengan mengetahui sejarah dimasa dulu diharapkan para siswa bisa menuai isi dan mengisi
hari kemerdekaan dimasa sekarang dengan sungguh-sungguh.
Dengan adanya pembuatan atau penyusunan karya tulis yang diwajibkan bagi para siswa akan
melatih siswa dalam menyusun karya-karya ilmiah lainya.
Secara khusus, laporan karya ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Malioboro sebagai warisan budaya dari nenek moyang kita dan sebagai tempat wisata belanja
bagi para wisatawan.
Malioboro sebagai pusat cinderamata di Jogjakarta.
Malioboro sebagai sumber devisa / pendapatan daerah Jogjakarta.
Malioboro selain sebagai sumber devisa daerah, juga sebagai lahan untuk membuka lapangan
pekerjaan guna mengurangi jumlah pengangguran di daerah Jogjakarta.
B. Saran
Program sekolah seperti wisata manfaatkanlah dengan sebaik mungkin . selain sebagai
media refresing, karya wisata juga bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi siswa.
Alangkah baiknya , apbila kita berkunjung keobjek wisata kita persiapkan terlebih dahulu
segala esuatu yangs sekiranya akan dibutuhkan di lokasi seperti buku catatan dan pena.
Gunakanlah waktu sebaik mungkin ketika dilokasi. Jagalah dan jangan merusak benda-benda
yang ada di sekitar lokasi wisata.

TUGAS STUDY TOUR


CANDI BOROBUDUR , CANDI DIENG ,
TELAGA WARNA
Disusun Oleh :
1. Rosalina
2. Yulia Citra
3. Nuraeni Putri

Kelas : XI IPA 4

SMAN 1 PAGADEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya tarik wisata di DIY
telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara. Yogyakarta yang kaya akan wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal ini
menjadikan kota Jogja sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia setelah Bali. Banyak tempat
wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wiasata sejarah, wisata budaya,
wisata pendidikan dan wisata malam.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang terjangkau,
dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian
DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel,
dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier
effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat
signifikan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Membuat siswa untuk terlatih dalam pembuatan laporan karya tulis dengan baik dan benar.
Melaporkan hal hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan.
Mengetahui sejarah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi.
Melaporkan dan mendeskripsikan tempat tempat wisata yang telah dikunjungi.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1 CandiBorobudur
A. Sejarah Candi Borobudur
Didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada
masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya
504 arca Buddha. Candi Borobudur ini adalah sebagai model alam semesta yang dibangun
sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha. Berdasarkan bukti-bukti sejarah, Borobudur
ditinggalkan pada abad ke-14. Ditemukan pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles,
yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. .
Penamaan Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir
Thomas Raffles.Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur,kemungkinan ditulis
Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore
(Boro) Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam
bahasa Jawa yang berarti "purba" maka bermakna,"Boro purba".
Ahli Sejarah J.G. de Casparis dalam disertasi doktor pada tahun 1950 berpendapat
bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan yang didirikan oleh Raja Mataram dari wangsa
Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Casparis memperkirakan
bahwa Bhmi Sambhra Bhudhra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

Menurut legenda masyarakat setempat perancang Borobudur bernama Gunadharma,sedikit


yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih berdasarkan dongeng dan legenda
Jawa dan bukan berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita
rakyat mengenai perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring.
Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi
jajaran perbukitan Menoreh, tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka.
B. Arti Nama Borobudur
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata Boro dan Budur,Boro berasal dari kata
sansekerta ''vihara'' yang berarti komplek candi dan bihara atau juga asrama (menurut
poerbatjaraka dan stutterhim).Sedangkan budur dalam bahasa bali ''beduhur'' yang artinya atas.
Jadi nama borobudur berarti asrama/bihara (kelompok candi yang terletak di atas bukit).
Memang di halaman barat laut dari candi Borobudur sewaktu di adakan penggalian di temukan
sisa-sisa bekas sebuah bangunan yang dimungkinkan bangunan bihara. Pendapat lain
dikemukakan oleh casparis berdasarkan prasasti Sri kahuluan (842 M). Di dalam prasasti
tersebut terdapat nama sebuah kuil ''Bhumisambhara'' yang menurutnya nama itu tidak lengkap.
Agaknya masih ada lagi sepatah kata untuk''gunung'' di belakangnya, sehingga nama
seharusnya''Bhumisambhara Budhara'' Dari kata inilah akhirnya terjadi nama Borobudur.
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat dari para ahli yaitu :

1) Kitab Negara kartagama


Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara kartagama karangan Mpu prapanca
meyebutkan kata Budur untuk sebuah Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada
nama Budur tersebut tidak lain adalah candi Borobudur.
2) SirThomas Stamford Raffles
Raffles manafsirkan Borobuduir berati bahwa Budur merupakaan bentuk lain dari
Budo.yang dalam bahasa jawa berarti Kuno. tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berati
Boro Jaman Kuno Namaun karena Bhara dalam bahas jawa kuno berati banyak, maka
Borobudur juga berarti Budha yang Banyak jika dikaji secara teliti maka keterangan yang
ditemukan oleh raffles memang tidak ada yang memuaskan. Boro jaman kuno kurang mengena
maupun Budha yang banyak Kurang mencapai sasaran.

3) Poebatjaraka
Menurut beliau Boro berarti Biara dengan demikian Borobudur berarti Biara Budur.
Penafsiran ini sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang
ada.Selanjutnya jika di hubungkan dengan kitab Negara Kartagama mengenai Budur maka
besar kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.

4) DE Casparis
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang kemungkinan merupakan
asal kata dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti SrI Kahulunan yang berangka 842 M dijumpai
kata Bhumi Sambhara Budhara yaitu satu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek
moyang atau disebut kuil.
5) Drs. Soediman
Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara berasal dar bahasa
sanksekerta Vihara yang berarti komplek candi dan Bihara yang berarti asrama. Budur dalam
bahasa bali bedudur yang artinya di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan
komplek candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.

C. Letak Geografis Candi Borobudur


Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,Kabupaten Magelang,
Propinsi Jawa Tengah.Secara astronomis terletak di 70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT.
Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah
Timur,Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah
Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo.Candi Borobudur didirikan di atas bukit
yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dp

D.Tahap-Tahap Pembangunan Candi Borobudur


Ada beberapa tahap dalam pembangunan candi borobudur diantaranya :
Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M).
Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak.
tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
Tahap Kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran
yang langsung diberikan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga
undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di
tengahnya.
Tahap keempat dan kelima
Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief baru dan
perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap sama, dan
perubahan sebagian besar hanya pada dekorasinya.
Lalu, dimanakah letak kesalahan desain Candi Borobudur? Menurut Dirjen Kebudayaan, I
Gusti Ngurah Anom dalam Simposium Rahasia di Balik Keagungan Borobudur yang
diselenggarakan Dhammasena Universitas Trisakti di Jakarta,pertengahan Maret lalu, kesalahan
desain itu diperbaiki dengan membuat kaki tambahan dan menutupi kaki aslinya. Hal ini
dilakukan pada tahap kedua pembangunan Borobudur.
Adanya dua kaki itu pertama kali diketahui oleh Yzerman (1885) ketika mengadakan
penelitian untuk penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya kerusakan. Kaki tambahan seperti
yang terlihat sekarang, bentuknya sangat sederhana dan sering disebut teras lebar. Teras lebar ini
menutupi relief di kaki asli, yang terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan
singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahatnya dalam huruf Jawa Kuna. Ternyata kata-kata
yang dipergunakan itu juga terdapat dalam kitab Mahakarmavibhangga yang memuat cerita
tentang cara kerja hukum karma dalam kehidupan.
Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup memang masih menjadi polemik di
kalangan para arkeolog. Sebagian berpendapat bahwa penutupan ini sekedar masalah teknis agar
candi itu tidak longsor, mengingat kaki aslinya sangat curam. Sebagian lagi mengatakan bahwa
penutupan ini karena alasan keagamaan. Argumentasinya,karena relief di kaki asli
menggambarkan kehidupan sehari-hari yang terkadang berkesan sadis,seronok,dan sebagainya.
Hal ini dianggap tidak patut diketahui oleh umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur.

E. Seni Relief Dalam Candi Borobudur


Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk
ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunancandi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno.
Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang dipakai
untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Relief ini bisa merupakan
ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain,membentuk suatu
seri cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief
ini yang dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga,salah satu raja kerajaan Mataram
Kuno,keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia
bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah
yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama
Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara),
sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter
sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan
sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya
berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah
barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha
Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap
tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu,melambangkan manusia yang masih terikat


nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat
membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut,patung
Budha diletakkan terbuka.Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam
stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatumelambangkan manusia yang telah terbebas
dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan
nirwana,tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya.
Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu
masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat
melegenda,yaitu Ramayana.Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat saat itu.Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang
kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan
pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha.
Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari
ajaran Budha. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa
(salah satu raja Kerajaan Sriwijaya),Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi
kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam
naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut The Lamp for the Path
to Enlightenment atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana
kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur.
Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena
letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan Amawa berarti lautan susu. Kata
itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur
tertimbun lahar dingin Merapi.
Pada dinding candi di setiap tingkatan kecuali pada teras-teras Arupadhatu dipahatkan
panel-panel bas-relief yang dibuat dengan sangat teliti dan halus. Relief dan pola hias Borobudur
bergaya naturalis dengan proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus. Relief-relief ini
sangat indah, bahkan dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam kesenian dunia
Buddha. Relief Borobudur juga menerapkan disiplin senirupa India, seperti berbagai sikap tubuh
yang memiliki makna atau nilai estetis tertentu. Relief-relief berwujud manusia mulia seperti
pertapa, raja dan wanita bangsawan, bidadari atapun makhluk yang mencapai derajat kesucian
laksana dewa,seperti tara dan boddhisatwa, seringkali digambarkan dengan posisi tubuh
tribhanga. Posisi tubuh ini disebut lekuk tiga yaitu melekuk atau sedikit condong pada bagian
leher, pinggul, dan pergelangan kaki dengan beban tubuh hanya bertumpu pada satu kaki,
sementara kaki yang lainnya dilekuk beristirahat. Posisi tubuh yang luwes ini menyiratkan
keanggunan, misalnya figur bidadari Surasundari yang berdiri dengan sikap tubuh tribhanga
sambil menggenggam teratai bertangkai panjang.
Relief Borobudur menampilkan banyak gambar seperti sosok manusia baik bangsawan,
rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan,serta menampilkan bentuk bangunan
vernakular tradisional Nusantara.Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai
aspek kehidupan masyarakat Jawa kuno. Banyak arkeolog meneliti kehidupan masa lampau di
Jawa kuno dan Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan merujuk ukiran relief
Borobudur. Bentuk rumah panggung,lumbung,istana dan candi, bentuk perhiasan, busana serta
persenjataan,aneka tumbuhan dan margasatwa, serta alat transportasi, dicermati oleh para
peneliti.Salah satunya adalah relief terkenal yang menggambarkan Kapal Borobudur. Kapal kayu
bercadik khas Nusantara ini menunjukkan kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang
dibuat berdasarkan relief Borobudur tersimpan di Museum Samudra Raksa yang terletak di
sebelah utara Borobudur.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa
Kuna yang berasal dari bahasa Sanskertadaksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini
bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jtaka. Pembacaan cerita-cerita
relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya,
mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata
bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi,
artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut
tenggara)Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur
yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah yang
menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan
relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan
suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat.Relief tersebut tidak saja memberi
gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya,
tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala.Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir hidup mati (samsara) yang tidak pernah berakhir,
dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.Kini
hanya bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat oleh pengujung. Foto lengkap relief
Karmawibhangga dapat disaksikan di Museum Karmawibhangga di sisi utara candi Borobudur.
LalitawistaraPangeran Siddhartha Gautama mencukur rambutnya dan menjadi pertapa.
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari surga
Tushita,dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini
berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27
pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan
kesibukan,baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya
penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.Relief tersebut menggambarkan
lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha,putra Raja Suddhodana dan
Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir
dengan wejangan pertama,yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda
Dharma,ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti hukum, edangkan dharma
dilambangkan sebagai roda.
Jataka dan Awadana.Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan
sebagai Pangeran Siddharta.Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik,
seperti sikap rela berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari
makhluk lain manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang
melibatkan tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti manusia. Sesungguhnya,pengumpulan
jasa atau perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-
Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus
cerita Awadana.Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan sama, artinya
keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal
dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair
Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Gandawyuha.Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2, adalah cerita
Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada
kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya
berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari
F. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran candi Borobudur dimulai tanggal 10 Agustus 1973 prasasti dimulainya pekerjaan
pemugaran candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut menghadap ke Timur, karyawan
pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan
SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam
bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi (TA).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu candi Borobudur
sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu-batu yang sudah
retak dan pecah,pekerjaan-pekerjaan di atas bersifat arkeologi semua ditangani oleh badan
pemugaran candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan
transportasi pengadaan bahan-bahan bangunan ditangani oleh kontraktor (PT. NIDYA KARYA
dan THE CONTRUCTION and DEVELOVMENT CORPORATION OF THE
FILIPINE).Bagian-bagian candi Borobudur yang dipugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat
tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar,sedangkan kaki candi Borobudur serta teras I,
II, III dan stupa induk ikut dipugar, pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di
bawah pimpinan Dr. Soekmono dengan ditandai sebuah batu prasasti peresmian selesainya
pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar dibuatkan dengan dua bagian
satu menghadap ke Utara satu lagi menghadap ke Timur penulisan dalam prasasti tersebut
ditangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarata yang bekerja pada
proyek pemugaran candi Borobudur.
Pemugaran Pertama Candi Borobudur
Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 dibentuk suatu
panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A. Brandes
meniggal tahun 1905 namun laporan bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan rancangan
pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh
Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar
100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase,saluran-saluran pada bukit
diperbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tingkat rupadhatu,
lantai yang melesak diratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran pasir dan
tras atau semen sehingga air hujan mengalir melalui dwarajala atau gorgoyie.Batu-batu yang
runtuh dikembalikan dan beberapa bagian yang miring atau membahayakan diberi penguat. Pada
tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya di
ratakan, demikian juga pada stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan,diketahui adanya pengrusakan sengaja yang
dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur.
Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap
batu dan relief-reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga macam kerusakan yang
masing-masing di sebabkan oleh:

1) Korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim;


2) Kerja mekanis,yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang datang dari luar
3) Kekuatan tekanan,kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya berupa retak-
retak,bahkan pecah.
Pemugaran Kedua Candi Borobudur
Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik
Indonesia dengan adanya pemberontakan G-30-S/PKI.Pada tahun 1968 Pemerintah Republik
Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur. Pada tahun itu juga UNISCO akan membantu pemugaran.Pada tahun 1969 Presiden
membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada Mentri Perhubungan,
bahkan pada tahun 1970 atas prakarsa UNISCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk
membahas rencana pemugaran.Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian
memasang kembali batu-batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan dimulainya
pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu selama dua tahun dan
kegiatan fisiknya yaitu dimulai pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975. Dengan
menggerakan lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di
pugar adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur
sangkar.Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran
Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai
penandatangan prasati. Usaha-usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta-juta dollar
mempunyai banyak manfaat bagi bangsa ini. Menurut Prof. Soekmono, sesungguhnya Candi
Borobudur mempunyai nilai lain dari pada sekedar sebagai objek wisata yaitu sebagai benteng
pertahanan budaya kita. Seperti peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi
penegak kepribadian bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prasasti nenek moyang kita
sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan keagungan
Candi Borobudur kepada anak cucu kita.
G. Struktur Bangunan Candi Borobudur
Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan
curah hujan yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, 100 pancuran dipasang
disetiap sudut, masing-masing dengan rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa makara.
Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan tempat penatahan untuk
membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut menuju situs dan
disatukan tanpa menggunakan semen.Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali,
melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel
tanpa perekat.Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama
lain, serta bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua blok batu.Relief dibuat di lokasi setelah
struktur bangunan dan dinding rampung.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas
permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi teknik pembangunannya serupa dengan
candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi
lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangun Borobudur mirip
dengan piramida berundak. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan
upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.Borobudur mungkin pada awalnya
berfungsi lebih sebagai sebuah stupa, daripada kuil atau candi.Stupa memang dimaksudkan
sebagai bangunan suci untuk memuliakan Buddha. Terkadang stupa dibangun sebagai lambang
penghormatan dan pemuliaan kepada Buddha. Sementara kuil atau candi lebih berfungsi sebagai
rumah ibadah. Rancangannya yang rumit dari monumen ini menunjukkan bahwa bangunan ini
memang sebuah bangunan tempat peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur
teras bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang
merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Menurut legenda setempat arsitek perancang Borobudur bernama Gunadharma, sedikit yang
diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa
dan bukan berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat
mengenai perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring. Dongeng
lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi jajaran
perbukitan Menoreh, tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka.
Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang wajah manusia antara
ujung garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan
ujung jari kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya. Tentu saja satuan ini
bersifat relatif dan sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini.
Penelitian pada 1977 mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang ditemukan di monumen ini.
Arsitek menggunakan formula ini untuk menentukan dimensi yang tepat dari suatu
fraktal geometri perulangan swa-serupa dalam rancangan Borobudur. Rasio matematis ini juga
ditemukan dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di dekatnya. Arkeolog yakin bahwa
rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan makna penanggalan, astronomi, dan kosmologi.

CANDI DIENG

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat"
atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah
pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng
berasal dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad
ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung
Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api
raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas
permukaan laut. Suhu berkisar 1520C di siang hari dan 10C di malam hari. Pada musim
kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0C di pagi hari dan memunculkan
embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena
menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.

1. Komplek Candi Arjuna

Kelompok Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4 candi yang
berderet memanjang arah utara-selatan. Candi Arjuna berada di ujung selatan, kemudian
berturut-turut ke arah utara adalah Candi Srikandi, Candi Sembadra dan Candi Puntadewa. Tepat
di depan Candi Arjuna, terdapat Candi Semar. Keempat candi di komples ini menghadap ke
barat, kecuali Candi Semar yang menghadap ke Candi Arjuna. Kelompok candi ini dapat
dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi lainnya di kawasan Dieng.Candi
Arjuna.
a. Candi Arjuna
Candi Arjuna. Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga. Berdenah
dasar persegi dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi
sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh
candi. Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m
dari tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.
Pada dinding luar sisi utara, selatan dan barat terdapat susunan batu yang menjorok ke
luar dinding, membentuk bingkai sebuah relung tempat arca. Bagian depan bingkai relung dihiasi
dengan pahatan berpola kertas tempel. Bagian bawah bingkai dihiasi sepasang kepala naga
dengan mulut menganga. Di bagian atas bingkai terdapat hiasan kalamakara tanpa rahang bawah.
Pada dinding di kiri dan kanan ambang pintu bangunan utara terdapat relung tempat meletakkan
arca. Saat ini kedua relung tersebut dalam keadaan kosong.
Pada dinding di sisi selatan, barat dan utara terdapat relung tempat meletakkan arca.
Ambang relung diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan Kalamakara di atasnya.
Kaki bingkai dihiasi dengan pahatan kepala naga dengan mulut menganga. Tepat di pertengahan
dinding di bawah relung terdapat jaladwara (saluran air).
Atap candi berbentuk kubus bersusun, makin ke atas makin mengecil. Bagian atas dan
puncak atap sudah hancur. Di setiap sisi masing-masing kubus terdapat relung dan di setiap sudut
terdapat hiasan berbentuk seperti mahkota bulat berujung runcing. Sebagian besar hiasan tersebut
sudah rusak.
Di tengah ruangan di dalam tubuh candi terdapat yang tampak seperti sebuah yoni. Di
sudut luar, menempel pada dinding belakang candi terdapat arca yang sudah rusak.

b. Candi Srikandi
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan
denah dasar berbentuk kubus. Di sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil.
Pada dinding utara terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu, pada dinding timur
menggambarkan Syiwa dan pada dinding selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar
pahatan tersebut sudah rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
c. Candi Puntadewa

Seperti candi lainnya, ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini
tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur bersusun setinggi sekitar 2,5 m. Tangga
menuju pintu masuk ke dalam ruang dalam tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat
bersusun dua, sesuai dengan batur candi.
Atap candi mirip dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar. Puncak atap
juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat
relung kecil seperti tempat menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik penampil dan diberi
bingkai yang berhiaskan motif kertas tempel.
Ruang dalam tubuh candi sempit dan kosong. Di ketiga sisi lainnya terdapat jendela yang
bingkainya diberi hiasan mirip dengan yang terdapat di pintu. Sekitar setengah meter di luar kaki
candi terdapat batu yang disusun berkeliling memagari kaki candi. Di depan candi terdapat batu
yang disusun berkeliling membentuk ruangan berbentuk bujur sangkar. Di tengah ruangan
terdapat dua buah susunan tumpukan dua buah batu bulat yang puncaknya berujung runcing.
Di utara candi terdapat batu yang disusun berkeliling membentuk ruangan berbentuk
persegi panjang. Di tengah ruangan terdapat dua buah batu berbentuk mirip tempayan yang lebar.

d. Candi Sembadra

Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di
pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk
relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik
penampil. Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk
tubuh candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat batu yang ditata sebagai jalan setapak
menuju pintu.
Sepintas Candi Sembadra terlihat seperti bangunan bertingkat, karena atapnya berbentuk
kubus yang ukurannya hampir sama besar dengan ukuran tubuhnya. Puncak atap sudah hancur,
sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil seperti
tempat menaruh arca.

e. Candi Semar

Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah dasarnya berbentuk persegi
empat membujur arah utara-selatan. Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan.
Tangga menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak
dilengkapi bilik penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan
kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.
Pada dinding di kiri dan kanan pintu terdapat lubang jendela kecil. Di dinding utara dan
selatan tubuh candi terdapat, masing-masing, dua lubang yang berfungsi sebagai jendela,
sedangkan di dinding barat (belakang) candi terdapat 3 buah lubang. Ruangan dalam tubuh candi
dalam keadaan kosong. Atap candi berbentuk limasan tanpa hiasan. Puncak atap sudah hilang,
sehingga tidak diketahui lagi bentuk aslinya. Konon Candi Semar digunakan sebagai gudang
untuk menyimpan senjata dan perlengkapan pemujaan.

Telaga warna
Sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan
lembayung, Telaga Pengilon, yang letaknya bersebelahan persis dengan Telaga Warna, uniknya
warna air di telaga ini bening seperti tidak tercampur belerang. Keunikan lain adalah yang
membatasi Telaga Warna dengan Telaga Pengilon hanyalah rerumputan yang terbentuk seperti
rawa kecil. Telaga Merdada, adalah merupakan yang terbesar di antara telaga yang ada di
Dataran Tinggi Dieng. Airnya yang tidak pernah surut dijadikan sebagai pengairan untuk ladang
pertanian. Bahkan Telaga ini juga digunakan para pemancing untuk menyalurkan hobi atau juga
wisatawan yang sekadar berkeliling dengan perahu kecil yang disewakan oleh penduduk
setempat.
Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi
Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.[1] Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata
andalan Kabupaten Wonosobo.[2] Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan
fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering
berubah-ubah.[2] Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti
pelangi.[2] Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga
saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga nampak berwarna warni.[2]

Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-
bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. [3] Keindahan telaga
warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. [4]
Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena
pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung
tidak dapat menikmati keindahan alamnya.[4]
Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng
begitu memikat.[2] Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening
disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang.[2]

Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti
Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati.[2] Di depan gua ini terdapat arca
wanita dengan membawa kendi.[2] Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. [2] Ada juga Gua
Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto.[2] Selain itu, ada pula Batu Tulis
Eyang Purbo Waseso.[2] Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat
meditasi.[2]

Keberadaan Telaga Warna Dieng juga sangat berguna bagi masyarakat sekitar. [2] Mereka
menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi tanaman kentang yang
menjadi komoditas utama di kawasan ini.[2]

Akses menuju ke telaga warna dapat ditempuh dari pusat Kota Wonosobo dengan menggunakan
kendaraan umum dari terminal Kota Wonosobo, dengan menempuh jarak sekitar 30 kilometer,
atau selama 45 menit sampai 1 jam.[5] Tetapi jika ingin menggunakan kendaraan pribadi, pastikan
kendaraan dalam keadaan baik.[5] Hal ini disebabkan oleh medan jalan yang dilewati cukup
berliku dan menanjak.[5] Selain itu, di kanan dan kiri jalan berbatasan langsung dengan jurang
yang cukup dalam[5]
BAB III
PENUTUP
3.Simpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di Yogyakarta itu sangat
banyak, dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya. agar
menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja.

Selain itu, kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya
barat yang kita rasa sangat bagus atau trendy. tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga
budaya asli itu sendiri,agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk
berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di
Yogyakarta. walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas, para
wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini.

Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan
karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai manusia biasa
mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua.

Anda mungkin juga menyukai