Oleh :
Ayyub Wibowo
1014061067
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yanng telah membantu dan
memberikan arahan serta dukungan, sehingga dalam menyelesaikan pembuatan makalah penulis
menjadi sangat terbantu. Tujuan dari Makalah ini adalah agar pembaca khususnya mahasiswa
dan mahasiswi peternakan agar dapat menambah wawasan pengetahuannya mengenai bahasan
dari setiap materi yang tertuang pada makalah kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan sangat penulis harapkan, yang dapat
bermanfaat bagi kami dan bersifat membangun serta berkaitan dengan perbaikan makalah di
masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap, kiranya makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koleksi semen atau penampungan semen adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
kolektor untuk mendapatkan semen dari seekor pejantan secara sengaja. Untuk mendapatkan
semen secara sengaja, maka pejantan yang akan dikoleksi harus dirangsang oleh seekor betina
(bisa juga menggunakan pejantan atau boneka yang meyerupai sapi) yang telah dipersiapkan
sebagai betina penggoda (pemancing libido). Untuk mengoleksi semen seorang kolektor harus
hati-hati, karena ternak jantan yang akan dikoleksi umumnya bersifat temperamental, sehingga
cukup berbahaya. Oleh sebab itu kolektor yang berpengalaman dan terlatih sangat diutamakan
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalah masih
rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karena sebagian besar
Orientasi swasembada daging sapi tahun 2014 (PSDS 2014) tidak semata-mata diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan konsumen dengan pengendalian impor (sapi dan daging) tetapi lebih
usaha peternak sapi serta meningkatkan daya saing produksi, sehingga secara langsung maupun
tidak langsung dampaknya akan mengurangi ketergantungan dari impor daging dan sapi bakalan.
Tulang punggung penyediaan daging sapi di Indonesia adalah peternak berskala kecil, karena
hanya sedikit peternak yang berskala menengah atau besar. Peternakan rakyat berskala kecil
biasanya merupakan usaha sambilan sehingga kurang mendapat perhatian khususnya kesehatan
reproduksi ternak. Apakahnya ternaknya sudah cukup sehat sehingga dapat beranak setiap tahun,
atau mengalami gangguan reproduksi yang berdampak pada rendahnya service per conception
(S/C), panjangnya calving interval (CI), rendahnya angka kelahiran dan meningkatnya angka
kemajiran.
Usaha yang bergerak dalam di bidang ternak sapi di Indonesia membutuhkan perhatian khusus
dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi setiap tahunnya.
Dalam menanggulangi masalah itu dibutuhkan teknologi tepat yang bisa diterapkan secara
mudah dan efisien. Salah satu teknologi yang bisa digunakan yaitu inseminasi buatan. Inseminasi
Buatan (IB) merupakan salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi yang
memungkinkan manusia untuk mengawinkan hewan betina tanpa perlu seekor pejantan utuh.
Inseminasi buatan sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian proses yang terencana dan
terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik hewan di masa yang akan datang
(Kartasudjana, 2001).
Prinsip dari pelaksanaan inseminasi buatan yaitu pencurahan semen ke dalam saluran reproduksi
hewan betina pada saat estrus dengan tujuan agar sel telur yang diovulasikan hewan betina dapat
dibuahi oleh sperma sehingga hewan betina menjadi bunting dan melahirkan anak. Namun pada
perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam
saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan,
pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi
pada hewan betina. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek
reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan)
(Sugoro, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
betina dengan menggunakan alat inseminasi (insemination gun). Prosesnya secara luas
mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi
semen ke dalam saluran reproduksi betina (Hafez, and M. E .Bellin, 2000) . Selanjutnya
dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami, IB memiliki banyak
penyebaran dan peningkatan mutu genetik ternak . Melalui penggunaan bioteknologi IB,
efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas jumlahnya dapat ditingkatkan dengan
Pada saat ini terdapat dua metode perkawinan yaitu : kawin alam dan kawin suntik atau
inseminasi buatan (IB). IB telah diterima dan diterapkan pada ternak sapi terutama pada
peternakan sapi perah di Indonesia. Namun demikian penerapan teknologi ini masih bermasalah
yakni pengetahuan tentang siklus reproduksi secara benar baik oleh peternak maupun petugas
inseminator.
Perkawinan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi IB, memungkinkan seekor pejantan
untuk mengawini lebih banyak betina daripada perkawinan alami yang dapat dilakukannya.
Selain itu, melalui teknologi IB potensi genetik seekor pejantan unggul dapat tersebar luas, tidak
hanya pada daerah tempat pejantan itu berada tetapi juga pada daerah lainnya yang terpisah oleh
Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi
tepat, guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak.
Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah
2. Penampungan Semen
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume) nya banyak dan
kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Secara umum
penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal dan ekternal. Faktor
internal yaitu hormone, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari
pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan,
(Sufyanhadi.2012)
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya :
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar (sapi,
kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar metode pengurutan
ampulla dan vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi genetik
tinggi akan tetapi tidak mampu melakukan perkawinan secara alam, baik karena libido rendah
atau mempunyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/cedera). Sedangkan pada ternak
ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan
Tangan masuk ke dalam rektum untuk mengurut ampulla vas deferens dan kelenjar
Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat tersebut
akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Vagina buatan yang akan
digunakan diolesi vaseline agar vagina buatan menjadi licin. Digunakan air panas dengan temp.
Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah
Selongsong penampungan.
Penampungan semen menggunakan vagina buatan merupakan metode yang paling efektif
diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan
babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan
menggunakan vagina buatan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua metode
sebelumnya, semen yang dihasilkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki
pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang
didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan dikarenakan
ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan dengan
menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah volume
yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina buatan,
dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk memperoleh semen dari
pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu melakukan perkawinan secara
alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak
kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan melalui
Dipergunakan untuk hewan yang tidak mampu menaiki hewan pemancing atau yang
Alat berbentuk batang karet dengan panjang 60 cm dan diameter 5 cm yang berisi gelang-
gelang elektrode yang bisa dialiri listrik, dimasukkan ke rektum dan ditekan pada dasar
pelvis.
Elektro Ejakulator
Cara Mereproduksi Semen Beku
Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB). Tahapan-
Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin,
karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli
Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian
sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila penis jantan telah
kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.
· Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus
Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25 CC
Proses pembekuan
menggunakan tampon;
Koleksi semen menggunakan tampon sudah lama ditinggalkan, karena teknik tersebut hasilnya
tidak memuaskan. Teknik koleksi dengan tampon merupakan cikal bakal (sejarah) ditemukannya
teknik koleksi semen yang pertama, dan sebagai inspirasi bagi para ahli untuk mengembangkan
Koleksi semen menggunakan teknik pengurutan metodenya hampir sama dengan teknik elektro
ejakulator, hanya menggunakan tangan. Semen yang diperoleh dari hasil koleksi kurang bersih,
Koleksi semen menggunakan elektroejakulator biasanya dilakukan pada pejantan unggul yang
tidak dapat menungangi betina saat akan dikoleksi semennya, juga untuk hewan langka. Semen
yang diperoleh dari hasil koleksi menggunakan elektroejakulator volumenya relatif banyak,
Koleksi semen menggunakan vagina tiruan merupakan teknik yang paling sempurna, karena
semen yang dihasilkan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas sangat memuaskan. Mengacu
pada hasil yang memuaskan tersebut, maka saat ini koleksi semen untuk berbagai jenis ternak
Evaluasi semen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas
semen, baik dilakukan secara makroskopik (evaluasi awal) yaitu sesaat setelah semen dikoleksi,
1) volume semen
2) warna semen
4) bau semen
Untuk mengevaluasi semen sapi secara makroskopik tidak diperlukan peralatan khusus atau
tambahan, karena evaluasi ini hanya menggunakan kemampuan mata dan penggunaan indra
lainnya.
1) Volume Semen
Tenik pelaksanaan evaluasi secara makroskopik untuk volume semen adalah sebagai berikut
c) arahkan angka (skala) tabung pada arah sinar dengan jarak sekitar 30 cm;
d) amati permukaan semen dan lihat angka yang sesuai dengan permukaan tersebut; dan
Banyaknya volume semen berbeda menurut umur, bangsa, ukuran badan, kualitas pakan yang
Alat yang digunakan untuk mengamati warna semen sama dengan untuk evaluasi volume semen.
a) tekniknya sama dengan untuk evaluasi volume semen, hanya fokus pengamatannya adalah
e) jika semen berwarna kecoklat-coklatan berarti mengandung darah yang telah membusuk.
Akibat metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerobik, maka timbunan asam laktat
sebanding dengan kenaikan pH, dan pH berpengaruh terhadap daya tahan hidup spermatozoa. pH
pH meterelektrik
Teknik pelaksanaan evaluasi pH semen adalah sebagai berikut :
c) baca angka digital yang tertera pada layar monitor, angka tersebut akan muncul secara
otomatis;
d) jika menggunakan pH meter kertas, maka setelah ujung kertas dicelupkan ke dalam semen
e) warna yang berubah tersebut disesuaikan dengan indikator warna yang sudah menunjukkan
f) jika semennya normal, maka angka yang diperoleh sama atau mendekati 6,8;
g) jika pH semen terlalu rendah atau terlalu tinggi berarti semennya tidak normal.
Evaluasi ini juga sekaligus dapat menduga konsentrasi spermatozoa yang dikandung semen. Alat
yang digunakan untuk evaluasi viskositas semen adalah seutas benang, mistar atau garisan, dan
contoh semen.
Teknik pelaksanaan evaluasi viskositas semen adalah sebagai berikut :
(1) jika evaluasi tanpa menggunakan alat, maka tabung semen digoyang-goyangkan perlahan-
lahan, dan semen yang ada di dinding tabung akan turun ke dasar tabung;
(2) semakin lama proses penurunan semen ke arah dasar tabung menunjukkan semennya kental,
dan sebaliknya
(3) semakin kental semen yang dievaluasi berarti semakin baik kualitas semen tersebut.
(2) angkat benang ke atas perlahan-lahan sembari diletakkan penggaris di samping tabung;
(3) amati angka pada garisan tepat tempat semen terputus dari benang saat diangkat;
(4) semakin besar angka yang diperoleh, maka semakin kental semen tersebut, dan berarti
Evaluasi Semen
Evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu dilakukan untuk melihat
kuantitas (jumlah) dan kualitas semen. Pemeriksaan semen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
yaitu pemeriksaan semen secara garis besar tanpa memerlukan alat bantu yang rumit, sedangkan
pemeriksaan mikroskopik bertujuan melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan
Evaluasi makroskopik meliputi : volume semen, warna semen, bau semen, kekentalan semen,
dan pH semen. Adapun pemeriksaan mikrokopik meliputi motilitas (gerakan massa sperma,
gerakan individu sperma), konsentrasi sperma dalam tiap mililiter semen, konsentrasi sperma
hidup dalam setiap mililiter semen, persentase spermatozoa hidup, dan persentase abnormalitas
Pemeriksaan Makroskopik
a. Volume
Amati volume semen melalui skala yang tertera pada dinding tabung penampung. Setiap kali
ejakulasi sapi jantan umumnya menghasilkan 5 – 8 ml, domba 0,8 – 1,2 ml, kambing 0,5 – 1,5
ml, babi 150 – 200 ml, kuda 60 – 100 ml, dan ayam 0,2 – 0,5 ml. Perbedaan volume semen
dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat, libido
Warna semen dapat diamati langsung karena tabung penampung semen terbuat dari gelas atau
plastik tembus pandang. Semen sapi umumnya berwarna putih sedikit krem, semen domba putih
krem krem (lebih tua dari warna semen sapi), semen babi dan kuda menyerupai larutan kanji
(abu-abu encer), sedangkan semen ayam berwarna putih seperti air susu. Warna kemerahan
merupakan tanda bahwa semen terkontaminasi oleh darah segar, sedang apabila warnanya
mendekati coklat dapat merupakan tanda bahwa darah yang mengkontaminasi semen sudah
c. Bau
Pegang tabung semen pada posisi tegak lurus. Dekatkan tabung ke bagian muka pemeriksa dan
lewatkan mulut tabung tersebut di bawah lubang hidung. Pada saat tabung melewati lubang
hidung, tarik nafas perlahan sampai bau semen tercium. Semen yang normal, pada umumnya,
memiliki bau amis khas disertai dengan bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bias terjadi
apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ atau saluran
d. Kekentalan
Kekentalan atau konsistensi atau viskositas merupakan salah satu sifat semen yang memiliki
kaitan dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental semen dapat diartikan
Posisikan tabung semen sejajar dengan mata kita dengan jarak kurang lebih 30 cm.
Miringkan tabung tersebut ke arah kiri atau kanan sebesar 45o. Amati gerakan cairan
semen di dalam tabung. Perpindahan cairan yang lambat menandakan bahwa semen
tersebut cukup kental. Sebaliknya, apabila perpindahan cairan berjalan cepat merupakan
Ulangi pengamatan dengan mengembalikan posisi tabung ke posisi tegak. Semen ayam,
domba dan sapi umumnya merupakan semen yang sangat kental sampai kental (secara
berurutan), sedangkan kuda dan babi memiliki semen yang encer. Pada umumnya
yang diberikan, pengaruh kesehatan reproduksinya dan besar testis. Selain itu juga
dipengaruhi oleh umur pejantan, perbedaan musim dalam tahun, perbedaan tempat
geografis
e. pH (Keasaman)
Keasaman atau pH semen perlu diukur untuk memastikan bahwa cairan semen hasil
dilakukan menggunakan kertas indikator pH (buatan Merck atau Sigma) dengan skala ketelitian
yang cukup sempit, misalnya antara 6 – 8 dengan rentang ketelitian 0,1. Semen pada umumnya
Penggunaan pH-meter dapat dilakukan dan memberikan hasil pengukuran yang lebih teliti. Akan
tetapi mengingat ukuran batang detektor (probe) pH-meter yang cukup besar dan volume semen
yang relatif kecil, terutama pada semen ayam dan domba, maka akan menyebabkan banyak
semen yang terbuang karena menempel pada batang detektor pH-meter. Penggunaan pH meter
Hisap sedikit semen menggunakan pipet hisap. Lalu teteskan semen tersebut pada ujung
Amati perubahan warna pada kertas indikator pH kemudian cocokkan dengan skala yang
Catatan : Jangan melakukan pemeriksaan pH dengan jalan mencelupkan kertas indikator pada
seluruh contoh semen dalam tabung karena bahan kimia pada ujung kertas indikator dapat
meracuni sperma di dalamnya. Semen sapi normal memiliki pH 6,4 – 7,8; domba 5,9 – 7,3; babi
7,3 – 7,8; kuda 7,2 – 7,8; dan ayam 7,2 – 7,6 (Garner dan Hafez, 2000).
Perbedaan nilai pH kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras, perbedaan complex buffer
Pemeriksaan Mikroskopik
1. Motilitas
Pemeriksaan motilitas merupakan cara pemeriksaan visual dengan bantuan mikroskop yang
penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan. Semen segar yang baru dikoleksi dan belum
diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas massa dan individu. Gerakan massa sperma
merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma (sebagai indikator tingkat atau persentase
Lebih baik lagi apabila mikroskop yang kita gunakan memiliki meja objek yang
Teteskan satu tetes (kira-kira sebesar biji kacang hijau) semen ke permukaan gelas objek.
Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 10. Semen yang bagus, pada
bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang
bergerak. Hasil pengamatan ini akan memberikan gambaran kualitas semen dalam 6
(enam) kategori (Evans dan Maxwell, 1987) seperti yang disajikan pada table di bawah
ini.
Sistem penilaian gerakan massa sperma menggunakan skore
Ada pula yang menilai gerakan massa dengan menggunakan derajat gerakan. kriterianya adalah
sebagai berikut:
a. +++ : sangat baik; terlihat gelombang-gelombang besar, banyak,gelap, tebal, dan aktif
bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah
tempat;
lamban;
c. + : sedang, tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan- gerakan individual aktif
progresif;
d. 0/N : buruk; necrospermia; bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individu.
Penilaian gerakan individu yang nampak pada pengamatan menggunakan mikroskop adalah :
Koleksi semen atau penampungan semen adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume) nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan
Penampungan semen menggunakan vagina buatan merupakan metode yang paling efektif
diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing,
Untuk mengevaluasi semen sapi secara makroskopik tidak diperlukan peralatan khusus
atau tambahan, karena evaluasi ini hanya menggunakan kemampuan mata dan
Nasional.
http://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif/metode-penampungan semen
Evans G and MaxwelI WMC, 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
Toelihere MR, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.