SKRIPSI
Disusun Oleh :
Ridho Situmeang
NIM : 1401067
Disusun Oleh
Ridho Situmeang
NIM : 14010067
HALAMAN PENGESAHAN
(SKRIPSI)
(Ns. Hotma Royani Siregar, M.Kep) (H. Akhyar Fauzi Ginting, S.Kep.M.KM)
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi TuhanYesus Kristus, oleh karena
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
peneliti dapat menyusun skripsi dengan Judul “ Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah”, Sebagai salah satu syarat
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
2. Ns. Nanda Masraini Daulay, M.Kep, selaku ketua Program Studi ilmu
Padangsidimpuan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan guna perbaikan
Peneliti
RIDHO SITUMEANG
NIM : 14010067
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN
Abstrak
Kata Kunci : PolaAsuh Orang Tua, Prestasi Belajar, Anak Usia Sekolah.
Daftar Pustaka : 2008– 2018 (29)
STUDY OF NURSING PROGRAM
AUFA ROYHAN HEALTH SCHOOL PADANGSIDIMPUAN
Abstract
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 8
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 9
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat .......................................................................... 50
5.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan kelas dan usia .......... 50
5.1.2 Distribusi Respoden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua .... 52
5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar ............ 54
5.2 Analisis Bivariat ............................................................................ 55
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpualan .................................................................................. 56
6.2 Saran .............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
perkembangan yang diperoleh pada usia masa usia dini sangat mempengaruhi
di masa dewasa. Namun, kita perlu memahami bahwa anak bukanlah manusia
dewasa dalam bentuk kecil, iamemiliki potensi, tetapi potensi tersebut hanya
karena itu, dalam proses pembelajaran pada anak usia dini sampai masa usia
sekolah dasar, perlu pemahaman terhadap keunikan dan tingkat pertumbuhan serta
perkembangan pada diri setiap anak merupakan faktor penting yang perlu
sebagai tolok ukur suatu keberhasilan belajar siswa di sekolahnya. Adapun faktor
yang mempengaruhi tingkat prestasi adalah faktor internal yaitu faktor psikologi
yang muncul dari dalam individu dan faktor eksternal yaitu faktor keluarga yang
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber
1
pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu
sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,
dan produktif. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
2011)
Anak usia sekolah dasar memiliki rentang usia antara 6-12 tahun. Pada
masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah.Anak belajar
di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar
memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan orang tua untuk
tes atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2008).Secara umum prestasi
belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
pola asuh tersendiridalam mengarahkan perilaku anak, hal ini sangat dipengaruhi
ekonomi, adat istiadat, dan sebagainya. Pola asuh orang tua petani tidak
berperasaan,namun, ada pula yang memakai pola lemah lembut, dan kasih sayang.
Ada pula yang memakai sistem militer, yang apabila anaknya bersalah akan
langsung diberi hukuman dan tindakan tegas. Bermacam-macam pola asuh yang
diterapkan orangtua ini sangat berpengaruh pada prestasi belajar anak (Tamizi,
2009).
Tujuan pola asuh kepada anak menurut Shochib (2010) adalah untuk
membentuk sikap kemandirian baik secara fisik, psikis, dan sosial.Fisik anak
anak perlu dibimbing dan diarahkan oleh orangtua melalui pola asuh yang benar.
Dengan pemberian pola asuh yang benar dari orangtua kepada anak akan
orangtua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai
Parenting Goals and Parenting Styles Among Taiwanese Parents dengan jumlah
responden 117 ibu dan 31 ayah totalnya adalah 148 dengan usia rata-rata ≥ 37
tahun. Penelitian ini menggunakan sampel orang tua Taiwan untuk memeriksa
tujuan pengasuhan dan gaya pengasuhan, serta peran moderasi dari temperamen
anak. Hasil menunjukkan bahwa orang tua dari anak-anak yang mudah tertekan
lebih cenderung menjadi otoriter dan kurang berwibawa. Selain itu, orang tua
dengan tujuan pengasuhan yang tidak berlebihan pada anak akan menunjukkan
pengasuhan otoritatif, sedangkan orang tua dengan tujuan pengasuhan yang
berlebihan pada anak akan menunjukkan orang tua yang otoriter. Akhirnya, orang
tingkat kehangatan yang tinggi dan keterlibatan ketika anak memiliki tingkat
Menurut Baumrind (1972, dalam Jahja 2010) pola asuh terbagi menjadi
tiga yaitu otoritatif, permisif, dan otoriter. Pola asuh merupakan cara yang
digunakan orang tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak
mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya
masih banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa pola asuh yang diterapkan
memiliki ciri amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta
dan segala tingkah lakuanak dikontrol dengan ketat. Orang tua seperti itu akan
membuat anak tidak percaya diri, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif,
menarik diri dari lingkungan sosialnya, bersikap menunggu dan tak dapat
merencakan sesuatu. Anak yang memiliki orangtua dengan pola asuh otoriter
dua anaknya dengan gaya tradisional Cina yaitu pola asuh otoriter. Amy menuntut
kedua anaknya tersebut untuk meraih nilai yang sempurna disemua mata
pelajaran. Berkat keotoriteran Amy kepada kedua anaknya, mereka berdua dapat
meraih prestasi akademik yang baik serta dapat memainkan alat musik piano
untuk anak pertama dan biola untuk anak kedua Amy. Disisi lain akibat dari pola
asuh otoriter yang diterapkan Amy, kedua anak Amy tidak mempunyai
pengalaman seperti menginap di rumah teman, pergi pesta, atau ikut pementasan
kehidupan sosial. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi anak
yang baik tidak selalu berasal dari orangtua yang menerapkan pola asuh
demokratis.
Hal ini berbeda dengan pola asuh orang tua demokratis. Pola asuh orang
target tertentu. Akan tetapi, orangtua juga memberi anak kesempatan untuk
menyampaikan keluhan dan pendapatnya. Pola asuh orang tua yang demokratis
membentuk sikap anak untuk realistis terhadap kemampuan dirinya sendiri dan
tidak berharap berlebihan. Selain itu pola asuh demokratis juga memprioritaskan
kepentingan anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka pula. Pola asuh
seperti ini kasih sayangnya cenderung stabil atau pola asuh bersikap rasional.
bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang
pendekatan kepada anak bersifat hangat karena sesuai dengan tuntutan zaman dan
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua yang mempunyai pola asuh
kontrol sama sekali. Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung
jawab tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa, dan anak diberi
kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur
anaknya. Orang tua tipe ini memberikan kasih sayang berlebihan. Karakter anak
menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurangmandiri, mau menang sendiri, kurang
percaya diri dan kurang matang secara sosial (Stewart dan Koch dalamSantrock,
2013).
dengan prestasi belajar anak kelas II dan III menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah kelas II
dan III dengan hasil (p value = 0,038) maka dapat disimpulkan H0 ditolak maka
dapat disimpulkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak
usia sekolah kelas II dan III di SDN Standar Nasional Kayu Putih 09 Pagi Jakarta
wajib mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh orang tuanya, maka jika nilai
pelajaran di sekolah tidak baik terkadang orang tua memarahi merekadan ada pula
tua yang datang menjemput anak mereka, 2 orang tua mengatakan kerja sama
antara orang tua dengan anak itu sangat penting terutama dalam hal belajar,
karena anak masih perlu dibimbing dan diarahkan supaya mencapai nilai yang
menunjukan nilai diatas rata-rata rapot kelas. Sedangkan 5 orang tua mengatakan
anaknya. Dari 5 orang tua tersebut mengatakan prestasi belajar anak nya kurang
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Anak Usia
ini adalah apakah terdapat hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
orang tua dengan prestasi belajar siswa anak usia sekolah di SDN 100201
Simarpinggan.
1.3.2Tujuan Khusus
a. Mengedentifikasi pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usiadi
100201 Simarpinggan
Mempertahankan cara pola asuh orang tua dengan sekolah dalam mencapai
pembelajaran anak.
dengan prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar sebagai bekal aplikasi ilmu
keperawatan di komunitas khususnya yang berkaitan dengan pola asuh orang tua.
Hasil penelitian dapat membandingkan pola asuh orang tua dari kelas satu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut KBBI (2009)
pola adalah model, sistem atau cara kerja dan asuh adalah menjaga, merawat,
orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua dandihormati.
Pola asuh adalah asuhan yang diberikan ibu berupa sikap, dan perilaku
harapan anak akan menjadi anak yang sukses dalam menjalani kehidupan.
asuh memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan perilaku pada anak
10
orang tua dan anak selama awal masa kanak-kanak berfokus pada hal seperti
dan teman sebaya, perilaku dan tatacara makan,kebebasan dalam berpakaian dan
merespon dengan sesuai terhadap inisiatif dari orang tua dan mempertahankan
mengemukakan bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh. Mereka
harus menerapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka. Ada tiga jenis gaya
pengasuhan yaitu:
a. Pengasuhan otoritarian
mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas
pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Anak dari orang tua otoriter
masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan anak. Orang tua yang
ceria, bisa mengendalikan diri, mandiri dan sesuai dengan usianya. Anak
bekerjasama dengan orang dewasa dan bisa menghadapi stres dengan baik.
Pengasuhan gaya ini atau yang sering disebut pola asuh permisif adalah
di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang
memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan
orang tua lebih penting daripada diri mereka dan anak cenderung tidak
harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga.
2.1.3Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut Maccoby & Mc
a. Sosial ekonomi
Orang tua yang termasuk kelas bawah atau pekerja cenderung menekankan
kepatuhan dan menghormati otoritas, lebih keras dan otoriter, kurang memberikan
alasan kepada anak, dan kurang bersikap hangat dan memberi kasih sayang
memberikan kontrol yang lebih halus. Sedangkan orang tua yang termasuk kelas
menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar. Interaksi orang tua dengan orang
Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih siap dalam
mengasuh anak karena memiliki pemahaman yang lebih luas. Sedangkan orang
tua yang mempunyai pendidikan yang terbatas memiliki pemahaman yang kurang
Orang tua yang menganut agama tertentu akan berusaha untuk menerapkan
ajaran agama yang mereka anut di dalam kehidupan keluarganya. Anak akan ikut
Pola asuh yang diberikan orang tua akan mempengaruhi kepribadian seorang
anak. Jika pola asuh yang diberikan baik maka kepribadian anak juga akan ikut
baik. Namun jika pola asuh yang diberikan orang tua kurang baik maka akan
membuat anak cenderung memiliki kepribadian kurang baik karena perilaku orang
Jumlah anak yang dimiliki keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua.Jika jumlah anak yang dimiliki sedikit 1-3
orang (keluarga kecil) maka pengasuhan yang dilakukan orang tua lebih intensif
dan waktu yang disediakan untuk anak-anak lebih banyak. Berbeda dengan
keluarga besar dengan banyak anak. Keluarga itu akan sulit dikendalikan dan
Menurut Indira Shanti (2008), pola asuh yang diterapkan orang tua tak
selamanya efektif, malah terkadang dampaknya bagi anak bukannya baik tapi
buruk. Pola asuh yang terlalu protektif atau memanjakan anak tentu menyebabkan
anak menjadi tidak kreatif atau jadi selalu tergantung pada orang lain. Oleh karena
itu, diperkukan kehati-hatian dalam menerapkan pola asuh pada anak. Perlu
diingat pula pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik dalam potensi
Jadi bagaimana pola asuh yang efektif itu? Menurut Shanti (2008), pola
asuh yang efektif bisa dilihat dari hasilnya. "Anak jadi paham kenapa harus begini
atau begitu.Kenapa tak boleh ini-itu. Kelak, anak akan mampu memahami aturan-
aturan di masyarakat secara lebih luas lagi. Misalnya, kalau ketemu orang harus
menyapa atau bersalaman. Nah, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah
syarat pola asuh yang bisa dilakukan orang tua demi menujupola asuhefektif.
perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak batita
(bawah tiga tahun) tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah.
Kemampuan berpikir batita masih sederhana, jadi pola asuh harus disertai
Ini perlu dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat yang
berbeda. Diperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat
terlihat. Selain pemenuhan kebutuhan fisik, orang tua mesti harus memenuhi
mendekap dengan penuh kasih sayang, akan membuat anak bahagia sehingga
tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan matang, ternyata sewaktu kecil, ia
mendapatkan kasih sayang dan cinta yang utuh dari orang tuanya. Artinya, kalau
pola asuh orang tua membuat anak senang, tentu anak bisa berkembang
secaraoptimal.
c. Ayah-Ibu haruskompak
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini,
boleh dan tidak. Jangan sampai orang tua saling berseberangan karena hanya akan
anak bisa menjadi manusia yang memiliki aturan dan norma yang baik, berbakti
e. Komunikasi efektif
meremehkan pendapat anak. Bukalah selalu lahan diskusi tentang berbagai hal
yang ingin diketahui anak. Jangan menganggap usianya yang masih belia
membuatnya jadi tak tahu apa-apa. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat
memberikan saran, masukan, atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh. Mulailah dari hal-hal kecil
menyimpan sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Lantaran itu, anak pun perlu
diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif
umpamanya, jangan lantas diminta mengerjakan tugas sekolah hanya karena saat
g. Orangtua konsisten
Orangtua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tak boleh
minum air dingin kalau sedang terserang batuk. Tapi kalau anak dalam keadaan
sehatya boleh- boleh saja dari situ ia belajar untuk konsistenterhadap sesuatu.
Yang penting setiap aturan mesti disertai penjelasan yang bisa dipahami anak,
kenapa ini tak boleh, kenapa itu boleh. Lama-lama, anak akan mengerti atau
terbiasa mana yang boleh dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten. Jangan
sampai lain kata dengan perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini dianbil dari teori atau
pendapat yang dikemukakan oleh Edward, Drey C (2006), Abas dan Mugito
(2007) serta dari Irwanto (2007).Hal ini dapat dikemukakan sebagaimana seperti
macam tipe pola asuh orang tua, sehingga dibuatlah sejumlah pernyataan yang
terdiri dari 10 pernyataan untuk mengidentifikasi tipe pola asuh yang kita lakukan
pada anak. Pernyataan itu terbagi menjadi 2 kategori, yatu kategori hubungan dan
bimbingan. Berdasarkan nilai total pengisian angket pada kategori hubungan dan
bimbingan, akan didapatkan nilai perkiraan berdasarkan tabel yang ada yang
menjadi empat kategori (selalu nilainya 4, sering nilainya 2, jarang nilainya 3, dan
tidak pernah nilain ya 1) sesuai dengan kehidupan orang tua sehari-hari mulai
dari pernyataan nomor 1 hingga 10. Semua nilai pada soal nomor 1, 3, 5, 7, dan 9
ditambahkan untuk menentukan nilai pada kategori hubungan dan nilai yang
diperoleh pada kategori hubungan itu dilingkari dari kiri sampai kanan yang
mewakili nilai jawaban orang tua pada hubungan. Semua nilai ditambahkan pada
dan nilai yang diperoleh orang tua pada kategori bimbingan itu dilingkari pada
nilai yang sesuai dari atas sampai bawah yang mewakili nilai orang tua pada
kategori bimbingan.
yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh
Dalam konteks sekolah belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam berinteraksi dengan
adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa
sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku
dengan nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam mencapai tujuan
pendidikannya (Sudijono,2006).
dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Faktor keluarga berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota
guru dengan siswa, hubungan antar sesame siswa, disiplin sekolah, pelajaran
Menurut Miranda, Winkel dan Santrock dalam (Hawadi, 2004) factor yang
kepribadian, perasaan, sikap, minat, konsep diri, kondisi fisik dan psikis.
hubungan antar orang tua, jenis pola asuh yang diterapkan dan keadaan social
ekonomi.
1. Faktor internal
Faktor ini meliputi faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang
terdiri dari:
a. Faktor biologis (jasmaniah)
fisik individu yang bersangkutan. Keadaan fisik yang perlu diperhatikan adalah
kondisi fisik yang normal dan kesehatan fisik. Dimana yang dimaksud dengan
keadaan fisik yang normal adalah kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki
cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik yang normal
meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh seperti tangan dan kaki serta
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi kesehatan fisik adalah keadaan dimana
seseorang dalam keadaan segar dan sehat, di mana keadaan tersebut dapat
b. Faktor psikologis
hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat
menunjang keberhasilan prestasi belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil. Kondisi mental tersebut tampak dalam bentuk sikap mental yang positif
dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal yang berkaitan dengan proses
belajar.
Yang dimaksud dengan sikap mental yang positif dalam proses belajar itu
meliputi kerajinan dan ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian dari orang tua terhadap
Salah satu faktor yang penting yang harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
menyeluruh. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan berjalan dengan baik.
Selain itu juga faktor yang dapat mempengaruhi adalah ketersediaan fasilitas yang
keberhasilan belajar adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang
keberhasilan belajar.
d. Faktor waktu
Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atautidak
adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia
mencari dan menggunakan waktu dengan baik supaya dapat menggunakan waktu
untuk belajar dan waktu untuk hiburan untuk menyegarkan pikiran.Salah satu
lingkungan keluarga yang meliputi pola asuh yang diterapkan dikeluarga. Oleh
karena itu sangat erat kaitannya hubungan antara pola asuh orang tua dengan
dunia pendidikan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di
dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Rapor merupakan laporan
untuk mengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa, apakah siswa tersebut
dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau
Fungsi peniaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa, juga
diperbaiki.
tingkat dasar dan menengah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program
pendidikan yang telah diterapkan berhasil atau tidak pada siswa. Rapor
merupakan buku laporan hasil belajar siswa yang digunakan selama masih
menjadi peserta didik dan mengikuti program pendidikan di sekolah (Rapor siswa
SMK Negeri 1 Sewon Bantul, 2010:2). Raport punya fungsi yang cukup penting,
sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai rapor pada akhir
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas
tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan
khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia
sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun,
2008)
Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia
sekolah dibagi menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap
pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10 - 12 tahun (DeLaune & Ladner,
sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan
penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada. Rasa tanggung jawab dan rasa
percaya diri dalam menghadapi tugas sudah mulai terwujud, sehingga ketika
anak mengalami kegagalan sering kali dijumpai reaksi seperti kemarahan dan
Tidak seperti bayi dan anak usia pra-sekolah, anak-anak dalam usia
sekolah dinilai sudah mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai sosial.
Anak usia sekolah menurut Erikson dalam Wong (2009) berada dalam fase
dari kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar berkompetisi dan
bekerja sama dari aturan yang diberikan. Anak mulai ingin bekerja untuk
Wong, 2009).
dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yangbaru dengan masuk sekolah
moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil
Perkembangan yang lebih khusus juga mulai muncul dalam tahap ini
kejadian dan mengelompokkan objek dalam situasi dan tempat yang berbeda.
menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari apa yang dirasakan
Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap reversibilitas, yaitu
anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya atau dapat disebut anak
sendiri yang mulai terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak
hubungan dalam kelompok. Pada tahap ini anak biasanya membangun kelompok
jenis kelamin yang sama. Anak mulai menggunakan energi untuk melakukan
aktifitas fisik dan intelektual bersama kelompok sosial dan dengan teman
sebayanya, terutama dengan yang berjenis kelamin sama (Hockenberry & Wilson,
3. Perkembangan Psikososial
Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan
tersebut bernilai sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini
Keberhasilan anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan
tidak dapat memenuhi standar yang ada dapat mengalami rasa inferiority
(Muscari, 2005; Wong, 2009). Anak yang mengalami inferiority harus diberikan
akan memberikan dukungan positif pada anak usia sekolah. Perkembangan moral
20011). Perkembangan moral sejalan dengan cara pikir anak usia sekolah yang
lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2008). Anak pada usia sekolah dapat lebih
1. Faktor Biologis
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Lingkungan Sekolah
4. Faktor Lingkungan
Variabel Perancu
5. Masyarakat
6. Waktu
Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi
2.5 Hipotesis
Hipotesis awal (Ha) dalam penelitian ini terdapat hubungan pola asuh
orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN 100201 Kecamatan
Simarpinggan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
kuantitatif yang memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan variabel yang satu
dengan variabel yang lain dan variabel yang ingin deketahui yaitu dengan
cross sectional. Pendekatan cross sectional ini mencoba mencari hubungan antar
variabel dan subjek penelitian dikumpulkan dan diukur dalam waktu bersamaan
pola asuh orang tua, sedangkan variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini
sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 sampai dengan Agustus
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt
1 Acc Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pembuatan Skripsi
5 Ujian Hasil
3.3.1 Populasi
seluruhobjek yang akan diteliti. Populasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah anak sd kelas 3 dengan kelas 4 di SDN 100201 Simarpinggan ada 112
siswa/i.
3.3.2 Sampel
yaitu proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
sebagai berikut :
n=
1 + N (e)2
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
112
n=
1 + N (e)2
112
n=
1 + 112 (0,1)2
112
n=
1 + 112 (0,01)
112
n=
2,12
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode secara acak (Random Sampling).
a. Kelas 3
54
Jumlah sampel kelas X sebanyak :112 × 53 orang = 26 orang
b. Kelas 4
58
Jumlah sampel kelas XII sebanyak :112 × 53 orang =27 orang
Kriteria inklusi sampel adalah :
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
(checks list), alat pedoman wawancara (interview guide) dan lembar pengamatan
Pengukuran instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert
dengan empat skala, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban sangat sesuai atau sesuai dipilih
apabila dalam keseharian penerapan pola asuh yang dilakukan sangat sesuai atau
pernyataan tidak sesuai dengan penerapan pola asuh yang diterapkan dalam
keseharian, maka dapat dipilih jawaban yang tidak sesuai atau sangat tidak sesuai.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pola asuh orang tua dan hasil rapor prestasi
belajar. Hasil dari penilaian kuesioner pengukuran tersebut berupa data data pola
asuh orang tua dan hasil rapor Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti telah mendapatkan izin dan berkoordinasi dengan pihak SDN 100201
manfaat dari penelitian yang dilakukan, dan proses dari pengisian kuesioner
5. Peneliti memberikan dua kuesioner dalam satu waktu yang terdiri dari
Simarpinggan. Cara pengisian kuesioner dari pola asuh orang tua diisi sendiri
dan analisis.
3.6 Defenisi Operasional
pendidikan yang
telah ditentukan
bagi masing-
masing
mata pelajaran
atau bidang studi
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atausahih
instrument dilakukan dengan uji coba instrument pada siswa konsentrasi Patiseri
yang tidak digunakan sebagai sampel sebanyak 18siswa dan 12 siswa dari kelas
konsentrasi Jasa Boga 1 kelas 1, sehingga jumlah yang digunakan untuk uji coba
instrument ditambah dengan 12 siswa dari kelas lain karena untuk memenuhi
dosen pembimbing.
butir instrument telah memenuhi apa yang hendak diukur. Tahapan pengujian
asuh orang tua. Butir-butir kuesioner tersebut disusun dan diuji validitasnya
Apabila terdapat butir kuesioner yang tidak valid, maka butir kuesioner tersebut
gugur dan tidak digunakan. Setelah butir-butirsoal yang valid atau sahih, penulis
menyusun kembali kisi-kisi dari pola asuh orang tua yang selanjutnya butir-butir
Valid berarti instrument tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur.
Untuk menguji validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment
dari Pearson . Harga rhitung kemudian akan dikonsultasikan dengan r tabel pada
taraf signifikansi 5%. Jika nilai rhitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel
makabutir dari instrumen yang dimaksud adalah valid. Sebaliknya jika diketahui r
hitung lebih kecil dari rtabel maka instrumen yang dimaksud adalah tidak valid.
Berdasarkan hasil uji validitas pola asuh yang diterapkan oleh masing
masing orang tua siswa menurut siswa dari 48 butir soal dinyatakan gugur 15
butir soal, yaitu no. 1, 8, 9, 13, 16, 18, 20, 26, 28, 30, 33, 35, 38, 40 dan 48,
sedangkan menurut orang tua siswa dari 48 butir soal juga dinyatakan gugur15
butir soal, yaitu no. 1, 6, 10, 14, 16, 17, 20, 26, 28, 31, 35, 38, 41, 44, dan 45.
Butir soal tersebut gugur dikarenakan r hitung lebih kecil dari rtabel. Setelah
angket valid atau sahih, penulis menyusun kembali kisi-kisi dari variable.
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
ini menggunakan rumus Alpha. Berdasarkan hasil uji coba instrument yang
dilakukan kepada 18 siswa keahlian Patiseri dan 12 siswa keahlian Jasa Boga 1
kelas 1 SMK Negeri 1 Sewon Bantul dengan bantuan komputer program SPSS
versi 13.0, diperoleh hasil perhitungan reliabilitas instrument pola asuh menurut
siswa sebesar (Crombach Alpha on 0,924), sedangkan hasil perhitungan
reliabilitas instrument pola asuh menurut orang tua siswa sebesar (Crombach
Alpha on 0,893). Hal ini menunjukkan keterandalan yang tinggi dan memenuhi
1. Editing
2. Coding
menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode pada suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
3. Entry
profesi ners.
4. Cleaning
setelah semua data dientry untuk memastikan tidak ada kesalahan data
dapat digunakan.
analisis bivariate
a. Anlisis Univariat
yaitu karakteristik responden, pola asuh orang tua , dan variable dependen yaitu
mengetahui dan menganalisa hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar anak usia sekolah. Analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi
1. Informed consent
informasi terkait penelitian seperti tujuan dan prosedur penelitian yang akan
dilakukan, memahami tindakan yang akan dilakukan peneliti, memahami
danadanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja. Pada
untuk diteliti.
nama inisial selama penelitian. Identitas responden dalam proses editing akan
dirubah menjadi kode nomor responden yang hanya diketahui oleh peneliti.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
kepada orang lain. Kerahasiaan pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
responden (49,1%).
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil mayoritas pola asuh orang tua
c. Prestasi Belajar
responden adalah kategori baik dengan jumlah 28 orang (52,8%), dan minoritas
N Prestasi Belajar
o. Pola Asuh
Orang Tua Baik Cukup Kurang P
value
F % F % F %
1. Otoriter 5 9,4 6 11,3 1 1,9
2. Demokrasi 19 35,8 8 15,1 0 0 0,275
3. Permisif 4 7,5 7 13,2 3 5,7
Total 28 52,8 21 39,6 4 7,5
Berdasarkan tabel diatas mayoritas responden yang pola asuh orang tua
demokrasi dengan kategori prestasi belajar baik 19 responden (35,8%). Hal ini
keputusan yang dilakukanya itu apa bila p value < 0,05 dengan tingkat
kepercayaan 95% maka Ha ditolak yang berarti tidak ada Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah di SDN 100201
Simarpinggan.
Tabel 7. Hasil Uji Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Anak Usia Sekolah
0,152 dengan arah korelasi yang positif serta nilai signifikan (p) sebesar 0,275.
Hal ini terbukti dimana nilai p = 0,275> 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%
berarti tidak ada hubungan bermakna antara Hubungan Pola Asuh Orang Tua
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dalam bab ini
akan menjabarkan Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar
Anak usia sekolah memiliki rentang usia antara 6-12 tahun. Pada masa
ini anak memasuki masa belajar dipendidikan formal dimana banyak aspek
Pada masa ini siswa memperoleh perhatian dan pujian perilaku atas prestasi-
prestasinya baik oleh orang tuanya ataupun guru disekolahnya, selain perhatian
dan pujian pada masa ini siswa memerlukan pengarahan dan pengawasan dari
gurudan orang tua untuk memunculkan kebiasaan yang baik dan keterampilan
baru, anak usia sekolah memerlukan pola asuh yang baik dari orang tuanya dalam
Anak usia sekolah khususnya kelas II sampai dengan kelas III merupakan
populasi yang dapat mewakili adakah hubungan pola asuh orang tua dalam proses
belajar anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, anak usia sekolah kelas II
sampai dengan kelas III merupakan masa adaptasi awal dari usia pre-school
keusia sekolah dan pada masa ini pula anak menghendaki nilai (angka rapor) yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai atau tidak
(Yusuf, 2011).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pola asuh orang tua
harapan anak akan menjadi anak yang sukses dalam menjalani kehidupan.
pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pada pola asuh
otoriter, orang tua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan menuntut
prestasi tinggi. Namun, dipihak lain orang tua tidak memberikan kesempatan pada
anak. Tipe pola asuh otoriter ini membuat anak mandiri karena sifat orang tua
yang terlalu disiplin dan tegas.Tetapi, kemandirian anak tersebut bukan lahir dari
kesadarannya sendiri, melainkan kemandirian karena sikap orang tua yang terlalu
Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II
dan III, dapat diketahui bahwasebagian besar orang tua yang berada di SDN Ibu
orang (35%) dan sebagian kecil menggunakan pola asuh Otoriter 22 orang (18%).
Banyaknya waktu yang dimiliki Orang Tua bersama anaknya yang berada di
SDN Ibu Dewi V Kabupaten Cianjur. Hal tersebut bisa terjadi karena sebagian
besar (3,2%) karakteristik responden tidak bekerja terutama ibu, sehingga dapat
responden adalah kategori baik dengan jumlah 28 orang (52,8%), dan minoritas
dengan nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam mencapai tujuan
Orang tua sangat berperan penting dalam pencapaian prestasi belajar anak
agar mencapai hasil yang baik, sebagian besar (48, 78%) prestasi belajar anak
baik. Hal ini dimungkinkan oleh karakteristik responden yang sebagian besar
pola asuh yang baikpada anak dan mampu memberikan stimulasi tumbuh
kembang yang optimal. Selain itu juga orang tua yang memiliki pendidikan yang
tinggi maka dapat membentuk anak yang berprestasi (Turner, Chandler, & Heffer,
2009).
Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Kelas II dan
IIIyang menerapakan pola asuh gabungan prestasi belajar anaknya cenderung baik
responden (48,8%), dan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter pada
Serta orang tua yang menerapkan pola asuh permisif pada anaknya cenderung
5.2.1 Hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia
sekolah.
Penelitian yang peneliti lakukan ini untuk mengetahuipola asuh orang tua
dengan prestasi belajar anak usia sekolah. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai
dari hasil uji spearmen rank p =0,275. Karena hasil uji didapatkan nilai p-value =
0,275> 0,005 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan
pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah.
Dari hasil tabulasi silang di dapatkan bahwa pola asuh orang tua
demokratis akan membuat prestasi belajar anak usia sekolah semakin baik. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Yusniyah
(2008) tentang hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa MTS
Al-Falah JakartaTimur, bahwa hasil penelitian diperoleh pola asuh secara umum
yang diterapkan oleh orang tua dapat dikatakan cukup demokratis dan prestasi
belajar siswa rata-rata berada pada taraf cukup, serta hasil penelitian diperoleh
korelasi yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan olehorang tua di rumah.
dinyakini dan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan
penerapan pola asuh demokratis akan membantu siswa tumbuh dengan baik,
Penelitian ini didukung juga oleh hasil penelitian Stright, Gallagher, &
Kelley (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja mempunyai orang
tua yang menerapkan pola asuh demokratis yaitu sebanyak 63,8%. Orang tua yang
berfikir orang tua yang sudah tidak lagi kolot dimana hal ini dipengaruhi oleh
sayang, melatih emosi dan melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat
anak merasa diperhatikan dan akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan
membentuk pribadi anak yang baik (Abar, Carter, & Winsler, 2009). Hal ini akan
diperhatikan dan disayangi oleh orangtua nya tidak ada rasa takut untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga anak lebih berekspresif,
prestasi belajar anak kelas II dan III menunjukkan hasil bahwa ada hubungan pola
asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah kelas II dan III dengan
disimpulkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia
sekolah kelas II dan III di SDN Standar Nasional Kayu Putih 09 Pagi Jakarta
perhitungan yang telah dilakukan terhadap data-data yang telah diperoleh, dapat
=0,297 dan r hitung = -0,1107 hal ini menunjukkan bahwa rhitung lebih kecil (<)
daripada rtabel sehingga , Hipotesis alternative (Ha) tidak dapat diterima atau
tidak terbukti kebenarannya yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
6.1 Kesimpulan
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia
3. Dari hasil tabulasi silang di dapatkan bahwa pola asuh orang tua
baik.
4. Tidak ada hubungan antara Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
= 0,275 (p>0,05).
6.2 Saran
Bertitik tolak dari kesimpulan yang sudah dikembangkan diatas, maka dapat
hubungan pola asuh dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah.
pembelajaran anak
3. Bagi Peneliti
hubungan pola asuh dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah SD
membandingkan pola asuh orang tua dari kelas satu hingga kelas enam
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Akbar Reni- Hawadi. 2004. Akselerasi A-Z, Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo.
Anas, Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Agustiawati, Isni. 2014. “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 26
Bandung.”Tesis. Tidak Dipublikasikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan
pertama. Jakarta : EGC.
Edward, Drew, C. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur : Panduan Orang Tua Untuk
Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung : PT. Mizan Utama.
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat, [Diakses 21 Juni 2016].
Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues.In Water Deficit
and Plant Gwowth.Vol III. Academic Press. New York.
Nurmah. 2011. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak
Usia Sekolah Kelas 2 dan 3 di SDN Standar Nasional Kayu Putih 09 Pagi
Jakarta Timur Tahun 2011. Jurnal STIK Medistra Indonesia. Diakses pada
6 Oktober 2016, dari http://ayurvedamedistra.files.wordpress.com
Santrock, John W., (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
.
Stewart dan Koch. 1983. Children Development Thought Adolescence. John
Wiley & Sons. Canada.
Supraptini; Lubis, Agustina; dan Irianto, joko. 2003. Cakupan Imunisasi Balita
Dan Asi Eksklusif Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas). Jurnal Ekologi Kesehatan. 2(2): 249-254
Kepada Yth,
Responden Penelitian
Di SD Simarpinggan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
RoyhanPadangsidimpuan program studi Ilmu Keperawatan
Peneliti
(Ridho Situmeang)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar
Anak Usia Sekolah“ Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan
Responden
(.........................................)
LEMBAR KUESIONER
Judul Penelitian : Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Prestasi Belajar
Anak Usia Sekolah
Peneliti : Ridho Situmeang
Inisial Responden :
Usia Responden :
A. Petunjuk Pengisian
1. Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu yakini paling benar dengan
memberikan Tanda silang (X).:
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang mengerti.
B. Pola Asuh Ortoriter
No Pernyataan STS TS S S
. S
10. Orangtua memberikan kesempatan pada
anak untuk membicarakan tentangapa yang
ia inginkan.
20.
Sebagai orang tua kita tidak perlu membatasi
Pergaulan anak
21. Bila anak melakukan kesalah itu dianggap
wajar, karena anak-anak masih belum
mengerti apa-apa.
22.
Memperboleh akan anak untuk bergaul dengan
Siapapun
23.
Membiarkan anak bebas memilih apa yang ia
Ingin lakukan dan kerjakan.
24.
Sebagai orang tua kita tidak berhak mengatur
anak.
25.
Anak mengerti apa yang ia lakukan, sehingga
orang tua tidak perlu bertanya atau melarang
anak untuk melakukan hal yang ia inginkan.
26.
Memberikan apa yang diinginkan anak,
Merupakan salah satu cara menunjukan kasih
sayang.
27.
Dengan sendirinya anak akan memahami
mana yang baik dan yang buruk tanpa harus
diberitahu orang tua.
28.
Selalu menuruti kemauan anak meski orang
Tua tidak menyukainya merupakan salah satu
Cara orang tua menunjukan kasih sayang.
Hasil SPSS
Statistics
Pola Asuh
Kelas Usia Orang Tua Prestasi Belajar
N Valid 53 53 53 53
Missing 0 0 0 0
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelas 3 26 49.1 49.1 49.1
Kelas 4 27 50.9 50.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8-9 22 41.5 41.5 41.5
10-11 31 58.5 58.5 100.0
Total 53 100.0 100.0
Correlations
Pola Asuh
Orang Tua Prestasi Belajar
Spearman's rho Pola Asuh Orang Tua Correlation Coefficient 1.000 .153
Sig. (2-tailed) . .275
N 53 53
Prestasi Belajar Correlation Coefficient .153 1.000
Sig. (2-tailed) .275 .
N 53 53
KETERANGAN :
3 = Permisif 3 = Kurang