MAHASISWA
Laporan ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kami Nabi
Muhammad SAW. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Wahib M. Ag selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang telah membimbing kami,
sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai laporan penelitian kualitatif grounded theory
degan juduln “Prokrastinasi Akademik : Dampak terhadap Hasil Belajar” tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik maupun saran yang bersifat
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Metode Penelitian Kualitatif. Dengan disusunnya makalah ini kami berharap dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
A. Prokrastinasi ......................................................................................................................... 3
B. Hasil Belajar......................................................................................................................... 7
D. Sumber Data....................................................................................................................... 12
ii
HASIL TEMUAN BARU............................................................................................................. 20
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 21
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia hidup di bumi diwajibkan untuk mengenyam dunia pendidikan.
Selayaknya di Indonesia pendidikan yang ada adalah TK, SD/MI, SMP, SMA/SMK, dan
Perguruan tinggi (mahasiswa), masing-masing memiliki peran dan tugasnya sebagai
pelajar. Dalam tingkatan pendidikan setiap belajar dituntut untuk belajar salah satunya
dengan mengerjakan beberapa tuntutan dan tekanan dari beberapa tugas yang diberikan
oleh guru atau dosen. Belajar ialah proses dimana berubahnya seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari yang tidak mampu menjadi mampu yang akhirnya mengakibatkan
tercapainya tujuan dari suatu proses pembelajaran. (Zuraida, 2017)
Dalam dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi setiap pembelajaran yang
disampaikan oleh dosen di dalamnya pasti mengandung unsur tugas-tugas yang diberikan
kepada mahasiswa dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan tia-tiap mahasiswa dalam memahami materi yang telah diterima, selain itu
dengan adanya tugas juga dapat menjadi tolak ukur hasil belajar mahasiswa. Hasil belajar
didefinisikan sebagai suatu hasil yang diperoleh oleh pelajar atau mahasiswa setelah
melaksanakan proses pembelajaran (Popenici & Millar, 2015). Selain itu hasil belajar juga
dijadikan sebagai bahan pengukur dan untuk laporan selama pelajar atau mahasiswa
belajar, dan juga sebagai bahan evaluasi untuk mengembangkan design pembelajaran yang
lebih baik agar terciptanya keselarasan antara ilmu apa yang akan diterima pelajar atau
mahasiswa juga bagaimana mereka akan diberi penilaian. (Hamdan & Khader, 2015).
Ricardo dan Meilani (2017: 84) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu goals
atau tujuan dari perwujudan pendidikan dalam proses pembelajaran dengan maksud agar
para pelajar mampu mehamai, menerima dan menerapkan setiap materi ilmu pengetahuan
dan wawasan yang diterimanya.
Dalam mengetahui hasil belajar mahasiswa adalah salah satunya dengan
berdasarkan Indeks Prestasi akademik (IPK). Tidak jarang mahasiswa yang memiliki IPK
rendah yang disebabkan karena kurangnya motivasi belajar, lingkungan yang negatif dan
cenderung tidak mendukung, kualitas pengajaran dan pengalaman dalam belajar (Adjani
dan Adam (2013). Selain itu faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi hasil
belajar mahasiswa adalah dengan menunda-nunda untuk mengerjakan tugas-tugas yang
1
diberikan oleh dosen (prokrastinasi) (Zuraida, 2017). Steel (2007) menjelaskan bahwa
seseorang yang dengan sengaja melakukan prokrastinasi atau peerbuatan menunda-nunda
untuk mengerjakan tugas-tugas yang diterimanya. Sedangkan Ghufron (2010) menjelaskan
bahwa prokrastinasi adalah perbuatan menunda pekerjaan yang berkaitan dengan tugas
akademik. Perilaku menunda-nunda untuk mengerjakan tugas ini sangat memiliki
pengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Yudistrio (2016) dalam penelitianya terdapat hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar pada
siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler pada siswa SMK Negeri 20 Samarinda
tahun pembelajaran 2015/2016. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Makbul &
Farida (2023) dalam penelitianya membuahkan hasil yaitu terdapat pengaruh yang negatif
dan signifikan antara prokrastinasi akademik terhadap hasil belajar mahasiswa PAI
Universitas Singaperbangsa Karawang.
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka peneliti memiliki ketertarikan untuk
melakukan penelitian mengenai prokrastinasi akademik apakah berdampak terhadap hasil
belajar mahasiswa?
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak prokrastinasi terhadap hasil belajar?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dampak prokrastinasi terhadap hasil belajar.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prokrastinasi
1. Pengertian Prokrastinasi
Ferari (1984) menjelaskan bahwa istilah prokrastinasi diambil dari Bahasa
latin yaitu Procrastination yang terdiri dari kata pro yang maknanya bergerak maju,
mendorong maju dan crastinuss yang memiliki makna keputusan hari besok atau
yang akan datang, apabila digabungan prokrastinasi memiliki arti menunda,
memundurkan atau memperlambat sampai hari setelahnya. Apabila dilihat dari
sudut pandang psikologi prokrastinasi merupakan suatu kegiatan atau perilaku yang
mengarah pada menunda-nunda atau mempelambat, mengundur-ngundur untuk
menyelesaikan tugas yang diterima. (Brown dan Holzman dalam Hayyinah, 2000).
Steel (2007) menjelaskan bahwa seseorang yang dengan sengaja melakukan
prokrastinasi atau perbuatan menunda-nunda untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diterimanya sehingga dengan perilaku tersebut akan menumbuhkan dampak yang
negatif untuk dirinya. Sedangkan Ghufron (2010) menjelaskan bahwa prokrastinasi
adalah perbuatan menunda pekerjaan yang berkaitan dengan tugas akademik.
Prokrastinasi juga dijelaskan oleh Basri (Makbul & Farida, 2023) sebagai
melambat-lambatkan mengerjakan sesuatu dalam bidang akademik. Sedangkan
menurut Wolter (2003) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik merupakan
seseoraang yang gagal dalam mengerjakan tugas dengan kurun waktu yang telah
diharapkan atau memperlambat dan menunda-nunda dalam mengerjakan tugas
hingga saat-saat akhir. Prokrastinasi dipandang sebagai hal yang kurang efektif dan
cenderung mengarah ke dampak negatif perihal menunda-nunda aktivitas.
(Muyana, 2018)
Berlandaskan beberapa teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja
dengan cara menunda-nunda, memperlambat dan mengakhirkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diterima sehingga mengakibatkan dampak yang
buruk bagi dirinya.
3
2. Aspek-aspek Prokrastinasi
Menurut McCloskey (Nurrizqi, 2019) prokrastinasi akademik terbagi
menjadi beberapa aspek diantaranya adalah:
a) Percaya diri pada bakat yang dimiliki
Orang yang kurang percaya diri pada bakat yang dimilikinya sering kali
merasa kesulitan menyelesaikan sesuatu karena merasa tidak bisa
melakukannya dengan baik.
b) Perhatian yang teralihkan
Orang yang suka menunda-nunda biasanya lebih mudah teralihkan
perhatiannya. Misalnya, mereka lebih cenderung memilih melakukan
aktivitas yang menyenangkan daripada menyelesaikan tugas.
c) Faktor Sosial
Lingkungan dan keluarga sangat berperan penting bagi seseorang yang
sering menunda-nunda. Mereka dapat memberikan dukungan yang dapat
membujuknya untuk menyelesaikan tugas tepat waktu.
d) Keterampilan manajemen waktu
Orang dengan keterampilan manajemen waktu yang buruk sering kali
menyelesaikan pekerjaannya lebih lambat dari yang diharapkan karena
mereka tidak dapat memutuskan tugas mana yang harus diselesaikan
terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan mereka melupakan tugas-tugas
penting, menunda belajar, dan memberikan prioritas yang lebih tinggi pada
tugas-tugas yang kurang penting.
e) Kemalasan
Kemalasan adalah kecenderungan seseorang untuk menunda pekerjaan
yang diperlukan. Seseorang yang malas mungkin menunda tanggung
jawabnya hingga menit terakhir.
f) Inisiatif pribadi
Inisiatif yang dimaksud disini adalah kemampuan atau kemauan untuk
mengerjakan suatu tugas. Seseorang yang kurang inisiatif kemungkinan
besar tidak akan merasa termotivasi untuk menyelesaikan
aktivitas sesuai jadwal.
4
Aspek-aspek prokrastinasi akademik menurut Ferrari (Selawati, 2023)
yaitu:
a. Menunda dimulainya atau diselesaikannya tugas. Ketika seseorang
melakukan prokrastinasi, mereka sadar bahwa aktivitas tersebut perlu
diselesaikan pada saat itu juga, namun mereka menundanya sampai nanti.
b. Ketidakaktifan atau kelambatan saat melakukan tugas. Seseorang yang
menunda suatu tugas membutuhkan waktu lebih lama untuk
menyelesaikannya.
c. Jeda waktu antara rencana yang diharapkan dan hasil yang dicapai.
Seseorang yang suka menunda-nunda akan kesulitan menyelesaikan tugas
dalam waktu yang telah ditentukan. Mereka yang melakukan prokrastinasi
sering kali mengalami keterlambatan dalam memenuhi tenggat waktu, baik
dari individu lain maupun niatnya sendiri.
d. Terlibat dalam hal-hal yang menurutnya lebih menyenangkan daripada
menyelesaikan tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi seringkali
menghabiskan waktunya untuk melakukan hal-hal lain yang dianggap lebih
menghibur dan menyenangkan, seperti menonton TV, bermain video game,
ngobrol dengan teman, berjalan-jalan dengan pacarnya, membaca koran,
majalah atau buku sejarah lainnya, dan mendengarkan musik, sehingga dia
memiliki lebih sedikit waktu untuk menyelesaikan tugas.
5
dibandingkan individu yang tidak lelah. Tingkat akademis tidak banyak
berpengaruh pada prokrastinasi seseorang, walaupun ide dan keyakinan
yang tidak logis sering kali terjadi dan dapat berpengaruh pada
prokrastinasi.
- Kondisi Psikologis
Ciri-ciri kepribadian seseorang seperti sifat kemampuan sosialnya, yang
diekspresikan dalam tingkat kecemasan dan hubungan sosial serta
regulasi diri, mempengaruhi kecenderungannya untuk melakukan
prokrastinasi akademik. Biasanya, kecenderungan penundaan juga
dipengaruhi secara negatif oleh motivasi individu. Kecenderungan
seseorang untuk menunda sesuatu akan berkurang seiring dengan
meningkatnya motivasi. Kebiasaan menunda-nunda seseorang juga
dapat dipengaruhi oleh kualitas pengendalian diri lainnya.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku menunda-
nunda seseorang dari luar dirinya. Faktor lingkungan yang kondusif dan
faktor pengasuhan orang tua merupakan contoh faktor eksternal.
- Lingkungan yang kondusif
Suasana belajar yang kondusif dapat mendorong terjadinya
prokrastinasi akademik karena membuat orang tersebut merasa nyaman
dan kurang peduli terhadap pekerjaan yang harus diselesaikan.
- Pengasuhan orang tua
Pola asuh otoriter yang tinggi dapat menyebabkan seseorang melakukan
prokrastinasi kronis, menurut penelitian Ferrari dan Ollivete (Selawati,
2023)
4. Macam-macam Prokrastinasi
Berdasarkan manfaat dan maksud di balik prokrastinasi tersebut, (Ferrari,
dan Husetiya, 2010) membedakan dua macam prokrastinasi:
a) Functional Procrastination: yaitu prokrastinasi dalam melaksanakan tugas-
tugas spesifik karena mengumpulkan informasi yang tepat dan
komprehensif terlebih dahulu.
6
b) Dysfunctional Procrastination: Ini mengacu pada penundaan yang tidak
memiliki arah, memiliki efek negatif dan menimbulkan masalah.
Bergantung pada alasan seseorang menunda-nunda, dysfunctional
procrastination dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kategori:
c) Decisional procrastination: Ferrari (Ghufron 2003) menyatakan bahwa
penundaan adalah mekanisme koping yang digunakan untuk membantu
seseorang mengambil keputusan dalam keadaan yang mereka anggap
sebagai stres. Jenis penundaan ini terjadi ketika seseorang kesulitan
mengidentifikasi suatu tugas, sehingga menimbulkan konflik internal dan
akhirnya menunda suatu keputusan.
d) Behavioral atau avoidance procrastination: Ferrari (Ghufron, 2003)
menyatakan bahwa penundaan adalah strategi yang digunakan untuk
menghilangkan tugas-tugas yang dianggap tidak menyenangkan atau
menantang.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang melekat yang dihasilkan dari
pengalaman masa lalu atau dari pembelajaran yang memiliki tujuan atau terencana.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu sepanjang
proses pendidikan untuk mencapai perubahan perilaku berupa pengetahuan,
ketrampilan dan sikap. Sedangkan Rusman berpendapat bahwa belajar pada
umumnya adalah proses interaksi terhadap setiap situasi yang ada di sekitar
individu. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan perubahan perilaku pada individu sehingga memperoleh lebih
banyak ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai rangkaian kegiatan
menuju perkembangan pribadi manusia pada umumnya.
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar seorang individu yang
berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Menurut Oemar
Hamalik hasil belajar adalah apabila seseorang sudah belajar maka akan terjadi
perubahan perilaku pada orang tersebut. Selanjutnya Winkel menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik
7
pribadi seseorang dan kesempatan bagi orang tersebut untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan kemampuannya.
8
- Evaluation (evaluasi), meliputi kemampuan individu dalam
mempertimbangkan nilai dari suatu pernyataan, uraian dan pekerjaan
berdasarkan pada kriteria yang sudah ditetapkan.
b) Ranah Afektif (penguasaan sikap)
(Tasya & Abadi, 2019)mengungkapkan bahwa ranah afektif adalah ranah
yang berhubungan dengan nilai-nilai yang selanjutnya akan dihubungkan
dengan sikap dan perilaku. Hasyim Zaini (Hamzah, 2012), ciri-ciri hasil
belajar pada ranah afektif yang tampak pada setiap individu seperti
perhatian pada pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat dll.
Secara lebih rinci, ranah afektif ini dibagi menjadi 5 jenjang dari yang
sederhana hingga kompleks;
- Receiving (penerimaan), diartikan sebagai kesediaan individu dalam
mengikuti suatu peristiwa tertentu.
- Responding (tanggapan), menunjukkan keaktifan dari individu sebagai
bentuk reaksi kesiapan dalam memberikan respon atau minat.
- Valuing (penghargaan), berhubungan dengan nilai suatu peristiwa yang
melekat.
- Organization (pengorganisasian), yaitu menggabungkan beberapa nilai
yang berbeda serta membangun system yang konsisten secara internal.
- Characterization by a value (karakterisasi terhadap nilai), menunjuk
pada proses afeksi dimana seseorang memiliki nili system sendiri yang
mengendalikan perilakunya untuk waktu yang lama dan pada akhirnya
membentuk gaya hidupnya.
c) Ranah Psikomotorik (keterampilan)
Hasil belajar psikomotorik berkaitan dengan keteramplan atau kemampuan
bertindak seseorang setelah menerima suatu pembelajaran. Ranah
psikomotorik dibagi menjadi 7 level yang disusun berurutan dari yang
paling rendah sampai kompleks;
- Perception (persepsi), berkaitan dengan respon alat indera untuk
menangkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak.
9
- Set (kesiapan), menunjukkan kesiapan individu melakukan tindakan
atau kesiapan mental dan psikis untuk bertindak.
- Guinded Respon (gerakan terbimbing), merupakan tahap awal
mempelajari keterampilan yang kompleks seperti peniruan/modelling.
- Mekanism (gerakan terbiasa), berkenaan dengan repon individu yang
terbiasa dengan gerakan-geralan yang penuh keyakinan dan kecakapan.
- Complex overt respons (gerakan kompleks), merupakan gerakan yang
sangat terampil dengan pola gerakan yang kompleks.
- Adaption (penyesuaian pola gerak), berkenaan dengan keterampilan
yang sudah dikembangkan dengan baik oleh individu sehingga terdapat
modifikasi pada pola-pola gerakan untuk menyesuaikan dengan
tuntutan tertentu.
- Organization (kreativitas), menunjuk pada penciptaan pola-pola
gerakan baru untuk menyesuaikan pada situasi dengan tuntutan tertentu.
10
b) Pengetahuan dan pengertian
c) Sikap dan cita-cita
Hasil belajar akan melekat pada diri individu apabila sudah menjadi bagian
dari kehidupan individu.
11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode Grounded Theory.
Penelitian kualitaif adalah suatu proses penelitian suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang
diamati (Bogdan & Biklen, S). Salah satu metode dari penelitian ini adalah metode
Grounded Theory yang merupakan suatu teori yang diturunkan dari data secra sistematis
dikumpulkan dan dianalisis melalui suatu proses penelitian (Strauss & Corbin (1990).
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UIN Walisongo dengan subjek penelitian sebanyak 4
Mahasiswa yang terdiri dari 4 perempuan yang mengalami permasalahan dalam
prokrastinasi akademik.
D. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, diantaranya yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama (tidak melalui perantara). Peneliti melakukan pengumpulan data dengan
metode penyebaran angket. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara secara
langsung kepada subjek untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan.
2. Data Sekunder
12
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
perantara (dicatat oleh pihak lain). Peneliti mendapatkan data sekunder dengan cara
membaca referensi lain seperti jurnal dan artikel.
13
Dokumentasi adalah catatan keterangan atau kondisi objektif lokasi penelitian dan
sampel yang diteliti dengan mencatat semua data secara langsung dari referensi yang
membahas tentang objek penelitian (UTAMI, 2019). Adanya dokumentasi ini
bertujuan untuk mendukung data yang berisi hasil kuesioner/angket, rekaman
wawancara, dan catatan hasil wawancara. Selain itu, dokumentasi juga bisa menjadi
sumber informasi tambahan yang digunakan untuk memperkuat hasil dan bukti bahwa
telah dilakukan pengisian kuesioner/angket dan melakukan wawancara.
14
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Kemudian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya apabila
diperlukan.
3. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berbentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Pada penelitian kualitatif yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data adalah menggunakan teks yang bersifat naratif.
Dengan menyajikan data, maka akan lebih mudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan tugas selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami (Sugiyono,
2019).
4. Kesimpulan dan Verifikasi Data
Menurut Sugiyono (2019), kesimpulan awal yang dijelaskan masih bersifat
sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya. Selanjutnya, apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan ini maka kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang belum pernah ada.
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek 1 : IN
Subjek 2 : AI
Subjek 3 : AN
Subjek 4 : FB
16
teman seperti mengajak untuk segera mengerjakan tugas juga sangat mempengaruhi
saya untuk segera mengerjakan dan tidak menunda-nundanya”
4. Keterampilan manajemen waktu
Pada aspek ini subjek 1 dan 2 tidak memiliki manajemen waktu dalam mengerjakan
tugas, mereka mengaku dalam mengerjakan tugas sesuka hatinya tidak ditetapkan atau
tidak ada patokan waktu. Berbeda dengan subjek 3 dan 4 yang dalam mengerjakan
tugasnya mereka memiliki manajemen waktu. Hal ini dibuktikan dengan jawaban
subjek 3 “Aku lebih senang kalo belajarku waktu malam soalnya kan kalo malam habis
maghrib itu kan nganggur, terus aku ngerjain tugas sampe tugasku bener-bener kelar
dalam sekali duduk” dan jawaban subjek 4 yaitu “Saya biasanya menetapkan waktu
belajar yaitu pukul 20.00-21.00 WIB. Ketika saya sudah mandi, sudah makan, dan
keadaan di kos sudah tenang biasanya saya baru bisa belajar dengan serius. Saya juga
lebih bersemangat ketika belajar dengan cara mendengarkan musik yang asik”.
5. Kemalasan
Pada aspek ini subjek 1, 2 dan 3 memiliki kesamaan yaitu dalam mengerjakan tugas
kemalasan dipengaruhi oleh deadline tugas yang masih lama dan tugas yang cenderung
susah untuk dimengerti. Sedangkan subjek 4 mengaku bahwa kemalasan dalam
mengerjakan tugas dipengaruhi oleh asiknya main handphone. Hal ini dibuktikan
dengan jawaban subjek 4 antara lain “Hal yang membuat saya enggan untuk
mengerjakan tugas adalah karena terkadang saat saya sedang keasikan bermain hp.
Kalau sudah bermain hp saya menjadi sangat malas untuk mulai mengerjakan tugas”.
6. Inisiatif pribadi
Pada aspek ini subjek 3 dan 4 memiliki kesamaan yaitu masing-masing mereka
memiliki inisiatif dan kesadaran (awareness) yang kuat untuk mengerjakan tugas,
mereka juga menyadari bahwa tugas adalah suatu kewajiban yang harus diselesaikan,
selain itu dengan adanya inisiatif pribadi dalam mebgerjakan tugas mereka
menginginkan untuk lulus tetapt waktu sehingga dapat membahagiakan orang tua
mereka.
Berbeda dengan subjek 1 yang memiliki inisiatif dalam mengerjakan tugas dipengaruhi
oleh faktor matkul-matkul yang disukainya, subjek 2 mengaku bahwa motivasi dia
akan muncul dalam mengerjakan tugas ketika tugas tersebut dari matkul yang
17
disukainya. Demikian dengan subjek 2 yang memiliki inisiatif dalam mengerjakan
tugas dipengaruhi oleh adanya keinginnan untuk menonton film, subjek 2 mengaku
bahwa kesadaran dirinya akan muncul untuk mengerjakan tugas agar setelah itu bisa
menonton film yang dia sukai.
Aspek prokrastinasi menurut Ferary dalam Ghufron dan Risnawati (2020) antara lain:
18
subjek sudah merasa bosan dengan tugasnya, dan subjek merasa kesulitan dalam
mengerjakan tugasnya maka handphone menjadi peralihan subjek, yang akhirnya
tugasnya terbengkalai karena terlalu asik bermain handphone.
1. Kognitif
Pada aspek ini masing-masing subjek meskipun melakukan prokrastinasi dalam
mengerjakan tugas, namun mereka masih bisa memahami setiap tugas yang diberikan
dan bisa mempresentasikan dikelas.
2. Afektif
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dalam aspek ini masing-
masing subjek memiliki rasa takut dan kurang percaya akan kemampuan dirinya untuk
menjawab dan menyampaikan pendapatnya.
3. Psikomotorik
Berdasarkan hasil wawancara oleh masing-masing subjek dapat disimpulkan bahwa
dalam subjek tidak langsung menerapkan dan mengaplikasikan materi yang diterima,
namun ketika ada situasi tertentu yang membuatnya teringat akan materi yang diterima
subjek menyadari bahwa mereka sedang mengaplikasikanya.
19
HASIL TEMUAN BARU
Dari 4 subjek yang kami wawancarai, subjek 1, 2, 3 dan 4 melakukan prokrastinasi. Namun
yang membedakan adalah subjek 4, yang mana prokrastinasi pada subjek 4 tidak berpengaruh
terhadap hasil belajarnya. Subjek 4 mengatakan bahwa ia merasa cukup puas dengan apa yang
diperoleh. Subjek 4 juga mengaku bahwa alasan dirinya puas dengan apa yang diperoleh adalah
karena nilai ipknya selama ini tidak pernah menurun drastis. Subjek 4 pernah mengalami
penurunan nilai ipk hanya sekali dan itu hanya turun sedikit, dengan begitu subjek 4 mengaku
bahwa walaupun melakukan prokrastinasi hal tersebut tidak berdampak terhadap hasil belajarnya
selama ini. Tidak seperti subjek 1, 2 dan 3 yang merasa tidak maksimal karena dalm mengerjakan
tugasnya melakukan penundaan atau melakukan prokrastinasi. Hal ini dapat diperkuat juga dengan
hasil kuesioner/angket yang telah masing-masing subjek jawab.
20
KESIMPULAN
Prokrastinasi akademik adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dengan cara
menunda-nunda, memperlambat dan mengakhirkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diterima sehingga mengakibatkan dampak yang buruk bagi dirinya. Prokrastinasi sendiri memiliki
beberapa aspek diantaranya menurut McCloskey (2011) terdapat 6 aspek yaitu percaya diri pada
bakat yang dimiliki, perhatian yang teralihkan, faktor sosial, keterampilan manajemen waktu,
kemalasan, dan juga adanya inisiatif pribadi. Kemudian terdapat pula aspek prokrastinasi menurut
Ferary dalam Ghufron dan Risnawati (2020) yaitu menunda dimulainya atau diselesaikannya
tugas, ketidakaktifan atau kelambatan saat mengerjakan tugas, jeda waktu antara rencana yang
diharapkan dan hasil yang dicapai, dan juga terlibat dalam hal-hal yang menurutnya lebih
menyenangkan daripada menyelesaikan tugas.
Hasil belajar adalah hasil yang diberikan kepada siswa dalam bentuk penilaian setelah
melalui proses pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, keterampilan pada diri siswa
dengan adanya perubahan perilaku. Hasil belajar sendiri memiliki beberapa aspek, menurut Arif
dalam Hamzah (2012) aspek hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Bungalangan, Y. T., Isu, R. J., Hadi, M. P., Astuti, N. N. T., Dibia, I. K., Riastini, P. N., Addailani,
S. H., Santoso, A. B., Sulastri, Imran, Firmansyah, A., Tefa, P. I., Bulu, V. R., Nitte, Y. M.,
Idrus, C., Lidia, W., Hairunisya, N., Sujai, I. S., Distya, M., … Arikunto, S. (2015). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(1), 240. http:
ejournal.unikama.ac.id/index.php/JBPD%0Ayang%0Ahttp://perspektif.ppj.unp.ac.id/index.
php/perspektif/article/view/75%0Ahttps://media.neliti.com/media/publications/29825-ID-
perbedaan-hasil-belajar-siswa-menggunakan-metode-pembelajaran-kooperatif-tipe-
Makbul, M., & Farida, N. A. (2023). Pengaruh Prokrastinasi Akademik Terhadap Hasil Belajar
Teknik Evaluasi Pembelajaran Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Singaperbangsa Karawang. HAWARI: Jurnal Pendidikan Agama Dan
Keagamaan Islam, 4(1), 1–10.
Muyana, S. (2018). Prokrastinasi akademik dikalangan mahasiswa program studi bimbingan dan
konseling. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 8(1), 45.
https://doi.org/10.25273/counsellia.v8i1.1868
Nurrizqi, M. (2019). Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik dan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa di Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
Popenici, S., & Millar, V. (2015). Writing Learning Outcomes A Practical Guide for Academics.
Melbourne: Melbourne Centre for the Study of Higher Education, 1–15.
%0Awww.cshe.unimelb.edu.au
Sudiana, I. N. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PPKN. Jurnal Nalar : Pendidikan Dan Pembelajaran,
2(1), 26–35. https://doi.org/10.52232/jnalar.v2i1.25
22
Tasya, N., & Abadi, A. P. (2019). Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar Siswa. Sesiomedika,
660–662. blob:https://journal.unsika.ac.id/f116ead3-c519-42ff-8b99-6e2d21b22593
Zuraida. (2017). Hubungan prZuraida. (2017). Hubungan prokastinasi akademik dengan prestasi
belajar pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Potensi Utama. Kognisi Jurnal, 2(1),
30–41.okastinasi akademik dengan prestasi belajar pada mahasiswa fakultas psikologi Unive.
Kognisi Jurnal, 2(1), 30–41.
23