Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI DAN

OLAHRAGA
“EVALUASI PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampu
Dr. Arsil, M. Pd
Dr. Roma Irawan, S. Pd, M. Pd

Oleh :

Ary Firmansyah : 19199066


Iil Zefiter : 19199018
Muhammad Khairil Salam : 19199032

Rony Hidayat : 19199083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA (S2)


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

atas limpahan rahmat, karunia, dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita

dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Makalah ini penulis

susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan Jasmani Dan

Olahraga jurusan Pendidikan olahraga S2 Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

Universitas Negeri Padang (UNP). Pembuatan makalah ini diperlukan supaya

penulis dan pembaca dapat memahami dan mengkaji tentang Evaluasi Pendidikan

Jasmani dan Olahraga.

Padang, Desember 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.     Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 3
BAB II: PEMBAHASAN .......................................................................... 4
A. Tujuan Evaluasi Pembelajaran ...................................................... 4
B. Pengertian Evaluasi Pembelajaran ................................................ 7
C. Unsur – Unsur Evaluasi Pembelajaran ......................................... 8
BAB III: PENUTUP.................................................................................... 18
A.    Kesimpulan ................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran guru pendidikan jasmani begitu komplek dalam program
pendidikan, mulai dari merencanakan dan memeriksa keselarasan berbagai
langkah menuju hasil, keselarasan antara instruksi, kegiatan praktek, dan
kompetisi mengarah pada hasil yang diinginkan (Siedentop, D., 2011:77)
kemudian, menyediakan kerangka kerja untuk mempelajari pengaruh setiap
pengalaman belajar-mengajar terhadap perkembangan peserta didik (Mosston,
M., & Ashworth, S., 2008:6). Guru pendidikan jasmani adalah seorang teknisi,
teoritikus, praktisi reflektif, terapis, pembuat keputusan dan peneliti (Rocha, R.
F. and Clemente, F. M., 2012:558). Tugas guru yakni sebagai perancang
program pembelajaran, pelaksana, pemantau dan sekaligus sebagai evaluator
untuk menilai apakah pengalaman belajar yang diberikan diterima dengan baik
oleh peserta didik. Guru menggunakan data hasil belajar siswa dari berbagai
penilaian untuk terus mengevaluasi dan menyesuaikan instruksi mereka
(Hargreaves, A., et al., 2010:558).
Menurut UU Nomor 15 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 tentang guru dan
dosen bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada tataran tugas
disebutkan “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
(a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, (b) meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran, (d)

1
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika, dan (e) memelihara dan memupuk persatuan
dan kesatuan bangsa”.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 64 ayat 1, penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Peranan penilaian bagi guru diantaranya sebagai pemberian umpan balik yang
efektif bagi siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran,
menyesuaikan pengajaran dengan pertimbangan dari hasil penilaian, penilaian
memiliki pengaruh besar pada motivasi dan penghargaan diri bagi siswa, siswa
memerlukan hasil untuk menilai diri sendiri dan memehami bagaimana
memperbaikinya (Hargreaves, A., et al., 2010:886).
Evaluasi hasil belajar memiliki pengaruh yang berarti untuk
meningkatkan dan memperbaiki aspek belajar. Menurut Arikunto (2015:14)
makna penilaian bagi siswa yakni agar siswa dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Penilaian yang
dilakukan oleh guru harus mencakup sikap, psikomotor dan kognitif siswa.
Pendidikan jasmani lebih cenderung pada pengembangan kemampuan
psikomotor peserta didik, namun tidak melupakan ranah sikap dan kognitif.
Jarangnya guru pendidikan jasmani membuat instrumen untuk menilai
kemampuan kognitif siswa disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang sering
dijumpai adalah bahwa guru kurang memiliki wawasan untuk menyusun
instrumen tes kognitif. Menurut Ardiyanto (2016:1898) pada studi awal
penelitiannya menunjukkan bahwa guru pendidikan jasmani mengambil nilai
hanya dari hasil tes UAS saja. Selanjutnya, Aji (2016:1450) mengatakan guru
pendidikan jasmani hanya sebatas membuat instrumen penilaian, guru kurang
memahami kategori penilaian yang baik dan belum tahu cara menganalisis
instrumen.

2
Untuk dapat menentukan baik-tidaknya butir-butir soal atau instrumen
yang akan digunakan melakukan pengukuran, dapat diketahui melalui beberapa
informasi yang mencakup: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) indeks kesukaran
soal, dan (4) indek daya beda. Oleh karena itu demi terwujudnya penilaian
yang utuh bagi siswa, guru membutuhkan arahan bagaimana menyusun tes
untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yang nanti akan kita bahas
dalam pembahasan, antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Evaluasi Pembelajaran ?
2. Apa tujuan Evaluasi Pembelajaran ?
3. Bagaimana cara mengambil keputusan dalam evaluasi pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di asat, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengertian Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk menganalisis tujuan Evaluasi Pembelajaran
3. Untuk mengetahui cara mengambil keputusan dalam evaluasi
pembelajaran

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Menurut Safrit ( 1981) dan verducci (1980) menyatakan tujuan evaluasi
meliputi :
1. Mendiagnosis kelemahan
2. Pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan
3. Mengarahkan siswa sesuai dengan program
4. Memprediksi tingkat kemampuan
5. Menentukan prestasi siswa
6. Mengetahui kemajuan siswa
7. Memotivasi siswa
8. Penentuan kelas
9. Mengevaluasi efektifitas pengajaran
10. Melakukan perbaikan program adminitrasi
11. Mengevaluasi kurikulum
Menurut Kirkendall (1980) tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi:
Penentuan status, pengelompokan siswa, seleksi siswa, diagnosis dan
bimbingan, motivasi, mempertahankan standar, perlengkapan pengalaman
pendidikan, dan melengkapi penelitian.

Pengukuran dan evaluasi dapat memiliki beberapa tujuan, tujuan


tersebut tidak selalu cocok dengan segala situasi. Berikut ini akan dibahas
tujuan pengukuran dan evaluasi yang meliputi:
1. Penentuan Status Siswa
Pengukuran dan evaluasi dapat digunakan untuk menentukan status
kemajuan atau prestasi siswa. Hasil dari pengukuran dan evaluasi ini dapat
digunakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemam-puan yang
dimiliki, untuk promosi dari suatu kelas ke kelas yang lebih tinggi atau
menaikkan siswa ke tingkat berikutnya. Contoh: dalam cabang olahraga,
sebuah tim sepakbola devisi | akan dapat masuk ke devisi utama apabila tim

4
tersebut menduduki urutan (ranking) pertama dalam sebuah kompetisi yang
diputar selama satu tahun.

2. Pengelompokan siswa
Pengukuran dan evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui apakah
kelompok tersebut homogen atau heterogen, dari beberapa sifat atau
kemampuan yang dimiliki. Pengelompokan dapat didasarkan pada beberapa
macam alasan, dan pengelompokan tersebut dapat didasarkan pada tingkat
usia, kondisi kesehatan, struktur tubuh (tinggi dan berat badan), keterampilan,
jenis kelamin, minat dan sebagainya. Pengelompokan ini dapat berfungsi
untuk memperbaiki pelaksanaan pengajaran, dengan cara melakukan
pengelolaan kelompok yang homogen.

Pengelompokan dalam cabang olahraga dapat dicontohkan sebagai


berikut: Seorang dosen yang membina matakuliah bolavoli, sebelum
perkuliahan berlangsung dalam semester tertentu, dosen tersebut melakukan tes
awal untuk mengukur keterampilan dasar bolavoli yang telah dimiliki oleh
mahasiswa peserta kuliah. Berdasarkan data yang diperoleh melalui
pengukuran tersebut, dosen memutuskan pembagian peserta kuliah menjadi
tiga kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki (misalnya:
baik, sedang dan kurang). Melalui pengelompokan ini di harapkan akan
membantu guru dalam mengelola kelas karena kelompok tersebut relatif
homogen kemampuannya, sehingga mahasiswa yang kurang memiliki
keterampilan dasar bermain bolavoli nantinya akan dapat meningkat dengan
cepat dan dapat menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain yang
kemampuannya berada di atasnya.

3. Seleksi
Pengukuran dan evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi siswa dari
suatu kelompok. Dalam kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran
pendidikan jasmani biasa dilakukan untuk menyeleksi anggota tim olahraga
yang mewakili kelas, sekolah. Seleksi siswa ini melibatkan kemampuan fisik,
sosial dan emosional. Contoh: untuk kegiatan olahraga, pertandingan antar

5
kelas untuk siswa SMA merupakan salah satu sarana untuk melakukan seleksi
terhadap siswa yang berpotensi. Di perguruan tinggi, pertandingan olahraga
antar fakultas merupakan sarana untuk melakukan seleksi terhadap mahasiswa
yang memiliki potensi dan minat terhadap cabang olahraga tertentu untuk
dibina yang lebih intensif.

Tes masuk ke perguruan tinggi negeri baik tes tulis maupun tes
keterampilan merupakan salah satu contoh: pengukuran dan evaluasi yang
berfungsi seleksi untuk menentukan apakah calon mahasiswa tersebut layak
diterima atau tidak.
4. Diagnostik dan Bimbingan
Pengukuran dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan diagnostik
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan, berdasarkan hasil pengukuran dan
evaluasi maka perbaikan (remidial) dapat dilakukan. Dari hasil diagnosis ini
kegiatan bimbingan dilakukan untuk membantu siswa. Untuk pendidikan
jasmani bimbingan diberikan sesuai dengan kelemahankelemahan yang
dimiliki siswa. Sebagai contoh: berdasarkan pengukuran dan evaluasi yang
telah dilakukan, maka diperoleh data beberapa mahasiswa program studi
pendididkan olahraga semester lemah dalam matakuliah renang, dari data
tersebut disusun suatu program untuk membantu mahasiswa yang mengalami
kesulitan dalam renang.

5. Motivasi
Hasil tes yang diumumkan kepada mahasiswa diharapkan akan dapat
membangkitkan motivasi mahasiswa untuk berprestasi yang lebih baik. Dengan
mengetahui hasil yang dicapai, mahasiswa yang memperoleh nilai rendah
diharapkan akan lebih memacu diri untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi.
Bagi mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi diharapkan dapat
mempertahankan prestasi yang dicapai bahkan kalau dapat ditingkatkan.

6. Mempertahankan Standar
Pengukuran dan evaluasi dapat berguna untuk mempertahankan standar
penampilan yang diharapkan mahasiswa. Pengukuran dan evaluasi tidak hanya

6
sekedar digunakan untuk menilai mahasiswa, tetapi dapat juga untuk melihat
sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran telah tercapai. Dengan demikian
bukan hanya menyangkut materi saja yang dievaluasi melainkan proses
pengajarannya pun harus dievaluasi secara cermat. Evaluasi harus dilakukan
dengan pengorganisasian yang baik dan cermat, agar kegiatan yang dilakukan
lebih efektif.

7. Melengkapi Pengalaman Pendidikan.


Hasil evaluasi berguna bagi guru dan siswa untuk melakukan perbaikan.
Berdasarkan hasil yang diperleh, dosen dapat belajar tentang dirinya dan
tentang kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian guru tidak hanya
mempelajari tentang kondisi siswa saja, melainkan juga dapat menemukan
informasi yang berguna bagi dirinya maupun bagi siswanya. Pengalaman yang
diperoleh tersebut penting artinya untuk melengkapi pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya.Pengalaman tersebut dapat berupa ketepatan penggunaan
metode mengajar atau aktifitas lain yang berguna bagi siswa.

B. Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Pembelajaran PJOK dilakukan dengan mempertimbangkan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses
menentukan nilai atau harga dari sesuatu. Johnson dan Nelson (1974)
menyatakan bahwa evaluasi lebih penting dari pengukuran, evaluasi berguna
sebagai dasar untuk menilai berdasarkan data yang dikumpulkan melalui
proses pengukuran. Mathwes (1978) menyatakan evaluasi mencakup
pengambilan keputusan, penaksiran, penilaian, dan implementasi terhadap
proses pendidikan secara keseluruhan.
Menurut Verducci (1980) evaluasi merupakan proses yang sistematis
untuk menentukan tingkat tercapainya suatu tujuan. Evaluasi menurut
Kirkendali (1980) adalah suatu proses penentuan nilai atau pengumpulan data
yang memiliki makna. Ratna Sayekti (1988) menyatakan evaluasi merupakan
suatu proses yang sistematis untuk menentukan seberapa jauh tujuan
instruksional telah dicapai siswa.

7
Berdasarkan pendapat di depan, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan nilai berdasarkan
data yang dikumpulkan melalui pengukuran. Proses pemberian nilai harus
dilakukan secara obyektif, dan diusahakan Unsur-unsur subjektif tidak masuk
sebagai pertimbangan dalam penilaian. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa evaluasi meliputi dua langkah di depan yaitu mengukur dan menilai.
C. Unsur-Unsur Evaluasi Pembelajaran
1. Pengambilan Keputusan
Cara evaluasi diterapkan tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.
Evaluasi berarti berusaha menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan yang
ingin dicapai oleh para pendidik. Dalam penentuan atau pengukuran sebuah
tujuan, biasanya diperlukan patokan, apabila tidak ada patokan dalam
pengukuran, maka akan menemukan kesulitan dalam melakukan evaluasi yang
sesuai. Mungkin hanya tergantung pada perkiraan atau selera pendidik saja,
kalau demikian maka hasilnya merupakan keputusan subjektif.
Agar pengambilan keputusan tidak merupakan perbuatan yang
subyektif, maka diperlukan patokan atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut
berfungsi sebagai ukuran, apakah seseorang telah memenuhi persyaratan untuk
digolongkan sebagai siswa yang berhasil, pandai, baik, naik kelas, lulus atau
tidak. Menurut Zaenal Arifin (2009) dalam koteks evaluasi pembelajaran
dikenal dengan adanya dua patokan yang umum dipakai yaitu :
a. Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP), biasanya disebut juga criterion
evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda.
Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan
penampilan siswa yang lain. Contoh penilaian yang menggunakan Penilaian
Acuan Patokan (PAP), misalnya: "untuk dapat membuktikan bahwa kamu
tuntas belajar, maka ikuti ujian akhir semester dan dapatkan nilai minimal 70″.
(Bermawi Munthe, 2009: 1001).

8
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan PAP,
antara lain:

1. Penentuan nilai hasil tes belajar itu digunakan acuan kriterium


(menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan
diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar
absolute), artinya pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan
jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh
masing-masing individu siswa, dengan skor maksimum ideal yang
mungkin dapatdicapai oleh siswa, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab
dengan benar.
2. Penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau pada patokan ini,
tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilaiyang diberikan kepada masing-
masing individu siswa, mutlak ditentukan olehbesar kecil atau tinggi
rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa yang
bersangkutan. Itu lah sebabnya mengapa penentuan nlai dengan mengacu
kepada kriterium sering disebut sebagai penentuan nilai secaramutlak
(absolute) atau penentuan nilai secara individual.
3. Dalam penerapannya penetuan nilai seorang siswa dilakukan denagan
jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum
idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini sering
juga dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan
nilai secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen.
b. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma,


yaitu: Menurut Suharsini Arikunto, (2010, 237) Acuan norma merupakan
elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen normatif yang diacu
dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan
standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat
diperlukan dalam penerapan standar.

9
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan
dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai
penilaian acuan norma (PAN). PAN adalah nilai sekelompok peserta didik
(siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan
di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di
kelompok itu.Sedangkan Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara
membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam
hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas kelompok dipakai sebagai dasar
penilaian.

Terdapat beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif, antara lain:

1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap


peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Dalam artian,
bahwa, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin
mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di
kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
Maksudya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau
kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya)
dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk
menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap
kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang
mengalami kesulitan yang serius.

Lebih spesifik, Aunurrahma, (2009: 29), mengalisis ciri-ciri PAN


antara lain sebagai berikut:

10
a. Penilaian Acuan Normatif, tidak diberlakukan untuk menentukan
kelulusan seseorang, tetapi untuk menentukan rangking mahasiswa dalam
kelompok tertentu .
b. Penilaian Acuan Normatif, berfungsi untuk memetakan
perbandingan antara mahasiswa : mahasiswa dinilai dan diberi rangking
antara stu dengan yang lainnya.
c. Penilaian Acuan Normatif, Menggaris bawahi perbedaan prestasi antara
siswa.
d. Penilaian Acuan Normatif, hanya mengandalkan nilai tunggal dan
perangkat tunggal.
2. Karakteristik Tes Laporan
Untuk dapat memberikan informasi yang baik, sebagai dasar
pengambilan keputusan, maka perlu dibuat laporan hasil evaluasi
pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat
laporan hasil evaluasi. Laporan hasil evaluasi harus :
1. Membuat informasi yang lengkap
2. Mudah difahami
3. Mudah dibuat
4. Dapat dipakai
5. Bersifat objektif
Bentuk laporan hasil evaluasi, bisa berupa angka, huruf, gambar atau
bahasa. Fungsi laporan, disamping untuk kepentingan kegiatan pembalajaran
di sekolah, juga untuk dipergunakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, orang
tua, masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi.
3. Kesimpulan
Berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen
Nomor:12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
(SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, dan SMA/MA/SMK/SMALB),
menyatakan bahwa :
1. Laporan Hasil Belajar

11
a.Laporan hasil belajar peserta didik harus dapat menggambarkan
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4):
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
oleh karena itu penilaian hasil belajar harus mencerminkan ketiga aspek
kompetensi dimaksud dengan mempertimbangkan karakteristik masing-
masing mata pelajaran.
c.Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam
bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran untuk masing-
masing nilai pengetahuan dan nilai praktik sesuai dengan karakteristik
kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan, serta kualifikasi untuk
kondisi afektif/sikap, disertai dengan deskripsi kemajuan
belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai pencerminan
kompetensi secara utuh.
d. Setiap akhir semester, satuan pendidikan melaporkan hasil belajar
peserta didik kepada orangtua/wali peserta didik.
e.Laporan Hasil Belajar (LHB) peserta didik dapat berbentuk buku atau
lembaran, dapat ditulis secara manual atau komputerisasi.
f. Menjawab keingintahuan orangtua seperti:
1) Bagaimana peserta didik belajar di sekolah secara akademik, fisik,
sosial maupun emosional.
2) Sejauhmana partisipasi anaknya dalam kegiatan di sekolah
Kemampuan apa yang dicapai peserta didik selama kurun waktu
belajar tertentu.
3) Apa yang harus dilakukan orangtua untuk membantu
mengembangkan potensi anaknya lebih lanjut.
2. Isi Laporan Hasil Belajar
a. Identitas peserta didik.
b. Format nilai hasil belajar peserta didik.
c. Format ketercapaian kompetensi peserta didik.
d. Pengembangan diri.

12
e. Akhlak mulia dan kepribadian.
f. Ketidakhadiran.
g. Catatan wali kelas.
h. Catatan prestasi peserta didik.
i. Keterangan pindah sekolah.
3. Cara Pengisian Format LBH
a. Kolom Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) untuk setiap mata pelajaran
diisi dengan nilai KKM yang telah ditentukan oleh masing-masing
satuan pendidikan, dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 –
100.
b. Kolom Pengetahuan diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian
SK dan KD setiap mata pelajaran dan muatan lokal per semester, ditulis
secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan huruf.
c. Kolom Praktik diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK
dan KD untuk aspek praktik pada mata pelajaran dan muatan lokal
tertentu per semester, ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan
bulat dan huruf.
d. Kolom sikap/afektif diisi dengan hasil penilaian aspek sikap/afektif
pada setiap mata pelajaran dan muatan lokal melalui pengamatan
selama proses pembelajaran berlangsung per semester. Nilai
sikap/afektif dicantumkan dalam bentuk predikat, dengan klasifikasi
tinggi, sedang, rendah, atau amat baik, baik , cukup, dan kurang.
e. Kolom ketercapaian kompetensi diisi dengan uraian singkat/ deskripsi
yang menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi secara utuh (baik
KD yang telah tuntas maupun yang belum tuntas) untuk setiap mata
pelajaran.
f. Tabel pengembangan diri diisi dengan jenis pengembangan diri
(kegiatan kreativitas) yang diikuti oleh peserta didik dan keikutsertaan
dalam organisasi/kegiatan sekolah.
g. Kolom keterangan diisi dengan deskripsi singkat tentang predikat
prestasi dan ketercapaian kemampuan baik keterampilan maupun

13
pengetahuan, aktivitas/kegiatan sekolah yang diikuti peserta didik, serta
sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan
dan setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri.
h. Kolom keterangan pada Tabel Akhlak Mulia dan Kepribadian diisi
dengan kategori penilaian Sangat Baik, Baik, atau Kurang Baik dan
deskripsi tentang sikap/kebiasaan peserta didik yang paling dominan
(baik positif maupun negatif), dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
untuk setiap aspek yang dinilai.
i. Kolom keterangan pada tabel Ketidakhadiran diisi dengan lama waktu
(hari, jam atau satuan waktu lainnya).
4. Kenaikan Kelas
a. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran.
b. Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester 2
(dua), dengan pertimbangan bahwa seluruh SK/KD yang belum tuntas
pada semester 1 harus dituntaskan sebelum akhir semester 2 (dua).
c. Nilai kenaikan kelas memperhitungkan hasil belajar peserta didik
selama satu tahun pelajaran yang sedang berlangsung.
d. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang
bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran.
e. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang
bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri khas program yang
diikuti, atau tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pada salah satu
atau lebih mata pelajaran ciri khas program.
f. Satuan pendidikan dapat menambah kriteria kenaikan kelas sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan, melalui
rapat dewan pendidik.
5. Pindah sekolah
a. Satuan pendidikan harus memfasilitasi peserta didik yang pindah
sekolah :

14
1) Sesama sekolah pelaksana KTSP
2) Antara sekolah pelaksana kurikulum 1994 atau kurikulum 2004
dengan sekolah pelaksana KTSP
b. Pelaksanaan pindah sekolah lintas provinsi/ kabupaten/kota
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku pada masing-masing Dinas
Pendidikan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota. Satuan pendidikan
dapat menentukan persyaratan pindah/mutasi peserta didik sesuai
prinsip manajemen berbasis sekolah, antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) Menyesuaikan bentuk LHB dari sekolah asal sesuai  dengan LHB
yang digunakan di sekolah tujuan.
2) Melakukan tes atau program matrikulasi bagi peserta didik
pindahan.
Adapun tata cara pengisian laporan hasil belajar menurut Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2008 yaitu,
1. Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik
a. Satuan Pendidikan membuat laporan hasil penilaian mata pelajaran
untuk semua kelompok mata pelajaran pada akhir semester dalam
bentuk buku laporan pendidikan (raport), dan menyampaikan laporan
dimaksud kepada orang tua/wali peserta didik.
b. Laporan hasil belajar peserta didik oleh satuan pendidikan harus dapat
menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada semua
mata pelajaran. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat (4) dijelaskan bahwa,
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan,
oleh karena itu penilaian hasil belajar harus mencerminkan ketiga
aspek kompetensi dimaksud dengan mempertimbangkan karakteristik
masing‐masing mata pelajaran.
c. Bentuk LHB dapat berupa buku atau lembaran, dengan catatan harus
memenuhi seluruh komponen LHB, yang mencakup 1) identitas

15
peserta didik, 2) format nilai hasil belajar peserta didik, 3) format
ketercapaian kompetensi peserta didik, 4)  program pengembangan
diri, 5) akhlak mulia dan kepribadian, 6) ketidakhadiran, 7) catatan
wali kelas, 8) keterangan pindah sekolah, dan 9) catatan prestasi
peserta didik.
d. Nilai laporan hasil belajar per semester merupakan nilai kumulatif dari
hasil pencapaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
selama peserta didik mengikuti pembelajaran pada semester yang
terkait, yang diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah
semerter, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas (untuk
semester genap) termasuk hasil remedial. Hal ini sesuai dengan
karakteristik  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dikembangkan berbasis kompetensi. Proses pembelajaran berbasis
kompetensi menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery
learning) dan penilaian berkelanjutan.
e. Pengisian LHB dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi.
f. Penulisan buku induk dapat dilakukan secara manual atau
komputerisasi (disesuaikan dengan pelaksanaan penulisan LHB).
g. LHB disampaikan kepada peserta didik dan orang tua/wali peserta
didik setiap akhir semester.
2. Pengisian Format/Tabel Laporan Hasil Belajar
a. Identitas Peserta Didik
b. Identitas Peserta Didik
1) Kolom PENGETAHUAN diisi dengan nilai kumulatif dari hasil
pencapaian SK dan KD untuk aspek kompetensi pengetahuan  peserta
didik setiap mata pelajaran dan muatan lokal per semester. Nilai
pengetahuan mencakup aspek pengetahuan konsep sampai dengan
aspek penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang diperoleh melalui
berbagai teknik penilaian berupa tes tertulis dan lisan
(wawancara/presentasi dll), observasi atau pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain sesuai dengan

16
karakteristik  mata pelajaran. Nilai pengetahuan harus sesuai tuntutan
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Nilai
Pengetahuan ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan
huruf, dengan menggunakan skala 0 ‐ 100. Contoh: dalam  angka : 75
dalam  huruf Tujuh Lima.
2) Kolom PRAKTIK diisi dengan nilai kumulatif dari hasil
pencapaian  SK dan KD yang penilaian hasil belajarnya dilakukan
melalui tes praktik atau tes kinerja. Nilai praktik hanya diberlakukan
untuk mata pelajaran tertentu yang SK dan KD nya menuntut peserta
didik untuk mampu mempraktikkan atau melaksanakan tugas dengan
cara yang benar dan hasil yang baik, seperti mata pelajaran: Fisika,
Kimia, Biologi, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Seni
Budaya, Bahasa, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sedangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di masing‐masing
satuan pendidikan. Nilai praktik mencakup ranah/aspek penilaiaan
yaitu: KOGNITIF (penguasaan pengetahuan, penerapan),
PSIKHOMOTOR (keterampilan dan teknik dalam melakukan tugas
serta kesesuaian dengan standar operasional prosedur), yang seluruh
hasil penilaiannya terintegrasi dalam satu nilai yang dituliskan dalam
kolom praktik. Pencantuman nilai praktik secara mandiri dalam
laporan hasil belajar, dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah benar‐benar dilaksanakan sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik pada setiap  SK dan
KD per mata pelajaran atau muatan lokal. Nilai praktik dicantumkan
secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat  dan huruf (seperti
contoh pada butir 1).
3) Kolom SIKAP diisi dengan hasil penilaian sikap pada setiap mata
pelajaran dan muatan lokal, yang diperoleh melalui observasi atau
pengamatan guru terhadap peserta didik selama proses
pembelajaran  berlangsung. Kriteria penilaian sikap peserta didik

17
ditunjukkan dalam bentuk antara lain: motivasi dan minat belajar,
kerjasama, disiplin, ketekunan, ulet (tidak mudah menyerah), sportif,
percaya diri (kemandirian), ketelitian, kemampuan memecahkan
masalah, kritis, berfikir logis dan ilmiah, kreatifitas, santun dalam
berkomunikasi, responsif dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/pertanyaan sesuai dengan kaidah berbahasa
yang baik dan benar (dalam  B. Indonesia dan B. Asing), antusias
dalam membaca, memiliki kepedulian dengan lingkungan (sosial,
budaya, ekonomi dan politik), suka menolong, suka beramal,
menghargai dan menghormati orang lain, santun dalam bersikap,
berlaku jujur, memiliki jiwa kewirausahaan, atau bentuk lainnya sesuai
dengan karakteristik masing‐masing mata pelajaran. Pencantuman
Nilai sikap secara mandiri dalam LHB, dimaksudkan agar setiap
pendidik memiliki data tentang sikap peserta didik pada saat mengikuti
pembelajaran.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi pembelajaran merupakan proses yang sistematis dalam
Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma
tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa
mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran
yang diharapkan.
Evaluasi memegang peranan penting karena hasil evaluasi
menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dan sebuah hasil evaluasi
diharapkan dapat membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu
program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi,
menambah pengetahuan, serta membantu mendapat dukungan dari mereka
yang terlibat dalam program tersebut. Dalam dunia pendidikan, evaluasi
merupakan hal mutlak dalam melihat kinerja (performance) pelaku
pendidikan, utamanya siswa didik.Evaluasi telah memegang peranan penting
dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar
untuk:1) Membuat kebijaksanaan dan keputusan2)Menilai hasil yang dicapai
para pelajar 3)Menilai kurikulum,4)Memberi kepercayaan kepada sekolah,5)
Memonitor dana yang telah diberikan,6)Memperbaiki materi dan program
pendidikan.

B.     Saran

19
1.      Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami
pengertian gerak, lagu, dan musik. Yang dapat di padukan menjadi
sesutau yang yang baik
2.      Dalam mempelajari mata kuliah evaluasi kami juga sebagai penulis
masih mempunyai banyak kekeliruan, dan kami juga masih perlu
mempunyai literature

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:


Arikunto, Suharsimi dan Safruddin A. Jabar (2004). Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Bambang Budi Wiyono, 2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Elang Emas.
Brown, Federick E., (1976). Principles of Education and Psychological Testing. 2nd
ed. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Bumi Aksara.
Cronbach, Lee J. (1984). Essential of Psychological Testing. New York: Harper &
Row. Publishers.
Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Penilaian dan Pengujian Untuk Guru.
Englewood Cliffs, New Jersey : Printice Hall, Inc.
Gronlund, Norman E., (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company.
 http//www.evaluasipendidikan.blogspot.com.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Nana Sudjana, Ibrahim, 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru
Algesindo.
Popham, W.James (1980).Modern Educational Measurement.
Soekamto, Toeti. (1989). Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Bahan Penataran
Pelaksanaan Kegiatan Instruksional dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
BM-PTS Wilayah III.

20
Soekartawi. (1995). Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan.
Stufflebeam, D.L. (1972), Educational Evaluation and Decision Making, Itasca:
Peacock Publisher, Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai