Anda di halaman 1dari 57

BAHAN AJAR

MATA KULIAH
PRAKTEK LAPANGAN

I PUTU GEDE ADIATMIKA


NGURAH ADI SANTIKA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS


UDAYANA
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI
FISIOLOGI OLAHRAGA
PRAKATA

Dengan memanjatkan pujastuti kehadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, bahan ajar Praktikum Lapangan

telah dapat dirampungkan. Bahan ajar ini adalah naskah yang disusun

oleh team pengajar pada Program Magister Program Studi Fisiologi

Olahraga Universitas Udayana.

Bahan ajar ini disampaikan untuk dapat dipergunakan sebagai

salah satu rujukan dan dapat memberikan tuntunan bagi karya siswa di

Program Magister Program Studi Fisiologi Olahraga, Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Melalui bahan ajar yang disajikan ini

diharapkan mahasiswa dapat lebih mudah memahami perkuliahan

khususnya Mata Kuliah Praktikum Lapangan.

Tentunya bahan ajar ini masih ada kekurangannya, segala kritik

dan masukan demi penyempurnaan bahan ajar ini sangat diharapkan.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Semoga bahan ajar ini dapat memenuhi fungsinya sebagaimana

diharapkan. Terimakasih.

Denpasar, 1 Mei 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA................................................................................................... i
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1. Latar Belakang............................................................................. 1
2. Tujuan.......................................................................................... 1
3. Petunjuk Pelaksanaan Tes Pengukuran....................................... 2
4. Jenis Pengukuran......................................................................... 2
PENGUKURAN KEKUATAN OTOT........................................................ 4
1. Pembahasan................................................................................. 4
2. Tujuan.......................................................................................... 5
3. Alat dan Bahan............................................................................ 5
A. Pengukuran Kekuatan Otot Tangan...................................... 5
B. Pengukuran Kekuatan Ekstensor Otot Punggung................. 10
C. Pengukuran Kekuatan Ekstensor Otot Tungkai.................... 13
D. Pengukuran Kekuatan Menarik Otot Bahu............................ 16
E. Pengukuran Kekuatan Mendorong Otot Bahu....................... 19
PENGUKURAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR......................... 21
1. Pembahasan.................................................................................. 21
2. Tujuan........................................................................................... 23
3. Alat dan Bahan............................................................................. 23
A. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskular dengan Tes Lari
2,4 km.................................................................................... 24
B. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskular dengan Test Naik
Turun Bangku Harvard.......................................................... 25
C. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskular dengan Tes Lari/
Jalan 12 Menit........................................................................ 29
D. Tes Jalan Cepat 4,8 km.......................................................... 30
E. Tes Naik Turun Bangku Metode Sharkey............................. 31
F. Tes Naik Turun Bangku Tiga Menit (Metode Kash)............. 32
PENGUKURAN KELINCAHAN, KELENTURAN, DAN
KESEIMBANGAN TUBUH........................................................................ 34
1. Tes Lari Bolak-Balik.................................................................... 34
2. Quick Trainer Senoh.................................................................... 36
3. Hexagonal Obstacle Test............................................................. 38
4. Zig-Zag Test................................................................................. 41
5. 505 Agility Test............................................................................ 42
6. Illinois Agility Run Test............................................................... 43

ii
7. Tes Kelenturan Tubuh (Methoda Sit and Reach).......................... 45
8. Tes Keseimbangan Tubuh............................................................. 48
PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH....................................................... 51
TATA LAKSANA PENGUKURAN KEBUGARAN
JASMANI...................................................................................................... 57
PENUTUP..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 62

iii
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Mata kuliah Praktikum Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang

harus diikuti oleh karya siswa di Program Magister Fisiologi Olahraga Universitas

Udayana. Oleh karena itu diperlukan berbagai sumber sebagai rujukan dalam

memahami mata kuliah ini. Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar dan

menjadi acuan bagi dosen dan karya siswa.

Bahan ajar merupakan komponen yang harus dimiliki oleh staf pendidik

dalam menerapkan ilmu yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing tanpa

terkecuali dalam perkuliahan Praktikum Lapangan. Berkenaan dengan hal itu, kami

selaku pengajar berkewajiban menyusun sebuah bahan ajar yang efektif dan efesien

sehingga lebih mudah dipahami oleh mahasiswa demi terselenggaranya sebuah proses

belajar mengajar yang terencana dan terukur.

Sebagai gambaran umum mengenai bahan ajar Mata Kuliah Praktikum

Lapangan, akan diberikan materi yang berkaitan dengan komponen biomotorik dalam

penerapan ilmu keolahragaan. Komponen biomotorik tersebut merupakan hal yang

sangat penting dan vital perannya dalam dunia praktikum olahraga. Maka dari itu

hendaknya kita sebagai pengajar memberikan hal-hal yang berkaitan dengan hal

tersebut dan dapat mengaplikasikannya langsung di lapangan melalui perkuliahan

praktikum lapangan.

1
2. TUJUAN

Memberikan panduan kepada para mahasiswa untuk menilai, memantau

perkembangan dan meningkatkan kondisi fisik seorang atlet melalui pemahaman

awal di laboratorium.
3. PETUNJUK PELAKSANAAN TES PENGUKURAN

Pengukuran praktek lapangan dapat dilakukan di dalam dan di luar ruangan,

sepanjang sesuai dengan kriteria dan standar pengukuran yang ditetapkan. Oleh

karena itu sebelum melaksanakan pengukuran hendaknya harus memenuhi beberapa

persyaratan.

3.1 Kriteria subjek pengukuran

Subjek yang akan diukur harus memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Harus sehat fisik dan mental.

2) Subjek diharuskan berpakaian dan sepatu olahraga pada saat

menjalani perkuliahan.

3) Sebelum melakukan pengukuran, subjek melakukan pemanasan

selama kurang lebih 15 menit.

4) Mahasiswa diharuskan untuk menjalankan tes dengan sungguh-

sungguh.

3.2 Kriteria pelaksaana pengukuran

Sebelum melaksanakan pengukuran mahasiswa hendaknya memahami beberapa

persiapan yang harus dilakukan seperti berikut ini.

1) Mahasiswa mengetahui jenis-jenis alat ukur yang akan

dipergunakan.

2) Mahasiswa memahami prosedur pelaksanaan pengukuran.

3) Mahasiswa dapat mengoperasikan dengan benar berbagai peralatan

yang akan digunakan dalam pengukuran.

3.3 Kriteria sarana dan prasarana

Tempat dan perlengkapn pengukuran hendaknya dipersiapkan sebaik mungkin untuk

memastikan proses pengukuran berlangaung dengan baik dan dilakukan dengan

perlengkapan benar seperti di bawah ini

1) Alat yang digunakan telah tertera atau memenuhi standar.

2) Tempat pelaksanaan tes harus aman dan nyaman bagi mahasiswa.

3) Tersedia peralatan medis untuk kepentingan PPPK.


4) Tersedia formulir yang dibutuhkan untuk merekam hasil tes.

4. JENIS PENGUKURAN

Jenis pengukuran yang dilakukan dalam perkuliahan sesuai dengan

prosedur pelaksaan tes kondisi fisik/tes fisiologi mahasiswa terdiri atas pengukuran:

4.1 Kekuatan Otot

4.2 Daya Tahan Kardiovaskuler

4.3 Kelincahan

4.4 Kelenturan dan Keseimbangan,

4.5 Kecepatan dan Daya Ledak, dan

4.6 Komposisi Tubuh.


PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Mahasiswa dapat mengetahui serta mempraktikan dengan benar pengukuran

kekuatan otot (tangan, punggung dan tungkai, dan kekuatan otot bahu tarik dan

1.dorong).

1. RINGKASAN TEORI

Kekuatan (strength) adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu

melakukan aktivitas. Pada umumnya unsur kekuatan ini diukur dengan alat

dynamometer, yang dinyatakan dalam satuan kilogram. Tetapi sering sekali unsur

kekuatan ini diukur dengan jumlah repetisi yang dapat dilakukan oleh atlet

bersangkutan, bila berat badan dipergunakan sebagai beban dengan kesulitan tertentu.

Misalnya dengan melakukan gerakan berulang (repetisi) baring-duduk (sit-up) atau

dorong angkat/telungkup-dorong badan (push-up) dengan derajat kesulitan tertentu

pada setiap gerakan. Yang dihitung sebagai ukuran kekuatan otot perutnya adalah

banyaknya gerakan ulangan maksimum baring duduk yang dapat dilaksanakan oleh

atlet bersangkutan. Cara ini sebenarnya kurang tepat, sebab ini hasilnya dapat

dikelirukan dengan ukuran kemampuan komponen daya tahan otot. Yang paling tepat

untuk mengukur kekuatan otot adalah dengan mempergunakan dinamometer. Jika

tidak meiliki alat ini, barulah cara gerakan berulang tersebut dipergunakan sebagai

salah satu alternatif pengukuran.

2. TUJUAN

Untuk mengetahui kekuatan otot tubuh mahasiswa dengan mengukur

kelompok :

a. Otot Tangan.

b. Otot Bahu.
c. Otot Punggung, dan

d. Otot Tungkai.

3. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang dipersiapkan untuk mengukur kekuatan otot

mahasiswa dalam perkuliahan ini adalah:

1) Grip Strength Dynamometer (TTM),

2) Back & Legs Dynamometer (SENOH), dan

3) Expanding Dynamometer.

A. PENGUKURAN KEKUATAN OTOT TANGAN

Di dalam pengukuran kekuatan otot tangan dilakukan dengan teknik

perasan oleh tangan terhadap alat yang digunakan untuk mengukur. Ini dikarenakan

dengan teknik perasan akan membuat otot tangan dapat bekerja dengan maksimal.

Adapun prosedur dalam pelaksanaan tes kekuatan peras otot tangan diantaranya :

a. Mahasiswa berdiri tegak dengan posisi kaki dibuka selebar bahu,

b. Lengan memegang Grip Strength Dynamometer lurus di samping

badan,

c. Telapak tangan menghadap ke bawah, sedangkan skala dinamometer

menghadap luar,

d. Grip Strength Dynamometer diperas dengan sekuat tenaga,

e. Tangan yang diperiksa dan alat Grip Strength Dynamometer tidak

boleh tersentuh badan ataupun benda lain,

f. Tes tersebut dilakukan tiga kali kemudian dipilih hasil yang terbaik,

dan

g. Hasil perasan dapat dilihat pada skala dinamometer.


Foto 1. Grip Strength Dynamometer
Foto 2. Posisi Handgrip Dynamometer

NORMA KEKUATAN PERAS OTOT TANGAN KANAN

LAKI-LAKI.

NO. NORMA HASIL PERASAN (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 55.50

2 BAIK 46.50 – 55.00


3 SEDANG 36.50 – 46.00

4 KURANG 27.50 – 36.00

5 KURANG SEKALI ≤ 27.00

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

NORMA KEKUATAN PERAS OTOT TANGAN KIRI

LAKI-LAKI.

NO. NORMA HASIL PERASAN (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 54.50

2 BAIK 44.50 – 54.00

3 SEDANG 33.50 – 44.00

4 KURANG 27.50 – 33.00

5 KURANG SEKALI ≤ 24.00

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

NORMA KEKUATAN PERAS OTOT TANGAN KANAN

PEREMPUAN.

NO. NORMA HASIL PERASAN (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 42.50

2 BAIK 32.50 – 41.00

3 SEDANG 24.50 – 32.00

4 KURANG 18.50 – 24.00

5 KURANG SEKALI ≤ 18.00

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014
NORMA KEKUATAN PERAS OTOT TANGAN KIRI

PEREMPUAN.

NO. NORMA HASIL PERASAN (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 37

2 BAIK 27.00 – 36.50

3 SEDANG 19.00 – 26.50

4 KURANG 14.00 – 18.50

5 KURANG SEKALI ≤ 13.50

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

B. PENGUKURAN KEKUATAN EKSTENSOR OTOT PUNGGUNG

Prosedur pelaksanaan tes kekuatan ekstensor otot punggung akan

dijelaskan seperti yang tertera di bawah ini :

 Mahasiswa bertumpu di atas Back Leg Dynamometer,

 Kedua tangan memegang tongkat pegangan,

 Kedua siku lurus punggung dibongkokkan membentuk sudut 30o terhadap garis

tegak,

 Kedua tungkai lurus,

 Tarik tongkat pegangan ke atas sekuat mungkin dengan cara meluruskan

punggung,

 Tumit tidak boleh diangkat dan tungkai tetap lurus, dan

 Kekuatan ekstensor dicatat dari prestasi tertinggi setelah 3 kali kesempatan.


Foto 3. Leg Dynamometer
Foto 4. Pengukuran Kekuatan Otot Punggung

NORMA KEKUATAN EKSTENSOR OTOT PUNGGUNG

LAKI-LAKI.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 135.5

2 BAIK 112.5 – 153

3 SEDANG 76.5 – 112


4 KURANG 52.5 – 75

5 KURANG SEKALI ≤ 52

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

NORMA KEKUATAN EKSTENSOR OTOT PUNGGUNG

PEREMPUAN.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 42.5

2 BAIK 32.5 – 41

3 SEDANG 24.5 – 32

4 KURANG 18.50 – 24

5 KURANG SEKALI ≤ 18

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

C. PENGUKURAN KEKUATAN EKSTENSOR OTOT TUNGKAI

Prosedur pelaksanaan tes kekuatan ekstensor otot tungkai akan diterangkan

seperti di bawah ini:

 Mahasiswa bertumpu di atas Back Leg Dynamometer,

 Kedua tangan memegang bagian tengah tongkat pegangan,

 Punggung dan kedua lengan lurus, sedangkan lutut ditekuk dengan membuat

sudut kurang lebih 1200,

 Tongkat dipegang dengan kedua tangan (lebih baik menggunakan sabuk atau ikat

pinggang dengan tongkat pegangan dinamometer,

 Tumit tidak boleh diangkat dan tungkai tetap lurus, dan

 Hasil tariten dicatat dan prestasi tertinggi 3 kali kesempatan.


Foto 5. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai

NORMA KEKUATAN EKSTENSOR OTOT TUNGKAI

LAKI-LAKI.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 54.5

2 BAIK 44.5 – 54
3 SEDANG 33.5 – 44

4 KURANG 24.5 – 33

5 KURANG SEKALI ≤ 24

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

NORMA KEKUATAN EKSTENSOR OTOT TUNGKAI

PEREMPUAN.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI ≥ 37

2 BAIK 27 – 36.5

3 SEDANG 19 – 26,5

4 KURANG 14 – 18,5

5 KURANG SEKALI ≤ 13.5

Sumber: Pusat Kebugaran jasmani dan Rekreasi, Depdikbud, 1996

D. PENGUKURAN KEKUATAN MENARIK OTOT BAHU

Prosedur pelaksanaan tes kekuatan menarik otot bahu akan dijelaskan

sebagai berikut:

 Mahasiswa berdiri tegak menghadap depan dan kedua tungkai selebar bahu,

 Expanding Dynamometer dipegang dengan kedua tangan di depan dada,

 Badan dan alat menghadap luar atau badan,

 Kedua lengan atas ke samping dan kedua siku ditekuk,

 Tarik sekuat-kuatnya Expanding Dynamometer. Kedua tangan tidak boleh

menyentuh badan, dan

 Hasil tarikan dicatat dari prestasi setelah 3 kali kesempatan.


Foto 6. Expanding Dynamometer
Foto 7. Pengukuran Kekuatan Tarik dan Dorong Otot Bahu

NORMA KEKUATAN MENARIK OTOT BAHU

LAKI-LAKI.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI > 44

2 BAIK 35 – 43.5

3 SEDANG 26.34 – 5
4 KURANG 18 – 25.5

5 KURANG SEKALI < 17.5

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

NORMA KEKUATAN MENARIK OTOT BAHU

PEREMPUAN.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI > 44

2 BAIK 35 – 43.5

3 SEDANG 26.34 – 5

4 KURANG 18 – 25.5

5 KURANG SEKALI < 17.5

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

E. PENGUKURAN KEKUATAN MENDORONG OTOT BAHU

Prosedur pelaksanaan tes kekuatan mendorong otot bahu akan dijelaskan

seperti barikut:

 Mahasiswa berdiri tegak menghadap depan dan kedua tungkai terbuka selebar

bahu,

 Expanding Dynamometer dipegang dengan kedua tangan di depan dada,

 Badan dan alat menghadap luar atau depan,

 Kedua lengan atas ke samping dan kedua siku ditekuk,

 Dorong sekuat-kuatnya Expanding Dynamometer. Kedua tangan tidak boleh

menyentuh badan, dan

 Hasil tarikan dicatat dan prestasi setelah 3 kali kesempatan.


NORMA KEKUATAN MENDORONG OTOT BAHU

LAKI-LAKI.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI > 44

2 BAIK 35 – 43.5

3 SEDANG 26.34 – 5

4 KURANG 18 – 25.5

5 KURANG SEKALI < 17.5

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

PEREMPUAN.

NO. NORMA PRESTASI (KG)

1 BAIK SEKALI > 44

2 BAIK 35 – 43.5

3 SEDANG 26.34 – 5

4 KURANG 18 – 25.5

5 KURANG SEKALI < 17.5

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

F. TABEL HASIL PENGUKURAN

Tangan Tangan
Pengukuran Back Legs Pull Push
Kanan Kiri
I

II

III

PERTANYAAN / TUGAS :

1. Lakukan pengukuran terhadap kekuatan otot tangan, punggung dan

tungkai, dan kekuatan otot bahu (tarik dan dorong) pada diri masing-

masing mahasiswa sesuai prosedur di atas?


PENGUKURAN DAYA TAHAN
KARDIOVASKULAR

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Mahasiswa dapat mengetahui serta mempraktikan dengan benar pengukuran

daya tahan kardiovaskular.

1. RINGKASAN TEORI

Daya tahan kardiovaskular (Respiratio-Cardiovascular Endurance) adalah

kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus dalam jangka waktu

yang lama (lebih dari 10 menit) dan dalam keadaan aerobik (metabolisme sel ototnya

memerlukan pasokan oksigen dari udara luar untuk mendapatkan tenaga bergerak

atau berkontraksi).

Daya tahan kardivaskular ini sering disebut sebagai daya tahan Respiratio-

Kardiovascular, karena sistem pernapasan, jantung, dan pembuluh darah inilah yang

ditingkatkan kemampuannya atau efesiensi kerjanya agar mampu memasok oksigen

ke otot untuk menghasilkan tenaga dan kemudian mengeluarkan sisa hasil

metabolisme ke luar tubuh (misalnya: gas karbondioksida dari otot ke luar tubuh

melalui paru).

Daya tahan kardiovaskuler ini kerap kali pengertiannya disamakan dengan

daya tahan aerobik, kebugaran jasmani atau kebugaran fisik (Physical Fitness). Pada

hal kebugaran fisik tersebut jauh lebih luas pengertiannya.

21
Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan

suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan

yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang

bersifat mendadak. Kebugaran fisik ini melibatkan beberapa komponen biomotorik.

Sedangkan daya tahan umum (Cardiovascular Endurance) hanya merupakan

kemampuan paru, jantung, dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi

kelangsungan kerja otot. Daya tahan umum ini merupakan salah satu unsur yang

paling utama dalam menunjang kebugaran fisik seseorang.

Dikaitkan dengan masalah kesehatan dan nonkesehatan, kebugaran fisik,

kebugaran fisik ini dibagi atas kebugaran fisik kesehatan (Healty-Related Physical

Fitness), dan kebugaran fisik non-kesehatan terutama yang erat kaitannya dengan

olahraga prestasi, keterampilan atau atletik (Skill Related Physical Fitness atau

Atlethic-Related Physical Fitness, Performance-Related Physical Fitness). Oleh

sebab itu cara mengukur kebugaran fisik yang paling tepat adalah dengan cara

International atau Asian Commitee For The Standardization Of The Physical Fitness

Test (ICSPFT atau ACSPFT). Tes ini di Indonesia telah dimodifikasi menjadi tes

kebugaran jasmani Indonesia. Dalam tes ini yang dinilai adalah kemampuan lari

(daya aerobik), kelentukan, daya tahan otot, kekuatan otot, dan kelincahan

(Depdikbud, 1978). Atau yang dinilai daya tahan kardiovaskular, daya tahan otot,

kekuatan otot, kelentukan, dan komposisi tubuh (Depkes 1994). Sedangkan daya

tahan umum yang diukur hanyalah kemampuan respirasio-kardiovaskularnya atau

kemampuan komsumsi oksigennya (VO2 Max) saja, dengan mempergunakan tes lari

2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku Harvard, jantera berjalan (treadmill), sepeda

ergometer, dan sebagainya, sebab daya tahan umum hanyalah merupakan salah satu

komponen biomotorik saja. Tetapi kadang-kadang untuk mengetahui tingkat

kebugaran fisik atau kebugaran jasmani seseorang, agar mudah dan murah

pelaksanaannya, untuk kebugaran praktis di lapangan, di mana hasilnya tidak jauh

menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, dilakukan dengan cara tes lari 2,4 km
atau tes naik turun bangku Harvard (modifikasi Harjadi). Tes ini dianggap telah

mewakili unsur lainnya.

2. TUJUAN

Untuk mengetahui daya tahan kardiovaskular tubuh mahasiswa dengan

mengukur:

 Tes Lari 2,4 km, dan

 Tes Naik Turun Bangku Harvard.

3. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang dipersiapkan untuk mengukur daya tahan

kardiovaskular mahasiswa dalam perkuliahan ini adalah:

 Lintasan lari 2,4 km,

 Alat tulis untuk mencatat,

 Nomor dada,

 Bendera start,

 Bangku tinggi 48 cm untuk pria, dan 43 cm untuk wanita,

 Stop Watch,

 Metronum, dan

 Puls Oxymeter.

A. PENGUKURAN DAYA TAHAN KARDIVASKULAR DENGAN TES

LARI 2,4 KM

Di dalam pelaksanaan tes lari 2,4 km, dibutuhkan beberapa petugas

diantaranya:

 Satu orang pemberi aba-aba start,

 Beberapa orang pencatat waktu, jumlahnya sesuai kemampuan petugas dan

jumlah peserta, dan


 Beberapa orang pengawas lintasan, jumlah tergantung kondisi lintasan dan

jumlah peserta.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tes lari 2,4 km adalah sebagai

berikut:

 Mahasiswa melakukan pemanasan kurang lebih 15 menit,

 Mahasiswa berlari secepat mungkin sepanjang lintasan jarak tempuh yang sudah

ditentukan (2,4 km). Apabila tidak kuat berlari terus menerus, dapat diselingi

dengan jalan kaki kemudian lari lagi,

 Peserta tidak boleh berhenti/istirahat makan dan minum selama pengukuran

berlangsung, bila berhenti dianggap gagal,

 Hasil yang ditempuh dari saat start sampai finis sepanjang 2,4 km, dan

 Hasil yang dicapai dilihat dari tabel 1, sesuaikan umur dan jenis kelaminnya.

NORMA PENILAIAN TES LARI 2,4 KM

Terlampir, (Menurut Coper)

B. PENGUKURAN DAYA TAHAN KARDIVASKULAR DENGAN TES

NAIK TURUN BANGKU HARVARD

Di dalam pelaksanaan tes naik turun bangku harvard, dibutuhkan petugas

yang mampu memberi contoh dengan benar dan dapat menghitung denyut nadi.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tes naik turun bangku harvard adalah sebagai

berikut:

 Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak,

 Peserta diharuskan naik dan turun bangku dengan irama 120 x/ menit yang diatur

dengan metronom, selama 5 menit.

 Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai” (stop

watch dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri di samping kaki kanan, lalu

turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun

sesuai irama metronom,


 Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak, dan seluruh telapak kaki

menginjak di atas bangku,

 Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran

dihentikan, (stop watch dihentikan) dan catat waktu,

 Segera setelah berhenti, peserta duduk,

 Setelah 1 menit istirahat, hitung nadi pada menit pertama, kedua, dan ketiga

masing-masing selama 30 detik (1 – 1’30”, 2 – 2’30”, dan 3 – 30”),

 Berkenaan dengan hasil yang dihitung menggunakan cara lambat, jumlah

hitungan nadi pada menit 1, 2, dan 3 setelah beristirahat, dan

 Berkenaan dengan hasil yang dihitung mengunakan cara cepat, nadi dihitung

sekali saja selama 30’ pertama yakni 1’30” setelah kerja.

Posisi 1 Posisi 2
Posisi 3 Posisi 4

Posisi 5

Penghitungan dengan cara lambat:

Rumus: waktu dalam detik x 100


2 x (nadi ke 1 + nadi ke 2 + nadi ke 3)

Kriteria penilaian menggunakan cara lambat dengan menggunakan rumus

maupun tabel, adalah sebagai berikut :


Kriteria Skore Nilai
Amat Kurang 1 <50

Kurang 2 50 – 64

Cukup 3 65 – 79

Baik 4 80 – 89

Amat Baik 5 >90

Skore: digunakan untuk menentukan indeks kebugaran jasmani.

Sumber: Pedoman Pengukuran Kebugaran jasmani, Depkes, 1994

Penghitungan dengan cara cepat:

Rumus: waktu dalam detik x 100


5,5 x jumlah nadi selama 1 – 1’30”

Kriteria penilaian menggunakan cara cepat dengan menggunakan rumus

maupun tabel 2, adalah sebagai berikut :

Kriteria Skore Nilai


Amat Baik 5 >80

Sedang 3 50 – 80

Kurang 1 <50

Sumber: Pedoman Pengukuran Kebugaran jasmani, Depkes, 1994

C. PENGUKURAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DENGAN TES

LARI/JALAN 12 MENIT

Di dalam pelaksanaan tes lari selama 12 menit terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Sarana/alat yang diperlukan:

 Lintasan/jalan lebar,
 Stop watch,

 Bendera start,

 Alat pengukur jarak/meteran, dan

 Alat tulis untuk mencatat.

b. Petugas:

 Satu orang pemberi aba-aba start dan finis,

 Beberapa orang pengukur jarak, dan

 Beberapa orang pengawas.

c. Cara:

 Peserta berlari/jalan yang dimulai dari saat aba-aba “Ya” selama 12 menit.

d. Hasil:

 Jarak yang ditempuh selama 12 menit berlari/jalan.

e. Penilaian:

 Hasil yang dicapai dilihat pada tabel, sesuaikan dengan umur dan jenis

kelamin.

D. TES JALAN CEPAT 4,8 KM

Di dalam pelaksanaan tes lari 12 menit terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Sarana/alat serta petugas yang diperlukan sama seperti tes 2,4 km.

b. Cara:

 Peserta berjalan secepat mungkin di lintasan, tetapi tidak boleh berlari,

 Selama tes berlangsung peserta tidak boleh berhenti/istirahat.

c. Hasil dalam pengukuran ini adalah waktu yang ditempuh dari saat start sampai

finis sepanjang lintasan 4,8 km.

d. Penilaiannya adalah hasil yang dicapai yang dilihat dari tabel, disesuaikan

dengan umur dan jenis kelamin.


E. TES NAIK TURUN BANGKU METODE SHARKEY

Di dalam pelaksanaan tes naik turun bangku metode sharkey terdapat hal

yang harus diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Peralatan:

 Bangku tinggi 40 cm untuk pria dan 33 cm untuk wanita,

 Stop watch,

 Metronom,

 Timbangan badan, dan

 Stetoskop bila perlu

b. Petugas yang bertugas mampu memberi contoh dan menghitung nadi.

c. Cara:

 Peserta ditimbang berat badan,

 Peserta diharuskan naik turun bangku dengan irama 90 x per menit selama 5

menit,

 Cara melakukan gerakan naik dan turun bangku, sama dengan naik turun

bangku Harvard, dan

 Setelah selesai tes (5 menit), 15 detik kemudian hitung denyut nadi

pemulihan selama 15 detik.

d. Hasil jumlah denyut nadi selama 15 x 4, dan

e. Penilaiannya adalah hasil yang dicapai dilihat pada tabel atau disesuaikan antara

berat badan peserta dengan nadi yang dihasilkan. Untuk kriteria penilaian

digunakan tabel.

F. TES NAIK TURUN BANGKU TIGA MENIT (METODE KASH)


Di dalam pelaksanaan tes naik turun bangku tiga menit (metode kash)

terdapat hal yang harus diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini,

diantaranya:

a. Peralatan:

 Bangku dengan tinggi 30 cm,

 Metronom,

 Stop watch, dan

 Puls oxymeter.

b. Petugas yang bertugas mampu memberi contoh dan menghitung denyut nadi.

c. Cara:

 Peserta diharuskan naik turun bangku dengan irama 96 x per menit selama 3

menit,

 Cara melakukan gerakan sama dengan naik turun bangku Harvard,

 Setelah tes selesai, peserta duduk, 5 detik kemudian hitung nadi selama 60

detik.

d. Hasil jumlah denyut nadi selama 60 detik, dan

e. Penilaiannya adalah hasil yang dicapai dan disesuaikan dengan kriteria penilaian

tabel.

Tabel 6 : Penilaian Naik Turun Bangku 3 menit (Metode Kash).

Denyut Nadi/menit
Kategori Skore
Pria Wanita

Baik Sekali 5 71 96

Baik 4 72-102 97-127

Cukup 3 103-117 128-142


Sedang 2 118-147 143-171

Kurang 1 > 148 > 178

*
Skore : digunakan untuk menentukan indeks kebugaran jasmani

PERTANYAAN / TUGAS :

1. Lakukan pengukuran terhadap daya tahan kardiovaskular dengan Harvard

Step Test pada diri masing-masing mahasiswa sesuai prosedur di atas?

2. Hasil yang didapatkan pada pengukuran sesuai dengan soal nomor 1 maka,

masukanlah hasil tersebut kedalam norma dan buatlah kesimpulan?


PENGUKURAN KELINCAHAN, KELENTURAN,
DAN KESEIMBANGAN TUBUH

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Mahasiswa dapat mengetahui serta mempraktikan dengan benar pengukuran

kelincahan, kelenturan, dan keseimbangan tubuh.

A. TES LARI BOLAK-BALIK

Di dalam pelaksanaan tes lari bolak-balik terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Pada aba-aba “bersedia” atlet berdiri di belakang garis lintasan,

b. Pada aba-aba “siap” atlet lari dengan start berdiri,

c. Dengan aba-aba “ya” atlet segera berlari menuju garis kedua dan setelah kedua

kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju ke garis pertama,

d. Atlet berlari dari garis pertama menuju garis kedua dan kembali ke garis pertama

dihitung satu kali,

e. Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak-balik sehingga menempuh

jarak 40 meter,

f. Setelah melewati garis finis di garis kedua, pencatat waktu dihentikan, dan

g. Catatan waktu untuk menentukan norma kelincahan dihitung sampai persepuluh

detik (0,1 detik) atau perseratus detik (0,01 detik).

Lintasan lari pada bidang yang datar, panjang 10 meter, dan garis batas 5 cm di
34
tengah lintasan

10 meter

5 cm

garis pertama garis kedua


NORMA KELINCAHAN UNTUK LARI BOLAK-BALIK

LAKI-LAKI

NO NORMA PRESTASI

1 BAIK SEKALI KE ATAS 12’10”

2 BAIK 12’11” – 13’53”

3 SEDANG 13’54” – 14’96”

4 KURANG 14’97” – 16’39”

5 KURANG SEKALI 16’40” KE BAWAH

Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta, 2009

PEREMPUAN

NO NORMA PRESTASI

1 BAIK SEKALI KE ATAS 12’42”

2 BAIK 12’43” – 14’09”

3 SEDANG 14’10” – 15’74”

4 KURANG 15’75” – 17’39”

5 KURANG SEKALI 17’40” KE BAWAH

Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta, 2009

B. QUICK TRAINER SENOH

Di dalam pelaksanaan tes quick trainer senoh terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Alat dan bahan:

 Quick trainer senoh,

 Matras berwarna senoh, dan

 Kertas pencatat.

b. Prosedur pengukuran Jump Step Test:


 Sebelum melakukan tes, mahasiswa terlebih dahulu melakukan

pemanasan/warming up,

 Gunakan pakaian olahraga yang sesuai dan sopan, alas kaki dilepas,

 Hidupkan alat,

 Testee berada dalam keadaan sehat untuk melakukan tes,

 Berdiri tegak pada undakan step board yang berada di tengah (warna abu-

abu), tangan berada di pinggang,

 Dengarkan aba-aba (suara), dengan menekan tombol START dan melompat

dengan kedua kaki secepat mungkin sesuai dengan gambar (Step Order).

Dan berhenti setelah ada aba-aba (suara),

 Catat hasil pengukuran, dan

 Pengukuran dilakukan satu kali.

1 2

6 7

5 8

4 3

Step Order
NORMA AGILITY (QUICK TRAINER)

KLASIFIKASI

BAIK >80

SEDANG 70 – 79

KURANG <70

Sumber: Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet, PAIFORI,


2014

C. HEXAGONAL OBSTACLE TEST

Di dalam pelaksanaan Hexagonal Obstacle Test terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya :

a. Alat dan bahan :

 66 cm sisi heksagonal ditandai di lantai,

 Stop watch, dan

 Pendamping.

b. Prosedur pelaksanaan Hexagonal Obstacle Test dilaksanakan sebagai berikut:

 Mahasiswa berdiri di tengah-tengah Hexagonal menghadap garis A,

 Selama pelaksanaan berlangsung mahasiswa melewati semua sudut

hexagonal yang dimulai dari garis A,

 Pada aba-aba “Ya” mahasiswa melompat dengan kedua kaki melewati garis

B dan kembali ke tengah, kemudian melewati garis C dan kembali ke

tengah, kemudian garis D dan seterusnya,

 Ketika mahasiswa melompat melewati garis A dan kembali ke tengah

hexagonal melewati garis A, itu dianggap satu putaran,

 Mahasiswa dianggap finish apabila menyelesaikan tiga kali putaran,

 Setelah melaksanakan tiga kali putaran, catatlah waktu yang didapatkan,

 Selanjutnya mahasiswa beristirahat dan dilanjutkan dengan melakukan

pengulangan,

 Catat hasil kadua dan diproses untuk dicari rata-ratanya,


 Apabila mahasiswa melakukan kesalahan dengan bersentuhan dengan garis,

maka mahasiswa melakukan pengulangan,

c. Analisis :

Analisislah hasilnya dengan membandingkan dengan hasil tes sebelumnya.

Diharapkan, dengan pelatihan yang tepat antara setiap tes, analisis akan

menunjukkan peningkatan kelincahan atlet.

d. Penilaian kinerja :

Untuk evaluasi kinerja atlet menentukan waktu rata-rata dari dua tes dan

kemudian lihat tabel di bawah ini untuk normatif penilaiannya.

E
C

B
F

Sumber: Brian Mackenzie, 101 Performance Evaluation Tests, 2005

NORMA PENILAIAN HEXAGONAL OBSTACLE TEST

Berikut adalah norma nasional antara umur 16 sampai 19 tahun.

Abort Below
Gender Exellent Avarage Poor
Average Average

Male <11.2 s 11.2-13.3 s 13.4-15.5 s 15.6-17.8 s >17.8 s

Female <12.2 s 12.2-15.3 s 15.4-18.5 s 18.6-21.8 s >21.8 s

Table Reference: Arnot R and Gaines C, Sports Tailent, 1984


D. ZIG-ZAG TEST

Di dalam pelaksanaan Zig-zag test terdapat hal yang harus diperhatikan

demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Alat dan bahan:

 5 cones,

 Permukaan yang tidak licin,

 Stop watch, dan

 Asisten.

b. Prosedur pelaksanaan Zig-zag test dilaksanakan sebagai berikut:

 Menandai setiap sudut dengan empat cones. Tempatkan cones pada sudut

berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 16 meter, dengan satu cones

lebih letakkan di tengah,

 Mahasiswa mengikuti rute garis seperti yang sudah tertera pada gambar,

 Mahasiswa dikatakan finis melakukan zig-zag test apabila sudah melakukan

start dan berlari mengikuti garis yang sudah tertera pada gambar, dan

 Asisten mencatat waktu yang didapatkan oleh mahasiswa dihitung dari start

sampai finis.

16 m

10 m

Start/Finish

Sumber: Brian Mackenzie, 101 Performance Evaluation Tests, 2005


E. 505 AGILITY TEST

Di dalam pelaksanaan 505 agility test terdapat hal yang harus diperhatikan

demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Alat dan bahan :

 6 cones,

 Plaster pengukur,

 Permukaan yang tidak licin,

 Stop watch, dan

 Asisten.

b. Prosedur pelaksanaan 505 agility test dilaksanakan sebagai berikut:

 Tandai tempat sesuai gambar. Jarak dari A ke B adalah 10 meter dan jarak

dari B ke C adalah 5 meter,

 Mahasiswa berjalan dari garis A ke garis B sejauh 10 meter,

 Asisten menghidupkan stop watch setelah mahasiswa melewati garis B,

 Mahasiswa berjalan menuju garis 15 meter selanjutnya melakukan

percepatan kembali ke garis start,

 Aisten menghentikan stop watch pada saat mahasiswa melewati garis B saat

kembali ke garis start,

 Yang terbaik dari kedua jalur itu dicatat.

10 meter 5 meter

start
F. ILLINOIS AGILITY RUN TEST

Di dalam pelaksanaan illinois agility run test terdapat hal yang harus

diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Alat dan bahan:

 Permukaan datar, dengan panjang lintasan 400 meter,

 8 cones,

 Stop watch, dan

 Asisten.

b. Prosedur pelaksanaan illinois agility run test dilaksanakan sebagai berikut:

 Mahasiswa berada berada di garis start dengan pandangan menghadap ke

bawah,

 Pada saat aba-aba start diberikan, mahasiswa langsung berlari sesuai dengan

gambar, dan

 Asisten mencatat waktu yang diperoleh oleh mahasiswa dari start sampai

finis.
NORMA ILLINOIS AGILITY RUN TEST

Berikut adalah norma nasional antara umur 16-19 tahun.

Below
Gender Exellent Abort Average Avarage Poor
Average

Male <15,2 s 15,2-16,1 s 16,2-18,1 s 18,2-18,3 s >18,3 s

Female <17,0 s 17,0-17,9 s 18,0-21,7 s 21,8-23,0 s >23,0 s

Table reference: Davis B. et al; Physical Education and the Study of Sport; 2000

G. TES KELENTURAN TUBUH (METHODA SIT AND REACH)

Di dalam pelaksanaan tes kelenturan tubuh (methoda sit and reach) terdapat

hal yang harus diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya :

a. Peralatan :

Sebuah kotak berpapan skala berukuran (60 x 20) cm dengan skala berjarak 1 cm

dan titik nol sesuai dengan tumpuan kaki. Dari titik nol ke arah proximal berjarak

20 cm & ke arah destal titik nol berjarak 40 cm.

b. Petugas :

Petugas dapat memberikan contoh.

c. Cara :

 Peserta tidak memakai alas kaki,

 Peserta duduk dengan kaki lurus ke depan telapak kaki melekat pada

bangku,

 Lutut bagian belakang harus menyentuh lantai (lutut tak boleh ditekuk),

 Pelan-pelan bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus kedepan

menyentuh mistar skala. Usahakan agar ujung tangan mencapai skala sejauh

mungkin, sikap ini dipertahankan selama 3 detik, dan

 Tes dilakukan 2 kali berturut-turut.

d. Hasil :
 Yang diukur adalah tanda bekas jari yang tampak pada mistar skala, dan

 Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dapat dicapai oleh kedua ujung

jari dalam 2 x usaha.

e. Penilaian :

Lihat tabel.

Foto 8. Posisi Duduk


Foto 9. Posisi Berdiri

NORMA TES KELENTURAN (METHODA SIT AND REACH)

Kelenturan
Kategori Skore
(cm)

Baik Sekali 5 >19

Baik 4 115 – 19

Cukup 3 (-) 1,5 – 11,5

Sedang 2 (-) 6,5 – (-) 1,5

Kurang 1 <(-) 6,5

NB : (skore) digunakan untuk menentukan indeks kebugaran jasmani.

Table reference: Departemen Kesehatan RI; Pedoman Pengukuran Kebugaran


jasmani, 1994
H. TES KESEIMBANGAN TUBUH

Pengukuran keseimbangan statis dilakukan dengan menggunakan tes stork

stand, yaitu tes berdiri diujung satu kaki (jinjit), pada kaki yang dominan. Di dalam

pelaksanaan tes keseimbangan tubuh terdapat hal yang harus diperhatikan demi

kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya:

a. Atlet berdiri dengan satu kaki, pada kaki yang dominan,

b. Kaki yang lain diletakkan di lutut bagian dalam dari tungkai tumpu,

c. Kedua tangan diletakkan di pinggang,

d. Dengan aba-aba “ya”, atlet mengangkat tumit kaki tumpu, sehingga hanya

bertumpu pada bola kaki (jinjit),

e. Pertahankan posisi selama mungkin, tanpa menggeser posisi kaki tumpu, dan

tumit tidak menyentuh lantai,

f. Pencatat waktu mulai dihidupkan pada saat mahasiswa mulai mengangkat tumit

kaki tumpu (jinjit) hingga ia kehilangan keseimbangan, dan

g. Setiap mahasiswa diberi kesempatan sebanyak 3 kali tes, dan waktu terlama yang

dicatat.

Foto 10. Blind Stork Balance Test


NORMA KESEIMBANGAN STATIS

No. Norma Nilai Satuan Ukur

1. 51 – ke atas BAIK SEKALI 28 – ke atas

2. 37 – 50 BAIK 23 – 27

3. 15 – 36 SEDANG 8 – 22

4. 5 – 13 KURANG 3–6

5. 0-4 KURANG SEKALI 0-2

Sumber: Johnson & Nelson, 2000

PERTANYAAN / TUGAS :

1. Lakukan pengukuran terhadap kelincahan (lari bolak-balik), kelenturan,

dan keseimbangan tubuh (Blind Stork Balance Test) pada diri masing-

masing mahasiswa sesuai prosedur di atas?

2. Hasil yang didapatkan pada pengukuran sesuai dengan soal nomor 1 maka,

masukanlah hasil tersebut kedalam norma dan buatlah kesimpulan?


PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Mahasiswa dapat mengetahui serta mempraktikan dengan benar pengukuran

komposisi tubuh.

Di dalam pelaksanaan tes pengukuran komposisi tubuh terdapat hal yang

harus diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan tes ini, diantaranya :

a. Peralatan :

Skin Fold Caliper

b. Pengukuran :

b.1.1 Lengan atas belakang (Tricep):

Lipatan kulit lengan kiri atas bagian belakang, pada titik 1 cm di atas

pertengahan processus coracoideus dan puncak olecranon dengan posisi

tangan relax tergantung.

b.1.2 Cara:

 Peserta berdiri, tangan kiri menggantung dalam keadaan rilaks,

 Kulit diangkat dengan ibu jari dan tulunjuk tangan kiri pemeriksa,

pada daerah lengan atas belakang,

 Tangan kenan memegang Caliper dengan posisi vertikal, alat tersebut

dicepitkan ke kulit yang sudah diangkat kiri, dan

 Hasil tebal lemak dilihat pada skala (dalam satuan cm).

51
Foto 11. Skin Fold Caliper

Foto 12. Skin Fold Caliper


Foto 13. Pengukuran pada Tricep

b.1.3 Sub Scapular :

 Lipatan kulit tepat di bawah lateral ujung scapula kiri, dan

 Pencepitannya dengan posisi vertikal.

b.1.4 Cara :

 Titik pengukuran pada sudut di bawah scapula kiri,


 Kulit di bawah sudut scapula diangkat dengan teknis seperti pada

tricep,

 Lipatan kulit yang diangkat hendaknya dengan posisi dari media

bawah ke lateral atas, dan

 Hasil tebal lipatan kulit dibaca pada skala (dalam satuan cm).

b.1.5 Penilaian :

 Persentase lemak tubuh dihitung dengan rumus : Specific Gravity

(sp.gr) yakni : persentase lemak = (5,548 : sp.gr – 5,044) x 100%

sp.gr = 1,0909 – (0,0101 x tricep + 0,0090 x sunscapula),

 Hasil dapat dilihat pada lampiran prosentase lemak, dan kriteria

penilaian seperti pada tabel di bawah ini.

Foto 15. Pengukuran Sub Scapular


Kategori Score Laki-laki Wanita

Kurang 1 < 5% < 10%

Baik Sekali 5 5 – 10% 10 – 15%

Baik 4 11 – 14% 16 – 19%

Cukup 3 15 – 17% 20 – 24%

Lebih 2 18 – 19% 25 – 29%

Gemuk 1 > 20% > 30%

Skore : digunakan untuk menentukan indeks kebugaran jasmani

Sumber : Pedoman Pengukuran Kebugaran jasmani, Depkes RI, 1994

PERTANYAAN / TUGAS :

1. Lakukan pengukuran terhadap komposisi tubuh (Tricep dan Sub Scapular)

pada diri masing-masing mahasiswa sesuai prosedur di atas?

2. Hasil yang didapatkan pada pengukuran sesuai dengan soal nomor 1 maka,

masukanlah hasil tersebut kedalam norma dan buatlah kesimpulan?


TATA LAKSANA PENGUKURAN KEBUGARAN
JASMANI

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Mahasiswa dapat mengetahui serta mempraktikan dengan benar tata laksana

pengukuran kebugaran jasmani.

Syarat mutlak bagi seseorang untuk menjalani pengukuran kebugaran

jasmani adalah dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter. Tahap

pemeriksaan awal yang dilakukan oleh dokter tersebut merupakan skrining kesehatan.

Tujuan skrining kesehatan adalah manjaring atau memisahkan antara yang sehat dan

yang sakit atau berisiko apabila dilakukan pengukuran kebugaran jasmani, karena

pengukuran kebugaran jasmani merupakan kegiatan pembebanan fisik. Skrining

kesehatan meliputi kegiatan anamnese dan pemeriksaan fisik.

Kontra indikasi untuk melakukan pengukuran kebugaran jasmani adalah:

1. Kontra indikasi Absulut adalah : Acut Myocard Infact, Angina Pectoralis,

Ventricular dysthmia, Congestive heart failure, Aortic stenosis, Myocarditis,

Thrombophlebitis, Emboli, Acut infection, Heart block, Phycosis, Acute

pericarditis.

2. Kontra indikasi Relative adalah : tekanan darah dyastolik diatas 100 mm Hg,

Velirilasi heart dreasese, digutalis, electrolit abnormal, anti licralpace maker,

ventricular viritability, Aneucym venticular, Carchiomyopathy, uncrontrolled

metabolic disease (contoh : diabetes, thycotoxicosis), seriris sistemic disorder


57
(contoh : mononucleosis, hepatitis), neuromuscular, musculasbeletal, rheumatorit

desorder.

Untuk melakukan anemnese dan pemeriksaan fisik dapat digunakan

formulir seperti lampiran. Apabila seseorang telah dinyatakan boleh mengikuti

57
pengukuran kebugaran jasmani, maka rangkaian kegiatan pengukuran jasmani dapat

dilaksanakan. Dari berbagai bentuk pengukuran sebanyak lima komponen kebugaran


jasmani minimal dipilih empat komponen kebugaran jasmani yang sangat erat

hubungannya dengan kesehatan, yaitu :

1. Komponen daya tahan kardiovaskuler.

2. Komponen kekuatan otot.

3. Komponen kelenturan.

4. Komponen komposisi tubuh.

Untuk komponen daya tahan otot dapat dilakukan apabila kondisi

memungkinkan. Dari berbagai macam cara yang dapat dilaksanakan sesuai kondisi

yang dimiliki. Hasil akhir dari pengukuran kebugaran jasmani adalah indeks

kesegaran. Indeks kesegaran merupakan penjumlahan skoring dibagi dengan jumlah

komponen yang diukur.

Cara menentukan indeks kebugaran jasmani :

1. Pilih salah satu cara dari pengukuran kebugaran jasmani pada komponen daya

tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, kelenturan dan komposisi tubuh.

(bila memungkinkan : daya tahan otot).

2. Hasil penilaian dari tiap komponen yang diukur diberi skor seperti daftar yang

ada pada tiap tabel hasil penilaian.

3. Skor tiap jenis komponen kebugaran jasmani dijumlahkan kemudian dibagi

komponen yang diukur. Hasilnya adalah indeks kebugaran jasmani.

4. Selanjutnya indeks kebugaran jasmani tersebut diklarifikasikan sebagai berikut :

Tabel Indeks Kebugaran Jasmani

Indeks Kebugaran Jasmani Kategori Indeks Kebugaran Jasmani

≤2 Kurang
2,1 – 3,9 Cukup
>3,9 Baik

Contoh :

Amin telah lolos dari skrining kesehatan dan dinyatakan dapat mengikuti tes

kebugaran jasmani. Tes kebugaran jasmani yang dilaksanakan sesuai kondisi yang

ada di Puskesmas tersebut adalah :


1. Tes daya tahan kardiovaskuler dengan tes lari 2,4 km.

2. Tes kekuatan otot dengan menggunakan abdominal strength test.

3. Tes kelenturan.

4. Tes komposisi tubuh.

Hasil tes ke empat komponen adalah sebagai berikut :

 Tes daya tahan kardiovaskuler : Kurang Skor = 2

 Tes kekuatan otot : Cukup Skor = 3

 Tes kelenturan : Baik Sekali Skor = 5

 Tes Komposisi Tubuh : Baik Skor = 4

Indeks kebugaran jasmani Amin adalah :

2 + 3 +5 + 4
= 3,5
4 (empat) Komponen yang di ukur

Berarti indeks kebugaran jasmani Amin Cukup.

Saran : Secara keseluruhan indeks kebugaran jasmani perlu ditingkatkan terutama

komponen daya tahan kardiovaskuler.

PERTANYAAN / TUGAS :

1. Lakukan pengukuran terhadap indeks kebugaran jasmani pada diri masing-

masing mahasiswa sesuai prosedur di atas?

2. Buatlah satu laporan kelas dari hasil pengukuran semua komponen yang di

bahas dari awal sampai akhir perkuliahan?


PENUTUP

Pemahaman pengukuran kebugaran jasmani melalui praktik lapangan

hendaknya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menilai tingkat

kebugaran jasmani seseorang. Pelaksanaannya dapat dilakukan di berbagai lapangan

kegiatan seperti di Puskesmas, di sekolah maupun di Klub-klub olahraga. Pemilihan

jenis pengukuran disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada, serta situasi dan

kondisi setempat.

Pengukuran kebugaran jasmani pada tahap berikutnya dapat dimanfaatkan

untuk pemetaan tingkat kebugaran jasmani dan sebagai salah satu parameter kualitas

sumber daya manusia.

Untuk lebih meningkatkan pemahaman yang lebih baik dari penggunaan

buku pedoman ini, diharapkan para pembaca, para pengguna bahan ajar ini dapat

melengkapi referensi dengan buku-buku pedoman dan petunjuk teknis kesehatan

olahraga yang sudah ada.

Semoga bermanfaat.

62
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kebugaran jasmani. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI

Anonim. 2005. Panduan Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar dan Sekolah
Khusus Olahragawan. Jakarta : Asisten Deputi Pengembangan Sumber
Daya Manusia Keolahragaan Deputi Peningkatan Prestasi dan IPTEK
Olahraga Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Anonim. 2014. Prosedur Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Tes Fisiologi Atlet. Bandung
: Perhimpunan Ahli Ilmu Faal Olahraga Indonesia (PAIFORI)

Mackenzie. 2005. 101 Performance Evaluation Test. London : Electric World plc 67
– 71 Goswell Road

Nala. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : UNUD

Anda mungkin juga menyukai