FISIKA
Disusun oleh :
Kelompok 4
Laboratorium Fisika
UNiVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
Telah diperiksa dan dinilai oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, dan rahmat-Nya
kami masih diberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktikum Fisika dengan baik dan tepat waktu. Laporan praktikum ini dibuat
bertujuan untuk memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fisika.
Dengan selesainya penyusunan laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami turut menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Fisika ini. Khususnya
kepada :
1. Bapak dosen selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Industri.
2. Kepada asisten laboratorium Fisika yang senantiasa sabar dalam membimbing
kami.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tentu menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan
kritik dan saran serta usulan yang membangun, mengingat tidak ada sesuatu yang akan
sempurna tanpa adanya kritik dan saran yang membangun. Kami berharap laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
iii
3.7 Tugas Akhir...........................................................................................26
iv
BAB I PENGUKURAN BENDA PADAT
5
menginterpretasikan hasilnya. Mereka akan belajar tentang kesalahan
pengukuran yang mungkin terjadi dan cara mengurangi atau
memperkirakan kesalahan tersebut.
6
• Alat ukur profil (Profile gauge)
1.3 Teori
FA = Wu - Wa
FA = Mf g – 𝜌𝜌f Vbt g
7
𝜌𝜌f = Massa jenis fluida
Mf = Massa fluida yang dipindahkan
Vbt = Volume benda yang tercelup
8
1.5 Lembar Pengamatan
Jawaban
9
numerik atau kuantitatif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam angka
atau nilai numerik yang dapat digunakan untuk analisis dan
perbandingan.
2. Jangka sorong (Vernier caliper) terdiri dari beberapa bagian yang penting
dalam pengukuran. Berikut adalah penjelasan mengenai bagian-bagian
utama pada jangka sorong:
e) Rahang Tetap (Fixed Jaw): Bagian ini adalah rahang yang tidak
bergerak pada jangka sorong. Rahang tetap biasanya memiliki
permukaan rata dan tegak lurus terhadap skala utama.
f) Rahang Geser (Sliding Jaw): Bagian ini adalah rahang yang dapat
digerakkan maju-mundur pada jangka sorong. Rahang geser
digunakan untuk menyesuaikan ukuran jangka sorong agar sesuai
10
dengan benda yang diukur.
g) Skala Utama (Main Scale): Skala utama adalah skala yang tercetak
pada bagian tetap jangka sorong. Skala utama memberikan pembagian
atau skala besar untuk membaca ukuran pada rahang tetap.
a) Pastikan jangka sorong dalam kondisi yang baik dan bersih sebelum
digunakan. Pastikan juga rahang geser dalam posisi tertutup atau
dalam kontak penuh dengan rahang tetap.
11
rahang tetap dan rahang geser. Pastikan benda padat terletak dengan
stabil dan tepat di antara kedua rahang.
d) Perhatikan skala utama pada bagian tetap jangka sorong yang sejajar
dengan rahang tetap. Catat angka pada skala utama yang terletak
sebelum angka nol pada skala vernier.
e) Perhatikan skala vernier yang terdapat pada rahang geser. Cari garis
pada skala vernier yang sejajar dengan garis pada skala utama yang
terdekat.
f) Perhatikan angka pada skala vernier yang sesuai dengan garis yang
sejajar dengan skala utama. Catat angka ini.
h) Jika ada skala penunjuk ukur pada bagian belakang jangka sorong,
perhatikan juga angka pada skala tersebut jika sedang digunakan.
12
b. (2,2543 ±1,1345). Artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca
2,2543 dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 1,1345. sedangkan
nilai benar kita berada dalam selang nilai (2,2543 – 1,1345 = 1,1198)
sampai dengan (2,2543 + 1,1345 = 3,3888)
c. (0,5 ± 3,4988). Artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca 5,8913
dengan ketidakpastian/ralat pengukuran 0,2357. sedangkan nilai benar
kita berada dalam selang nilai (0,5 – 3,4988 = 2,9988) sampai dengan
(0,5 + 3,4988 = 3,9988)
Jawaban
2. Kategori massa jenis pada tiap benda berdasarkan perhitungan massa jenis
yang diperoleh
a) Balok Kuning = 51,4 x 8,73
= 448,72 g/cm³
13
c) Balok Coklat = 15,2 * 7,4 . 106
BANDUL MATEMATIS
14
Tujuan praktikum bandul matematis adalah untuk mempelajari dan mengamati
gerakan osilasi bandul matematis serta untuk memahami konsep-konsep dasar
dalam mekanika osilasi. Beberapa tujuan khusus dari praktikum ini meliputi:
15
2.2 Alat Yang Digunakan
2.3 Teori
Bandul matematis adalah sistem fisik yang terdiri dari massa titik yang
diikatkan pada tali yang tak berat dan tidak lentur. Gerakan bandul matematis
adalah gerakan osilasi yang terjadi ketika massa titik digantungkan pada tali
dan dibiarkan bebas bergerak. Berikut adalah teori dasar yang terkait dengan
bandul matematis:
1. Periode (T): Periode adalah waktu yang diperlukan oleh massa titik
untuk melakukan satu siklus lengkap osilasi. Dalam bandul matematis,
periode osilasi tidak bergantung pada amplitudo (besar sudut awal) dan
massa titik, tetapi hanya bergantung pada panjang tali (L) dan
percepatan gravitasi (g). Periode dapat dihitung menggunakan rumus:
T = 2π√(L/g)
Frekuensi diukur dalam Hertz (Hz), yang merupakan jumlah osilasi per
detik.
16
3. Amplitudo (A): Amplitudo adalah besarnya sudut maksimum yang
dilalui oleh massa titik dari posisi keseimbangan saat melakukan
osilasi. Amplitudo dapat berbeda untuk setiap siklus osilasi dan
mempengaruhi energi kinetik dan energi potensial elastis pada setiap
titik osilasi.
17
5. Mengulangi langkah nomor 3 dan nomor 4.
6. Mengulangi percobaan nomor 2 sampai nomor 5 dengan panjang tali yang
telah dipersiapkan oleh asisten.
PERCOBAAN I
Panjang X Y
Waktu/t
No tali Periode/T X.Y X2
(Detik) L(m) T2
(cm)
1 30 22,62 258,5 0,3 66.822,2 20.046,6 0,09
2 27 21,87 230,2 0,27 52.992 14.307,8 0,0729
3 24 20,78 205,7 0,24 42.312,4 10.154,9 0,0565
4 21 19,76 182,9 0,21 33.452,4 7,025 0,0441
5 18 18,94 161,8 0,18 26.178,2 4.712 0,0324
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
1,2 221.757,2 49.228,3 0,2959
2.6 Tugas Pendahuluan
Jawaban
1. Simple pendulum atau bandul sederhana adalah sistem fisik yang terdiri
dari massa titik yang diikatkan pada tali yang ringan dan tidak lentur, serta
digantungkan dari suatu titik tetap. Simple pendulum digunakan sebagai
model sederhana untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam mekanika
osilasi.
18
berikut:
19
digerakkan secara harmonik yaitu T = 2π√(l/g).
Pembahasan: Konsep yang kita gunakan adalah periode getaran pada
bandul. Ketika bandul diayunkan, maka terjadi gerak osilasi (gerak
harmonis) pada bandul. Adapun periode osilasi ini dirumuskan oleh:
T = 2π√(L/g)
dengan:
T = periode getaran (s)
l = panjang tali (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Persamaan di atas dapat dibuktikan sebagai berikut. Dari gambar diagram
gaya pada foto di bawah, terdapat gaya pemulih (Fp) yang bekerja pada
bandul saat disimpangkan sejauh θ, yaitu:
Fp = -mg sin θ.
a = - ω²y
m x a = -mg (y/L)
ω² = g/L
20
ω = √(g/L)
2π/T = √(g/L)
T = 2π√(L/g).
21
atau getaran pada mesin-mesin industri. Bandul matematis dapat
digunakan untuk menentukan frekuensi atau periode osilasi yang
dikaitkan dengan kecepatan rotasi suatu mesin, yang dapat
digunakan dalam pengaturan dan pemeliharaan mesin.
1. Berdasarkan lembar pengamatan, buatlah grafik antara panjang tali (l) dan
T
3. Bandingkan hasil peroleh dari rumus 3.1 (teori) dengan yang di dapat dari
rumus grafik!
Jawaban
22
Grafik antara panjang tali (l) dan T
30
27
24
Panjang Tali
21
18
23
g = (9,67 + 9,601 + 9,18 + 8,99 + 9,34) / 5
= 9,35 m/s2
6. Dari hasil percobaan dapat di simpulkan bahwa semakin panjang tali yang
di gunakan untuk menggantungkan bandul maka semakin besar pula nilai
periode dan waktunya. Selain itu, semakin berat beban yang digunakan,
maka semakin cepat percepatan gaya gravitasinya dan begitu pula dengan
periodenya. Karena beban dan gravitasi saling berhubungan dan tegak
lurus. Apabila sebuah bandul matematis dan bandul fisis digantung
kemudian diberi simpangan kecil , maka bandul akan berayun dan
melakukan gerakan harmonis sederhana. Dengan dasar gerakan harmonis
sederhana ini maka dapat dihitung besarnya percepatan gravitasi bumi di
24
tempat dimana percobaaan dilakukan dengan cara mengukur panjang tali
dan periode pada bandul matematis. Massa bandul tidak berpengaruh pada
besarnya percepatan gravitasi sedangkan panjang tali berbanding terbalik
dengan kuadrat periode.
25
BAB III MODULUS ELASTISITAS
MODULUS ELASTISITAS
3.1 Tujuan Praktikum
Tujuan menentukan modulus elastisitas adalah untuk mendapatkan informasi
tentang sifat elastis suatu bahan. Modulus elastisitas menggambarkan kekakuan
atau kemampuan bahan untuk mengalami deformasi elastis saat diberi beban
atau gaya eksternal. Beberapa tujuan khusus dari menentukan modulus
elastisitas antara lain:
26
5) Inovasi dan Pengembangan Bahan: Penentuan modulus elastisitas juga
digunakan dalam riset dan pengembangan bahan baru. Mengetahui
nilai modulus elastisitas bahan yang berbeda dapat membantu dalam
mengembangkan bahan baru dengan sifat mekanik yang diinginkan,
seperti kekakuan yang tinggi atau elastisitas yang tinggi.
3.3 Teori
27
Ada tiga jenis modulus elastisitas yang umum digunakan dalam teori modulus
elastisitas, yaitu:
28
5. Meletakkan batang uji I (tebal) dan memberinya beban awal yang
diberikan asisten, kemudian mengukur kelenturan yang dihasilkan dan
dicatat dalam form pengambilan data.
6. Tambahkan beban uji, lalu catat lagi hasil kelenturan yang di dapat ke
dalam form pengambilan data. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali.
7. Lalu lakukan pengukuran dengan batang uji II (sedang), dengan
melakukan hal yang sama pada poin 4 s/d 6.
Ketentuan pada kelompok 4 yaitu dengan menambahkan angka lebar dan tebal
batang, panjang tumpuan, kelenturan awal kayu, dan semua angka kelenturan
sebesar 2 .
PERCOBAAN I (Batang 1)
Lebar batang (b) = 4,5 cm = 0,45 m
Tebal batang (h) = 6,9 cm = 0,69 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000
29
PERCOBAAN II (Batang 2)
Lebar batang (b) = 4,9 cm = 0,49 m
Tebal batang (h) = 11,9 cm = 1,19 m
Panjang tumpuan (l) = 82 cm = 8,2 m
Kelenturan awal kayu (f0) = 6 cm = 0,6 m
Massa Kelenturan X Y
No X.Y X2
(kg) F = f - f0 M (kg) f (m)
1 200 0,61 200 0,01 20 40.000
2 500 0,63 500 0,03 150 250.000
3 700 0,65 700 0,05 350 490.000
4 1000 0,69 1000 0,09 900 1.000.000
5 1500 0,71 1.500 0,11 1.650 2.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
3.900 2,9 3.070 4.030.000
30
Jawaban
2. Tegangan:
– Tegangan adalah ukuran dari gaya yang diberikan pada suatu benda
per satuan luasnya.
31
– Satuan tegangan adalah pascal (Pa) atau newton per meter persegi
(N/m²).
Rumus Tegangan:
Tegangan = F / A
di mana:
Regangan:
Rumus Regangan:
Regangan = (ΔL / L0)
di mana:
32
3. Modulus elastisitas memiliki berbagai penggunaan dalam dunia teknik, di
antaranya:
33
yang diinginkan dalam aplikasi tertentu.
4. Diketahui:
Dimensi Kayu = 10 x 15 x 200 => 30.000 cm2
Elastisitas (σ) = 12 Gpa = 12 N/m2
Beban (m) = 500 gr = 0,5 kg
Gravitasi (g) = 9,8 m/s2
2. Bandingkan hasil saudara peroleh dari rumus (3-1) dengan E yang didapat
dari rumus grafik.
34
Jawaban
0,09
Panjang Regangan
0,05
0,03
0,01
2. l = 27 cm
g = 9,601 m/s2
3. l = 24 cm
g = 9,18 m/s2
35
berosilasi atau ber-getar, sebaliknya semakin pendek tali yang
digunakan maka secara otomotis waktuyang dibutuhkan untuk berosilasi-
pun semakin sedikit atau cepat. Selain panjang tali ada faktor luar juga
yang mempenagaruhi yaitu ketelitiancara praktikan pada saat percobaan,
misalnya pada saat pelepasan bola, apabila tidak sama caranya pada
percobaan pertama dan kedua maka hasil yang akan didapatkan akan
berbeda.
36
BAB IV TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI
TETAPAN GAYA PEGAS DAN
PERCEPATAN GRAVITASI
k = F/x
di mana k adalah tetapan gaya pegas, F adalah gaya restorasi, dan x adalah
perpindahan atau deformasi pegas.
37
4. Memahami hubungan antara gaya restorasi, tetapan gaya pegas, massa,
periode osilasi, dan percepatan gravitasi: Praktikum ini membantu
memahami hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi osilasi
pegas, seperti gaya restorasi, tetapan gaya pegas, massa yang
digantungkan, periode osilasi, dan percepatan gravitasi.
• Stopwatch
• Penyangga beban
• Statip
• Pegas
• Mistar ukur
4.3 Teori
Pegas merupakan benda berbentuk spiral yang terbuat dari logam. Pegas sendiri
mempunyai sifat elastis. Maksudnya ia bisa mempertahankan bentuknya dan
kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Gaya pegas dapat didefinisikan
sebagai gaya atau kekuatan lenting suatu pegas untuk kembali ke posisi atau
bentuk semula.
38
Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semulasetelah gaya
yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang berartiada gaya
luar yang bekerja maka ia akan molor atau memannjang. Ketika gayaluar itu
dihilangkan ia akan kembali ke bentuk semula.Jika sebuah pegas diberi gaya
berat dengan besar tertentu, maka secaraotomatis pegas tersebut akan
mengalami pertambahan panjang. Hubungan antara besar gaya yang bekerja
pada pegas dengan pertambahan panjang pegas adalah konsep dasar dari
hukum Hooke. Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya
dalam ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Sifat
elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali kebentuksemula.
HUKUM HOOKE
“ Bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang mempengaruhi
pegas tersebut”
Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang
diberikan akan sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga
dapat digambarkan dengan grafik HUBUNGAN antara F-x yaitu semakin besar
gaya berat yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut
menunjukan pertambahan panjang pada pegas. Dan secara sistematis, Hukum
Hooke dapat dituliskan dengan persamaan :
F= k.x
Dengan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
39
4.4 Cara Kerja
A. Hukum Hooke
B. Periode Getaran
1. Pasang beban awal (sesuai dengan instruksi asisten) lalu tarik pegas
ke bawah sejauh jarak yang ditentukan.
2. Lepaskan beban dan menghitung sampai 20 kali getaran.
3. Catat waktu yang di tempuh sebanyak 20 kali getaran tersebut dan
dicatat pada form pengambilan data.
4. Lepaskan beban
5. Mengulangi Langkah kerja kedua sampai dengan langkah kelima
terhadap beban, dengan melakukan penambahan beban sesuai
instruksi.
40
4.5 Lembar Pengamatan
41
4.6 Tugas Pendahuluan
Jawaban
1. Hukum Hooke adalah prinsip dasar dalam ilmu fisika yang
menggambarkan hubungan antara gaya yang diberikan pada suatu benda
dan perubahan bentuk atau deformasi yang terjadi pada benda tersebut.
Hukum Hooke ditemukan oleh seorang fisikawan Inggris bernama Robert
Hooke pada abad ke-17.
Hukum Hooke menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada suatu benda
elastis (seperti pegas atau tali) akan berbanding lurus dengan perubahan
panjang atau deformasi benda tersebut, asalkan perubahan tersebut tidak
melebihi batas elastisitas benda.
42
3. Rumus yang digunakan untuk menentukan periode getaran pada pegas
adalah sebagai berikut:
T = 2π√(m/k)
Di mana:
T adalah periode getaran (dalam detik).
π (pi) adalah konstanta matematis yang memiliki nilai kira-kira
3.14159.
m adalah massa benda yang terikat pada pegas (dalam kilogram).
k adalah konstanta pegas atau konstanta elastisitas pegas (dalam
newton per meter).
– Pegas pada matras atau kasur: Pegas digunakan dalam matras atau
kasur untuk memberikan dukungan dan kenyamanan saat tidur.
Pegas yang terdapat dalam matras membantu meredam tekanan dan
menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh pengguna.
– Pegas pada pintu dan jendela: Pegas pintu atau jendela, seperti pegas
penutup pintu atau pegas pembuka jendela, digunakan untuk
memudahkan pembukaan dan penutupan dengan memberikan gaya
43
dorong atau tarikan.
4. Bandingkan antara harga k (poin 2) dan k (point 4)! Cara mana yang lebih
baik?
Jawaban
1,47
0,98
0,49
0,5 1,5 3 4 5
Perpanjangan
44
2. k = F / x
0,58
0,504
0,417 0,446
0,344
T2
𝑙𝑙
5. 𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋 �
2𝑔𝑔
45
6. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1) Hukum Hooke
– Semakin besar beban yang diberikan semakin besar pula
pertambahan panjang pegas
– Gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus dengan
pertambahan panjang pegas.
– Nilai konstanta pegas (k) relatif stabil, meskipun massa beban
ditambah dan terjadi perubahan panjang pegas.
2) Percepatan Gravitasi
– Gerak harmonik yang dilakukan beban memiliki periode.
Bertambahnya massa beban maka semakin besar periode (T).
– Nilai gravitasi yang didapatkan adalah 5.08 m/s2 (Normalnya
9.8 m/s2 – 10 m/s2). Gravitasi kurang dari normal mungkin
disebabkan oleh:
1. Kondisi pegas dan kondisi angin saat melakukan
praktikum.
2. Ketidaktelitian dalam mengamati nilai atau angka.
46
BAB V MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
5.1 Tujuan Praktikum
• Mikrometer skrup
• Jangka sorong
• Mistar baja
• Batang uji
• Roda puntir
• Beban (massa)
• Katrol dan tali P
• Jarum penunjuk dan busur derajat (skala sudut S)
47
• Penyekat (penjepit) batang T
5.3 Teori
Sebuah batang dijepit keras-keras pada salah satu ujungnya T dan ujung yang
lain bebas berputar dan padanya dipasang keras-keras sebuah roda P, kalau
roda dengan pertolongan katrol dan diberi beban pada ujung talinya maka roda
itu akan menghasilkan momen M terhadap batang tersebut (gambar 1.M10).
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian skala S
dapat dibaca sudut puntiran batang. Maka modulus puntiran dapat dihitung dari
:
2 . 𝑀𝑀 . 𝐿𝐿
𝐺𝐺 =
𝑅𝑅 4
Atau
360 . 𝑔𝑔 . 𝑟𝑟 . 𝐿𝐿 . 𝑚𝑚
𝐺𝐺 =
𝜋𝜋 2 . 𝑅𝑅 4 . 𝜃𝜃 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
Dimana :
48
5.4 Cara Kerja
1. Memasang satu batang yang diberikan oleh asisten, kemudian mengeraskan
semua skrup.
2. Memeriksa kebebasan gerak puntiran ujung batang yang beroda dan
memeriksa apakah momen sudah akan diteruskan ke seluruh batang.
3. Mengukur L, R, r dan menimbang m.
4. Memastikan kedudukan jarum penunjuk pada posisi tegak lurus terhadap
busur derajat (dianggap posisi nol).
5. Memberikan beban pada roda puntir dan mengamati pergerakan jarum
penunjuk pada busur derajat dan mencatat hasilnya pada Form Pengambilan
Data.
6. Melakukan hal diatas (no. 5) secara berturut-turut hingga semua beban uji
yang diberikan asisten dapat teruji.
PERCOBAAN
Panjang batang yang dipuntir (L) = 50,5 cm
Jari-jari batang yang dipuntir R = 2,75 cm
Jari jari roda P = 8,505 cm
Massa Derajat X Y
No X.Y X2
(gr) puntiran M (kg) Θ (rad)
1 500 2° 0,5 0,0349 17,45 250.000
2 1000 5° 1 0,0872 87,2 1.000.000
3 1500 6° 1,5 0,1047 157,05 2.250.000
4 2000 9° 2 0,157 314 4.000.000
5 2500 10° 2,5 0,1745 436,25 6.250.000
ΣX = ΣY = ΣX.Y = Σ X2 =
7.500 0,5583 1011,95 13.750.000
49
5.6 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan modulus puntir!
2. Berapakah 1 derajat dalam bentuk radian dan sebaliknya!
3. Ubahlah sudut berikut kedalam bentuk radian:
a. 20° b. 30° c. 45°
4. Tuliskan rumus yang digunakan dalam menghitung modulus puntir
beserta keterangannya!
5. Sebutkan dan jelaskan secara singkat penggunaan modulus puntir pada
dunia teknik!
Jawaban
2. 1° × π/180 = 0.01745rad
1rad × 180/π = 57.296°
50
4. Modulus puntir dinyatakan dengan simbol G dan dihitung sebagai
perbandingan antara tegangan geser (τ) yang bekerja pada benda dengan
perubahan sudut geser (θ) yang dihasilkan dalam benda tersebut. Rumus
matematikanya adalah:
G=τ/θ
Di mana:
51
– Manufaktur dan Fabrikasi: Modulus puntir penting dalam proses
manufaktur dan fabrikasi logam. Ketika bahan logam ditekuk,
ditekan, atau dipotong menggunakan gaya puntir, modulus puntir
digunakan untuk memastikan deformasi yang terjadi dalam batas
yang diinginkan dan mencegah kegagalan struktural.
Jawaban
0,1047
Rad
0,0872
0,0349
52
2. Grafik antara θ rad dengan L
55,7
54,9
L
52,2
53
360 .𝑔𝑔 .𝑟𝑟 .𝐿𝐿 .𝑚𝑚
4) 𝐺𝐺 = 𝜋𝜋 2 .𝑅𝑅4 .𝜃𝜃𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
1) Semakin besar massa benda yang di ukur, maka semakin besar pula
sudut yang terbentuk.
2) Modulus puntir juga merupaka modulus geser yang mempunyai
persamaan dengan modulus yang lain.
3) Untuk modulus puntir momen yang bekerja disana adalah momen
pada batang statip.
54
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alonso, Marcello & Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas Erlangga. Jakarta
[3] Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta
[4] Suhada, Resa Taruna. 2009. Modul Fisika Dasar . Universitas Mercu Buana.Jakarta
[5] Tiper, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
[6] Kartika, Widya Sari (2014, 08 Maret). Laporan Praktikum Fisika Perco-baan Bandul Sederhana.
55